Editing Proposal Puput
Editing Proposal Puput
Editing Proposal Puput
Disusun Oleh :
Putria Dewi
F1061181041
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
a. Judul Penelitian
Pengembangan E-Lkpd Berbasis Problem Based Learning Pada Materi
Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit
b. Latar Belakang
Pendidikan saat ini tengah menjadi titik sentral dan pusat perhatian
komponen bangsa. Hal ini tercantum dalam perubahan mendasar sebagaimana
yang telah dilakukan dengan cara mengubah konstitusi, Undang-undang Sistem
Pendidikan Nomor 02 tahun 1989 menjadi Nomor 20 tahun 2003, diikuti
peraturan pemerintahan Nomor 32 tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Indonesia, dengan
ruang lingkup yang meliputi : standar isi, standar prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiyaan, dan standar penilaian pendidikan.
Menurut Soekamto (2006) pendidikan dan pembelajaran adalah proses
dimana manusia mendapatkan pengetahuan baru yang kemudian akan
dikembangkan,dikendalikan,dibina,dan dipelihara sehingga ilmu pengetahuan
akan membawa pengaruh yang bermanfaat dalam kehidupan manusia. Sedangkan
menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang abadi terhadap penyesuaian
yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang baik secara fisik,mental
serta sadar kepada tuhan sehingga terwujud keadaan intelektual, emosional,dan
kemanusian dari manusia. Pendidikan merupakan prasyarat utama dalam
meningkatkan martabat dan kualitas suatu bangsa karena pendidikan adalah
sebuah program yang mengandung komponen tujuan, proses belajar mengajar
antara guru dan siswa sehingga kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan
menjadi lebih baik.
Dalam dunia pendidikan banyak sekali kelemahan yang harus kita hadapi
salah satunya dalam proses pembelajaran siswa masih kurang dorongan untuk
meningkatkan kemampuan berpikirnya. Karena dalam proses pembelajaran yang
dilakukan didalam kelas hanya mengarah pada kemampuan siswa untuk
menghafal,mengingat, serta menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi terlebih dahulu untuk mengingatnya. Sehingga menyebabkan siswa
hanya pintar secara teoritis tetapi tidak bisa mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Kelemahan tersebut dapat dibuktikan melalui analisis hasil belajar
siswa dalam matapelajaran kimia yang sukar mencapai KKM ( kriteria kelulusan
mininum) yaitu 75. Dimana dilihat dari beberapa sekolah dari 76 siswa sebesar
77% hasil belajar siswa tidak mencapai KKM. Karena kimia merupakan salah
satu bagian dari ilmu pengetahuan alam. Dalam pembelajaran kimia akan lebih
bermakna apabila siswa mampu untuk mengkonstruksi pengetahuan yang
dimilikinya.
Karena hal tersebut pemerintah melakukan upaya dengan mengembangkan
kurikulum 2013 dengan tujuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Penerapan kurikulum 2013 ini memerlukan paradigma pembelajaran dimana
siswa dilatih untuk mengobservasi, mengajukan pernyataan mnegumpulkan data,
menganalisis, mengasosiasikan data, dan mengkomunikasikan hasil belajar yang
disebut dengan pendekatan saintifik ( Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2006). Hal ini sesuai dengan teori kontruktivisme dimana guru tidak hanya
memberikan informasi kepada siswa, tetapi juga harus mampu membuat siswa
membangun sendiri pengetahuan yang telah dimilikinya.
Untuk mempermudah siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya
diperlukan sebuah bahan ajar dalam proses pembelajaran. Salah satunya
menggunakan bahan ajar lembar kerja peserta didik (LKPD). Karena dalam
LKPD memuat lembaran berisi pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
memahami konsep yang ada dalam materi sehingga siswa akan lebih mudah
untuk menulis konsep-konsep penting dalam pemetaan pikiran (Arliyah & Istomo
2015). Didalam LKPD ini memuat judul LKPD, kompetensi dasar, waktu
penyelesaian, bahan peralatan yang digunakan, informasi singkat, langkah-
langkah kerja,tugas, dan laporan yang harus dilakukan sehingga akan
mengarahkan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang didapat serta proses
pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi dan inovatif karena akan membantu
siswa untuk berinteraksi dengan pendidik dan sesama siswa didalam kelas. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh izzatunisa (2019) dimana
dengan penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran membantu siswa dalam
mengkontruksi pengetahuannya.
Penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran sudah banyak diterapkan
diberbagai sekolah sehingga bukan lagi menjadi suatu hal yang asing. Hanya saja
LKPD yang digunakan masih belum efektif dan efisien karena masih banyak
ditemukan kelemahan dalam LKPD yang digunakan. Hal ini dibuktikan dengan
LKPD yang digunakan masih belum menerapkan model pembelajaran dan hanya
berupa butiran-butiran soal dan tampilan LKPD nya masih belum menarik hanya
berupa tulisan tidak disertai dengan gambar sehingga bisa dikatakan LKPD yang
digunakan masih belum ideal. Hal ini takutnya akan membuat peserta didik
menjadi cenderung pasif dan akan berdampak dengan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa.
Selama ini pembelajaran kimia merupakan pembelajaran yang sering
dianggap sulit dan sangat membosankan oleh siswa,meskipun dalam proses
pembelajaran sudah menggunakan media pembelajaran berupa buku, artikel,
ataupun LKS. Sehingga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran tersebut
masih belum bisa dikatakan efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh sebab itu diperlukan sebuah inovasi terhadap LKPD yang digunakan
dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada
dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan mengembangkan bahan ajar
LKPD sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dan karakteristik materi yang
disampaikan. Dan juga penggunaan teknologi informasi merupakan cara yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pembelajara dan hasil belajar
disekolah. Karena dengan penggunaan teknologi informasi ini akan membuat
proses pembelajaran menjadi lebih menarik,karena siswa akan merasa proses
pembelajaran akan berbeda seperti biasanya dan tidak monoton dan
membosankan. Dan juga dengan adanya teknologi informasi ini akan
mempermudah siswa untuk mengakses pembelajaran dimanapun dan kapanpun.
Penelitian sebelumnya juga telah dilakukana oleh Dewi (2010) dan Marisa (2013)
yaitu tentang pengembangan multimedia interaktif ini sangat efektif dan efisien
dalam proses pembelajaran dan juga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Penerapan bahan ajar e-LKPD memerlukan model pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013 agar proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan
meningkatkan pemahaman peserta didik dalam materi pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam e-LKPD ini yaitu Problem
Based Learning. PBL adalah salah satu model pembelajaran aktif dan efektif
untuk digunakan dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan kemandirian dalam belajar. Model pembelajaran PBL ini
dipilih dalam pengembangan e-LKPD ini didasari oleh beberapa alasan yakni : 1)
PBL merupakan model pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengaitkan
materidengan situasi yang nyata. 2) PBL dapat memfasilitasi keberhasilan peserta
didik dalam memecahkan masalah , komunikasi, kerja kelompok dan
keterampilan interpersonal dengan baik ( Rusman,2012). 3) PBL dapat
merangsang peserta didik untuk belaajr karena menyajikan masalah secara nyata.
4) PBL dapat mengembangkan dan mempertahankan keterampilan belaajr
mandiri sehingga pembelajaran lebih bermakna, ditandai dengan mengolah materi
pelajaran secara kritis ( Malan dan Ndlovu,2014). 5) Peserta didik dalam tim akan
bekerja untuk memecahkan masalah dunia nyata ( real word) ( Majid,2014),
sehingga meningkatkan interaksi antar sesama peserta didik serta menambah
keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan nyata.
Karakteristik dari model PBL ini adalah pembelajaran yang didominasi oleh
peserta didik. Model PBL adalah model pembelajaran yang disarankan oleh
Kementrian Pendidikan Nasional untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran
Kurikulum 2013 yang dapat mengoptimalkan aktivitas saintifik siswa. PBL
adalah model pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar
melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan
dengan pengetahuan yang dia miliki atau yang akan dipelajarinya serta berfungsi
sebagai wadah yang digunakan untuk mengembangkan cara berpikir kritis yang
lebih tinggi bai peserta didik ( Gunantara dkk,2014).
Pembelajaran berbasis masalah ini mengarahkan peserta didik untuk
memulai suatu pembelajaran dengan memecahkan suatu masalah sehingga akan
menghasilkan pengetahuan yang baru. Pelaksanaan model pembelajaran PBL ini
memiliki 5 langkah yaitu orientasi pada masalah, pengorganisasian siswa untuk
belajar, penyelidikan individu maupun kelompok, pengembangan dan penyajian
hasil, serta kegiatan analisis dan evaluasi. Model PBL ini diawali dengan
penyajian masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut
melalui percobaan langsung atau kajian ilmiah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada seorang guru mata pelajaran kimia di
salah satu sekolah swasta yang ada dipontianak yaitu SMA TAMAN MULIA
pada hari kamis 23 September 2021 didapatkan informasi bahwa dalam proses
pembelajaran kimia yang dilakukan masih berpusat pada guru. Proses
pembelajaran yang dilakukan guru lebih dominan, dimana guru hanya fokus
menyampaikan materi dan latihan soal tanpa memperhatikan pemahaman
siswa,tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan atau mengkontruksi
pengetahuan yang telah didapat sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif
karena hanya menerima apa yang disampaikan dan melakukan kegiatan sesuai
dengan arahan guru. Terkait bahan ajar LKPD yang digunakan juga masih sangat
minim.LKPD yang digunakan masih sangat sederhana, dimana hanya berisi judul
materi, langkah-langkah kerja, dan latihan soal. Terkait latihan soal yang ada
diLKPD masih belum menanamkan konsep dari materi dan kurang variatif
dimana peserta didik dimana peserta didik hanya diminta mengisi pertanyaan
sederhana atau soal pilihan ganda sehingga tidak mampu memicu peserta didik
untuk aktif dan berpikir tingkat tinggi. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran
yang terdapat diRPP masih belum sesuai dengan yang ada di LKPD, terutama
dalam langkah pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan juga masih
belum sesuai dengan anjuran Kementrian Pendidikan Nasional. LKPD yang
digunkan juga masih belum mampu untuk meningkatkan kemampuan untuk
belajar secara kolaboratif dalam sebuah tim dan dengan orang lain.
Karena hal tersebut menyebabkan hasil belajar siswa khususnya pada
matapelajaran kimia materi larutan elektrolit dan non-elektrolit rata-rata masih
sukar untuk mencapai KKM. Dimana hanya sekitar 25% siswa yang mampu
untuk mencapai KKM dan memahami konsep materi tersebut dalam proses
pembelajaran kimia. Kebanyakan siswa masih kesulitan dalam menentukan
derajat ionisasi, dan kesulitan dalam mengingat konsep membedakan larutan
elektrolit kuat dan lemah dan sering terjadi miskonsepsi terhadap konsep tersebut
serta rendah nya tingkat pemahaman dan keterampilan siswa dalam menganalisis
materi ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit ini mencakup pengetahuan secara konseptual,faktual, dan prosedural.
Materi kimia ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga
perlunya bagi siswa untuk menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit sehingga siswa dengan mudah mengaplikasi
kannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam materi ini diperlukan pemahaman
dan keterampilan analisisis yang tinggi sehingga siswa dengan mudah
mempelajari materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Berdasarkan permasalahan diatas saya menawarkan solusi untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi disekolah tersebut dalam proses pembelajaran yakni
saya menawarkan suatu pengembangan bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta
Didik elektronik berbasis PBL ( Problem Based Learning). Hal ini dikarenakan
PBL merupakan suatu model pembelajaran yang disarankan oleh kurikulum 2013
dan juga model PBL ini daapt menyelesaikan masalah pendidikan diatas. E-
LKPD yang dikembangkan didalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran
PBL mencakup permasalahan yag dapat membangkitkan keterampilan berpikir
kritis dan kemandirian belajar siswa. Pengembangan e-LKPD berbasis PBL pada
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit diharapkan dapat membantu pendidik
dalam mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan aktivitas belajar siswa,
meminimalkan peranan pendidik tetapi lebih mengaktifkan peranan siswa,
mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam memecahkan masalah,
memberdayakan siswa untuk belaajr secara mandiri, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan untuk belajar secara kolaboratif
dalam sebuah tim dan dengan orang lain sehingga dengan hal tersebut dapat
memperkaya pengetahuan siswa.
Berdasarkan tujuan diatas indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran
dan KD yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.8 menganalisis sifat
larutan berdasarkan daya hantar listriknya serta 4.8 mampu membedakan daya
hantar listrik berbagai larutan melalui percobaan.
Didalam LKPD ini nantinya akan berisi langkah-langkah pembelajaran yang
sesuai dengan model PBL. Adapun tahapan-tahapan pembelajaran PBL menurut
Trianto (2015) yaitu Orientasi peserta didik pada masalah, Organisasi Peserta
didik untuk belajar, membimbing untuk penyelidikan kelompok maupun
individual, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. LKPD juga dilengkapi dengan gambar,
video, teks, serta animasi menarik dan praktis dengan tujuan untuk menarik dan
memotivasi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, dan agar proses
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien. Dan juga memberikan
inovasi yang baru dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan kurikulum yang
ditetapkan, sehingga nantinya diharapkan dengan dikembangkan LKPD ini tujuan
dari pembelajaran akan tercapai. Diharapkan dengan dikembangkannya LKPD ini
nantinya dalam proses pembelajaran siswa akan diarahkan untuk merancang,
melaksanakan, merefleksi, serta mengevaluasi sendiri kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas saya bermaksud ingin melakukan penelitian
pengembangan yang berjudul “ Pengembangan e-LKPD Berbasis Problem Based
Learning Pada Materi Larutan elektrolit dan non-elektrolit.
c. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kelayakan e-LKPD berbasis Problem Based Learning
pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit y ang dikembangkan?
2. Bagaimana respon peserta didik terhadap e-LKPD berbasis Problem Based
Learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang
dikembangkan?
d. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :
1. Menentukan tingkat kelayakan e-LKPD berbasis problem based learning
pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang dikembangkan.
2. Untuk mendeskripsikan respon peserta didik terhadap e-LKPD berbasis
problem based learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
e. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik
a. Dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan memecahkan
masalah serta keterampilan dalam menganalisis materi dalam
pembelajaran kimia.
b. Dapat mempermudah siswa dalam melakukan proses
pembelajaran.Bagi Guru
2. Bagi guru
a. Sebagai inovasi dan motivasi baru dalam proses pembelajaran sehingga
pendidik mampu meningkatkan kemampuan metakognisi siswa.
b. Dapat memotivasi pendidik bahwa pentingnya menggunakan bahan
ajar yang ideal sesuai dengan kurikulum agar hasil belajar siswa
meningkat.
3. Bagi sekolah
Menambah variasi sumber belajar berupa e-LKPD berbasis problem
based learning.
f. Definisi Operasional
Definisi operasional ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang apa
saja yang menjadi batasan oleh peneliti. Adapun batasan-batasan tersebut adalah :
1. Penelitian dan Pengembangan ( Research and Development)
Menurut Sugiyono (2015) metode penelitian pendidikan dapat
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan
tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,suatu pengetahuan
tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami , memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Penelitian ini
merupakan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk, dan menguji keefektifan produk
tersebut.Penelitian ini menggunakan metode model desain sistem
pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-Development-Implementation-
Evalution). Menurut ( Sugiyono,2017) metode ADDIE cocok digunakan
untuk penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran dan desain
pembelajaran. Selain itu, model ADDIE merupakan model pembelajaran
yang bersifat umum dan sesuai digunakan untuk penelitian
pengembangan. Model penelitian dan pengembangan ADDIE memiliki 5
tahap. Menurut (Sugiyono, 2017) 5 tahap tersebut
meliputi :pengembangan salah satunya adalah model pengembangan
ADDIE yang
a. Tahap analisis ( Analysis)
Pada tahapan analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kesenjangan kinerja yang ada di sistem pendidikan sekarang (Robert,
2009). Pada tahapan ini yang dilakukan adalah memvalidasi
kesenjangan kinerja yang terjadi pada pendidikan sekarang,
memvalidasi kesenjangan kinerja,menentukan tujuan
instruksional,konfirmasikan audiens yang dituju,identfikasi sumber
daya yang dibutuhkan, menentukan sistem pengiriman
potensial,membuat rencana manajemen proyek.
b. Tahap perancangan (Desain)
Dimana dalam tahapan ini yang dilakukan adalah memverifikasi
kinerja yang diinginkan dan metode pengujian yang sesuai. Kemudian
dilanjutkan dengan prosedur umum dari tahapan desain ini yaitu,
melakukan inventaris tugas, menyusun tujuan kinerja, menghasilkan
strategi pengujian, menghitung laba atas investasi
c. Tahap pengembangan (Development)
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah untuk menghasilkan dan
memvalidasi media yang dikembangkan (Robert,2009). Prosedur
yang akan dilakukan pada tahapan ni adalah melakukan validasi
terhadap media yang telah dikembangkan oleh ahli validasi
media,materi, dan guru.
d. Tahapan evaluasi
Pada tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kualitas
produk dan proses instruksional, baik sebelum dan sesudah
implementasi. Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah menentukan kriteria evaluasi, memilih alat untuk melakukan
evaluasi terus melakukan evaluasi.
Tahap implementasi tidak dilakukan karena disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian ini yaitu hanya mengukur tingkat kelayakan e-LKPD yang
dikembangkan serta respon peserta didik dan guru terhadap e-LKPd yang telah
dikembangkan.
1. E-LKPD
Menurut Arief (2015) LKPD merupakan salah satu sarana untuk
membantu dan mempermudah dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan
terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dan guru, dan dapat
meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.
Didalam LKPD ini memuat judul LKPD, kompetensi dasar, waktu
penyelesaian, bahan peralatan yang digunakan, informasi singkat, langkah-
langkah kerja,tugas, dan laporan yang harus dilakukan sehingga akan
mengarahkan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang didapat serta
proses pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi dan inovatif. Penyajian
LKPD ini dikembangkan dengan memanfaatkan media elektronik
menyesuaikan dengan perkembangan dalam dunia teknologi sekarang. E-
LKPD merupakan lembaran latihan peserta didik yang dikerjakan secara
digital dan dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan selaam
jangka waktu tertentu ( Ramlawati,2014). Struktur penulisan e-LKPD ini
mengacu pada yaitu : mencakup judul, petunjuk belajar, kompetensi yang
akan dicapai, informasi pendukung, langkah kerja, tugas-tugas dan
penilaian. ( Widarto,2013).
Materi yang digunakan dalam e-LKPD ini adalah Larutan Elektrolit
dan Non-elektrolit. Dengan menggunakan KD 3.8 dan 4.8 diharapkan
peserta didik mampu menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantarnya,
serta mampu membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui
perancangan dan percobaan.
Didalam materi larutan elektrolit dan non elektrolit ini mempelajari
tentang pengelompokan larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan
gambaran gejala daya hantar listriknya, mengidentifikasi partikel larutan
yang mengakibatkan larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, serta
percobaan prosedural penentuan sifat larutan.
2. Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning) merupakan
salah satu model pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang
disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah ( kono et al., 2016).
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas peserta didik secara penuh
dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi peserta
didik secara mandiri dengan mengkontruksi pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki ( Wardoyo,2013). Pembelajaran PBL ini menuntut peserta
didik untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, membangun
pemahamannya melalui tahapan-tahapan ilmiah dan juga menuntut peserta
didik untuk memiliki keterampilan berpikir ke tingkat yang lebih tinggi dan
sangat fleksibel untuk dilaksanakan karna dapat digunakan untuk desain
pembelajaran secara kelompok ( cooperative learning ).
Adapun tahapan-tahapan pembelajaran PBL menurut Trianto (2015)
yaitu Orientasi peserta didik pada masalah, Organisasi Peserta didik untuk
belajar, membimbing untuk penyelidikan kelompok maupun individual,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Keefektifan model pembelajaran
PBL menurut Trianto diantaranya adalah peserta didik lebih aktif dalam
berpikir dan memahami materi secara berkelompok dengan langkah awal
menyajikan permasalahan yang nyata disekitarnya sehingga mereka
mendapatkan kesan yang mendalam dan bermakna tentang apa yang mereka
pelajari.
3. Uji Kelayakan
Pengembangan e-LKPD ini akan dinilai kelayakannya sebagai bahan
ajar penunjang pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Standar penilaian
terhadap kelayakan e-LKPD ini akan diketahui melalui uji validasi oleh
beberapa ahli media, ahli materi, dan ahli Kebahasaan. Penilaian ahli dapat
ditinjau dari aspek isi, penyajian,kebahasaan, dan media dengan mengacu
pada standar kelayakan bahan ajar dari Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Aspek yang akan divalidasi oleh ahli media,ahli materi, dan
kebahasaan adalah :
a. Ahli Media
1. Kelayakan Media
3. Tombol navigasi
mempermudah dalam
pengoperasian
8. Penempatan judul,
subjudul,ilustrasi, dan
keterangan gambar
2. Kelayakan kebahasaan
2. Keefektifan kalimat
3. Kebakuan istilah
Kedalaman materi
Keakuratan menyajikan
contoh permasalahan yang
kontekstual dalam kehidupan
nyata
Keakuratan ilustrasi
Keakuratan istilah
g. TINJAUAN PUSTAKA
1. Problem Based Learning (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas dan
kreativitas siswa dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu permasalahan
yang dihadapinya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) siswa pada masalah nyata
(Rusman, 2013). Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode
pengajaran dan pembelajaran dimana siswa terlibat dalam masalah tanpa
studi persiapan dan dengan pengetahuan secukupnya untuk memecahkan
masalah, mengharuskan siswa memperluas pengetahuan dan pemahaman
yang ada dan menerapkan peningkatan pemahaman ini untuk menghasilkan
solusi (Wirkala & Kuhn, 2011).
Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah model
pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri,
sistematis, serta menggali kemampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan secara kelompok ( Ahmad, Tarmizi,dkk. 2010 ; Anugrahani,
Kurniawati, & Kaniawati, 2016). Siswa belajar bersama kelompok kecil
menyelidiki dan menyerap informasi untuk menyelesaikan permasalahan dan
guru sebagai fasilator dalam membimbing siswa memecahkan masalah
( Fatimah, 2012). Pembelajaran dimulai dengan memecahkan masalah untuk
mendapat pengetahuan baru terlebih dahulu, kemudian menafsirkan
permasalahan, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, mengidentifikasi
solusi, mengevaluasi informasi serta memberikan kesimpulan ( Padmavathy
& K, 2013).
Menurut Syaribuddin, Ibnu Khaldun, Musri (2016: 98), Pembelajaran
PBL yang digunakan dalam penelitian ini dirancang dan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat secara aktif menemukan dan
membangun konsep yang sedang dipelajari. Menurut Romadhoni Indrawati,
Mahardika Ketut, Harijanto Alex (2017:330), Dalam model pembelajaran ini
guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi
tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan guru menciptakan susasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Dari pendapat diatas mengungkapkan bahwa Problem Based Learning
(PBL) adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan masalah di
dunia nyata untuk belajar cara berpikir kritis serta memperoleh pengetahuan
dari materi yang dibelajarkan. Masalah yang diberikan adalah masalah yang
nyata yang dihadapi oleh siswa, lalu siswa menyelesaikan masalah secara
kelompok guna melatih mereka untuk kerjasama.
Karakteristik model pembelajaran PBL adalah a) guru berperan
sebagai pengawas dalam pembelajaran. ; b) masalah menjadi fokus utama
dalam pembelajaran. ; c) permasalahan berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. ; d) proses pemecahan masalah dilakukan secara berkelompok. ; e)
memberi waktu kepada peserta didik untuk berpikir kreatif mengumpulkan
informasi dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. ; f)
kesulitan masalah diberikan pada tingkat yang sedang sehingga siswa tidak
putus asa. ; g) membutuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap masalah
yang diberikan. Tujuan Model pembelajaran PBL adalah memotivasi siswa
belajar secara mandiri, memiliki ingatan yang baik terhadap materi,
mengembangkan kemampuan bernalar dan kemampuan memecahkan
masalah, serta memberikan pemahaman cara bekerja sama yang baik dalam
berkelompok (Ball & Pelco, 2006).
Langkah-langkah model pembelajaran PBL diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Memberi orientasi kepada siswa yaitu guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menyajikan permasalahan secara nyata dilanjutkan
memotivasi siswa.
2. Mengorganisasi siswa yaitu guru membantu siswa menyusun tugas
dan memahami permasalahan yang dihadapi.
3. Mengumpulkan informasi yaitu guru membentuk kelompok namun
siswa tetap berpikir secara mandiri untuk mendapatkan informasi
dari berbagai sumber yang tepat.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan yaitu guru membantu
menyiapkan bahan presentasi sehingga diharapkan melalui
presentasi siswa dapat menganalisis permasalahan yang tepat.
5. Memberikan evaluasi yaitu guru melakukan refleksi kepada siswa
tentang informasi yang telah siswa dapatkan (Abdurrozak et al.,
2016).
d. Unsur LKPD
Jika dilihat dari berbagai macam struktur, LKPD atau bahan ajar
lebih sederhana dibandingkan dengan modul tetapi makin kompleks
dari pada buku. Terdapat enam komponen dari bahan ajar LKPD yang
mencakup judul, bentuk pembelajaran, kompetensi dasar atau materi
pokok, informasi pendukung, langkah kerja atau tugas serta penilaian.
Sedangkan jika LKPD dilihat dari formatnya mengandung beberapa
unsur, yaitu judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu
penyelesaian, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
suatu tugas, langkah kerja, terdiri dari penjelasan singkat, tugas yang
harus dikerjakan serta laporan yang ahrus dikerjakan.
Setelah melihat dan mencermati format dan strukturnya,
sekarang kita menjadi tahu bahan apa saja serta unsur-unsur yang
dibutuhkan untuk penyusunan bahan ajar yaitu LKPD. Akan tetapi jika
hanya memahami dan mempelajari dari segi aspek dan format
strukturnya saja tidakcukup untuk melakukan penyusunan lembar kerja
karena kita masih membutuhkan informasi dan pengetahuan dari
berbagai macam sumber lainnya. Sebelumnya kita terlebih dahulu
harus mengenal tentang berbagai macam bentuk LKPD.
e. Jenis LKPD
Secara umum LKPD digunakan untk membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas, bentuk LKPD yang digunakan disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai oleh
peserta didik.
Adapun lima jenis LKPD yang pada umumnya digunakan oleh
peserta didik :
1. LKPD membantu peserta didik mencari suatu konsep, didalam
otak seseorang akan mengkontruksikan pengetahuan yang mereka
miliki seseorang akan belajar jika ia aktif mengonstruksi
pengetahuan yang ada didalam otaknya. Salah satu caranya
dengan mengimplementasikannya dikelas adalah dnegan
memperhatikan materi bahan ajar bentuk LKPD yang berkaitan
serta teori yang akan dipelajari.
2. LKPD membantu peserta didik dalam menerapkan berbagai
konsep yang ditemukan dalam suatu proses pembelajaran, setelah
peserta didik berhasil menemukan konsep, selanjtnya peserta
didik dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
3. LKPD berfungsi sebagai penguatan, LKPD lebih mengacu
kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang
terdapat dalam buku pembelajaran, LKPD ini sangat bagus
dikatakan untuk melatih pengayaan peserta didik.
4. LKPD sebagai petunjuk belajar, Bentuk lembar kerja yang
didalamnya terdiri dari isian atau soal yang jawabannya terdapat
didalam buku pembelajaran tersebut. Salah satu kegunaan utama
dari LKPD yaitu alat bantu bagi peserta didik dalam memahami
materi yang terdapat dalam buku tersebut.
5. LKPD berfungsi sebagai panduan atau petunjuk praktikum,
LKPD memuat petunjuk untuk melakukan eksperimen atau
praktikum serta peserta didik dibimbing dalam menulis hasil dari
eksperimen yang ada dalam lembar kerja tersebut.
1. Pendengaran
2. Visual
3. Kinestetik
2 >3,4-4,2 Baik
20%-40% Rendah
40 %-60% Cukup
60%-80% Tinggi
(Riduwan,2008)
Positif Negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak 1 4
setuju
3. Menghitung persentase perolehan skor total per item
dengan rumus :
ΣX
P= x 100 %
Σ Xi
(Riduwan, 2008)
dengan
P = persentase perolehan skor
Σ X = jumlah perolehan skor (skor total) tiap pernyataan
Σ Xi= jumlah skor ideal (skor tertinggi)
4. Menghitung persantase total respon dengan rumus:
ΣP
V= (Siregar, 2004)
n
Dengan:
V = persentase rata-rata kevalidan
Σ P = jumlah rata-rata persentase skor tiap aspek
n = jumlah aspek yang dinilai
Tabel. Kriteria Respon Peserta didik dan Pendidik tehadap e-
LKPD berbasis metakognisi
Interval Kriteria
0%-20% Sangat Buruk
21%-40% Buruk
41%-60% Cukup
61%-80% Baik
81%-100% Sangat Baik
(Riduwan, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Angko Nancy dan Mustaji. 2013. Pengembangan Bahan Ajar dengan Model
ADDIE untuk Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 SD. Universitas Negeri
Surabaya. Jurnal KWANGSAN. Volume 1 Nomor 1.
Meilia Tyas Utami. 2019. Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan
Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar. Universitas Kristen Satya Wacana.
Volume 6. No 1.
Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis. 2019. Desain Modul Praktikum Berbasis Problem
Based Learning (PBL) Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit.
Septiwi Tri Pusparini, dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Sistem Koloid. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. Vol 8. No 1.
Wirkala, C., & Kuhn, D. 2011. Problem Based Learning In K-12 Education : Is It
Effective And How Does It Achieve Its Effects? . American Educational
Jurnal. Volume 48. No 5 : 1158-1186.
1. StoryBoard
1 Cover halaman :
Judul LKPD “ e-LKPD
Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit
dan Non-elektrolit
Keterangan Kelas “X mia“
Nama Siswa/Siswi
2 Identitas e-LKPD :
Berisi identitas penulis dan
pihak-pihak yang terlibat
dalam pengembangan e-LKPD
3 Kata Pengantar :
Berisi petunjuk mengenai
topik tertentu dan nomor
halaman dimana topik tersebut
berada
4 Daftar Isi :
Berisi petunjuk mengenai
topik tertentu dan nomor
halaman dimana topik tersebut
berada
5 Capaian pembelajaran :
Berisi kompetensi dasar
Indikator pencapaian
Tujuan pembelajaran
6 Petunjuk penggunaan :
Berisi petunjuk penggunaan serta
gambaran dari e-LKPD
12 Halaman Belakang
Sasaran Program : Peserta Didik Kelas X mipa Semester 2 tahun ajaran 2021/2022
Saya memohon bantuan kepada Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini.Angket ini
saya buat dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari Bapak/Ibu terkait “
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”. Penilaian, Komentar, dan Saran dari
Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-
LKPD ini. Sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya e-LKPD ini untuk
digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu
untuk mengisi angket penilaian Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD)
ini, saya ucapkan terimakasih.
A. Petunjuk Pengisian
Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda checlist (√) pada kolom
yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu untuk setiap butir dalam angket penilaian
dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik
1 2 3 4
Sasaran Program : Peserta Didik Kelas X mipa Semester 2 tahun ajaran 2021/2022
Saya memohon bantuan kepada Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini.Angket ini
saya buat dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari Bapak/Ibu terkait “
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”. Penilaian, Komentar, dan Saran dari
Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-
LKPD ini. Sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya e-LKPD ini untuk
digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu
untuk mengisi angket penilaian Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD)
ini, saya ucapkan terimakasih.
A. Petunjuk Pengisian
Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda checlist (√) pada kolom
yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu untuk setiap butir dalam angket penilaian
dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik
B. Aspek Penilaian
Aspek Penilaian Kelayakan isi yang dilakukan oleh ahli validasi materi
A. 1. Kelengkapan materi
Kesesuaian
materi dengan
KD
2. keleluasaan materi
3. Kedalaman materi
7. Keakuratan istilah
c. Oleh guru
Sasaran Program : Peserta Didik Kelas X mipa Semester 2 tahun ajaran 2021/2022
Saya memohon bantuan kepada Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini.Angket ini
saya buat dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari Bapak/Ibu terkait “
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”. Penilaian, Komentar, dan Saran dari
Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-
LKPD ini. Sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya e-LKPD ini untuk
digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu
untuk mengisi angket penilaian Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD)
ini, saya ucapkan terimakasih.
A. Petunjuk Pengisian
Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda checlist (√) pada kolom
yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu untuk setiap butir dalam angket penilaian
dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik
B. Aspek Penilaian
B. 2. Pengantar
Pendukung
penyajian
3. Daftar isi
4. Daftar pustaka
2. Keefektifan kalimat
3. Kebakuan istilah
C. 5. Kemampuan memotivasi
Kemampuan siswa
memotivasi
siswa
Petunjuk Pengisian :
1. Sebelum mengisi angket ini, pastikan anda telah membaca dan menggunakan
Lembar Peserta Didik Elektronik (e-LKPD) Berbasis Metakognisi Pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non-Elektronik.
2. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan dalam angket ini sebelum anda nilai
3. Melalui angket ini anda dimohon untuk memberikan penilaian tentang Lembar
Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD) berbasis Metakognisi pada materi
Larutan elektronik dan non-elektronikyang akan digunakan sebagai masukan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-LKPD ini.
4. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda ceklist (√) pada kolom yang
sesuai dengan penilaian anda, untuk setiap butir dalam angket penilaian dengan
ketentuan sebagai berikut:
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik
2. Apakah petunjuk
penggunaan bahan ajar sudah
jelas
6. Apakah pengguna
memahami dengan mudah
ketika menggunakan bahan ajar
C. Fasilitas 7. Apakah terdapat traffic pada
Pendukung bahan ajar