3.10.1 - Ep - 1 - Pedoman Pelayanan Unit Kerja (En)
3.10.1 - Ep - 1 - Pedoman Pelayanan Unit Kerja (En)
3.10.1 - Ep - 1 - Pedoman Pelayanan Unit Kerja (En)
PEDOMAN
PELAYANAN FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota
yang bertanggungjawab menyelenggrakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah
kerja secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung
jawab kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu desa/kelurahan/dusun/dukun warga (RW).
Visi pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapai nya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama yaitu:
lingkungan sehat, prilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derjat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang di selenggrakan
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai
misi tersebut puskesmas menyelanggrakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyrakat. Puskesmas perlu di tunjang dengan pelayanan kefaramsian
yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigma nya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (prhamceutical care)
sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker atau asisten apoteker
sebagai tenaga farmasi di tutut untk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
prilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana dan
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta adminstrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep,peracikan obat,penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan atau penyimpanan resep) dengan memanfaatkan
tenaga,dana,prasarana,sarana, dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang di tetapkan.
C. Sasaran
Sasaran dan Fungsi pelayanan farmasi adalah:
D. Asas
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan inpormasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan BMHP;
2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika
4. Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 889/
Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, izin Praktik dan Izin Tenaga Kefarmasian
6. Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
7. Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Registrasi, Izin praktik dan Izini Kerja
Tenaga Kefarmasian.
8. Permenkes Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permenkes No 74
tahun 2016.
9. Permenkes No. 3 Tahun 2021 Tentang Perubahan penggolongan, pembatasan,
dan Kategori Obat.
10. Kepmenkes No.125/Kab/B VII/th 1971 Tentang wajib Daftar obat
11. Daftar obat esensial Nasional (DOEN).
E. Ruang Lingkup
Pedoman ini sebagai pedoman pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh
Puskesmas Cikajang dalam melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BHP untuk melakukan pelayanan kepada pasien rawat jalan maupun kegawat
daruratan. Pedoman pelayanan farmasi meliputi empat aktivitas utama yaitu:
F. Pengertian Umum
Buku Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata laksana Terapi Obat)
merupakan pedoman untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
apoteker dalam pelayanan kefarmasian terhadap pasien.
Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di puskesmas yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pelayanan lain di tiap unit,
melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kewenangan berbeda menurut
fungsi masing-masing.
Oleh karena itu di perlukan upaya untuk mengarahkan kesatuan
pandang para petugas menuju terwujud peningkatan mutu pelayanan sesuai
dengan pedoman yang di tetapkan guna mencapai peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
1. Pelayanan Farmasi dikoordinir dan dilayani oleh seorang apoteker yang telah
memiliki surat izin praktik apoteker.
2. Apoteker dalam pelayanan farmasi dibantu oleh 1 orang tenaga Apoteker
Pendamping,1 orang tenaga Asisten Apoteker dan 3 orang tenaga Administrasi.
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Cikajang dilaksanakan setiap hari
selama 24 jam dengan pembagian shift sebagai berikut, yaitu shift pagi mulai pukul
07.30 s/d 14.00 WIB dan shift Siang-Malam mulai pukul 14.00 s/d 08.00 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
PENERIMAAN, LEMARI
PINTU MASUK PENYERAHAN RESEP PSIKOTROPIKA
KULKAS
MEJA RA
RACIK K
LEMAR OB
AT
I R.
PELAY
ANAN PINTU
GUDANN
G
Bangunan untuk menyimpan obat dibangun dan dipelihara untuk melindungi obat
yang disimpan dari pengaruh temperature dan kelembaban, banjir, rembesan
melalui tanah, termasuk dan bersarangnya binatang kecil, tikus,burung, serangga
dan bianatang lain. Cukup luas, tetap kering dan bersih, dan hendaklah tersedia
tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan produk tertentu (narkoba
dan psikotropika)
Bangunan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, selalu dalam keadaan bersih,
bebas dari tumpukan sampah dan barang-barang yang tidak doperlukan,
penerangan yang cukup untuk dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan
benar. Suhu dan kelembaban ruang dijaga agar tidak mempengaruhi stabiitas obat.
Perlengkapan yang memadai untuk memungkinkan penyimpanan produk yang
memerlukan pengamanan maupun kondisi penyimpanan khusus disertai alat monitor
yang tepat jika diperlukan kondisi penyimpanan yang menuntut ketepatan
temperature dan kelembaban.
B. Standar Fasilitas
a. Papan nama
b. Ruang tunggu yag nyaman bagi pasien
c. Ruang Penyimpanan
d. Ruang distribusi/pelayanan
f. Ruang Informasi Obat
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pengadaan obat BLUD dengan nominal pembelian dalam satu faktur lebih
dari Rp. 2.000.000 sebaiknya dilengkapi dengan pemberkasan pengadaan obat
BLUD.
a. Pengkajian resep
Persyaratan Administrasi:
Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien.
Nama, nomor, ijin praktik, alamat dan paraf dokter
Tanggal resep
Ruangan/Unit asal resep
Persyaratan Farmasetika:
Nama obat, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan
Dosis dan jumlah obat
Stabilitas
Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan Klinis:
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Tidak didapatkan duplikasi pengobatan
Tidak munculnya alergi, efek samping dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD)
Obat yang diberikan tidak kontraindikasi
Tidak dijumpai interaksi obat yang beresiko
Untuk memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas maka dibuat checklist dalam
telaah resep sebagai berikut
d. Konseling
Konseling adalah suatau proses diskusi antara apoteker dengan pasien/
keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien/ keluarga pasien mengekplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran sehhingga
pasien/ keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam
penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi.
Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi
memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan
cost effectiveness dan menghormati pillihan pasien dalam menjalankan terapi.
Tujuan khusus konseling adalah menunjukkan perhatian serta kepedulian
terhadap pasien, membantu pasien untuk mengatur da terbiasa dengan obat,
membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya, menibfkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan,
mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat, meningkatkan kemampuan
pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi, mengerti permasalahan
dalam pengambilan keputusan, membimbbing dan mendidik pasien dalam
penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan
meninngkatkan mutu pengobatan pasien.
Tahapan yang dilakukan ketika melakukan konsultasi: Membuka
komunikasi antara apoteker dengan pasien, mengidentifikasi tingkat pemahanan
pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions meliputi:
Apakah yang disampaikan dokter tentang obat anda?
Apakah dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obat anda?
Apakah dokter menjelaskan tentang hasil yang diharapkan setelah anda
menerima terapi obat tersebut?
Menggali informasi lebih lanjut dengan memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplor masalah penggunaan obat,memberikan penjelasan kepada
pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat, melakukan verifikasi
akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien, Dokumentasi.
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara
manfaat dan resiko. Dengan demikian keselamatan pasien merupakan bagian
penting dalam risiko ppelayanan di puskesmas. Farmasi mengidentifikasi dan
mengevaluasi untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien.
Pendekatan system bertujuan untuk meminmalkan resiko dan mempromosikan
upaya keselamatan penggunaan obat termasuk alat kesehatan yang menyertai.
Tata cara/urutan yang dilakukan dalam pengelolaan (pencegahan dan
pengumpulan data) kesalahan yang disebabkan obat dan peresepan obat
(medication error). Kesalahan yang dicatat adalah yang potensial menyebabkan
kesalahan (belum sampai ke pasien) maupun yang factual (sudah terjadi dan
sampai kepada pasien). Kesalahan yang berkaitan degan obat, potensial terjadi
pada tahap-tahap:
1. Tahap penulisan resep (prescribing)
2. Tahap pembacaan dan penyiapan resep serta penyerahan obat (transcribing
and dispensing)
3. Tahap pemberian obat kepada pasien (administering)
Kesalahan peresepan didapat pada saat pengkajian/ skrining/ penapisan
resep atau dapat juga merupakan laporan kasus
B. Tujuan
1. Tersedianya data jenis kesalahan peresepan guna pencegahan kesalahan
sejenis dan mengurangi kerugian yang diderita pasien.
2. Memperkecil kesalahan yang disebabkan oleh obat/ peresepan yang
ditanggung oleh pasien.
C. Tata laksana keselamatan pasien
1. Pengelolaan kesalahan peresepan yang terjadi pada saat penulisan resep/
tahap prescribing
a. Petugas farmasi mencatat kedalam buku konsultasi dokter setiap kali
mengkonsultan kepada dokter mengenai:
permasalahan peresepan yang ditulis oleh dokter/ apa yang dikonsulkan
bagaimana pengatasannya/ jawaban dokter
nama dokter
Sarana konsultasi (telpon atau mendatangi dokternya)
b. Setiap akhir bulan merekapitulasi, mengelompokan data serta membuat
laporan.
c. Pengelompokan data kesalahan berdasarkan
permasalahan dosis; dosis tidak lazim, tidak tertulis kekuatan obat
Permasalahan signa-signa tidk lazim,signa tidak lengkap,tidak ada
signa, aturan tidak jelas dan lain-lain.
Permasalahan obat; obat tidak dapat digerus , duplikasi obat, kombinasi
tidak lazim, salah nama obat, tidak tertulis jumlah obat, tidak tertulis
bentuk sediaan, obat tidak sesuai jenis jaminan/ tidak masuk
formularium
Lain-lain duplikasi resep, tidak jelas tulisan dokter, interaksi,
kontraindikasi dan lain-lain.
2. Kesalahan tahap penulisan resep dan tahap pembaca serta penyiapan resep
dapat juga diperoleh dengan cara:
a. Petugas farmasi dengan rasa kesadaran dan tanggung jawab mencatat
setiap kesalahan yang dilakukannya sendiri atau mengetahui kesalahan
yang dilakukan petugas farmasi yang lain kedalam buku.
b. Mengatasi permasalahan yang terjadi
c. mendokumentasikan kesalahan yang terjadi, baik kesalahan yang
potensial maupun factual terjadi.
d. Setiap akhir bulan merekapitulasi, mengelompkan data serta membuat
laporan
e. pengelompokan data kesalahan berdasarkan:
Permasalahan dosis, salah perhitungan dosis dll
Permasalahan obat; salah batch, salah ambil obat, salah memasukkan
obat kedalam wadah, salah memberi obat, jumlah obat kurang, jumlah
berlebih, sirup kering antibiotic belum direkonstitusi, obat tidak dapat
digerus, memberikan obat yang sudah kadaluarsa, dll
Permasalahan etiket: etiket tertukar, salah menulis etiket, etiket belum
lengkap, etiket belum ada.
Lain-lain salah membuat copy resep, tidak menulis copy resep tidak
menulis copy resep, salah pasien/ memberikan obat kepada pasien
lain, salah memberikan nomor tunggu, kemasan obat sobek, salah
prosedur “in put”.
3. Kesalahan tahap penulisan resep dan tahap pembacaan serta penyiapan
resep dapat juga diperoleh dengan cara;
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
B. TUJUAN
C. TATALAKSANA
1. Petugas farmasi menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat menyiapkan,
melayani obat, diantaranya:
a. Sendok obat untuk mengambil obat
b. Masker
c. Sarung tangan
d. Disinfektan pencuci tangan
e. Baju pelindung
f. Kaca mata/Face shield
2. Gedung rawat jalan UPT Puskesmas Cikajang dilengkapi dengan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR).
3. Meja dan kursi penyiapan, pelayanan farmasi dipilih yang bersifat ergonomis
4. Tes seroimunologi atau tes lain yang terkait dengan pelayanan farmasi
5. Gudang penyimpanan bahan berbahaya dilengkapi dengan label bahan
berbahaya dan beracun
6. Spil kit tumpahan B3.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGERTIAN
Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini
sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja.
Sitem manajemen mutu berlandaskan pada penceghan kesalahan sehingga bersifat
produktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat proaktif, bukan pada deteksi
kesalahan yang bersifat reaktif. Sistem manajemen mutu berlandaskan pada
tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Proporsi terbesar
diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak awal.
Pelayanan kefarmasian menyelanggarakan suatu sistem jaminan mutu sehingga
obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan dan keabsahannya
sampai ketangan pasien. Ditribusi obat harus menjamin bahwa obat yang
didistribusikn dengan kondisi penyimpanan yang sesuai terjaga mutunya dan selalu
dimonitor termasuk selama transportasi serta terhindar dari kontaminasi.
Pengendalian mutu merupakan kegiatanpengawasan, pemeliharaan dan audit
terhaap sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP untuk menjamin mutu,
mencegah kehilangan, kadaluarsa dan rusak.
B. TUJUAN
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan
dan dapat memuaskan pelanggan.
C. TATA LAKSANA
Penanganan Gudang farmasi yang dapat menjaga dan mengendalikan mutu obat
dan alkes dilakukan dengan cara:
1. Penyimpanan obat dan alkes sesuai standar
Kondisi ruangan penyimpanan dalam ruang kamar (dibawah suhu 25
derajat selsius) dengan kelembaban ruang harus kering, dilengkapi dengan
alat pengatur suhu ruang.
Obat yang stabil pada suhu 2-8 derajat selsius disimpan dalam refrigerator/
lemari es dengan suhu dimonitor ketat 2x sehari
Bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan teerpisah, mengikuti protap
penyimpanan B3.
Obat dan alkes yang rusak, sudah kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat
disimpan terpisah
2. Setiap pengeluaran, pengambilan dan pendistribusian obat dan alkes dengan
prinsip FIFO atau FEFO.
3. Minimal 2x dalam setahun dilakukan
Pencarian dan pengumpulan obat dan alkes yang mendekati waktu
kadaluarsa, lambat pergulirannya/ menumpuk/ slow moving serta berhenti
bergulir dan dibuat daftarnya.
Daftar obat tersebut diinformasikan dan didistribusikan kepada dokter, unit
pelayanan untuk segera digunakan, diresepkan terlebuh dahulu.
BAB VIII
PETUTUP
Disamping itu pula di harapkan pedoman ini bagi apoteker dan asisten apoteker
yang bertugas di puskesmas dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
agar tercapai penggunaan obat yang rasional
Ditetapkan di : Garut
Pada tanggal : ……..….. 202…
KEPALA UPT PUSKESMAS CIKAJANG,