Tugas Penelitian Kualitatif
Tugas Penelitian Kualitatif
Tugas Penelitian Kualitatif
FITHRIA
G3IP22014
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka
kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup waktu lahir. Angka kesakitan
bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai
kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita.
Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi , jaminan pelayanan
peningkatanfrekuensi buang air besar dan peningkatan likuiditas dari tinja. Meskipun
darahmenurun, dan kerusakan pada ginjal, jantung, hati, otak dan organ tubuh
lainnya.Diare akut menjadi penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia (Gidudu
et al.,2011). Menurut World Health Organization WHO dan UNICEF, ada sekitar
2 juta kasus diare penyakit di seluruh dunia setiap tahun dan 1,9 juta anak -
anak lebih muda dari 5 tahun meninggal karena diare setiap tahun, terutama di negara
berkembang. Jumlah ini 18% dari semua kematian anak- anak di bawah usia 5 tahun
dan berarti bahwa > 5000 anak-anak meninggal setiap hari akibat diare penyakit
(WGO, 2013).
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan diare
secara keseluruhan pada tahun 2006 diperkirakan angka kesakitan diare meningkat
sebesar 423 per 1000 penduduk pada semua usia dengan jumlahkasus 10.980
penderita dan jumlah kematian 277 balita. Pada tahun 2008, diIndonesia episode diare
pada balita berkisar 40 juta per tahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000
menunjukkan bahwa diare telah menyebabkan kematian25,2% anak usia satu tahun
hingga empat tahun, bahkan pada tahun 2008, diaremerupakan penyumbang kematian
bayi terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 31,4% dari total kematian bayi.
Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah faktor
masyarakat (Depkes RI, 1994). Menurut Soegijanto, banyak faktor yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare.
Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat
terjadinya diare seperti status gizi, pemberian asi ekslusif, lingkungan, Perilaku hidup
bersih dan sehat, dan sosial ekonomi. Penyebab langsung antara lain infeksi bakteri
virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh
racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran.Perilaku hidup
bersih dan sehat merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan diare. Perilaku
Penyebab langsung diare antara lain infeksi bakteri virus dan parasit,
malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang
diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Faktor–faktor yang
mempengaruhi kejadian diare pada anak ada tiga. Faktor yang pertama adalah faktor
memberikan pengaruh positif terhadap status kesehatan yang baik. Ruang lingkup
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan pembuangan air kotor (limbah).
Faktor lingkungan yang dominan dalam penyebaran penyakit diare pada
anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air minum. Pengelolaan tinja yang kurang
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui tinja seperti diare, yang merupakan
tinja dapatmelalui berbagai macam cara, baik melalui air, tangan ,maupun tanah yang
terkontaminasi oleh tinja dan ditularkan lewat makanan dan minuman melalui vector
serangga (lalatdankecoa). Selain itu, halaman rumah yang becek karena buruknya
saluran pembuangan air limbah (SPAL) memudahkan penularan diare, terutama yang
ditularkan oleh cacing dan parasite dan membuang sampah sembarangan akan
yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak yaitu pendidikan dan pekerjaan
orang tua, serta umur anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka
perilaku pencegahan terhadap penyakit diare akan semakin baik. Tingkat pendidikan
yang tinggi pada seseorang akan membuat orang tersebut lebih berorientasi pada
tindakan preventif, memiliki status kesehatan yang lebih baik dan mengetahui lebih
banyak tentang masalah kesehatan. Pendapatan, status sosial, pendidikan, status sosial
ekonomi, risiko cedera, atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi dapat
pada bayi dan balita yang status ekonomi keluarganya rendah. Tingkat pendapatan
yang baik memungkinkan fasilitas kesehatan yang dimiliki mereka akan baik pula,
seperti penyediaan air bersih yang terjamin, penyediaan jamban sendiri, dan jika
mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan terjaga kebersihannya.
Faktor sosiodemografi lain yang dapat memengaruhi kejadian diare adalah umur.
Semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan terserang diare. Daya tahan
Faktor ketiga yang dapat memengaruhi kejadian diare yaitu faktor perilaku.
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan merupakan
faktor perilaku yang berpengaruh dalam penyebaran kuman enterik dan menurunkan
risiko terjadinya diare. Selain ASI, terdapat pula personal hygiene,yaitu upaya
kesehatan fisik dan psikologis. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan anak, terutama
ketika sang ibu memasak makanan dan menyuapi anaknya, maka makanan tersebut
dapat terkontaminasi oleh kuman sehingga dapat menyebabkan diare. Perilaku yang
dapat mengurangi risiko terjadinya diare adalah mencuci sayur dan buah sebelum
dikonsumsi, karena salah satu penyebaran diare adalah melalui penyajian makanan
yang tidak matang atau mentah.30 Pada penderita diare, zat-zat makanan yang masih
diperlukan tubuh akan terbuang bersamaan dengan terjadinya dehidrasi. Oleh karena
itu, apabila anak sering mengalami diare, maka pertumbuhannya tidak dapat
urutan Ketiga dari Penyakit 5 Besar yang ada di Morosi. Morosi adalah salah satu
seperti air, tanah dan udara. Selain itu kegiatan pertambangan juga akan
mempengaruhi aspek – aspek sosial di daerah itu. Karena itu dalam penelitian ini
akan dipelajari pemodelan faktor resiko penyakit diare pada anak disekitar kawasan
tambang Morosi.
1. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi penyakit diare pada anak di
2. Faktor resiko apa yang paling berpengaruh pada penyakit diare pada anak
3. Apakah faktor resiko penyakit diare pada anak di kawasan tambang morosi
4. Bagaimana model faktor resiko Penyakit diare pada anak dikawasan tambang
morosi?
1.3 Tujuan
Membuat Pemodelan faktor resiko penyakit diare pada anak disekitar kawasan
tambang morosi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi penyakit diare pada
2. Mengetahui Faktor resiko apa yang paling berpengaruh pada penyakit diare
3. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan faktor resiko penyakit diare pada
tersebut.
4. Menentukan model faktor resiko penyakit diare pada anak dikawasan tambang
morosi.
Kerangka Konsep
Faktor Lingkungan:
1. Kontruksi fisik
perumahan dan
Lingkungan rumah
2. pembuangan kotoran
manusia
3. Penyediaan Air Bersih
4. Pembungan Sampah
5. Pembuangan air kotor
(limbah)/SPAL.
Faktor Perilaku
1. Mencuci tangan dengan sabun
dan air bersih
2. Menggunakan Air bersih
3. Konsumsi makanan
4. Membuang sampah pada
tempatnya
5. Personal Higyene
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian diare
dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering
Diare didefinisikan sebagai buang air besar encer tiga kali atau lebih dalam sehari.
adalah penyebab kematian kedua terbanyak pada anak di bawah lima tahun
abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang
menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang
diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis),
kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Frisca Dewi Yunadi, 2020).
faeces yang disebabkan oleh agen infeksi pada gastrointestinal dan sering terjadi
pada balitadan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.Sementara untuk bayi
dan anak-anak, pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam, sedangkan rata- rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/24 jam (Hera Hijriani, 2020).
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
denganpenderita diare (Suharni Setia Ningsih, 2017). Penyakit diare adalah salah
negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan angka morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap
tahun pada anak balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita
meninggal karena diare. Diare membawa kematian lebih cepat pada anak-anak
2018).
menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian serta
dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
dan minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita.
Selain itu, faktor yang paling dominan berkontribusi dalam penyakit diare adalah
air, higiene sanitasi makanan, jamban keluarga, dan air (Tuang, 2021).
bawah lima tahun dan mengakibatkan kematian sekitar 525.000 anak setiap
dehidrasi air dan garam yang diperlukan untuk bertahan hidup. Di masa lalu, bagi
kebanyakan orang, dehidrasi berat dan kehilangan cairan adalah penyebab utama
kekurangan gizi atau memiliki kekebalan yang terganggu serta orang yang hidup
a. Faktor Lingkungan
diminum apabila telah dimasak. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat
kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia, dan
tidak aman disertai dengan sanitasi yang kurang baik meningkatkan angka
kematian pada anak yang disebabkan oleh diare sampai dengan 13 88%.
dari penderita diare sebesar 16%. Air yang tidak bersih dapat menjadi
baik virus maupun bakteri penyebab penyakit, salah satunya adalah diare.
3) Penggunaan Jamban
kotoran manusia yang terdiri dari tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
yang terkait dengan sanitasi sehingga perlu sarana BAB yang memenuhi
lainnya, mencegah bau tidak sedap, dan konstruksi dudukan jamban harus
(2013).
Air limbah dari rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar
minimal satu septic tank atau sumur serapan sebagai metode pengelolaan
air limbah rumah tangga. Pengelolaan air limbah yang tidak baik, akan
menimbulkan bau tidak sedap, serta pandangan yang tidak enak, sumber
1) Umur anak
dua pada anak usia dibawah 5 tahun. Angka Kematian Balita (AKBA)
merupakan salah satu indikator kesehatan yang dinilai paling peka dan
kelahiran hidup. Pada tahun 2016, AKBA di Indonesia tercatat 26 per 1000
kelahiran hidup (BPPN, 2020). Diare lebih sering terjadi pada anak usia 2
umur, data insiden diare dan periode prevalensi diare yang paling tinggi
masalah gizi mencapai 17,8%. Pada anak yang menderita diare, malnutrisi
tinggi pengetahuan yang dimiliki orang tua. Seperti halnya kemampuan dan
akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan (Suardi, 2012: Orang tua
yang berpendidikan tinggi tentu akan memiliki pekerjaan yang layak / baik,
serta memiliki pendapatan yang tinggi pula, sehingga orang tua dengan
kriteria seperti itu akan mengutamakan asupan gizi yang sesuai untuk
dan pendapatan juga rendah sehingga untuk memenuhi gizi anaknya akan
susah terpenuhi. Maka dari itu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua
pendapatan yang tinggi maka kebutuhan gizi akan mudah terpenuhi dan
kebutuhan gizi anak dengan begitu akan mempengaruhi status gizi anak
jika status gizi anak kurang maka akan lebih mudah untuk terkontaminasi
penyakit Diare.
c. Faktor Perilaku
cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan
mencuci tangan dengan benar dan tepat dapat memutus rantai penularan
mencuci tangan.
adalah rajin mencuci tangan pakai sabun, karena tangan adalah anggota
tubuh yang paling banyak kita gunakan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Sehingga sangat rentan untuk bakteri dan kuman menempel pada
antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare. Cuci tangan merupakan
menggunakan sabun sebelum makan dan setelah makan, setelah buang air
kebersihannya karena jika makanan yang kita konsumsi tidak bersih maka
kuman atau bakteri yang terdapat pada makanan dapat ikut masuk kedalam
tubuh kita, sehingga makanan harus selalu dalam keadaan tertutup agar
tidak dihinggapi lalat. Makanan basi dan makanan pedas, makanan basi
tidak layak makan karena ada bakteri yang masuk kedalam makanan
tersebut. Makanan yang pedas dan diare sepertinya tidak bisa dipisahkan,
bila kita merasa sanggup memakan makanan pedas, tidak berarti demikian
manusia.
4) Personal Higyene
hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan pendapat dari Dirjen PPM & PLP dalam buku materi
bahwa personal hygiene adalah langkah pertama untuk hidup lebih sehat.
akibat kelalaian kita tetapi standar higyene dapat mengontrol kondisi ini.
Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu cara agar tubuh terhindar
dari kuman dan bakteri sehingga tidak mudah terjangkit penyakit, termasuk
memotong kuku agar kuku tidak panjang dan kuku tidak kotor.
merupakan penyakit yang membuat orang terkena diare. Setelah itu bisa
(RISKESDAS) (2012), sebanyak 39-40 juta orang yang buang air besar
WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia meninggal akibat
kematian akibat diare ini perlu diturunkun, maka dari itu semua pihak harus
sadar dan segera membuat dan memakai toilet yang sehat. Hal ini selaras
dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. Buang air besar di sungai
ditularkan melalui tinja. Buang air besar di pantai atau tanah terbuka dapat
pembuangan tinja yang tidak sehat, ini disebabkan kebiasaan dan lokasi
jamban ditemukan dalam keadaan tidak tertutup dan tidak bersih yang
1) Pengetahuan
a) Jenis pengetahuan
b) Tingkatan pengetahuan
dipelajari.
sesungguhnya.
(4) Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke
yang baru.
(a) Pendidikan
tersebut.
pengetahuan seseorang.
(d) Lingkungan
(e) Pengalaman
kerjanya.
(f) Usia
2) Sikap
terhadap stimulus dan objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan,
suatu hal yang mudah. Kendatipun sudah melalui prosedur dan langkah-
yang diinginkan tidak seluruhnya dapat tercapai. Oleh karena itu dalam
sampai pada tabel spesifikasi adalah pengertian dan komponen sikap dan
Durisah, 2016).
dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran
bersih dan sehat yang perlu diterapkan. Tangan dapat menjadi media
1) Pengertian air
dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang
dari segi kualitas tidak memenuhi syarat. Beberapa parameter kualitas air
2) Karakteristik air
terdiri dari:
a) Parameter fisik
(c) Air tidak berbau, air berbau dapat disebabkan oleh karena
(e) Air tidak keruh, kekeruhan pada air dapat terjadi apabila tanah
b) Parameter Kimia
diperhatikan.
(b) Total solid, apabila total solid dalam air tidak memebuhi
(Cd), mangan (Mn), air raksa (Hg), seng (Zn, arsen, NO3, dan
Sulfat.
c) Parameter Mikrobiologi
dan sanitasi air yaitu total coliform dan E. coli. Tingginya total
oleh karena air tercemar tinja manusia, karena total coliform dan E.
d) Parameter Radioaktif
3) Sumber air
a) Air tanah
Air tanah dalam adalah air pada akuifer yang berada di antara
dua lapisan batuan geologis tertentu, yang menerima resapan air dari
kondisi geologis dan pada umumnya kualitas fisik dan biologinya lebih
baik jika dibandingkan dengan air permukaan. Air tanah dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air.
Air tanah dangkal merupakan air tanah yang berada pada lapisan
akuifer atas. Lapisan ini terletak dibawah permukaan tanah dan berada
diatas bebatuan kedap air. Air pada tanah dangkal ini berpontensi
digunakan oleh masyarakat. Salah satu cara untuk menggunakan air ini,
dengan membuat sumur. Sedangkan air tanah dalam adalah air yang
berada pada lapisan akuifer bawah. Terletak pada lapisan air tanah
dangkal. Air ini yang biasanya dimanfaat sebagai air minum karena
potensi terjadinya pencemaran sangat kecil. Mata air merupakan air tanah
b) Air permukaan
seperti air sungai, danau, laut dan lainnya. Karakteristik air permukaan
permukaan dapat dipengaruhi oleh curah hujan dan kondisi tutupan lahan.
c) Air atmosfer
air. Air yang berasal dari atmosfer juga biasa dikenal dengan air hujan.
yaitu air sumur, terminal air dan mata air. Air sumur dibagi menjadi tiga
yaitu air sumur gali terlindungi, air sumur gali dengan pompa dan air
sumur bor dengan pompa. Air sumur gali dan air sumur bor merupakan
air yang berasal dari lapisan tanah akuifer atas. Sedangkan untuk sarana
air bersih, terminal air merupakan air yang ditampung pada bak
penampungan yang berada diatas permukaan tanah. Dan mata air adalah
3. Pencegahan
Diare bukan saja berdampak kepada diri penderita, tapi juga berpotensi
menyebar, terutama kepada anggota keluarga. Oleh sebab itu, diare sebaiknya
sebagai berikut:
1) Mencuci tangan sebelum makan.
keran.
terakhir.
4. Penatalaksanaan
pergantian cairan dan elektrolit dengan cairan oral dalam dosis yang tepat. Secara
simultan menghilangkan rasa sakit karena diare sebenarnya dapat dicapai dengan
menggunakan obat antidiare yang bukan berasal dari resep dokter seperti
konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa penderita, terutama jika
terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh anak-anak terhadap
dehidrasi jauh lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Maka dari itu, orang tua
disarankan untuk meminum banyak cairan selama diare masih berlangsung. Oralit
terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker, terutama jika menderita penyakit
yang memiliki aktivitas padat atau yang ingin bepergian jarak jauh. Sebagian
besar penderita diare sembuh setelah beberapa hari tanpa melakukan pengobatan.
Pada orangorang dewasa, diare biasanya sembuh setelah 2-4 hari. Sedangkan
pada anak-anak, diare biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 5-7 hari. Jika
anak mengalami diare yang parah, berkelanjutan, atau jika dia mulai
Diare sebanyak enam kali atau lebih dalam jangka waktu 24 jam pada
dokter, terlebih jika ada darah atau nanah pada tinja. Pemeriksaan tinja di
laboratorium mungkin diperlukan sebagai bagian dari penelitian lebih jauh. Diare
yang berlangsung lebih dari beberapa minggu pada orang dewasa bisa diakibatkan
oleh sindrom iritasi usus, kanker usus, atau penyakit Crohn (Supriyatna, 2020).
menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan
dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan
abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan
tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan
pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit (Zein,
2004). Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas
dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya
adalah malabsorbsi 15 karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat
toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon
kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi
dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Diare karena
gangguan motilitas disebabkan oleh usus yang terlalu cepat karena terjadinya
Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau
diabetes melitus. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada
infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi
Bakteri ini merupakan bakteri komensal, patogen intestinal dan patogen ekstra
septicemia. Sebagian besar dari E. coli berada dalam saluran pencernaan, tetapi
(2011) tinja yang terinfeksi mengandung virus atau bakteri (termasuk E. coli)
dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang kemudian
binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare
Menurut WHO (1981 dalam Maulana, 2014), sehat sebagai suatu keadaan
Undang No. 36 tentang kesehatan (2009), menyatakan bahwa kesehatan adalah sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sehat dalam pengertian yang
paling luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
eksternal terdiri dari variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.
merupakan tanggung jawab bersama, untuk itu perlu diperjuangkan oleh banyak
pihak termasuk komunitas pesantren yang berisiko tinggi untuk terjangkit penyakit.
Transmisi yang mudah ini di antaranya disebabkan oleh tingkat kepadatan dan
lingkungan yang kurang memadai. Bila dilihat dari sisi kesehatan, pada umumnya
pihak terkait, baik dalam aspek akses pelayanan kesehatan, perilaku sehat, maupun
a. Perilaku
suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Perilaku manusia itu mempunyai
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun
tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap
makan dengan air dan sabun, menyajikan makan dalam keadaan yang
tertutup agar tidak dihinggapi serangga, hidup bersih, seperti mencuci tangan
sebelum makan dengan air bersih dan sabun menyajikan makanan dalam
dengan suhu yang tepat agar kuman mati, mencuci sayur dan buah hingga
bersih, serta menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemr oleh logam
agar menghasilkan makanan yang terhindar dari kuman dan terhindar dari
(1) Mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun
dihinggapi serangga/lalat
(3) Memasak makanan dengan suhu yang tepat agar kuman mati
(5) Menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam
berat.
3) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
kesehatan.
b. Lingkungan
manusia yang merupakan media yang baik agar terwujudnya kesehatan yang
kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi
dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab
(Effendy & Nasrul, 1998). Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan
manusia. Lingkungan fisik ini meliputi banyak hal, seperti cuaca, musim,
(2) Lingkungan non fisik, yaitu lingkungan yang muncul akibat adanya
digunakan model segitiga yang menjelaskan hubungan antara agens, hopes, dan
adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain
sekolah termasuk di dalamnya para guru, teman sebaya, dan keberadaan tempat
sehat dari para gurunya didukung oleh tersedianya kantin dan tempat jajan yang
menjual makanan yang sehat akan membentuk pola makan yang baik pada
sekolah. Hal ini akan membentuk pola makan yang positif pada anak, karena
Andika Agus Iryanto, T. J. (2021). Literature Review : Faktor Risiko Kejadian Diare
Pada Balita Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1-7.
Aswadi, S. S. (2017). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Pada Siswa-Siswi Sdk
Rita Pada Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur Propinsi
Nusa Tenggara Timur. Public Health Science Journal, 187-196.
Ayu Khoirotul Umaroh, H. Y. (2016). Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(Phbs) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo Bulan
Januari-Maret 2015. JURNAL KESEHATAN, 25-31.
Gustika Trisiyani, R. H. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24
Bulan . Jurnal Sehat Mandiri, 158-169.
Hera Hijriani, A. A. (2020). Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (Phbs) Pada
Anak Dengan. Jurnal Health Sains, 293.
Nursakinah Hayati, R. H. (2020). Potret Upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru di Kecamatan Binjai Barat
Kelurahan Sukaramai. JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA , 13-18.
Susianti, W. R. (2020). Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
Rumah Tangga di Desa Kalisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ruwa Jura, 1-5.
Tuang, A. (2021). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada
Anak . Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 534-542.
Wahyuni, N. T. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita Systematic Review
Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 270-
278.