0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
243 tayangan3 halaman

Tradisi Sosiokultural

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 3

Tradisi Sosiokultural.

Tradisi ini memfokuskan diri pada bentuk interaksi antarmanusia daripada karakteristik individu
atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan, serta nilai
budaya yang dijalankan. Meskipun individu memproses informasi secara kognitif, tradisi ini
kurang tertarik pada komunikasi tingkat individu. Para peneliti dalam tradisi ini ingin memahami
cara-cara yang di dalamnya manusia bersama-sama menciptakan realitas kelompok sosial dalam
komunikasi, berdasarkan pada tradisi sosiokultural.

Ada skeptisme baik dalam perkembangan tentang penemuan metode-metode penelitian.


Malahan, para peneliti sosiokultural cenderung menganut ide bahwa realitas itu dibentuk oleh
bahasa, sehingga apapun yang ditemukan harus benar-benar dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
interaksi prosedur penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pendekatan sosiokultural,
pengetahuan benar-benar dapat diinterpretasikan dan dibentuk. Teori-teori tersebut cenderung
berhubungan dengan makna yang diciptakan dalam interaksi sosial dalam situasi nyata. Para
peneliti dalam tradisi ini selalu tertarik dengan apa yang dibuat oleh bentuk-bentuk interaksi
tersebut.

Banyak teori-teori sosiokultural juga memfokuskan pada bagaimana identitas-identitas


dibangun melalui interaksi dalam kelompok sosial dan budaya. Identitas menjadi dorongan bagi
diri kita sebagai individu dalam peranan sosial, sebagai anggota komunitas, dan sebagai makhluk
berbudaya. Para ahli sosiokultural memfokuskan diri pada bagaimana identitas dinegosiasikan
dari satu situasi lainnya. Budaya juga dilihat sebagai bagian penting atas apa yang dibuat dalam
interaksi sosial. Pada gilirannya, budaya membentuk konteks bagi tindakan dan interpretasi.
Komunikasi merupakan sesuatu yang terjadi di antara manusia, sehingga komunitas dianggap
sangat penting dalam banyak teori tersebut.

Konteks secara eksplisit diidentifikasi dalam tradisi ini karena penting bagi bentuk-
bentuk komunikasi dan makna yang ada. Simbol-simbol yang penting dalam interaksi apapun
dianggap memiliki makna yang berbeda-beda ketika pelaku komunikasi berpindah dari satu
situasi ke situasi lainnya. Simbol dan makna yang penting bagi kelompok sosial serta budaya
tertentu sangat menarik bagi para peneliti sosiokultural. Krena pentingnya budaya dan konteks
inilah, karya sosiokultural biasanya holistic, meskipun tidak selalu. Para peneliti dalam tradisi ini
dapat memfokuskan diri pada aspek kecil keseluruhan situasi dalam kajian tertentu, tetapi
mereka sangat menyadari pentingnya keseluruhan situasi atas apa yang terjadi pada interaksi
dalam level mikro.

Keragaman dalam Tradisi Sosiokultural

Layaknya semua tradisi, sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang beprngaruh: paham
interaksi simbolis (symbolic interacsionism), konstruksionisme (konstrusionism), sosiolinguistik,
filosofi bahasa, etnografi, dan etnometodologi. Berdasarkan ide bahwa struktur sosial dan makna
diciptakan serta dipelihara dalam interaksi sosial, paham interaksi simbolis sangat berpengaruh
dalam tradisi. Paham interaksi simbois berasal dari kajian sosiologi melalui penelitian Herbert
Blumer dan George Herbert Mead yang menjalankan pentingnya observasi partisipan dalam
kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial. Ide pokok
dari paham ineraksi simbolis telah diadopsi dan dielaborasi oleh banyak pakar sosial serta saat
ini dimasukan kedalam kajian kelompok, emosi, diri, politik, dan struktur sosial.

Sudut pandang kedua yang sangat berpengaruh pada pendekatan sosiokultural adalah
paham konstruktivisme sosial (social constructivism). Setelah hasil penelitian Peter Berger dan
Thomas Luckmann, paham ini biasanya dikenal dengan istilah the social construction of reality,
sudut pandang ini telah melakukan penyelidikan tentang bagaimana pengetahuan manusia
dibentuk melalui interaksi sosial. Identitas benda dihasilkan dari bagaimana kita berbicara
tentang objek, bahasa yang digunakan untuk menangkap konsep kita, dan cara-cara kelompok
sosial menyelesaikan diri pada pengalaman umum mereka. Oleh karena itu, alam dirasa kurang
penting disbanding bahasa yang digunakan untuk member nama, membahas, dan mendekati
dunia.

Pengaruh ketiga dalam tradisi sosiokultural teori komunikasi adalah sosiolinguistik atau
kajian bahasa dan budaya. Hal yang penting dala tradisi ini adalah bahwa manusia menggunakan
bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda. Bukan hanya
media netral untuk menghubungkan manusia, bahasa juga masuk ke dalam bentuk yang
menentukan jati diri kita sebagai makhluk sosial dan berbudaya.

Hal ini sangat erat kaitannya dengan sosiolinuistik adalah karya dari philosophy of
language ( filosofi bahasa), yang utamanya berupa “filosofi bahas biasa.” Ludwig Wittgenstein,
filsuf asal Australia yang mencetuskan sudut pandang ini, menyarankan bahwa makna bahasa
bergantung pada penggunaan nyatanya. Bahasa seperti yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari, merupakan permainan bahasa karena manusia mengikuti aturan-aturan dalam mengerjakan
sesuatu melalui bahasa. Ketika Anda memberikan dan mentaati perintah, bertanya dan menjawab
pertanyaan, serta menjelaskan kejadian, Anda terikat oleh permainan bahasa. Seperti permainan
pada umumnya, seperti catur dan poker, setiap permainan bahasa memiliki aturan yang berbeda.
Y.L. Austin menunjuk pada penggunaan bahasa praktis sebagai speech act. Ketika Anda
berbicara, Anda sebetulnya menampilkan tindakan. Tindakan bisa jadi menetapkan, bertanya,
memerintah, berjanji, atau sejumlah kemungkinan-kemungkinan lain.

Sudut pandang lain yang berpengaruh dalam pendekatan sosiokultural adalah etnografi
atau observasi tentang bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku
linguistic dan nonlinguistic mereka. Etnografi melihat bentuk-bentuk komunikasi yang
digunakan dalam kelompok sosial tertentu, kata-kata yang mereka gunakan, dan apa maknanya
bagi mereka, sebagaimana makna-makna bagi keragaman perilaku, visual, dan respons audio.

Akhirnya, tradisi sosiokultural telah dipengaruhi oleh etnometodologi


(ethnomethodology) atau observasi yang cermat akan perilaku-perilaku kecil dalam situasi-
situasi nyata. Etnometodology terutama dihubungkan dengan ahli sosiologi Harold Garfinkel,
pendekatan ini melihat bagaimana kita mengelola atau menghubungkan perilaku dalam interaksi
sosial pada waktu tertentu. Dalam komunikasi, etnometodologi telah memengaruhi dalam
bagaimanakita melihat percakapan, termasuk cara-cara partisipan mengelola alur percakapan
dengan bahasa dan perilaku nonverbal.

Sumber:

John, L. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai