MAKALAH Psikologi Pendidikan
MAKALAH Psikologi Pendidikan
MAKALAH Psikologi Pendidikan
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) memegang peran
penting dalam membentuk karakter dan moral peserta didik. Dalam upaya meningkatkan
efektivitas pembelajaran PAI, terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu CTL
(Contextual Teaching and Learning) dan BBL (Brain Based Learning). Dalam makalah ini,
saya akan membahas kedua pendekatan tersebut dan bagaimana penerapannya dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran PAI.
Kedua, Brain Based Learning (BBL) adalah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada
pemahaman tentang bagaimana otak manusia belajar. Pendekatan ini mengintegrasikan
penelitian neurosains dengan praktik pembelajaran yang efektif. Dalam konteks pembelajaran
PAI, pendekatan BBL dapat memanfaatkan karakteristik otak peserta didik, seperti
kecenderungan belajar melalui pengalaman, penggunaan emosi dalam pembelajaran, dan
pentingnya pengulangan dalam memperkuat memori. Dengan memahami bagaimana otak
belajar, pendekatan BBL dalam pembelajaran PAI dapat memberikan pengalaman belajar
yang lebih efektif dan menarik bagi peserta didik.
Saya berharap bahwa makalah ini akan memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran PAI. Dengan menerapkan CTL dan BBL,
diharapkan proses pembelajaran PAI dapat menjadi lebih relevan, menarik, dan memberikan
dampak yang positif terhadap pembentukan karakter dan moral peserta didik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………i
Kata pengantar………………………………………………………………………………ii
Daftar isi……………………………………………………………………………………..iii
BAB I pendahuluan………………………………………………………………………….
A. Latar belakang………………………………………………………………………..1
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………….2
C. Tujuan peembahasan………………………………………………………………….2
BAB II pembahasan…………………………………………………………………………...3
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….11
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang dari penggunaan pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning) dan BBL (Brain Based Learning) dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) berasal dari kebutuhan akan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif
dan relevan bagi peserta didik. Pendidikan Agama Islam memiliki peran penting
dalam membentuk karakter, moral, dan pemahaman agama peserta didik. Oleh karena
itu, penting untuk mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman dan pengalaman peserta didik dalam mempelajari PAI.
Pendekatan CTL berfokus pada konteks nyata dan relevan dalam pembelajaran.
Melalui pendekatan ini, peserta didik dapat menghubungkan pemahaman nilai-nilai
agama Islam dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dengan menekankan relevansi
dan penerapan praktis, peserta didik akan lebih termotivasi dan terlibat dalam
pembelajaran PAI. Selain itu, pendekatan CTL juga memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan
kemampuan pemecahan masalah.
Sementara itu, pendekatan BBL didasarkan pada penelitian tentang bagaimana
otak manusia belajar. Melalui pemahaman tentang karakteristik otak, pendekatan BBL
dapat menyediakan pengalaman pembelajaran yang lebih efektif. Dalam konteks
pembelajaran PAI, pendekatan BBL memanfaatkan aspek-aspek seperti penggunaan
emosi dalam pembelajaran, pengalaman belajar yang berpusat pada peserta didik, dan
pengulangan untuk memperkuat memori dan pemahaman konsep agama Islam.
Kombinasi pendekatan CTL dan BBL dalam pembelajaran PAI memberikan
manfaat yang signifikan. Peserta didik dapat mengembangkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang agama Islam melalui konteks nyata dan relevan, serta penggunaan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik otak mereka. Dengan
pendekatan ini, diharapkan pembelajaran PAI menjadi lebih menarik, bermakna, dan
memberikan dampak positif dalam membentuk karakter dan moral peserta didik.
Dengan memahami latar belakang penggunaan CTL dan BBL dalam pembelajaran
PAI, kita dapat melihat betapa pentingnya pendekatan yang efektif dan relevan dalam
memajukan pembelajaran agama Islam di kalangan peserta didik. Melalui penggunaan
pendekatan ini, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memotivasi,
1
memperkuat pemahaman, dan membantu peserta didik menghubungkan ajaran agama
dengan kehidupan mereka sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui konsep & karakteristik contextual teaching & learning?
2. Apa saja konsep dan karakteristik Brain Based Learning?
3. Bagaimana penerapannya dalam pemb Aqidah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Pembaca dapat mengetahui bagaimana mengetahui konsep & karakteristik
contextual teaching & learning
2. Pembaca dapat memahami apa saja konsep & karakteristik brain based learning
3. Pembaca dapat mengerti bagaimana penerapan dalam pemb aqidah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian
autentik (authentic assessment"
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata
siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga
negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi
kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan
masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.1
2. Konsep dasar contextual teaching learning
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang dapat kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Jadi, proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar mahasiswa
hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran,
Kedua, CTL mendorong agar mahasiswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya mahasiswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di universitas
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
mahasiswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori mahasiswa, sehingga tidak akan
mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
nyata, artinya CTL bukan hanya mengharapkan mahasiswa dapat memahami
1 Johnson, Elaine. B. 2006. Contextual Teaching & Learning: what it is and why
4
materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana metari pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam
konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
3. Karakteristik contextual teaching learning
Sehubungan dengan konsep dasar CTL di atas, maka terdapat lima karakteristik
penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan model CTL ini, sebagai
berikut:
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas
dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh mahasiswa adalah pengetahuan yang utuh yang memilki keterkaitan
satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru diperoleh
dengan cara deduksi, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya
dengan meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperoleh
dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan mahasiswa, sehingga tampak perubahan
perilaku mahasiswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.2
2 Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
5
Brain Based Learning (BBL) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) mengacu pada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman
tentang bagaimana otak manusia belajar dan berfungsi, serta penerapannya dalam
konteks pembelajaran PAI. Pendekatan ini didasarkan pada penelitian neurosains
yang menunjukkan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan cara kerja otak dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran dan pemahaman peserta didik.3
Brain-based learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
pemahaman tentang cara kerja otak dan prinsip-prinsip neurosains untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pendekatan ini mengintegrasikan
pengetahuan tentang fungsi otak, neuroplastisitas, emosi, dan keterlibatan siswa
dalam proses belajar. Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan belajar
yang optimal untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan otak serta
meningkatkan hasil belajar siswa.4
Brain Based Learning adalah sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran
yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Brain-based
learning adalah pendekatan dalam pembelajaran yang berfokus pada pemahaman
tentang cara kerja otak kita saat belajar. Pendekatan ini memanfaatkan
pengetahuan tentang bagaimana otak memproses informasi dan bagaimana kita
bisa menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan cara kerja otak untuk
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar kita.
2. Konsep dan karakteristik brain based learning
Brain Based Learning (BBL) adalah pendekatan pembelajaran yang didasarkan
pada pemahaman tentang bagaimana otak manusia belajar dan berfungsi.
Pendekatan ini mengintegrasikan penelitian neurosains dengan praktik
pembelajaran yang efektif, dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang optimal berdasarkan karakteristik otak peserta didik. Berikut
ini adalah beberapa konsep dan karakteristik utama dalam Brain Based Learning:
1. Pengalaman dan Emosi: Otak manusia lebih efektif dalam belajar ketika ada
pengalaman yang kuat dan emosi yang terlibat. Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam pembelajaran, memberikan tugas yang menantang, dan menciptakan
3 Santoso, S., & Nursyamsiah, N. (2018). Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol16no(1),hlm 123-139.
4 Nutanto, & Suryanti, N.”Implementasi pendekatan brain based learning untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kreatif siswa” jurnal pendiddikan matematika , vol. 4, no.
4.
6
lingkungan yang positif dan aman dapat meningkatkan keterlibatan dan minat peserta
didik dalam belajar.
2. Konteks dan Relevansi: Otak lebih mudah menghubungkan dan mengingat informasi
yang memiliki konteks dan relevansi dengan pengalaman dan pengetahuan yang
sudah ada. Membawa konteks nyata dan relevan dalam pembelajaran, serta
mengaitkan materi dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari peserta didik, dapat
memperkuat pemahaman dan mengaktifkan koneksi neuron yang lebih kuat.
3. Pemrosesan Multisensori: Otak manusia menerima, memproses, dan menyimpan
informasi melalui berbagai indera. Dalam pembelajaran, memanfaatkan berbagai
indera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, dan gerakan dapat meningkatkan
pemahaman dan retensi informasi.
4. Pemilihan dan Pengulangan Informasi: Otak manusia cenderung mengabaikan
informasi yang tidak relevan dan mempertahankan informasi yang diulang secara
teratur. Oleh karena itu, penting untuk memilih informasi yang penting dan
memperkuat pemahaman melalui pengulangan yang teratur, dengan memanfaatkan
teknik seperti pengulangan, revisi, dan pemecahan masalah berulang.
5. Lingkungan Fisik dan Emosional: Lingkungan fisik dan emosional yang mendukung
dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Menciptakan suasana yang nyaman, bebas
gangguan, dan menstimulasi secara visual dapat meningkatkan fokus, konsentrasi, dan
motivasi peserta didik.5
Guru dapat memberikan contoh nyata atau situasi yang terjadi di sekitar siswa yang
terkait dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits. Misalnya, ketika
membahas tentang nilai kesabaran dalam Islam, guru dapat memberikan contoh situasi
5 M. Fauzi, M. J. Mahfudz, R. A. Prasetyo, & M. Fikri. (2019). Penerapan Brain Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Matematika,
13(1), 1-10.
7
nyata yang membutuhkan kesabaran, seperti saat menunggu dalam antrian di pasar atau
dalam lalu lintas yang macet.
2. Diskusi Kelompok:
Diskusi kelompok dapat membantu siswa untuk memahami dan menghubungkan konsep-
konsep dalam Al-Qur'an dan Hadits dengan situasi dunia nyata. Selama diskusi, siswa
dapat saling berbagi pengalaman mereka tentang situasi dunia nyata yang terkait dengan
konsep-konsep yang dibahas.
3. Simulasi:
Simulasi dapat membantu siswa untuk mengaplikasikan pemahaman mereka tentang Al-
Qur'an dan Hadits dalam situasi dunia nyata. Misalnya, siswa dapat melakukan simulasi
tentang bagaimana mengatasi situasi yang menuntut kesabaran atau kejujuran di
lingkungan sekitar mereka, dengan merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-
Qur'an dan Hadits.
4. Penugasan Proyek:
Guru dapat memberikan tugas proyek yang menuntut siswa untuk mengaplikasikan nilai-
nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat proyek yang menggambarkan contoh-
contoh penerapan nilai-nilai Al-Qur'an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.6
1. Membantu siswa untuk lebih memahami dan mengingat nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Qur'an dan Hadits, karena siswa dapat menghubungkan konsep-konsep dalam
Al-Qur'an dan Hadits dengan situasi dunia nyata atau lingkungan sekitar mereka.
2. Mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengaplikasikan nilai-nilai
yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
8
3. Membantu siswa untuk lebih terlibat dan tertarik dalam pembelajaran Al-Qur'an dan
Hadits, karena materi pelajaran menjadi lebih relevan dengan situasi dunia nyata atau
lingkungan sekitar mereka.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti kerja sama dan
komunikasi, melalui diskusi kelompok dan tugas proyek.7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
7 Depdiknas. panduan pengembangan bahan ajar. Jakarta: pusat kurikulum, balitbang, dan diklat
9
kata contextual berasal dari kata contex, yang berarti hubungan, konteks,
suasana atau keadaan. Dengan demikian, contextual diartikan yang berhubungan
dengan suasana (konteks)". Sehingga, contextual teaching and learning (CTL)
dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana
tertentu. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan
pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan dunia
nyata siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami konsep belajar. Selain itu,
siswa juga akan termotivasi untuk mempelajari materi matematika karena mereka
menganggap materi tersebut penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Brain Based Learning (BBL) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) mengacu pada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman
tentang bagaimana otak manusia belajar dan berfungsi, serta penerapannya dalam
konteks pembelajaran PAI. Pendekatan ini didasarkan pada penelitian neurosains
yang menunjukkan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan cara kerja otak dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran dan pemahaman peserta didik.
Jadi dalam penerapannya CTL dalam pembelajaran Al-Qur'an dan Hadits atau
QH dapat membantu siswa untuk memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Elaine. B. 2006. Contextual Teaching & Learning: what it is and why
10
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santoso, S., & Nursyamsiah, N. (2018). Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Agama Islam,
vol16no(1),hlm 123-139.
Nutanto, & Suryanti, N.”Implementasi pendekatan brain based learning untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kreatif siswa” jurnal
M. Fauzi, M. J. Mahfudz, R. A. Prasetyo, & M. Fikri. (2019). Penerapan Brain Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik.
Depdiknas. panduan pengembangan bahan ajar. Jakarta: pusat kurikulum, balitbang, dan diklat
11
12