Kti Raninda
Kti Raninda
Kti Raninda
Raninda595@gmail.com
ABSTRAK
Gender tidak selalu melulu berbicara tentang jenis kelami, melainkan juga tentang perbedaan
karakter, identitas di masyarakat dan juga peran sosial. Kesetaraan gender ini belum merata
sempurna pada bagian pekerjaan dan politik. Kurang kepercayaan masyarakat yang menjadi
penyebab akan adanya kepemimpinan perempuan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
yaitu literature review dengan mengambil data dan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
memiliki fenomena yang sesuai. Hasilnya yaitu bahwa upaya kepemimpinan perempuan dalam
mewujudkan kesetaraan gender yaitu pemimpin perempuan dapat melakukan pendekatan secara
langsung kepada masyarakat, hal ini dinilai memiliki potensi keberhasilan dan dampak yang
lebih besar pada pengembangan masyarakat. Hasil dari adanya penelitian yang telah dilakukan
diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan referensi sekaligus informasi kepada masyarakat
dalam menentukan pemimpin di era modern. Harapannya dari penelitian tersebut bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemerintah akan kesetaraan gender ini. Sedangkan bagi
akademik dan peneliti diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan, pengetahuan, dan
informasi terhadap bidang ilmu yang ditempuh serta sebagai masukan untuk penelitian yang
selanjutnya yang sesuai.
Gender does not always talk about sex, but also about character differences, identity in society
and social roles. Gender equality is not perfectly equivalent to the work and politics. Lack of
community confidence is the cause of women’s leadership. In this study the method used is
literature review by taking data and from previous studies that have corresponding phenomena.
The result is that women’s leadership efforts in realizing gender equality, that women leaders can
approach directly to society, is assessed to have a greater potential for success and impact on
community development. The results of the research that has been done are expected to be used
as a reference material and information to the community in determining leaders in the modern
era. Hope of this research can be used by the public and the government for gender equality.
While academics and researchers are expected to provide additional insight, knowledge, and
information to the field of science travelled as well as input for subsequent research as
appropriate.
PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai perempuan merupakan pembahasan yang selalu menarik dan tidak
ada habisnya. Apalagi jika dikaitkan dengan kepemimpinan perempuan itu sendiri.
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana
mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
perintah yang direncanakan (Fahmi,2016). Kepemimpinan perempuan adalah bagian dari
prinsip-prinsip kesetaraan gender. Hal ini menimbulkan polemik yang berkepanjangan diantara
para pemikir karena ketidakadaan yang jelas tentang bolehnya seorang perempuan menjadi
pemimpin.
Fakta-fakta ini membuktikan bahwa kepemimpinan tidak hanya dimiliki kaum pria, tetapi
kaum perempuan juga terbukti sukses menjadi seorang pemimpin. Namun perlu dipahami bahwa
kepemimpinan perempuan tidaklah mutlak di semua sector. Karena ada beberapa wilayah
dimana kepemimpinan pria tidak bisa digantikan oleh perempuan, Misalnya wanita tidak boleh
menjadi imam shalat bagi jamaah laki-laki.
Kepemimpinan perempuan menjadi isu publik yang selalu diperbincangkan, dan telah
memancing polemik dan debat antara yang pro dan kontra terhadap pemimpin perempuan dalam
sebuah negara, kendatipun pengakuan atas hak dasar kemanusiaan tampak mengalami
peningkatan yang signifikan diberbagai belahan dunia. Pengakuan ini juga berlaku atas hak
perempuan sebagaimana yang sejajar dengan laki-laki.
Jumlah seorang pemimpin perempuan yang terdapat sampai saat ini di Indonesia masih
sangat sedikit dibandingkan dengan seorang pemimpin pria. Apalagi sebagian golongan
memandang kalau kedatangan pemimpin perempuan jadi sesuatu kasus tertentu. Padahal
perempuan juga memiliki hak yang sama dengan hak laki-laki dalam menduduki kursi
kepemimpinan.
(Qibthiyah, 2021) menjelaskan bahwa apabila dalam ilmu feminisme, teori dibedakan
jadi 2, awal moderate ataupun different theory yang mengatakan kalau pria serta perempuan
merupakan setara namun berbeda,namun bukan berarti mengungguli satu samalain. Dalam hal
ini cenderung dapat digunakan untuk mempertahankan kedudukan gender secara tradisional.
Sebaliknya teori kedua merupakan progressive yang mengatakan bahwa laki-laki denan wanita
mempunyai hak yang setara dalam perihal apapun, sebab pada dasarnya buat menggapai sesuatu
posisi tertentu, seorang di nilai dari segi kecakapannya bukan dari tipe jenis kelaminnya,” jelas
Alimatul.
Isu gender diangkat memiliki alasan yang paling utama dalam Kepemimpinan Wanita
karena pada dasarnya perempuan juga memeiliki kapasitas yang memadai satu sama lain. Tetapi
masih jarangnya pemimpin perempuan diakibatkan oleh 2 aspek, yaitu aspek kultural yang mana
perempuan masih banyak yang menarik diri dalam partisipasi jadi seseorang pemimpin, serta
banyaknya asumsi negatif bila perempuan jadi pemimpin.
METODE
Pengumpulan data menggunakan systematic literatur review yang mana mencari referensi –
referensi dari Google Scolar . Dengan metode ini dapat digunakan untuk menjadi dasar dan alat
utama untuk praktek kerja di lapangan. Studi literatur review merupakan cara yang digunakan
dalam menghimpun data atau sumber yang berkaitan dengan tema dalam penelitian. Cara
memperoleh studi literature review yaitu dapat diperoleh dari berbagai sumber, jurnal, buku
dokumentasi, internet dan pustaka. Beberapa analisis dari judul artikel sebagai berikut:
Seorang pemimpin merupakan orang yang memiliki kecakapan dan kelebihan, sehingga mampu
mempengaruhi orang – orang lain untuk bersama – sama melakukan aktivitas – aktivitas tertentu,
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu
atau beberapa kelebihan sebagai bakat yang dibawa sejak lahir (Musgar, 2019). (Musgar,
2019)mengatakan bahwa inti Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain
atau bawahan, tanpa bawahan pemimpin tidak akan ada. Jadi kedunya saling memengaruhi.
Berdasarkan literatur ke dua Tercapainya suatu tujuan organisasi tidak terlepas dari peran seorang
pemimpin dalam usaha mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi bawahannya untuk focus pada
tujuan bersama yang telah di tentukan. Gaya kepemimpinan seorang perempuan tidak terlepas dari
perspektif dan pembahasan gender yang membedakan antara perempuan dan laki-laki berdasarkan
sosial budayanya. Secara umum gaya kepemimpinan perempuan dibagi menjadi dua yaitu gaya
kepemimpinan feminishmaskulin dan gaya kepemimpinan transformasional-transaksional. Globalisasi
menunjukan adanya perkembangan di bidang teknologi informasi, elektronika, sosial budaya, ekonomi
dan politik. Kemajuan ini memberikan dampak pada keterlibatan perempuan dalam berbagai bidang di
lingkungan sosial masyarakat. Era globalisasi memberikan pemahaman baru bahwa kepemimpinan
perempuan merupakan bagian integral dari kepemimpinan secara umum, dan merupakan produk dari
perjuangan kesetaraan melalui dua logocentrisme.
Berdasarkan literatur ke tiga Perempuan memiliki banyak peluang menjadi pemimpin.Akan tetapi
tantangan terbesar adalah “tidak terlatihnya” perempuan dalam kepemimpinan publik dan
“pilihan” perempuan untuk berada di rumah.Kedua tantangan internal tersebut merupakan
potret nyata bagaimana perempuan masih ditempatkan dan menempatkan dirinya sebagai
warga negara kelas kedua.Tetapi bahwasanya warga negara kelas kedua ini ditentukan oleh
kebijakan negara sendiri yang meminggirkan peran strategis dari rumah.Negara selama ini
meminggirkan rumah sebagai tidak strategis.Ini membawa peran mengerikan bagi peri
kehidupan perempuan dan anak-anak. Dengan terciptanya peran wanita dalam berkesempatan
memegang peranan sebagai kepemimpinan dapat membawa dampak yang positif yaitu
permasalahan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya perbedaan (diskriminasi) antara
perempuan dan laki-laki. Dengan demikian perempuan dan laki-laki memiliki peluang atau akses
yang sama dalam kepemimpinan. Hal itu ditandai dengan perempuan yang mampu
memberikan suara, berpatisipasi dalam pembangunan negara yang lebih baik.Tentu hal ini
merupakan kebijakan tersendiri yang memiliki manfaat persamaan serta adil dari
pembangunan.Hal ini harus selalu dibuktikan bahwa wanita dapat semakin maju dalam
kemimpinan.
KESIMPULAN
PENUTUP