Daftar Pustaka P2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

STUDI BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI

1. Tujuan
a. Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu
menganalisa data dan memutuskan status bioekuivalensi suatu produk uji
berdasarkan data kadar obat dalam darah.
2. Dasar Teori
Bioavaibilitas obat merupakan salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk menilai efikasi suatu sediaan farmasi. Kecepatan disolusi
dan waktu tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi biovailabilitas. Sistem dispersi padat dan sistem penghantaran
obat ‘mucoadhesif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan kecepatan disolusi dan waktu tinggal obat dalam
saluran cerna (Noval et al, 2021).
Bioavailabilitas merupakan presentase dan kecepatan zat aktif dalam
suatu produk obat yang mencapai/tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam
bentuh utuh atau aktif setelah pemberian produk obat, diukur dari kadarnya
dalam darah terhadap waktu atau dari eksresinya dalam urin. Studi
bioavailabilitas dilakukan terhadap bahan obat aktif yang telah disetujui
maupun obat dengan efek teraeutik yang belum disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk dipasarkan. Dalam menyetujui suatu produk,
FDA harus memastikan bahwa produk obat tersebut aman dan efektif sesuai
dengan label indikasi penggunaan obat (Shargel & Andrew, 2005).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bioavalibilitas suatu obat,
diantaranya yaitu :
a. Sifat Fisika Kimia Obat
Faktor kelarutan sangat mempengaruhi disolusi seperti bentuk kristal,
amorf, polimorfi, solvate memiliki kelarutan yang berbeda-beda. Sifat
asam bebas, basa bebas, atau bentuk garam dapat mempengaruhi
kelarutan dari sifat produk yang diuji. Sehingga dapat mempengaruhi
faktor transport obat larut dalam lemak akan lebih mudah melewati
membran, besarnya ionisasi mempengaruhi transport obat. Bahkan
ukuran luas permukaan dari suatu obat dapat mempengaruhi
kelarutannya, dimana semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar
luas permukaan partikel sehingga laju disolusi terjadi lebih cepat. Bahan
tambahan tidak larut air menyebabkan laju disolusi lebih lambat. Bahan
penghancur dalam jumLah besar akan mempercepat tablet hancur dalam
tubuh (Bestari et al, 2017).
b. Formulasi Sediaan
Saat proses perancangan suatu produk obat yang akan melepaskan
bahan aktif pada sediaan yang dibuat secara sistemik harus
mempertimbangkan beberapa hal yaitu : jenis produk obat, sifat
bahan tambahan dalam produk obat dan sifat fisikokimia obat. Untuk
obat yang diberikan secara oral, bioavailabilitasnya mungkin kurang
dari 100% dikarenakan :
1) Obat diabsorpsi tidak sempurna
2) Eliminasi lintas pertama (First-Pass Elimination) obat di
absorpsi menembus dinding usus, darah vena porta
mengirimkan obat ke hati sebelum masuk ke dalam sirkulasi
sistemik. Obat dapat dimetabolisme dalam dinding usus atau
bahkan dalam darah vena porta. Hati dapat mengekskresikan
obat dalam empedu.
3) Laju absorpsi, bioekivalensi merupakan perbandingan
bioavailabilitas dari dua atau lebih produk obat. Dua produk
obat yang mengandung zat aktif sama dikatakan bioekivalen
apabila kecepatan dan jumLah yang diabsorpsi sama
(Chereson, 1996).
Dua produk obat dikatakan bioekivalen apabila keduanya mempunyai
ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada
pemberian dengan dosis oral yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas
yang sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun
kemanan. Apabila bioavailabilitasnya tidak memenuhi kriteria bioekivalen
maka kedua produk obat tersebut dikatakan bioinekivalen (BPOM RI, 2004).
Sediaan farmasi salah satunya adalah produk obat generik dan obat
bermerek yang diregistrasikan ke BPOM harus menunjukkan
kesetaraan biologi (BE) dengan obat pembanding inovator. Inovator yang
dimaksud adalah obat yang pertama kali dikembangkan dan berhasil muncul
di pasaran dengan melalui serangkaian pengujian, termasuk pengujian
bioavailabilitas. Uji bioekivalensiadalah uji bioavailabilitaskomparatif yang
dirancang untuk menunjukkan bioekivalensiantar produk uji dengan
produk obat pembanding. Uji tersebut diperlukan karena metode fabrikasi
dan formulasi dapat mempengaruhi bioavailabilitas produk-produk
(Mugitasari & Murtafi’ah, 2022).
Dalam menentukan bioavailabilitas suatu obat, suatu kecepatannya dapat
diukur dengan cara membandingkan Tmaks dan Tlag namun untuk penentuan
derajat dapat ditentukan dengan cara mengukur atau menentukan AUC dan
Tmaks (Wahyudin, 2019).
Suatu bioavailabilitas terbagi menjadi dua jenis yaitu, bioavailabilitas
absolut dan bioavailabilitas relatif. Bioavailabilitas absolut merupakan suatu
angka yang menunjukan ketersediaan hayati dari suatu obat yang diberikan
terhadap intravascular dan dapat diukur dengan melakukan perbandingan
AUC produk yang sama setelah pemberian oral atau intravena. Sedangkan
bioavailabilitas relative merupakan suatu perbandingan yang menunjukan
perbendingan antara kecepatan dan derajat suatu obat yang dapat mencapai
sirkulasi sistemik (Wahyudin, 2019).
3. Alat dan Bahan
a. Alat b. Bahan
- Stopwatch - Aquadest
- Spektrofotometer uv-vis - Dapar fosfat pH 5,8
- Thermostat dan - NAOH 0,2M
penangas air - Vit B1 generik dan
- Timbangan analitik bermerek
- Tabung disolusi
C. Prosedur Kerja
Pembuatan larutan KH2PO4 0,2 Pembuatan larutan NaOH 0,2
M M
Timbang 27,2 gram Timbang dan larutkan 8
KH2PO4 gram NaOH

Ambil 1000 mL Pindahkan ke dalam


aquadest labu ukur 1000 mL
Larutkan KH2PO4
dengan aquadest, add Add hingga tanda batas
1000 mL

Larutan KH2PO4 0,2M Larutan NaOH 0,2 M

Pembuatan dapar fosfat pH Pembuatan kurva baku


5,8

250 mL larutan 100 mg Vit B1


KH2PO4 dan NaOH dilarutkan dengan etanol
add 1000 mL, add tanda
batas
Masukan dalam labu
ukur 1000 mL,
tambahkan aquadest Buat beberapa
add-kan sampai tanda konsentrasi (2, 4, 6, 8,
batas 10, 12 ppm)

Kocok hingga Ukur serapan dengan


homogen, uji pH Panjang gelombang
maksimun 232 nm
Jika pH kurang dari 5,8
maka tambahkan Hasil diplotkan dalam
NaOH grafik

Larutan dapar fosfat pH 5,8 Persamaan regresi linier


y = a ± bx
Wadah disolusi ( chamber ) diisi dengan air dan atur suhu pada
37° C

Kemudian chamber diisi medium disolusi sebanyak 900 ml

Sampel tablet dimasukkan dalam chamber yang sudah terisi


medium disolusi kemudian alat disolusi diatur pada kecepatan
50 rpm

Larutan diambil sebanyak 5 ml, pada menit ke 5, 10, 15, 30, dan
45.

Setiap pengambilan harus digantikan dengan medium lagi


dengan volume dan suhu yang sama.

Masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang


gelombang maksimum 232 nm dengan spektrofotometer UV-VIS

Tentukan kadar zat aktif yang terdisolusi per satuan waktu


menggunakan kurva kalibrasi

Kadar zat aktif yang terdisolusi dapat dihitung denga cara :


Menghitung
Menghitung nilainilai
x ( ppm
x ( ) ppm
menggunakan persamaan
) menggunakan regresi
persamaan
regresi linier y = a bx linier y =
x=(y a)/ b y absorbansi sampel

Menghitung nilai C (mg) menit pencuplikan


C = ( X Volume medium FP) / 1000

Menghitung faktor koreksi (FK)


FK = ( ) C menit sebelumnya

Menghitung kadar obat (mg) terdisolusi


Kadar obat (mg) terdisolusi = C + FK kumulatif
Menghitung % kadar terdisolusi
% kadar terdisolusi = () 100%

Anda mungkin juga menyukai