Pedoman Ispa 2019
Pedoman Ispa 2019
Pedoman Ispa 2019
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) adalah penyakit yang sering terjadi pada
anak. Insiden menurut kelompok umur balita diperkirakan 0.29 % episode per anak/tahun di
Negara berkembang dan 0,56 % episode per anak/tahun di Negara maju. Ini menunjukkan
bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia pertahun dimana 151 juta episode (96,7 %)
terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India ( 43 Juta ), Cina ( 21 Juta 0,
dan Pakistan ( 10 Juta ) dan Bangladesh, Indonesia,Nigeria masing – masing 6 juta episode.
Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat 7-13 % kasus berat yang memerlukan
perawatan rumah sakit. Episode batuk pilek pada balita di Indonesia di Perkirakan 2-3 kali
pertahun ( Ruden et al Bulletin WHO 2008 ). Ispa merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas ( 40-60 %) dan rumah sakit ( 15 – 30 % ).
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia lebih banyak di bandingkan
dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun di perkirakan
lebih dari 2 juta balita meninggal Karena pneumonia ( 1 balita/20 Detik ) dari 9 juta total
kematian balita. Di antara 5 kematian balita 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia.
Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “ Pandemik
yang terlupakan “ atau The Forgetten Pandemik “, namun tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini, sehingga pneumonia di sebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau “the
forgetten Killer of Children “ ( Unicef, WHO 2006 WPD 2011 ). Di Negara berkembang 60
% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdes 2007proporsi
kematian balita karena pneumonia menempati urutan kedua ( 13,2 % ) setelah diare,
sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian baita karena pneumonia menempat urutan
pertama sementar di Negara maju umumnya disebabkan oleh Virus.
Angka kejadian pneumonia dipuskesmas puyung tahun 2017 adalah 55 kasus yang
terdiri dari kasus pneumonia 50 kasus balita dan pneumoni berat 5 kasus dimana kasus
pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit. Pada tahun 2018 kasus pneumonia meningkat
menjadi 64 kasus dimana pneumonia 58 kasus balita dan pneumoni berat 6 kasus.
1
Berdasarkan bukti factor resiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI
eksklusif, gizi buruk,polusi udara dalam ruangan ( indoor air pollution ), BBLR, kepadatan
penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian balita karena pneumonia mencakup
19 % dari keseluruhan mati balita dimana sekitar 70 % terjadi di Subsaha afrika dan Asia
Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukan
Streptococcus Pneumonia. Aspekyang di kelola dengan baik dari aspek manajemen di
tingkat puskesmas maupun aspek pelayanan kesehatan pada masyarakat yang mencakup
promotif, preventif dan kuratif maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan ISPA
di Puskesmas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam melaksanakan program P2 ISPA di puskesmas
2. Tujuan khusus
- Mampu melakukan screening pada penderita ISPA khususnya pneumonia
- Melakukan tatalaksana ISPA sesuai standar
C. Sasaran
a. Sasaran Primer
Balita < 5 tahun
Kelompok umur > 5 tahun di fasilitas kesehatan
b. Sasaran skunder
Tenaga kesehatan
Kader
Tokoh masyarakat, dll
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengendalian ISPA pada awalnya focus pad pengendalian pneumonia
balita. Dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu;
1. Pengendalian pneumonia balita
2. Pengendalian ISPA umur > 5 tahun
3. Kesiapsiagaan dan respon terhadap penderita influenza serta menyakiti saluran
pernapasan lain yang berpotensi wabah.
2
4. Factor resiko ISPA
E. Batasan Operasional
- ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/ lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
- Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), pneumonia
balita ditandai dengan adanya batuk atau kesukaran bernafas seperti nafas cepat, adanya
tarikan dinding dada kedalam (TDDK) atau adanya gambaran radiologi foto thoraks
menunjukkan infiltrate pada paru.
- Care seeking adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga
balita pneumonia dalam pencarian pelayanan kesehatan.
F. Landasan Hukum
1. Undang – undang nommor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang – undang Nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
3. Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah sebagaimana telah
dirubah dengan undang-undang nomor 8 tahun 2005 tentang penetapan peraturan
pemerintah penganti Udang – undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang perubahan Undang
– undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan.
4. Undang – undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang penanggulangan Wabah Penyakit
Menular.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik
Negara/Daerah.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang
Organisasi dan tata Kerja Kementerian Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1537/MENKES/SK/XII/2002 tentang pedoman
pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Penanggulangan Pneumonia
pada Balita.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Puskesmas menugaskan kepada petugas/progremer kesehatan ISPA untuk
melaksanakan kegiatan program kesehatan ISPA.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
1. Ruangan untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain
2. Daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
3. Peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan kerja
4. Media komunikasi informasi dan edukasi.
B. Standar peralatan
a. Stetoskop
b. Thermometer
c. Timer atau jam tangan
5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
6
4. Monitoring
a. Monitoring program kesehatan ISPA dilaksanakan yang terkait dengan kegiatan
lintas program dan lintas sektor
b. Monitoring program kesehatan ISPA terkait dengan jadwal kegiatan
5. Evaluasi
Evaluasi harus dilakukan pada program kesehatan ISPA
7
BAB V
LOGISTIK
A. Manajemen Logistik
Pelaksana Program merencanakan logistik kebutuhan kegiatan meliputi jenis dan jumlah
yang diperlukan. Di dalam merencanakan logistik penanggung jawab bisa merencanakan
bersama sama dengan pelaksana upaya dan diusulkan pada tim perencana puskesmas.
B. Jenis-Jenis Logistik
1. Alat tulis
2. Alat kesehatan
3. Bahan habis pakai
4. Materi kegiatan : brosur, liflet, lembar balik, lembar kuesioner dan handout
5. LCD dan Laptop
6. Makan minum untuk kegiatan kelas
8
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN/PASIEN
9
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Keselamatan Kerja
Puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan maupun
penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai
resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan
tubuh maupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi
beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS dan juga potensial sebagai media
penularan penyakit yang lain.
B. Tujuan Keselamatan Kerja
1) Meningkatnya kemampuan tenaga puskesmas memecahkan masalah kesehatan kerja
diwilayah kerja puskesmas. Teridentifikasinya permasalahan kesehatan kerja
dilingkungan Puskesmas
2) Teridentifikasi potensi masyarakat diwilayah kerja puskesmas kawasan
3) Terlaksananya pelayanan kesehatan kerja yang berkualitas.
4) Terselenggaranya kemitraan dengan para pengandil dalam pelayanan
5) Terselenggaranya koordinasi lintas program dan lintas sector
C. Strategi Keselamatan Kerja
1) Melindungi petugas dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan
dan lingkungan kerja.
2) Membantu petugas menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
3) Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial
4) Pakai APD pada tindakan tertentu
5) Senantiasa melaksanakan pelayanan sesuai dengan SOP
D. Pengelolaan Kesehatan Petugas
Pelaksanaan pelayanan UKM di UPT BLUD Puskesmas Puyung diselenggarakan
dengan senantiasa memperhatikan keselamatan kerja tenaga kesehatan.
E. Pencatatan dan Pelaporan
Semua kejadian yang berkaitan dengan keselamatan kerja di catat dan dilaporkan kepada
pimpinan
10
BAB VIII
PENGENDALI MUTU
11
4. Dll yang berhubungan dengan hasil pelaksanaan kegiatan termasuk pendanaannya.
E. SOP Program P2 ISPA
1. SOP care seeking pneumonia
2. SOP Penyuluhan ISPA
3. sop tatalaksana pneumonia diposyandu
4. SOP tatalaksana Pneumonia klinis
F. Kerangka acuan kerja
I. Pendahuluan
Masalah kesehatan anak dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu tingginya
angka kesakitan dan angka kematian. Angka kesakitan dan angka kematian merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya penanganan
keluarga dalam menanggulangi penyakit infeksi khususnya penyakit ISPA . ISPA adalah
penyakit yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas
(demam) atau gejala tersebut muncul secara bersamaan, (Meadow, Sir Roy).
Dalam menurunkan angka kejadianan ISPA diperlukan peran aktif petugas
Kesehatan dalam menyampaikan informasi terutama tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan ISPA, dimana salah satu faktor yang perlu diketahui adalah cara
pencegahan dan perawatan ISPA. Peran aktif petugas disini terutama perawat dapat
menyampaikannya melalui promosi kesehatan seperti perbaikan dan peningkatan gizi,
perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan dan tindakan
preventif seperti isolasi penderita penyakit ISPA dan pemberian imunisasi. Sebagai
perawat kita harus mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang ISPA dan
motivasi keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA dirumah, karena perilaku
seseorang dipengarahi oleh pengetahuan, sikap, kehendak, motivasi dan
niat( Notoatmojo. 2003 ).
Maka program ISPA perlu di laksanakan agar tercapai VISI dan MISI Puskesmas
Puyung, yang di tuangkan dalam tatanilai Puskesmas Puyung yaitu memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya, serta menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya.
12
II. Latar Belakang
Berdasarkan bukti bahwa faktor resiko pneumonia adalah kurangnya pemberian
ASI ekslusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan, BBLR, kepadatan penduduk dan
adanya bayi balita yang tidak mendapatkan imunisasi campak. Kematian balita karena
pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian balita dimana sekitar 70% terjadi di
Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukkan
streptococcus pneumoniadan Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama
pneumonia pada anak.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya peningkatan manajemen pengendalian
ISPA Pneumonia khususnya di Puskesmas.
Angka kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Puyung tahun 2018
sejumlah 64 kasus. 58 kasus ditangani di puskesmas dan 6 kasus yang merupakan
kategori pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit. Dan menurun pada tahun 2019 dengan
32 kasus.
Untuk itu program ISPA/Pneumonia perlu di laksanakan agar tercapai VISI dan
MISI Puskesmas Puyung, yang di tuangkan dalam tatanilai Puskesmas Puyung yaitu
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya, serta
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya.
III. Tujuan
a. TujuanUmum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) dan Pneumonia dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan drajat kesehatan masyarakat.
b. TujuanKhusus
1. Menyembuhkan penderita
2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan tingkat penularan
13
IV. Kegiatan
1. Melakukan promosi kesehatan untuk pengendalian infeksi saluaran pernafasan akut
2. Menemukan kasus infeksi saluaran pernafasan akut di puskesmas
3. Memberikan pengobatan pada kasus infeksi saluaran pernafasan akut yang dilakukan
oleh dokter atau tenaga perawat
4. Melakukan penjaringan kasus diposyandu
5. Melakukan Care seeking/kunjungan rumah penderita pneumionia
6. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya
dalam pengendalian ISPA.
V. Sasaran
1. Pasien kunjungan Poli, semua umur, jenis kelamin, luar ataupun dalam wilayah kerja
puskesmas
2. Pasien bayi balita diposyandu
14
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program / lintas sektoral
terkait dalam pelaksanaan program kesehatan ISPA di puskesmas. Keberhasilan program
kesehatan ISPA tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak sehingga tercapai target
dengan meningkatkanya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan
dalam menanggulangi penyakit ISPA.
15