Sop Persalinan Normal
Sop Persalinan Normal
Sop Persalinan Normal
No. Dokumen :
Terbit ke : 01
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : Januari 2019
Halaman : 1/1
KLINIK
TRI WAHYUNINGSIH
PRATAMA MITRA
INSANI
1. Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37 minggu dan
setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi
2. Tujuan Membantu persalinan supaya bersih dan aman,serta mencegah terjadinya komplikasi
dalam persalinan .
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Alat dan Bak instrumen berisi partus set (klem 2,gunting tali pusat 1,setengah koher 1,
Bahan kateter 1)
Sarung tangan steril
Kom berisi kapas dan air DTT
Penghisap lendir atau delee
oksitosin
spuit 3cc
umbilikal klem dan mono aural
kasa steril
kain utk ibu dan bayi
bengkok
tempat placenta
baskom berisi air DTT dan waslap
baskom berisi cairan klorin 0,5%
tempat sampah basah dan kering
APD Lengkap
Lahirkan Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk mengeluarkan bahu
belakang
23. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki.
24. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jaro- jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
Apabila bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan
tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah
prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia)
26. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersikan verniks) kecuali bagian tangan
Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut ibu
27. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi kedua dalam
uterus (hamil tunggal)
28. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik oksitosin (agar
uterus berkontraksi baik)
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
(intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin)
30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir)
pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit,
dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2
klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan dengan simpul kunci
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel baik di dinding dada-perut ibu
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva
35. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara
hati-hati
37. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
38. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas
Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
39. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
meminta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetapkan lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pinfahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
40. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Rangsang Taktil (Masase) Uterus
41. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakan telapak tangan di atas fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
42. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus
43. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
44. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
45. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu
paling sedikit 1 jam).
7. Unit Terkait Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi rawat inap, rawat jalan dan IGD
- Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan Ed.3 (Revisi), Jakarta : jaringan
Nasional Pelatihan Klinik, 2007.