Dokumen ini membahas tentang sistem pendidikan Islam pada masa sahabat yang meliputi pendidik, peserta didik, tujuan, metode, kurikulum dan lembaga pendidikan. Dokumen ini juga membahas tentang kontekstualisasi bahan ajar dengan realitas sosial dan pembelajaran bermakna.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
55 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang sistem pendidikan Islam pada masa sahabat yang meliputi pendidik, peserta didik, tujuan, metode, kurikulum dan lembaga pendidikan. Dokumen ini juga membahas tentang kontekstualisasi bahan ajar dengan realitas sosial dan pembelajaran bermakna.
Dokumen ini membahas tentang sistem pendidikan Islam pada masa sahabat yang meliputi pendidik, peserta didik, tujuan, metode, kurikulum dan lembaga pendidikan. Dokumen ini juga membahas tentang kontekstualisasi bahan ajar dengan realitas sosial dan pembelajaran bermakna.
Dokumen ini membahas tentang sistem pendidikan Islam pada masa sahabat yang meliputi pendidik, peserta didik, tujuan, metode, kurikulum dan lembaga pendidikan. Dokumen ini juga membahas tentang kontekstualisasi bahan ajar dengan realitas sosial dan pembelajaran bermakna.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2
1.
Tiga konsep dalam bahan ajar
Konsep Pendidikan Islam Pada Masa Sahabat Masa Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H/631-634 M) materi pendidikan Islam pada masa ini terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan. 1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah. 2. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat, puasa dan haji. 3. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani. Masa Umar bin Khatab (13-23 H/ 634 M - 644 M) Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar ibnu Khatab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar, serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam (Nizar, 2009). Masa Usman bin Affan ( 23-35 H / 644-656 M) Jasa besar khalifah Usman bin Affan dalam sejarah pendidikan Islam yaitu membukukan al- qur’an dan menyatukan bacaan al-Quran umat Islam yang berbeda satu sama lain karena bertambahnya daerah kekuasaan Islam sehingga menyebabkan umat Islam berlainan dialek dalam membaca al-Qur’an yang terkenal dengan mushaf Utsmani. Masa Ali bin Abi Thalib ( 35-40 H / 656-661 M) Ciri khas pendidikan Islam pada masa ini ditunjukkan dengan: 1. Menonjolkan unsur Arab pada pendidikan Islam, 2. Bertujuan menegakkan prinsip agama Islam. Pendidikan Islam berkembang dengan metode dakwah, 3. Bergantung penuh pada ilmu-ilmu al-qur’an dan al- Hadits (naqliyah). Pada masa ini muncul berbagai ilmu agama seperti tafsir, hadits, tajwid, fiqih. Demikian juga dengan ilmuilmu yang berkaitan dengan ilmu-ilmu bahasa, nahwu, sastra, balaghah dan lain-lain, 4. Mementingkan penulisan sebagai alat penghubung antara sanad dengan kaum muslimin. Sanad adalah guru dari kalangan sahabat, 5. Membuka pintu lebar-lebar untuk mempelajari bahasa asing. Ini didorong oleh keperluan bertambahnya kawasan Islam yang mendorong orang Islam menguasai bahasa asing, 6. Bergantung penuh pada surau (kuttab) dan mesjid sebagai pusat-pusat pendidikan, atau sekarang disebut institusi Pendidikan Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Sahabat Sistem pendidikan adalah serangkaian unsur-unsur yang terkait dengan komponen pendidikan yaitu pendidik, subjek didik, tujuan pendidikan, metode pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, dan lain sebagainya. 1. Pendidik 2. Peserta Didik 3. Tujuan Pendidikan 4. Metode Pendidikan 5. Kurikulum Pendidikan 6. Lembaga Pendidikan a) Shuffah b) Kuttab / maktab c) Halaqah d) Majlis e) Masjid
2. Kontekstualisasi bahan ajar dengan realitas sosial
Pendidikan Islam mendasari pendidikan-pendidikan lainnya, bahkan di dalam lingkungan masyarakat dan orang tua pendidikan Islam dianggap sebagai primadona yang mana dianggap dapat meningkatkan kualitas moral, adab, dan nilai-nilai religius pada out-putnya serta dapat membentuk karakter dan pribadi seorang anak. Tetapi pada kenyataanya out-put dari pendidikan Islam belum dapat dikatakan mencapai hasil yang maksimal. Karena masih banyaknya lulusan atau out-put dari pendidikan Islam yang kurang menguasai ajaran-ajaran agama Islam terutama terkait masalah adab dan moral yang semakin hari semakin berkurang. Begitu juga terkait ibadah, dilihat dari realita yang ada dimasyarakat banyak mushola dan masjid yang sangat jarang dijamah oleh masyarakat sekitar. Padahal di lingkungan tersebut generasi mudanya mayoritas berlatar belakang sebagai out-put pendidikan agamIslam.Yang mana seharusnya peran mereka adalah sebagai tombak dakwah dalam syi’ar islam di masyarakat. 3. kontekstualisasi materi bahan ajar dengan pembelajaran bermakna a. Guru melakukan observasi ( berupa lembar mutabaah ) berupa catatan ibadah dan budi pekerti sehari-hari. b. Guru mengevaluasi pembelajaran dengan unjuk kerja yang dilakukan siswa/ demonstrasi misalnya: membaca Al Quran sesuai tajwid dan makharijul huruf.