Rahmat Reska Ramadhani - 119120100 - LAModul 03
Rahmat Reska Ramadhani - 119120100 - LAModul 03
Rahmat Reska Ramadhani - 119120100 - LAModul 03
MODUL 3
OLEH :
ASISTEN :
2022
DAFTAR ISI
i
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 38
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 4.15 Picking horizon inline 362 pada software HRS. ............................................... 29
Gambar 4.16 Picking horizon inline 722 pada software HRS. ............................................... 29
Gambar 4.17 Picking horizon inline 422 pada software HRS. ............................................... 30
Gambar 4.18 Picking horizon inline 244 pada software HRS. ............................................... 30
Gambar 4.19 Time Structure Map horizon FS8...................................................................... 31
Gambar 4.20 Time Structure Map horizon FS7...................................................................... 31
Gambar 4.21 Time Structure Map horizon truncation. ........................................................... 32
Gambar 4.22 Time Structure Map horizon FS6...................................................................... 32
Gambar 4. 23 Time Structure Map horizon MSF4. ................................................................ 33
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
atribut yang sensitif terhadap pemisahan litologi dan fluida. Langkah selanjutnya adalah
melaakukan picking fault dan picking horizon. Dimana dalam proses picking fault ini berguna
untuk menandai adanya sesar atau patahan yang ada pada data seismiknya, sedangkan picking
horizon dilakukan dengan pick pada horizon seismik yang akan digunakan sebagai zona target
pada proses penelitian. Hasil dari picking horizon tersebut dapat dilihat dalam bentuk peta
struktur waktu dan struktur kedalaman. Peta struktur waktu merupakan peta yang
mempresentasikan bawah permukaan berdasarkan hasil picking yang telah dilakukan, peta ini
memiliki domain waktu. Sehingga dalam proses interpretasi bawah permukaan daerah
penilitian masih menimbulkan ambiguitas karena pada dasarnya bawah permukaan berada pada
domain kedalaman, sehingga perlu adanya peta struktur yang memiliki domain kedalaman.
Namun pada laporan ini kita hanya membuat peta struktur yang berdomain waktu saja.
2
BAB II
TEORI DASAR
3
2.2 Pengolahan Data Seismik
Pengolahan data seismik pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data seismik
lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian dapat dilakukan
interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah
bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat
dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi
seperti kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan
sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.
Pengolahan data seismik dilakukan melalui serangkaian tahapan-tahapan. Oleh karena
geologi setiap medan survei seismik berbeda-beda, yang secara umum dapat dibedakan menjadi
lingkungan laut (marine), lingkungan darat (land), dan transisi (transition), perbedaan ini akan
menghasilkan data dengan karakteristik yang berbeda-beda dan akan menyebabkan tahapan-
tahapan pengolahan data seismik pun berbeda-beda. Selain itu, urutan/tahapan dalam
pengolahan data seismik juga dipertimbangkan atas dasar kualitas data lapangan yang terekam,
hingga kemampuan/pengalaman orang yang mengerjakan, dan biaya.
2.3 Wireline Log
Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang menunjukkan
parameter diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur pemboran (Harsono, 1997).
Prinsip dasar wireline log adalah mengukur parameter sifat-sifat fisik dari suatu formasi pada
setiap kedalaman secara kontinyu dari sumur pemboran. Adapun sifat-sifat fisik yang diukur
adalah potensial listrik batuan/kelistrikan, tahanan jenis batuan, radioaktivitas, kecepatan
rambat gelombang elastis, kerapatan formasi (densitas), dan kemiringan lapisan batuan, serta
kekompakan formasi yang kesemuanya tercermin dari lubang bor. Well Logging dapat
dilakukan dengan dua cara dan bertahap yaitu:
1. Openhole Logging
Openhole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada sumur/lubang bor
yang belum dilakukan pemasangan casing. Pada umumnya pada tahap ini semua jenis log
dapat dilakukan.
2. Casedhole Logging
Casedhole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada sumur/ lubang bor
yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada tahapan ini hanya log tertentu yang dapat
dilakukan antara lain adalah log Gamma ray, Caliper, NMR, dan CBL.
4
Secara kualitatif dengan data sifat-sifat fisik tersebut kita dapat menentukan jenis litologi dan
jenis fluida pada formasi yang tertembus sumur. Sedangkan secara kuantitatif dapat
memberikan data-data untuk menentukan ketebalan, porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida,
dan densitas hidrokarbon.
2.3.1 Log Listrik
Log listrik merupakan alat rekaman paling tua yang dipakai dalam industri perminyakan.
Kurva-kurva SP dan resistivitas adalah merupakan rekaman standar yang harus ada dalam
setiap penampang stratigrafi sumur bor. Kegunaan log listrik adalah untuk interpretasi litologi
dan dapat juga digunakan untuk mendeteksi zona yang mengandung minyak atau tidak. Log ini
juga dapat digunakan sebagai dasar dalam korelasi bawah permukaan.
a. Log Spontaneous Potensial (SP)
Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan dengan
elektroda yang terdapat di lubang bor yang bergerak naik turun. Supaya SP dapat
berfungsi maka lubang harus diisi oleh lumpur konduktif. Log SP digunakan untuk :
1. Identifikasi lapisan permeabel.
2. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan
lapisannya.
3. Menentukan nilai resistivitas air formasi (Rw).
4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih.
Pada lapisan serpih, kurva SP umumnya berupa garis lurus yang disebut garis dasar
serpih, sedangkan pada formasi permeabel kurva SP menyimpang dari garis dasar
serpih dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang cukup tebal yaitu garis
pasir. Penyimpangan SP dapat ke kiri atau ke kanan tergantung pada kadar garam air
formasi dan filtrasi lumpur (Rider, 2002).
5
Log SP hanya dapat menunjukkan lapisan permeable, namun tidak dapat mengukur harga
absolute dari permeabilitas maupun porositas dari suatu formasi. Log SP sangat
dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti resistivitas formasi, air lumpur pemboran,
ketebalan formasi dan parameter lainnya. Sehingga jika salinitas komposisi dalam lapisan
lebih besar dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negative, dan jika
salinitas komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka kurva SP akan
berkembang positif. Dan apabila salinitas komposisi dalam lapisan sama dengan salinitas
lumpur maka defleksi kurva SP akan menunjukkan garis lurus sebagaimana pada shale
(Asquith G. B., 1976).
b. Log Resistivity
Log Resistivity digunakan untuk mendeterminasi zona hidrokarbon dan zona air,
mengindikasikan zona permeabel dengan mendeteminasi porositas resistivitas, karena
batuan dan matrik tidak konduktif, maka kemampuan batuan untuk menghantarkan arus
listrik tergantung pada fluida dan pori. Alat-alat yang digunakan untuk mencari nilai
resistivitas (Rt) terdiri dari dua kelompok yaitu Laterolog dan Induksi. Yang umum
dikenal sebagai log Rt adalah LLd (Deep Laterelog Resistivity), LLs (Shallow Laterelog
Resisitivity), ILd (Deep Induction Resisitivity), ILm (Medium Induction Resistivity), dan
SFL.
Gambar 2.3 Kontras karakteristik resolusi lapisan dari alat resistivitas dan aplikasi geologinya
(Asquith & Krygowski, Basic Well Log Analysis : Second Edition, 2004)
6
batuan karena mampu memisahkan dengan baik antara lapisan serpih dari lapisan
permeabel. Kegunaan log Gamma ray ini antara lain adalah untuk menentukan
kandungan serpih (Vsh), kandungan lempung, menentukan lapisan permeabel, evaluasi
mineral bijih yang radioaktif, evaluasi lapisan mineral tidak radioaktif, dan korelasi antar
sumur.
b. Log Densitas
Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk density) dari
batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram/cm3. Prinsip dasar dari log ini
adalah menembakkan sinar gamma kedalam formasi, dimana sinar gamma ini dapat
dianggap sebagai partikel yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Banyaknya energi sinar gamma yang hilang menunjukkan densitas elektron di dalam
formasi, dimana densitas elektron merupakan indikasi dari densitas formasi.
7
c. Log Neutron
Prinsip dasar dari log neutron adalah mendeteksi kandungan atom hidrogen yang terdapat
dalam formasi batuan dengan menembakan atom neutron ke formasi dengan energi yang
tinggi. Neutron adalah suatu partikel listrik netral yang mempunyai massa hampir sama
dengan atom hidrogen. Partikel-partikel neutron memancar menembus formasi dan
bertumbukan dengan material formasi, akibat dari tumbukan tersebut neutron akan
kehilangan energi. Energi yang hilang saat benturan dengan atom di dalam formasi batuan
disebut sebagai porositas formasi (𝜙𝑁). Hilangnya energi paling besar bila neutron
bertumbukan dengan sesuatu yang mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya
atom hidrogen. Dengan demikian besarnya energi neutron yang hilang hampir semuanya
tergantung banyaknya jumlah atom hidrogen dalam formasi.
8
Gambar 2.7 Tipikal Respon caliper untuk berbagai litologi (Malcom, 2002)
9
2.4.1 Komponen Seismik Refleksi
Impedansi akustik, koefisien refleksi, polaritas, fase, dan wavelet merupakan komponen
penting pada seismik refleksi.
a. Impedansi Akustik (AI)
Impedansi akustik adalah komponen seismik refleksi hasil dari perkalian densitas (ρ) dan
kecepatan (v) yang secara matematis dapat dituliskan dengan persamaan.
𝐴𝐼 = 𝜌. 𝑣 (2.2)
Impedansi akustik merupakan parameter yang dapat membedakan dan mengetahui
kekerasan dari suatu batuan atau lapisan bawah permukaan hanya dengan melihat respon
amplitudo dari trace seismik yang secara ilustrasi dapat dilihat pada gambar 2.8. Secara
langsung, nilai kontras impedansi akustik dipengaruhi oleh amplitudo refleksinya yaitu
semakin besar amplitudo refleksinya maka kontras impedansi akustik semakin besar,
sedangkan semakin kecil amplitudo refleksinya maka kontras impedansi akustik semakin
kecil. Semakin besar kontras impedansi akustik menunjukkan bahwa batuan atau lapisan
tersebut semakin kompak dan keras, begitu juga sebaliknya.
Dari persamaan (2.8), impedansi akustik dipengaruhi oleh densitas dan kecepatan
gelombang seismik. Parameter kecepatan gelombang berpengaruh lebih besar
dibandingkan densitas. Hal ini dikarenakan perubahan kecepatan lebih signifikan
daripada perubahan densitas secara lateral maupun vertika
10
atas dan v2 merupakan kecepatan gelombang lapisan bawah. Koefisien refleksi
digambarkan dengan garis reflektivitas yang merepresentasikan batas dari impedansi
akustik yang secara ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Berdasarkan Gambar 2.9, terlihat bahwa koefisien refleksi sangat berperan penting dalam
menghasilkan respon seismik, dikarenakan besar amplitudonya bergantung pada besar
koefisien refleksinya
11
Gambar 2.10 Polaritas dan Fasa abdullah
d. Wavelet
Wavelet atau disebut juga sinyal seismik merupakan kumpulan dari sejumlah gelombang
seismik yang mempunyai amplitudo, frekuensi, dan fasa tertentu. Berdasarkan Sukmono
(2001) konsentrasi energinya wavelet dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
• Zero Phase Wavelet Wavelet, berfasa nol (zero phase wavelet) mempunyai konsentrasi
energi maksimum di tengah dan waktu tunda nol, sehingga wavelet ini mempunyai
resolusi dan standout yang maksimum
• Minimum Phase Wavelet, berfasa minimum (minimum phase wavelet) memiliki energi
yang terpusat pada bagian depan. Dibandingkan jenis wavelet yang lain dengan
spektrum amplitudo yang sama, wavelet berfasa minimum mempunyai perubahan atau
pergeseran fasa terkecil pada tiap-tiap frekuensi.
• Maximum Phase Wavelet, wavelet berfasa maksimum (maximum phase wavelet)
memiliki energi yang terpusat secara maksimal di bagian akhir dari wavelet tersebut,
sehingga merupakan kebalikan dari wavelet berfasa minimum.
• Mixed Phase Wavelet, wavelet berfasa campuran (mixed phase wavelet) merupakan
wavelet yang energinya tidak terkonsentrasi di bagian depan maupun di bagian
belakang.
Berikut merupakan jenis-jenis wavelet:
Gambar 2.11 Jenis–jenis wavelet berdasarkan konsentrasi energi, (1) Mixed phase,
(2) Minimum phase, (3) Maximum phase, (4) Zero phase (Azmi, 2019).
12
2.4.2 Well to seismic tie
Well seismic Tie merupakan pengikatan data sumur (kedalaman) terhadap data seismik
(waktu) yang bertujuan untuk mengetahui parameter-parameter seismik seperti fasa, polaritas
dan frekuensi. Metode ini dimulai dengan melakukan quality control terhadap data yang akan
digunakan. Pada Log Density dilakukan koreksi terhadap washout zone yang berdampak pada
pembacaan alat akibat keberadaan mudcake dengan menggunakan multiple regresi. proses
dilanjutkan dengan ekstraksi wavelet dari seismik dan membuat model wavelet, dilanjutkan
dengan pembuatan sintetik seismogram dengan cara mengkonvolusikan koefisien refleksi dan
model wavelet yang sudah dibuat, kemudian barulah dilakukan shifting untuk menempatkan
lapisan target pada posisi waktu. (Isnanda, 2016)
Pengikatan sumur ke seismik dilakukan dengan menggunakan log densitas dan log sonic
yang sudah dikoreksi terhadap data checkshot sehingga domain sumur (kedalaman) dapat
diletakkan pada domain yang sama, yaitu domain waktu. Dibuat seismogram sintetik dari
sumur yang merupakan hasil konvolusi koefisien refleksi yang didapat dari AI pada sumur
dengan wavelet yang diekstrak dari seismik. Lalu trace seismogram sintetik yang ada
dicocokkan dengan trace seismik sampai maksimal (well seismic tie). Untuk mencocokkan
seismogram sintetik yang telah dibuat dengan seismik, dapat dilakukan stretch and squeeze
pada seismogram sintetik dengan batasan maksimal 10 ms.
Gambar 2.12 Contoh well seismic tie pada sumur F03-04 (Isnanda, 2016)
Ada tiga 3 macam well seismic tie, yaitu seismogram sintetik (synthetic seismogram),
checkshot, vertical seismic profiling (VSP).
a. Seismogram Sintetik
Seismogram sintetik merupakan cara untuk menghubungkan antara kenampakan
rekaman seismik dengan lapisan-lapisan batuan dalam bumi. Adanya fluida dan
perubahan ketebalan batuan dapat terlihat pada pola rekaman seismik. Gelombang
seismik yang menembus bumi akan dapat dipantulkan kembali apabila melalui dua
13
material yang memiliki akustik impedansi yang berbeda. Akustik impedansi merupakan
fungsi dari densitas dan kecepatan rambat gelombang seismik dalam lapisan batuan.
Gambar 2.13 Sintetik seismogram yang didapat dengan mengkonvolusikan koefisien refleksi
dengan wavelet (Sukmono, 2001).
b. Checkshot
Checkshot adalah mengukur waktu yang ditempuh gelombang seismik mulai dari sumber
getar sampai diterima oleh alat penerima di bawah permukaan. Checkshot berfungsi
mengubah top data log dari kedalaman menjadi waktu dan menempatkan lapisan-lapisan
yang ekuivalen pada garis seismik pada posisi yang sebenarnya. Dalam menggunakan
checkshot dapat terjadi masalah berupa ketidaktepatan posisi top kedalaman suatu zona
prospek yang telah ditentukan dari wireline logs pada penampang seismik. Hal ini
disebabkan pada umumnya refleksi yang tebal dan menerus. (Top Formation) berada
korelatif diatas atau dibawah posisi top kedalaman zona lapisan prospek yang telah
ditentukan tersebut. Maslaah ini dapat diatasi dengan memilih refleksi yang tebal dan atau
menerus pada penempang seismik yang terdekat dengan posisi kedalaman zona lapisan
prospek yang telah dilakukan dari.
14
2.4.3 Picking fault dan Horizon
Picking fault dan picking horizon merupakan salah satu tahap interpretasi data seismik.
Interpretasi dilakukan dengan mempertimbangkan konsep geologi seperti struktur geologi,
kemenerusan lapisan. Sedangkan interpretasi seismik seperti kemenerusan amplitudo
gelombang, low and high amplitude, polaritas seismik.
Picking horizon dilakukan dengan cara membuat garis horizon pada kemenerusan lapisan
pada penampang seismic. Informasi mengenai keadaan geologi, lingkungan pengendapan dan
arah penyebaran dari reservoar sangat dibutuhkan dalam melakukan picking horizon. Dalam
melakukan picking horizon yang paling penting adalah harus memperhatikan hasil well seismic
tie. Karena dengan melihat hasil well seismic tie maka akan dapat ditentukan dimana tempat
dilakukannya picking horizon, pada bagian peak atau through. Untuk melakukan picking
horizon harus dibantu dengan top marker data sumur, setelah itu dilakukan picking horizon
dengan melihat kemenerusan amplitudo. Tahap selanjutnya yaitu picking fault dengan
menandai adanya sesar
2.4.4 Time Structrute Map
Time Structure Map adalah peta yang merepresentasikan suatu lapisan dibawah permukaan
berdasarkan kedalaman dalam domain waktu (Two-way time). Peta ini membawa informasi
struktural lapisan tersebut, hal ini dapat dilihat dari kontur yang terbentuk pada peta. Peta ini
bisa menjadi indikator letak keberadaan struktur jebakan migas yang biasanya
direpresentasikan dengan suatu struktur antiklin maupun sinklin dengan jenis four-way atau
three-way dip closure.
15
Tabel 2.1 Penetapan Hidrokarbon Berdasarkan Log (Rahmat, 2005).
Gambar 2. 15 Penentuan hidrokarbon berdasarkan analisis data log (Asquith & Gibson, 2018).
16
Tabel 2.2 Penentuan Jenis Litologi Berdasarkan Log (Harsono, 1997).
17
BAB III
METODOLOGI
b. Picking Fault
1. Pilih Insert → New interpretation folder untuk memunculkan folder interpretasi. Klik
kanan pada (rubah nama sesuai data lokasi pengukuran misalnya) → Insert Fault untuk
dapat memunculkan interpretasi picking fault. Maka akan muncul Fault interpretation
pada submenu Interpretation folder di menu input.
18
2. Selanjutnya pada menu Processes pilih Geophysics → Seismic Interpretation untuk
memunculkan menu kerja pada bagian samping kanan jendela kerja. Pilih icon
Interpretation fault. Klik pada keberadaan sesar yang terdapat dalam penampang. Namun
sebelumnya kita juga perlu mengetahui data geologi lapangan terlebih dahulu untuk
mengetahui keberadaan sesar utama kemudian sesar-sesar minor dapat di gambarkan.
3. Untuk mempermudah mengetahui keberadaan dan posisi sesar, lihat pada Interpretation
window kemudian play penampang seismik untuk melihat data seismik yang dijalankan
berdasarkan inline/xline.Dilakukan pada setiap interval pada inline/xline, maka diantara
interval tersebut akan terlihat garis putus- putus menunjukan kemenerusan sesar. Untuk
mempermudah proses berikutnya.
4. Lakukan pada setiap sesar yang terdapat pada penampang. Maka akan terlihat
kemenerusan sesar secara keseluruhan, ukuran, lebar, bentuk dll. Pada hasil picking yang
ditampilkan maka akan ditampilkan hasil picking dalam semua jendela kerja yang
tersedia.
c. Picking Horizon
1. Pilih Insert → New interpretation folder untuk memunculkan folder interpretasi. Klik
kanan pada Interpretation folder 2 (ubah nama menu menjadi “picking horizon”) →
Insert seismic horizon untuk memunculkan interpretasi picking horizon. Maka akan
muncul Horizon interpretation pada submenu picking horizon folder di menu Input.
2. Selanjutnya pada menu Processes pilih Geophysics → Seismic interpretation untuk
memunculkan menu kerja pada samping kanan jendela kerja. Pilih icon H Interpretation
horizon. Selanjutnya klik (tahan) pada kemenerusan lapisan berdasarkan defleksi seismik
di penampang. Lakukan pada setiap marker yang terdapat pada sumur terlebih dahulu
sebagai acuan picking lakukan di inline atau di xline.
19
e. Time Structure Map
Proses selanjutnya setelah melakukan interpretasi mengenai picking fault dan picking
horizon kita lakukan pembuatan time structure map. Peta struktur waktu adalah peta yang
merepresentasikan suatu lapisan dibawah permukaan berdasarkan kedalaman dalam domain
waktu (two way time). Peta struktur waktu dapat digunakan untuk interpretasi struktur seperti
cebakan hidrokarbon, kemenerusan patahan, dan lain – lain.
1. Klik Process → symbol panah ke bawah Utiilities (untuk memilih process apa yang ingin
dikerjakan) → double klik Make/edit surface → untuk main input diisi dengan seismic
horizon (hasil picking horizon) dengan cara klik seismic horizon lalu pada main input klik
panah yang mengarah ke kanan → lalu untuk boundary diisi dengan polygon yang telah
kita buat dengan cara klik polygon horizon yang ingin dibuat yang telah di picking lalu
pada baoundari klik panah untuk menginput boundary → klik Geometri → untuk bagian
geometri saya menggunakan user defined → klik Get limits from selected (membaca batas
polygon yang telah kita buat sebelumnya) → klik Algorithm → Method : Minimum
curvature interpolation (saya menggunakan ini karena hasilnya lebih baik) → Apply →
OK.
f. Export horizon
2. Export horizon, Ekspor hasil Time Structure Map masing – masing horizon dilakukan
agar dapat digunakan dalam interpretasi selanjutnya yang dilakukan pada software
berbeda. ✓ Pilih Time Structure Map horizon yang dipilih → klik kanan pilih convert to
points → horizon berhasil di convert menjadi titik → klik kanan titik yang berhasil
terconvert → pilih export → simpan dengan nama yang diinginkan → save & OK.
20
b. Time Structure Map
1. Menampilkan Time Structure Map untuk horizon tersebut. Klik tabs seismic terlebih
dahulu, kemudian munculkan dalam Arbitrary Line, kemudian klik menu “Horizon” lalu
pilih “Display Horizon”. Top Horizon digunakan untuk memilih horizon mana yang akan
ditampilkan. Kemudian untuk mendisplay pilih Actual Picks. Lalu klik OK.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Software Petrel
a. Atribut intantaneous phase
Gambar 4.1 Penggunaan atribut intantaneous phase pada data seismik dalam tampilan 3D windows.
Gambar 4.2 Penggunaan atribut sinus phase pada data seismik dalam tampilan 3D windows.
22
c. Picking Fault
23
d. Picking Horizon
24
Gambar 4.7 Picking horizon pada inline 422
25
e. Time structure map
26
Gambar 4.11 Time Structure Map horizon truncation.
27
Gambar 4.13 Time Structure Map horizon MFS4.
Gambar 4.14 Picking horizon dalam arbitary line pada software HRS.
28
Gambar 4.15 Picking horizon inline 362 pada software HRS.
29
Gambar 4.17 Picking horizon inline 422 pada software HRS.
30
b. Time Structure Map
31
Gambar 4.21 Time Structure Map horizon truncation.
32
Gambar 4. 23 Time Structure Map horizon MSF4.
4.2 Pembahasan
Praktikum Interpretasi Seismik Kuantitaif minggu ke 3 membahas mengenai atribut
seismik. Atribut seismik merupakan penyajian dan analisa data seismik berdasarkan informasi
utama, yaitu informasi waktu, frekuensi, amplitudo dan fase pada jejak seismik kompleks.
Atribut seismik memberikan informasi parameter-parameter fisis batuan bawah permukaan
seperti amplitudo dan fase yang secara tidak langsung diperoleh melalui data seismik. Gambar-
gambar diatas merupakan volume atribut. Setiap hasil atribut yang diperoleh, akan
merepresentasikan hal yang berbeda-beda.
Pada gambar 4.1 merupakan atribut yang digunakan dalam pengolahan kali ini yaitu
atribut Instantaneous Phase atau fasa sesaat. Fasa Sesaat merupakan sudut diantara fasor (rotasi
vektor yang dibentuk oleh komponen riil dan komponen imajiner dalam deret waktu) dan
sumbu riil sebagai fungsi dari waktu dan selalu mempunyai nilai antara -180° s.d.+ 180°.
Dalam pengertian umum, saat trace seismik riil berpindah dari puncak ke palung, maka fasa
sesaat berubah dari 0° ke +180°. Pada palung, fasa sesaat “terlipat tajam dari +180° ke 180°.
Dalam interpretasi seismik, Instantaneous Phase (fasa sesaat) digunakan untuk melihat
kontinuitas lapisan secara lateral, ketidak menerusan, batas sekuen, konfigurasi perlapisan, dan
digunakan untuk menghitung kecepatan fasa. Sehingga penggunaan atribut akan
mempermudah kita dalam melakukan proses picking horizon.
Gambar 4.2 merupakan atribut sinus phase. Dimana atribut ini didapatkan dari atribut
fisrt derifative dilakikan dengan -1. Atribut first derivatif atau envelope merepresentasikan total
33
energi sesaat (instantaneous), yaitu nilai amplitudonya bervariasi antara nol sampai amplitudo
maksimum trasseismik. Bila amplitudonya tinggi, maka energi juga akan demikian. Envelope
berhubungan langsung dengan kontras impedansi akustik, sehinga bermanfaat untuk melihat
kontras impedansi akustik, anomali brightspot, akumulasi gas, batas sekuen, ketidakselarasan
lapisan, perubahan litologi, dan perubahan lingkungan pengendapan. Setelah menambahkan
atribut sinus phase pada data seismik, maka akan terlihat perubahan dari segi amplitudo data
seismiknya, dimana setelah dilakukan atribut ini amplitudo pada data seismik yang sebelumnya
rendah menjadi lebih tinggi atau terlihat jelas.
Gambar 4.3 dan 4.4 marupakan proses picking fault/sesar major dan minor. Picking fault
dilakukan dengan cara mengamati indikasi-indikasi sesar pada penampang seismik. Dengan
mengetahui karakter frakturasi batuan dalam penampang seismik, serta dengan menggunakan
referensi peta geologi, maka fault dapat di-pick untuk menyempurnakan hasil interpretasi. Pada
proses picking fault dilakukan dengan memperhatikan sudut kemiringannya, dan naik-turunnya
suatu perlapisan batuan perlapisan batuan.
Gambar 4.5 sampai 4.8 merupakan proses picking horizon pada software petrel 2009.
Picking horizon adalah suatu proses penelusuran horizon yang digunakan sebagai kontrol
secara lateral dari data seismik yang kemudian akan digunakan untuk membuat peta time
struktur waktu dan membuat inisial model pada metode inversi. Picking Horizon dilakukan
dengan membuat garis horizon pada suatu kemenerusan lapisan pada penampang seismik
dengan memperhatikan keteraturan kenampakan refleksi dan biasanya puncak formasi yang
potensial. Referensi dan titik ikat penarikan horizon adalah titik marker pada masing-masing
data sumur yang sudah dilakukan proses well to seismic tie. Dimana jika proses well to seismic
tie yang dilakukan sudah baik dan memiliki nilai korelasi yang tinggi maka posisi marker akan
tepat atau mendekati dari posisi horizon target pada data seismik. Pada proses picking horizon
kali ini dilakukan pada marker FS8, FS7, Truncation, FS6 dan MSF4 pada semua inline.
Gambar 4.9 sampai 4.13 merupakan hasil Time Structure Map data horizon FS8, FS7,
Truncation, FS6 dan MSF4 yang didapatkan dari hasil picking horizon yang sudah dilakukan.
Time Structure Map merupakan peta persebaran struktur sekitar horizon berdasarkan picking
horizon dengan tujuan untuk mengetahui struktur pada area horizon serta dapat mengoreksi
kualitas picking horizon. Peta ini bisa menjadi indikator letak keberadaan struktur jebakan
migas yang biasanya direpresentasikan dengan suatu struktur antiklin maupun sinklin. Dapat
dilihat bahwa semakin dalam horizonnya maka kontur pada peta struktur waktunya akan
memperlihatkan daerah yang semakin besar.
34
Gambar 4.14 sampai 4.18 merupakan hasil picking horizon yang dilakukan pada software
HRS. sebelumnya proses picking horizon telah dilakukan namun menggunakan software petrel,
kali ini proses picking horizon akan dilakukan pada software HRS. Secara konsep jika data
seismiknya sama makan picking horizon yang dilakukan pada software yang berbedapun
seharusnya juga sama. Pada sofware HRS proses picking bisa dilakuka pada data seismik inline
atau arbitary line, dimana jika kita melakukannya pada arbitary line kita hanya melakukan 1
kali proses picking horizon dimana pada penampang seismik arbitary line ini sudah
menampilkan keempat data sumur yang diketahui. Namun jika kita melakukan proses picking
pada data seismik inline maka kita akan melakukan proses picking perinline data seismiknya,
pada proses ini cukup memakan banyak waktu, namun untuk hasil yang didapatkan kan terlihat
lebih bagus.
Gambar 4.19 sampai 4.23 merupakan gambar Time Structure Map yang didapatkan pada
software HRS. Dimana jika dilihat dari bentuk kontur yang dihasilkan terlihat sama dengan
Time Structure Map yang dihasilkan pada software petrel, hal ini terjadi karena Time Structure
Map pada HRS didapatkan dari hasil picking petrel yang di inputkan ke dalam software HRS.
35
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum Interpretasi seismik Kuantitatif Modul 1 dan 2 mengenai
input data pada software HRS dan petrel serta melakukan crossplot dan well to seismic tie maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Atribut seismik merupakan penyajian dan analisa data seismik berdasarkan informasi
utama, yaitu informasi waktu, frekuensi, amplitudo dan fase pada jejak seismik
kompleks. Atribut seismik memberikan informasi parameter-parameter fisis batuan
bawah permukaan seperti amplitudo dan fase yang secara tidak langsung diperoleh
melalui data seismik. Setiap hasil atribut yang diperoleh, akan merepresentasikan hal
yang berbeda-beda. Atribut seismik juga dapat digunakan untuk mempermudah kitra
dalam proses picking horizon salah satunya adalah atribut seismik instantaneous phase.
2. Picking fault dilakukan pada penampang seismik yang terindikasi keberadaan sesar
atau patahan baik itu minor atau major. Sedangkan picking horizon dilakukan pada
horizon seismik yang menjadi zona target. Picking horizon ini juga di bantu dengan
data well top marker.
3. Fault atau patahan pada penampang seismik ditandai oleh adanya reflektor yang tiba
tiba terpotong, atau memiliki trand yang berbeda namun memiliki kemenerusan yang
sama. Sedangkan pada peta Time Structure Map ditandai oleh adanya kontur yang
bertabrakan pada petanya.
4. Time Structure Map adalah peta yang merepresentasikan suatu lapisan dibawah
permukaan berdasarkan kedalaman dalam domain waktu (Two-way time). Peta ini
membawa informasi struktural lapisan tersebut, hal ini dapat dilihat dari kontur yang
terbentuk pada peta. Peta ini bisa menjadi indikator letak keberadaan struktur jebakan
migas yang biasanya direpresentasikan dengan suatu struktur antiklin maupun sinklin
dengan jenis four-way atau three-way dip closure. Dari hasil yang didapatkan dapat
dilihat bahwa warna merah menunjukkan bawah permukaan dengan kecepatan yang
rendah, sedangkan warna ungu memiliki kecepatan yang tinggi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Asquith, G. B. (1976). Basic Well Log Analysis for Geologis. American Association of
Petroleum Geologist.
Asquith, G., & Gibson, C. (2018). Interpretasi Petrofisika : Analisis Kualitatif. Basic Well Log
Analysis for Geologists.
Asquith, G., & Krygowski, D. (2004). Basic Well Log Analysis : Second Edition.
Azmi, A. K. (2019). ANALISIS ATRIBUT SEISMIK (RMS FREQUENCY) UNTUK
KARAKTERISASI RESERVOAR KARBONAT PADA LAPANGAN “MELWOOD”
FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA.
Badley, M. E. (1985). Practical Seismic Interpretation.
Diva, A., & Eddy, H. (n.d.). Kajian Inversi Tomografi Seismik Refraksi Menggunakan Kode
Profit. 2014.
Harsono, A. (1997). Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log.
Hasib, M. (2020, Desember 4). INTERPRETASI DATA SEISMIK DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE KINGDOM 6.7.1.
Isnanda, Y. (2016). Peningkatan Data Sumur Terhadap Data Seismik untuk Mengetahui
Karakter Seismik dan Profil Kecepatan Pada Lapisan “Alfa 1” Lapangan “Dresrosa”
Cekungan Sumatera Tengah.
Knödel, K. (2007). Environmental Geology. Handbook of Filed Methods and case Studie.
Malcom, R. (2002). The Geological Interpretation of Well Logs Second Edition.
Rahmat. (2005). Evaluasi Formasi dan Kalkulasi Cadangan Minyak Awal (Origin Oil in Place)
Berdasar Data Sumur “TM” Lapangan “RM”.
Rider, M. (2002). The Geological Interpretation of Well Logs.
Russel, B. H. (1998). Introduction to Seismic Inversion Methods. Society of Exploration
Geophysicists.
Shearee, P. M. (2009). Introduction to Seismology. (Second Edition).
Sukmono, S. (2001). Seismic Attributes for Reservoir Characterization.
Wiwit, S. (2016). Seismik Refleksi.
37
LAMPIRAN
38