Nursing Leadership & Management
Nursing Leadership & Management
Nursing Leadership & Management
Oleh :
Maesharah Rosyadi (R012181003)
Tini (R012181005)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan. Penyusunan tugas ini
kami susun dari berbagai sumber/referensi yang sahih yaitu dari berbagai buku
website dan sumber lainya.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasa dari tugas ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
tugas essay ini.
Akhir kata kami berharap, semoga tugas ilmiah ini yang berjudul tentang
“Nursing Leadership dan Management” ini dapat memberikan manfaat informasi
maupun inspirasi terhadap pembaca tentang dunia manajemen dan kepemimpinan
dalam Keperawatan.
Team Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4
A. Defenisi Kepemimpinan Dan Manajement......................................................4
B. Pengembangan Kepemimpinan Keperawatan dan Manajement...................6
C. Model-Model Gaya Kepemimpinan.................................................................7
D. Fenomena Kepemimpinan dalam Keperawatan dan Manajemen..................9
E. Tantangan Kepemimpinan dalam Keperawatan dan Manajemen................13
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................14
A. Skenario........................................................................................................14
B. Solusi.............................................................................................................15
BAB IV PENUTUP......................................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan saat ini, sudah menjadi
prioritas utama bagi kebanyakan negara termasuk Indonesia. Peningkatan
kebutuhan akan tenaga kerja yang handal baik medis maupun non medis
merupakan kebutuhan mendesak yang dialami rumah sakit baik swasta
maupun pemerintah. Setiap orang yang melakukan kontak dengan pelanggan
menjadi faktor yang ikut mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu
pelayanan rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lain. (Lousyiana &
Harlen, 2015)
Salah satu yang menjadi tolak ukur dalam menciptakan kepuasaan
pelanggan dalam hal ini pasien dan keluarganya, adalah dengan peningkatan
pelayanan keperawatan. Dalam prosesnya, pelayanan keperawatan
membutuhkan cara pengelolaan yang tepat. Manajemen diibaratkan sebagai
suatu mesin yang dapat digunakan untuk mengelola sebuah pelayanan
keperawatan. Manajemen yang tepat dan motivasi dari pekerja dapat
mempengaruhi kepuasan dalam bekerja sama untuk meningkatkan produksi
sebuah organisasi. Karena organisasi bersifat kompleks dan bervariasi, maka
pandangan teori manajemen adalah bagaimana manajemen dapat berhasil
dan apa yang harus diperbaiki/diubah dalam mencapai suatu tujuan
organisasi. (Nursalam, 2014)
Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur
beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan
agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam mencapai tujuan dalam pelaksanaan manajemen,
dibutuhkan seorang leader atau dalam hal ini seorang pemimpin untuk bisa
melaksanaan peran sebagai seorang perencana, pengorganisasi, pengarah,
dan juga pengontrol dalam sebuah proses yang melibatkan orang lain. Pada
hakekatnya kepemimpinan adalah gabungan dari berbagai kepribadian,
mempelajari gaya kepemimpinan pada berbagai situasi. Fungsi dari seorang
pemimpin adalah mengarahkan seorang individu dan kelompok untuk
menyelasaikan tujuan secara umum. Sebagai contoh, seorang pimpinan
1
perawat yang berhasil menginspirasi orang lain dalam kelompok asuhan
keperawatan, yang menjadikan pasien sebagai pusat pelayanan yang paling
penting dalam segala aspek pelayanan kesehatan. (Cherry & Jacob, 2014)
Kepemimpinan yang efektif dan kepuasan kerja karyawan adalah dua
faktor yang telah dianggap sebagai dasar bagi suksesnya suatu organisasi.
Seorang pemimpin yang mampu memberikan arah bagi organisasi yang
mengarah kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. Sedangkan karyawan
dengan kepuasan kerja yang tinggi cenderung mengerahkan usaha lebih,
dalam tugas yang ditugaskan kepada mereka dan mengejar kepentingan
organisasi (Lousyiana & Harlen, 2015) .
Dalam kepemimpinan dan manajemen sangat dibutuhkan kekuatan
dalam pendelegasian dan memotivasi orang lain dalam melakukan pekerjaan.
Pendegelasian adalah cara yang tepat untuk mengarahkan orang lain dan
memberikan kesempatan kepada yang lain untuk bisa berproses bersama
dalam sebuah organisasi dengan cara yang tepat sebagai seorang perawat
manajer. Sebagai sebuah contoh, seorang perawat manajer yang mempunyai
wewenang untuk melimpahkan tugasnya secara langsung kepada stafnya
untuk bekerja pada jadwal yang telah ditentukan. Perlu diketahui, bahwa
pendelegasian adalah cara yang tepat untuk memberikan kewenangan
bekerja kepada orang lain yang telah diakui oleh organisasi. Kekuatan dari
satu pendelegasian adalah bagaimana bisa memotivasi orang lain untuk bisa
menyelesaikan pekerjaan dengan baik (Cherry & Jacob, 2014).
Dari beberapa penelitian yang membahas tentang kepemimpinan,
banyak factor yang diteliti salah satunya tentang fungsi kepemimpinan itu
tersendiri. Menurut (Reichenpfader, Carlfjord, & Nilsen, 2015) tugas
seseorang pemimpin berorientasi pada tugas-tugas sebagai berikut :
penekanan pada pencapaian tujuan, pemilihan strategi , dan peningkatan
fasilitas kerja serta tugas-tugas lain yang berubungan dengan pemimpin yakni
interaksi dengan karyawannya, Berhasilnya sebuah pekerjaan, tergambar dari
sikap karyawannya dalam bekerja dalam melaksanakan tugasnya dan
terorganisir dalam bekerja. Secara umum, keberhasilan pekerjaan terlihat dari
konsep multidimensional yang meliputi aspek kepuasan karyawan terhadap
manajernya , sikap pimpinannya , gaji, dan hubungan dengan pekerja yang
lain (Asamani, Naab, & Ofei, 2016). Juga tujuan kepemimpinan yang lain
2
adalah mampu mempengaruhi pendapat, opini, memberikan contoh sikap
yang baik kepada yang lain. (Ellis & Hartley, 2003)
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan Latar belakang sebelumnya, kelompok akan
membahas lebih lanjut tentang bagaimana kepemimpinan dalam
keperawatan dan manajemen keperawatan.
C. Tujuan
Untuk dapat mengetahui Penerapan Kepemimpinan dan Management
dalam Keperawatan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
a. Mengkoordinasikan perawatan klien
b. Merencanakan operasi harian
c. Membuat tugas
d. Tentukan gol untuk bawahan
e. Mempekerjakan staf
f. Menanggapi kebutuhan / keinginan bawahan selama itu saat
pekerjaan selesai
5
3. Pemimpin bertanya “what” dan “why,” sedangkan manajer bertanya
“how”.
Untuk bertanya apa dan mengapa seseorang harus mampu
mempertanyakan mengapa orang lain melakukan tindakan-tindakan tertentu
yang terjadi. Kadang-kadang ini mengharuskan seseorang menantang
atasan. Pemimpin tidak selalu benar tentunya. Jika perusahaan atau sebuah
organisasi mengalami kegagalan, pekerjaan seorang pemimpin adalah untuk
datang dan berkata, “Apa yang kita pelajari dari hal ini?” Dan “mengapa kita
menggunakan kegagalan ini untuk memperjelas tujuan kita atau
mendapatkan sesuatu yang lebih baik?”
Sebaliknya, manajer tidak benar-benar berpikir tentang apa artinya
kegagalan. Tugas mereka adalah untuk bertanya “bagaimana” dan “kapan”
untuk memastikan mereka melaksanakan rencana yang sesuai. Diibaratkan
manajer menerima status quo dan lebih seperti tentara di militer. Mereka tahu
bahwa perintah dan rencana yang penting dan tugas mereka adalah untuk
menjaga visi mereka pada tujuan perusahaan saat ini.
7
b) Sistem Benevolent–Otoritatif (Authoritative).
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu,
memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak
selalu, dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang,
meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan
pengawasan yang ketat.
c) Sistem Konsultatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadap
bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk
memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman
atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik
yang dibuat oleh bawahan.
d) Sistem Partisipatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
selalu memanfaatkan ide bawahan, serta menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi bersifat dua arah
dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja
3. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang.
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat.
a) Otoriter.
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau
pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam
memimpin.
b) Demokratis.
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk
mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan
tujuan sendiri.
c) Partisipatif.
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian
8
mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta
saran dan kritik staf serta mempertimbangkan respons staf terhadap
usulannya.
d) Bebas tindak.
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan
mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan
hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
9
cukup cepat. Bidang keperawatan sebagai bagian dari lingkup keilmuan
kesehatan secara garis besar telah menjadi industri dengan pertumbuhan
yang luar biasa dan dengan sendirinya kebutuhan akan tenaga perawat yang
profesional dan kompeten di bidangnya meningkat pula. (Julianto, 2014)
Untuk mengejar kebutuhan tenaga perawat yang profesi onal serta
kompeten,sangat dibutuhkan manajer dan leader yang berkualitas. Frederick
W. Taylor seoarang tokoh ahli di bidang manajemen mengilustrasikan bahwa
ilmu manajemen seperti sebuah mesin, dimana fungsi dari sebuah mesin
yang baik adalah bagaimana bisa terus memproduksi secara efektif dan
efisien. Motivasi pekerja dan manajemen dipengaruhi kepuasan dalam
bekerja sama untuk meningkatkan produksi. Taylor menjelaskan bahwa untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dalam bekerja, diperlukan ketelitian dalam
proses pekerjaan tersebut. Tentunya dibutuhkan ilmu yang tepat dalam
menjalankan pekerjaan tersebut. Sesuai dengan prinisip manajemen secara
ilmiah, dibutuhkan kesadaran dan tanggung jawab yang besar manajer,
leader, dan karyawannya dalam mencapai tujuan organisasinya. (Nursalam,
2014)
Manajemen dan kepemimpinan adalah dua hal sering berkaitan pada
kegiatan supervisi, namun implementasinya begitu luas. Jika seorang perawat
berperan sebagai seorang ketua tim, kepala ruang atau perawat pelaksana
dalam suatu bagian, maka perawat tersebut membutuhkan suatu
pemahaman tentang bagaimana cara mengelola dan memimpin orang lain
dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang perawat yakni
membuat asuhan keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat
profesional, seorang perawat tidak hanya mengelola pasien dan keluarganya,
namun perawat juga melaksanakan sebuah proses secara keseluruhan yang
memungkinkan dirinya dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan pasien menuju ke arah
kesembuhan. (Nursalam, 2014)
Di era digital saat ini, nitizen bisa dengan sangat mudah membagikan
berita ke jejaring media sosial. Masyarakat sudah dengan sangat jelas bisa
mengutarakan kekecewaan atau kekesalannya dalam media sosial jika
mendapat pelayanan yang mengecewakan. Memahami fenomena yang
terjadi, sudah pasti inilah yang akan menjadi konflik antara sebuah pelayanan
10
salah satunya pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama
yang efektif dan juga efisien antara perawat manajer dan perawat pelaksanya
agar dapat menciptakan kepuasaan para pengguna pelayanan.
Menurut (Julianto, 2014) ada beberapa tantangan dalam manajemen
keperawatan yang ada di Indonesia saat ini terutama terletak pada masalah
hukum dan peraturan mengenai keperawatan, beberapa di antaranya:
1. Belum ada kejelasan mengenai tanggung jawab masing-masing perawat
dengan jenjang pendidikan yang berbeda. Hingga saat ini, masih ada
lembaga pelayanan kesehatan yang belum membahass lebih lanjut
tentang hirarki kompetensi perawatan yang berlaku secara umum,
sehingga standar kompetensi tersebut seringkali harus ditetapkan oleh
masing-masing lembaga pelayanan kesehatan secara terbatas dan
berbeda-beda antara institusi kesehatan yang satu dengan yang lain.
Contoh yang paling jelas adalah belum adanya peraturan yang baku
tentang batas kewenangan perawat lulusan D3 dan S1. Bahkan masih
ditemukan jenjang karir pendidikan terakhir seorang perawat setara
dengan pendidikan SMA.
2. Tuntutan kompetensi dari perawat yang diangkat sebagai supervisor
belum didefinisikan secara jelas. Dimana posisi manajerial dalam
keperawatan seringkali diasumsikan berbanding lurus dengan durasi
pengabdiannya di institusi kesehatan yang bersangkutan atau
pengalaman teknisnya, sehingga tuntutan akan kompetensi manajerial
justru tidak terpenuhi.
3. Hubungan kolaborasi dengan profesi lainnya (terutama dokter) juga belum
distandarisasi secara baku. Batasan antara wewenang perawat dan
wewenang dokter seringkali masih abu-abu, sehingga dari batasan
wewenang tugas dan tindakan masih seringkali menyudutkan profesi
perawat.
4. Standar kompensasi yang berlaku saat ini, masih berbasis profesi. Ini
menyebabkan timbulnya rasa ketidakadilan bagi tenaga perawat karena
untuk tindakan yang sama dengan waktu serta risiko yang sama, tenaga
perawat mungkin menerima kompensasi yang lebih sedikit dibandingkan
profesi lainnya.
11
Keperawatan bagian dari sebuah ilmu kesehatan yang juga
membutuhkan ilmu kepemimpinan dan kemampuan menejerial. Langkah
pertama menjadi pemimpin perawat yang efektif adalah memahami dengan
jelas deskripsi pekerjaan, peran dan tanggung jawab, kebijakan serta
prosedur yang berhubungan dengan posisi di mana perawat dipekerjakan
atau ditugaskan (Cherry & Jacob, 2014) Fenomena dari hubungan kerja yang
telah dibangun akan berpotensi menimbulkan konflik. Sehingga dari konflik
yang berkelanjutan akan merusak kesatuan unit kerja dan seringkali
menimbulkan situasi yang tidak menyenangkan, sehingga mengganggu
hubungan kerja dan menurunkan produktivitas kerja karyawan. Oleh karena
itu seorang pemimpin dari perawat yaitu kepala ruangan harus mampu
mengambil inisiatif untuk dapat memfasilitasi penyelesaian konflik yang dapat
menghambat tercapainya tujuan dalam menghasilkan kepuasan pasien dan
peningkatan pelayanan kesehatan serta terciptanya kepuasan kerja bagi
perawat. (Surianto, Sari, & Jurni, 2016)
Manajer keperawatan yang efektif seyogianya memahami hal ini dan
mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi : menggunakan
proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya,
melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan
yang ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-
hasil keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu
mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan
kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui
partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat (Mugianti, 2016).
Olehnya itu, gaya kepemimpinan yang tepat diberlakukan pada tatanan
pelayanan keperawatan adalah gaya kepemimpinan situasional. Gaya
kepemimpinan situasional cukup menarik di era saat ini, karena pemimpin
dengan gaya ini akan selalu berusaha menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi organisasi, serta bersifat fleksibel dalam beradaptasi/menyesuaikan
dengan kematangan bawahan dan lingkungan kerjanya. Hal itu sesuai
dengan kondisi dan situasi saat ini yang menuntut pemimpin harus bersifat
akomodatif dan aspiratif terhadap lingkungan kerjanya. Salah satu dari
kepemimpinan situasional memperhatikan tingkat kematangan bawahan.
12
kematangan (maturity) bawahan dalam hal ini adalah kemampuan dan
kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan
perilakunya. Sehingga perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk
mengetahui kepemimpinan situasional. Intinya bahwa pendekatan situasional
menyarankan bahwa perilaku pemimpin yang efektif harus:
13
Penyelesaian tugas seorang karyawan merupakan sebuah wujud nyata
sebuah prestasi kerja baik berkontribusi untuk karyawan maupun
perusahaan. Kesediaan dan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas
merupakan salah satu tolak ukur perusahaan dalam pencapaian tujuan
sebuah perusahaan.(Barlian, 2017)
Selama beberapa dekade, dalam penelitian dunia keperawatan telah
dilakukan penelitian berkaitan dengan manajemen dan kepemimpinan yang
berkaitan dengan kebijakan yang mengatur individu dan kelompok dalam
sebuah organisasi. Seorang pemimpin dalam sebuah pelayanan harus
memiliki kemampuan atau gaya kepemimpinan untuk bisa memotivasi
bawahannya, mendukung kerja bawahannya, dan membantunya serta
memberikan penghargaan bagi bawahan yang melaksanakan aturan
organisasi dengan benar . (Poghosyan & Bernhardt, 2018)
14
BAB III
PEMBAHASAN
A. Skenario
Rumah sakit X Dengan tipe C, memiliki 8 ruang rawat inap dan
memiliki 9 ruang rawat jalan. Struktur organisasi yang dimiliki rumah sakit X
tersebut terdiri atas Direktur menaungi kurang lebih 4 bidang dalam
pemberian kebijakan pelayanan salah satunya adalah Bidang Keperawatan
terdiri atas seksi pendidikan dan pelatihan. Seksi pendidikan dan pelatihan
memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan mengarahkan para kepala-
kepala ruangan untuk menjalankan sistem pelayanan menjadi visi dan misi
Rumah Sakit dalam menciptakan kepuasaan pelanggan.
Dalam skenario, kami akan membahas tentang gaya kepemimpinan di
ruangan S. Ruangan S adalah salah satu ruangan yang memiliki alur
penerimaan pasien yang bermacam-macam. Ruangan S yang terdiri atas dua
ruangan untuk pasien sakit dan sehat memiliki 18 Perawat dengan kualifikasi
pendidikan S1+Ners (2), S1 (3), D3 Kebidanan (6), dan D3 Keperawatan (7).
Jumlah pasien rata-rata tiap bulan yang dirawat di ruangan S sekitar 100-150
orang.
Ruangan S dipimpin oleh kepala ruangan dengan kualifikasi
pendidikan terakhir S1. Ny Y memipin ruang rawat S selama kurang lebih 1
tahun. Selama kepemimpinan beliau dengan gaya kepemimpinan otoriter,
terdapat beberapa konflik yang tercipta selama Ny Y bertugas. Diantaranya
adalah terganggunya psikologis staf dikarenakan Ny Y selalu mengambil
keputusan diluar hasil ketetapan bersama dengan karyawannya, tugas pokok
yang seharusnya menjadi tanggung jawab seorang kepala ruangan
dilimpahkan kepada staf, ketika timbul konflik di dalam ruangan, kepala
ruangan tidak mampu menyelesaikan terlebih dahulu masalah yang ada di
dalam ruangannya sebelum melapor kepada tim manajemen rumah sakit, dan
kepala ruangan terlalu memaksakan kehendaknya dalam pengambilan
keputusan. Ny Y juga selalu menilai loyalitas perawat ruanganya masih
kurang, dikarenakan sering kali karyawan tidak masuk kerja dengan alasan
yang bervariasi. Alasan yang paling sering perawat tidak masuk kerja adalah
15
karena ijin sakit, bahkan banyak perawat tidak masuk kerja tanpa keterangan
atau alasan yang dikarenakan ketidaknyaman dalam bekerja.
B. Solusi
Berdasarkan kasus yang dibahas dalam skenario tersebut dapat dilihat
bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala ruangan selaku low
manager tidak memberikan dampak yang positif kepada karyawan. (Sari,
2016) Sehingga dibutuhkan langkah-langkah nyata dalam penyelesaian
konflik antara karyawan dan pimpinan ruangan. Dalam bertindak seorang
pemimpin harus mempunyai kemampuan, kecakapan membaca situasi yaitu
kemampuan untuk melihat baik-buruk situasi, yang kemudian digunakan
untuk memilih atau menentukan pola perilaku yang sesuai dengan situasi
agar terjadi kepemimpinan yang efektif. Dalam kaitannya dengan tanggung
jawab pimpinan dalam tugas kepemimpinannya dapat dikatakan bahwa
pimpinan yang fleksibel dan tanggap terhadap tuntutan situasi, akan lebih
mampu menentukan perilaku, cara bertindak yang sesuai dengan situasi yang
ada untuk mempengaruhi bawahannya, sehingga mencapai kepemimpinan
yang efektif. Apabila pihak manajemen memberikan perhatian penuh kepada
pegawai, maka hasil produksi akan meningkat dengan tidak mengabaikan
kondisi lingkungan kerja. Teori tersebut dikenal dengan hawthorne effect, di
mana seseorang akan merespons kejadian dan terus belajar manakala
mereka merasa terus diperhatikan dan didukung oleh manajemen. (Nursalam,
2014)
Keadaan lingkungan kerja, keadaan organisasi dan proses kerja
adalah faktor-faktor yang sangat dipengaruhi oleh budaya kerja.
Ketidakberhasilan dalam bekerja dan kelelahan selalu dikaitkan dengan
kematian pasien. Mengingat pelimpahan kewenangan dan kesuksesan
pekerjaan perawat sangat berhubungan dengan kualitas pelayanan yang
baik, dan berkurangnya resiko pasien. Oleh karena itu, budaya kerja petugas
kesehatan sangat mempengaruhi dalam peningkatan kualitas pelayanan dan
mengurangi resiko kematian pasien. (André, Sjøvold, Rannestad, & Ringdal,
2014)
Kepemimpinan dalam keperawatan adalah kemampuan dan
keterampilan seorang pemimpin perawat dalam mempengaruhi perawat lain
16
di bawah pengawasannya untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai. Dalam penerapan praktiknya, kepemimpinan
dalam keperawatan dapat mengurangi biaya perawatan pasien, pemimpin
dapat memberikan arahan terkait tugas serta memberikan pendelegasian
kepada orang lain.(Murphy, 2009)
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu membaca situasi
yang dihadapi dan bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Dalam skenario, terlihat ketidakadilan seorang
pemimpin kepala ruangan dalam menjalankan perannya. Akibatnya,
berdampak pada kinerja perawat yang menjadi bawahannya di ruangan.
Kinerja seseorang dalam sebuah kelompok atau organisasi akan sangat
tergantung pada motivasi dan kemampuannya. Kinerjanya akan menjadi
tinggi apabila selalu dimotivasi dan sangat terampil , dan akan terjadi hal
sebaliknya apabila tidak mendapatkan motivasi dan dan tidak diberikan
kesempatan untuk meningkatkan keterampilan. Fungsi manajemen adalah
fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi kepemimpinan
dan fungsi pengawasan.. Dalam keperawatan fungsi manajemen terdiri
dari perencanaan atau planning. pengorganisasian atau organizing,
pengaturan staf atau stafing, kepemimpinan atau leadership dan
pengendalian atau controlling. (Nursalam, 2014)
17
Dari deskripsi skenario yang telah djelaskan bahwa kepala ruangan
menerapkan gaya kepemimpinan dengan cara otoriter. Gaya kepemimpinan
otoriter sangat berpengaruh terhadap loyalitas melalui kepuasan kerja.
Kepuasan kerja adalah pandangan seseorang mengenai pekerjaan,
bedasarkan faktor-faktor lingkungan kerja seperti gaya atasan, aturan dan
prosedur kerja, rekan kerjaa, kondisi kerja dan tingkat kompensasi yang
diterima. Elemen-elemen kerja yang berkaitan dengan kepuasan kerja
diantaranya adalah nilai kompensasi, promosi kerja, kondisi kerja, supervisi,
cara kerja organisasi dan hubungan yang tercipta antara atasan dan
bawahan.(Sari, 2016)
Salah satu perubahan yang bisa kami tawarkan dalam perubahan
skenario di atas adalah, dengan merujuk kepada perubahan pola gaya
kepemimpinan . Leader as Coach atau pemimpin sebagai pelatih merupakan
gaya kepemimpinan yang mengubah dimana pelatih merupakan seorang
motivator dan melatih adalah pendekatan utama untuk mempengaruhi orang
lain sedangkan pelatihan adalah proses perkembangan yang dirancang untuk
membantu individu atau tim mencapai dan mempertahankan kinerja puncak
dalam merealisasikan tujuan organisasi. (White, 2006).
18
Pelatihan ialah upaya untuk mendukung dalam meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan seseorang (Dubrin, 2016). Pelatihan adalah
salah satu alat yang paling penting untuk memberdayakan bawahan,
mengubah perilaku, dan mengembangkan tim yang kohesif (Palestini, 2009).
Dengan Pelatihan, karyawan dapat tumbuh dan mengembangkan
kemampuannya setelah mendapatkan saran dan dorongan. Menurut (White,
2006) dalam melaksanakan pembinaan pelatih memainkan beberapa peran,
diantaranya :
a) Saat bertindak sebagai cermin, mentor mengamati dan mendengarkan
dengan seksama. Keduanya sesuai dengan pengamatan mereka, dan
pembimbing merefleksikannya kembali untuk membantu pengikut
memahami gaya, lingkungan, dan dampaknya terhadap orang lain.
Mentor memberikan informasi dan konstruktif, umpan balik.
Pembimbing (mentor) juga dapat berbagi pengamatan di lingkungan
klien, membantu memperluas atau mengubah pandangan pengikut
tentang dunia interpersonal dan politik mereka.
b) Sebagai panduan kreatif, selaku pemimpim dan pembimbing
membantu pengikut mengeksplorasi dan menciptakan perilaku baru
yang memungkinkan klien menjadi lebih efektif.
c) Sebagai seorang guru, pemimpin sebagai pembimbing memanfaatkan
kesempatan belajar dan menjelaskan dan menunjukkan perilaku baru,
membantu pengikut menjadi kompeten secara sadar dalam
keterampilan ini.
d) Sebagai mitra pemikiran, pemimpin sebagai pembimbing membantu
pengikut menemukan ide dan strategi mereka dengan berbicara
melalui opini dan niat dan memikirkan gagasan tentang strategi dan
praktik kepemimpinan.
e) Sebagai mitra latihan, pemimpin sebagai pembimbing berperan-
bermain dengan pengikut untuk memberikan latihan dengan perilaku
baru dalam situasi yang realistis namun aman.
f) Sebagai konsultan politik, pemimpin sebagai pembimbing membantu
pengikut menafsirkan dinamika kekuatan dan hubungan dalam
organisasi mereka dan merencanakan bagaimana memberi pengaruh
di dalamnya.
19
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal
secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal
yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam mencapai tujuan dalam pelaksanaan manajemen, dibutuhkan seorang
leader atau dalam hal ini seorang pemimpin untuk bisa melaksanaan peran
sebagai seorang perencana, pengorganisasi, pengarah, dan juga pengontrol
dalam sebuah proses yang melibatkan orang lain.
2. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu membaca situasi yang
dihadapi dan bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Dalam skenario, terlihat ketidakadilan seorang
pemimpin kepala ruangan dalam menjalankan perannya dalam fungsi
manajemen. Dan akan berdampak pada kinerja perawat yang menjadi
bawahannya di ruangan..
3. Leader as Coach atau pemimpin sebagai pelatih merupakan gaya
kepemimpinan yang mengubah dimana pelatih merupakan seorang motivator
dan melatih adalah pendekatan utama untuk mempengaruhi orang lain
sedangkan pelatihan adalah proses perkembangan yang dirancang untuk
membantu individu atau tim mencapai dan mempertahankan kinerja puncak
dalam merealisasikan tujuan organisasi
B. Saran
1. Dalam tatanan pelayanan sangat dibutuhkan pemahaman tentang
manajemen yang tepat dalam pengelolaan pelayanan kesehatan yang baik,
2. Seorang Manejer diharapkan dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan karyawannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
André, B., Sjøvold, E., Rannestad, T., & Ringdal, G. I. (2014). The impact of work
culture on quality of care in nursing homes - a review study. Scandinavian
Journal of Caring Sciences, 28(3), 449–457. https://doi.org/10.1111/scs.12086
Asamani, J. A., Naab, F., & Ofei, A. M. A. (2016). Leadership styles in nursing
management: implications for staff outcomes. Journal of Health Sciences.
https://doi.org/10.17532/jhsci.2016.266
Cherry, B., & Jacob, S. R. (2014). Contemporary Nursing Issues, Trends &
Management. Ecosystems and Human Well-being: A Framework for
Assessment (Vol. 6). https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Ellis, J. R., & Hartley, C. L. (2003). Nursing in Todays World - Trends, Issues &
Management 8th Edition.
Lousyiana, T. T., & Harlen. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya
Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Tepak Manajemen Bisnis, 7(3), 509–521.
1
Palestini, R. (2009). From Leadership Theory to Practice: a Game Plan for Success
as a Leader. Lanham, New York: Rowman & Littlefield Education.
Surianto, Sari, N. P. P., & Jurni. (2016). Hubungan kepemimpinan kepala ruangan
dan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat di paviliun catelia RSUD
Undata. Jurnal Kesehatan Tadulako, 2(1), 13–22.
White, D. (2006). Coaching Leaders: Guiding People Who Guide Others (1st Editio).
San Fransisco: Jossey-Bass.