0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
192 tayangan9 halaman

Sap Terapi Bermain Puzzle

Dokumen tersebut membahas tentang terapi bermain untuk anak usia sekolah yang dirawat inap. Terapi bermain dirancang untuk mengurangi stres dan kecemasan anak selama dirawat, serta merangsang perkembangan motorik, kognitif, bahasa, dan imajinasi anak. Terapi bermain akan dilaksanakan dengan menyusun puzzle selama 45 menit dan diikuti oleh 5 anak. Terapi ini diharapkan dapat membantu anak mengekspresikan perasa

Diunggah oleh

Dhea Nurafifah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
192 tayangan9 halaman

Sap Terapi Bermain Puzzle

Dokumen tersebut membahas tentang terapi bermain untuk anak usia sekolah yang dirawat inap. Terapi bermain dirancang untuk mengurangi stres dan kecemasan anak selama dirawat, serta merangsang perkembangan motorik, kognitif, bahasa, dan imajinasi anak. Terapi bermain akan dilaksanakan dengan menyusun puzzle selama 45 menit dan diikuti oleh 5 anak. Terapi ini diharapkan dapat membantu anak mengekspresikan perasa

Diunggah oleh

Dhea Nurafifah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 9

Tugas Terapi Bermain

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh


dengan stress yang mana akan menimbulkan reaksi pada anak yang sesuai dengan
perkembangannya,diantaranya anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutran
akibat perpisahan dengan keluarga ataupun lingkungan terutama pada anak yang di
rawat lama.
Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh seorang anak, dimana ini
merupakan kebutuhan psikososial anak baik keadaan sehat maupun sakit. Bermain
pada anak yang dihospitalisasi dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan
membantu anak untuk mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik
halus dan kasar pada anak.
Pada anak usia sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan
motorik halusnya sudah baik pula dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.
Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak
 prasekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan

 program terapi bermain karena dengan bermain akan membuat anak menjadi lebih
rileks.
Adapun tempat pelaksanaan TAK yaitu diruang bermain Melati 2. Alasan
kelompok kami mengadakan terapi kelompok bermain pada anak usia sekolah
karena lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak
 bermain dan alasan kelompok kami mengadakan terapi bermain menyusun gambar
pada usia sekolah adalah untuk mengembangkan motorik halus, intelektual,
keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa, selain itu
 pada usia ini merupakan usia awal dalam berimajinasi serta sudah lebih kooperatif
untuk di ajak bermain.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah (6-12
tahun) selama kurang lebih 45 menit diharapkan anak dapat mengekspresikan
perasaaannya dan menurunkan kecemasannya serta dapat melanjutkan tumbuh
kembang anak yang normal atau sehat.
2. Tujuan instruksional khusus

Tujuan dari program bermain ini yaitu agar :

a. Dapat menambah wawasannya

 b. Dapat merangsang imajinasi anak

c. Dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak

d. Dapat merangsang rasa kreatif anak

e. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya

C. Sasaran

1. Kriteria Klien

a. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12 tahun )

 b. Anak kooperatif

c. Anak dengan komunikasi verbal baik d.


Anak dengan kondisi membaik

2. Proses seleksi

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu anak mengekpresikan ide-ide


atau perasaan secara optimal dan bersosialisasi dengan efektif seperti kriteria
diatas
BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN

Anak usia sekolah berkembang dari perilaku sensori motorik sebagai alat
pembelajaran dan berinteraksi dengan lingkungan menjadi
 pembentuk pikiran simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi dalam
percakapan sosial. Dalam aktifitas bermain, anak memiliki kehidupan fantasi aktif,
menunjukkan eksperimentasi dengan ketrampilan baru dan permainan, peningkatan
aktifitas bermain, anak dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri.
Menurut Marjorie mengatakan bahwa anak prasekolah merupakan masa
antusiasme, bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan independen.
Karakteristik sasaran adalah anak-anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
dirawat di ruang perawatan anak Melati II RSUD Dr. Moewardi
 berjumlah 5 anak dengan kriteria :

a. Tidak bedrest total


 b. Tidak kejang

c. Tidak panas/bebas demam

d. Bersedia mengikuti permainan/terapi

B. Prinsip Bermain Menurut Teori

Pengertian Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,


emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk
 belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan,dan mengenal waktu,
jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983). Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar

mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial

anak.

C. Karakteristik Permainan Menurut Isinya secara Teori

1) Sosial affective play : hubungan interpersonal yang menyenangkan antara


anak dengan orang lain (Ex : ciluk-baa).
2) Sense of pleasure play : permainan yang sifatnya memberikan kesenangan
pada anak (Ex : main air dan pasir).
3) Skiil play : permainan yang sifatnya memberikan keterampilan

 pada anak (Ex: naik sepeda).

4) Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (Ex : dokter dan


perawat).
5) Games : permaianan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan /skor (Ex : ular tangga).
6) Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi
situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yang digunakan sebagai alat
permainan (Ex : jinjit-jinjit, bungkuk-
 bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

7) Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang

 bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam

 permainan(Ex : Congklak)
8) Solitary play: anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak berbain
sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya
9) Parallel play : anak menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dengan lainnya tidak ada sosialisasi.
10) Associative play : permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu dengan anak
lain, tetapi tidak ada pemimpin dan tujuan permainan tidak jelas ( Ex, bermain boneka,
masak-masak)
11) Cooperative play: aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Ex, main sepak bola)
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Permainan pada anak usia sekolah

B. Deskripsi Permainan
 Leader menyebutkan dan menjelaskan aturan permainan
 Anggota diatur dalam bentuk huruf V
 Leader meminta anak untuk Menyusun puzzle tersebut dalam 15 menit
 Jika ada peserta yang sudah selesai Menyusun puzzle bar harus menunjuk tangan dan
memberitahukan fasilitator
 Jika ada peserta gagal Menyusun puzzle, fasilitator menanyakan alas an kalau
mungkin motivasi Kembali kegiatan
 Peserta harus hadir ditempat 5 menit sebelum kegiatan berlansung
C. Keterampilan yang diperlukan
Anak mampu Menyusun puzzle yang telah diacak
D. Jenis Permainan
Menyusun puzzle
E. Alat yang digunakan
Puzzle
F. Waktu pelaksanaan
Terapi bermain akan dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 23 Februari 2023
Pukul : 11.00
G. Proses Bermain
1. Fase orientasi
- Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan anggota kelompok lain
peserta memperkenalkan diri satu persatu, menjelaskan tujuan dan aturan bermain
- Tujuan : Tujuan dari program bermain ini supaya anak dapat bersosialisasi dengan orang
lain dan dapat mengekspresikan imajinasi anak
2. Fase kerja
a. Leader berdiri di depan
b. Leader mengatur posisi klien
c. Fasilitator menyiapkan peralatan bermain
d. Fasilitator memberi motivasi kepada anak untuk Menyusun puzzle
e. Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama program bermain
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon subjektif leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti program
b. Evaluasi respon objektif observer mengobservasi perilaku peserta selama kegiatan terkait
dengan tujuan
c. Tindak lanjut, menganjurkan kepada masing-masing anak untuk menyebutkan puzzle
yang telah disusun
H. Hal-hal yang perlu diwaspadai
Dalam terapi bermain yang perlu diwaspadai adalah keamanan dalam permainan dan
kenyamanan anak selama mengikuti terapi bermain.
I. Antisipasi meminimalkan hambatan
Dalam meminimalkan hambatan, fasilitator mempersiapkan semua yang dibutuhkan dalam
terapi bermain terkait dengan peralatan yang akan digunakan, kemudian mendampingi anak
selama mengikuti terapi bermain serta melibatkan orang tua dalam permainan.
J. PENGORGANISASIAN
1. Struktur organisasi
a. Leader :
b. C.o Leader :
c. Fasilitator :
d. Observer :
2. Uraian tugas
a. Leader
 Menjelaskan tujuan bermain
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaskan aturan bermain pada anak
 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksaan
b. C.O Leader
 Membantu leader alam mengorganisasikan anggota
c. Fasilitator
 Menyiapkan alat-alat permainan
 Memberikan motivasi kepada anak untuk Menyusun puzzle
 Mempertahankan kehadiran anak
 Mencegah gangguan / hambatan terhadap anak baik diluar maupun dalam
d. Observer
 Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain.

K. Kriteria Evaluasi : Sebagai evaluasi dilihat tujuannya tercapai atau tidak


1. Evaluasi struktur
a. Peralatan bermain seperti puzzle sudah tersedia
b. Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
c. Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
2. Evaluasi proses
a. Leader dapat menimpa jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
b. Leader dapat membantu tugas leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d. 80% anak dapat dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi hasil
a. 100% anak merasa senang dan puas
b. 80% mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
c. 75% anak dapat menyatakan perasaan senang
d. Anak dapat Menyusun puzzle dengan benar

Anda mungkin juga menyukai