Prolaps Tali Pusat Referat
Prolaps Tali Pusat Referat
Prolaps Tali Pusat Referat
UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh:
Pembimbing:
LEMBAR PENGESAHAN
Semester: I
Mengetahui
i
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS)
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN
1 Pengetahuan
2 Keterampilan
3 Attitude
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah
ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.3
Menurut beberapa referensi diketahui bahwa prolaps tali pusat
merupakan keadaan kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera.
Beberapa cara dapat dilakukan dalam mengatasi keadaan tersebut seperti
memposisikan ibu, mengembalikan tali pusat pada posisi semula atau pilihan
untuk dilakukan prosedur operasi caesar untuk menyelamatkan janin.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Menurut definisinya prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke
dalam vagina mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan
kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu. Hal ini
merupakan keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat
turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat
mengancam jiwa janin karena aliran darah melalui pembuluh pusat tidak
mampu beradaptasi dengan kompresi tali pusat diantara janin dan rahim, leher
rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin dapat mengalami
hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia.4
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa prolaps tali
pusat adalah letak tali pusat yang berada di samping atau dibagian terendah
yaitu jalan lahir janin yang dapat menyebabkan kompresi pada tali pusat
sehingga fungsi tali pusat menjadi terganggu.1
2.2. Epidemiologi
Prolaps tali pusat adalah kegawatdaruratan kebidanan yang tidak biasa
tetapi dengan potensi hasil yang merugikan pada neonatus. Insidensi
keseluruhan dilaporkan sebesar 0,1%-0,6% dengan insiden lebih tinggi pada
presentasi non-sefalik, kehamilan multipel, dan usia kehamilan lebih awal.
Namun, insiden yang lebih rendah (0,018%) telah dilaporkan baru-baru ini dan
terdapat kecenderungan ke arah penurunan kejadian selama bertahun-tahun:
0,6% pada tahun 1932, 0,2% pada tahun 1990, dan 0,018% pada tahun 2016.3
Penurunan kejadian juga telah didokumentasikan oleh Gibbons et al dalam
tinjauan retrospektif mereka selama 69 tahun. Penggunaan operasi caesar
secara bebas untuk beberapa faktor risiko prolaps tali pusat yang paling
penting, misalnya presentasi bokong, dapat menjelaskan tren penurunan
tersebut. Selain itu, penurunan kejadian grande multiparitas, diagnosis yang
lebih baik, dan perawatan kebidanan yang lebih baik terkait dengan kejadian
jatuh. Insidens dari prolaps tali pusat diperkirakan 1.4 hingga 6.2 setiap 1000
kehamilan. Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi,
kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya
kematian janin. Dulunya prolaps tali pusat dihubungkan dengan kondisi
perinatal yang buruk, dengan mortalitas 32% hingga 47% padapertengahan
abad ke-20. Saat ini angka mortalitas bayi dengan prolaps tali pusat
3
diperkirakan kurang dari 10%. Hasil ini disebabkan karena lebih banyak
dilakukannya operasi caesar dan pekembangan dalam prosedur resusitasi
anak.4
Perkiraan kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 1,4 hingga 6,2 per
1000. Sebagian besar kasus prolaps tali pusat terjadi pada kehamilan tunggal;
pada kehamilan kembar, insiden meningkat pada kembar kedua. Kebanyakan
prolaps terjadi segera setelah ketuban pecah; satu studi memperkirakan bahwa
57% terjadi dalam lima menit setelah ketuban pecah sementara 67% terjadi
dalam satu jam setelah pecah. Insiden prolaps tali pusat cenderung menurun,
yang dianggap sekunder akibat meluasnya penggunaan operasi caesar untuk
banyak faktor risiko prolaps tali pusat, seperti malpresentasi janin. Penurunan
tingkat multiparitas besar di seluruh dunia juga dianggap berkontribusi
terhadap penurunan insiden.3
2.3. Klasifikasi
Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :1,3
1. Tali pusat terkemuka, bila tapi pusat berada di bawah bagian terendah janin
dan ketuban masih intak.
2. Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah
pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.
3. Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun
ke vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau
tidak.
4
Gambar 2.1 Klasifikasi Prolaps Tali Pusat3
5
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak
dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat
menumbung.
b) Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi
meskipun panggul normal.
3. Tali pusat dan plasenta
a) Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.
b) Plasenta letak rendah
Jika plasenta dekat dengan serviks maka akan menghalangi
penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih
dekat serviks.
Beberapa faktor risiko prolaps tali pusat telah diidentifikasi (Tabel
2.1). Klinisi harus menyadari faktor risiko ini karena ini akan menjadi langkah
pertama dalam mengantisipasi kedaruratan obstetrik ini dan menurunkan
morbiditas/mortalitas perinatal. Hampir setengah dari faktor risiko adalah
iatrogenik. Pecahnya selaput janin (ARM) artifisial terutama pada kasus
multipara dengan kepala tidak bergerak tinggi, percobaan rotasi kepala janin
pada kasus posisi abnormal, penempatan kateter tekanan intrauterin atau
elektroda kulit kepala janin dan versi cephalic eksternal adalah contoh paling
umum dari faktor risiko iatrogenik. Intervensi yang dapat menyebabkan
peningkatan bagian presentasi janin menjadi predisposisi prolaps tali pusat.4
6
Faktor risiko kebidanan lain yang dapat menyebabkan prolaps tali
pusat termasuk multiparitas, terutama multiparitas besar (75% kejadian
prolaps tali pusat pada tahun 1940an), malpresentasi, polihidramnion,
kehamilan multipel terutama pada kembar kedua, persalinan prematur, dan
prematur prematur. pecah ketuban (PPROM).3
Hubungan antara malpresentasi termasuk letak sungsang dan
transversal dan prolaps tali pusat didokumentasikan dengan baik dan
disebabkan oleh keterlibatan yang buruk/non-keterlibatan bagian presentasi ke
panggul ibu yang memungkinkan ruang untuk prolaps tali pusat. Dalam
sebuah penelitian, presentasi sungsang menyumbang 36,5% dari kasus prolaps
tali pusat. Kehamilan multipel merupakan faktor risiko lain dan dapat
menyebabkan prolaps tali pusat karena presentasi janin yang abnormal, dan ini
dapat terjadi pada kembar pertama atau kedua. Penggunaan balon pematangan
serviks dapat menjadi predisposisi prolaps tali pusat terutama ketika diisi
dengan sejumlah besar cairan, dan dapat terjadi setelah insersi, pelepasan, atau
ekspulsi balon secara spontan. Meskipun prematuritas dikaitkan dengan
peningkatan risiko prolaps tali pusat sebagai akibat penerapan yang buruk dari
bagian presentasi ke serviks, sebagian besar kasus prolaps tali pusat terjadi
pada kehamilan cukup bulan.5
7
1. Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina
2. Teraba secara kebetulan tali pusat pada vagina waktu pemeriksaan dalam.
3. Auskultasi terdengar jantung janin yang ireguler,sering dengan bradikardi
yang jelas,terutama berhubungan dengan kontraksi uterus. Terdapat
bradikardia janin (DJJ <120x/menit)
4. Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang jarang dan lemah.
5. Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkan
adanya deselerasi variabel.
6. Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi eksterna terhadap
pintu atas panggul menyebabkan menurunnya detak jantung secara tiba-tiba
yang menandakan kompresi tali pusat
2.6. Patofisiologi
Kompresi prolaps tali pusat dapat menyebabkan asfiksia akut yang
mendalam atau total atau hipoksia subakut dengan hasil neonatal yang
berbeda. Telah disarankan bahwa patofisiologi prolaps tali pusat hampir
merupakan "semua atau tidak sama sekali", baik menyebabkan cedera
neurologis yang luar biasa dan kematian atau menyebabkan sedikit atau tidak
ada cedera otak, dan ini didukung oleh insiden lahir mati/kematian neonatal
yang sangat rendah. ensefalopati neonatal, dan cerebral palsy.3,7
Mekanisme kematian janin adalah melalui asfiksia akut hampir total
atau total, yang terjadi ketika tali pusat tertekan antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal ini mengakibatkan kegagalan mekanisme autoregulasi normal
otak akibat hipotensi dan bradikardia dan menyebabkan kegagalan redistribusi
darah serebral, dengan kematian sel batang otak – area otak yang paling aktif
secara metabolik. Ini tidak seperti kasus hipoksia subakut di mana darah dapat
didistribusikan ke area otak yang lebih vital, menyisakan batang otak dan
menghasilkan manifestasi neurologis minimal atau jangka pendek.8
8
Penyebab primer yang timbul akibat prolaps tali pusat adalah ruptur
membran yang spontan terjadi sebelum bagian presentasi berada pada leher
panggul. Ketika kantung cairan amnion ruptur, tiba-tiba terjadi desakan yang
kuat menyebabkan cairan mengalir dengan cepat terus menuju vagina
sehingga membuat tali pusat menuju vagina. Pada kehamilan ganda maka
kemungkian terjadinya prolaps tali pusat akan semakin besar karena jika
terjadi desakan antara janin akan membuat janin mengalami kelainan
presentasi seperti letak melintang. Keadaan polihidroamnion, dimana terdapat
cairan ketuban banyak menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam
rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak
sungsang, lintang, presentasi kepala). Sedangkan pada kehamilan prematur
selain terjadi polihidramnion juga terjadi ukuran janin yang kecil karena usia
gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang
kecil. Keadaan tali pusat yang panjang danplasenta previa juga menjadi
penyebab terjadinya prolaps tali pusat. Semua keadaan tersebut akan
menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu, sehingga PAP
(pintu atas panggul) tidak tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang
mengakibatkan tali pusat bergeser atau turun dari tempatnya sehingga
terjadilah prolaps tali pusat.8
Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera
berkurangnya detak jantung janin (deselerasi variabel). Bila obstruksinya
hilang dengan cepat, detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi,
bila obstruksinya menetap terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan
hipoksia langsung terhadap miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang
lama. Bila dibiarkan, terjadi kematian janin. 1,8
Bila obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi detak
jantung. Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang
menghasilkan hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin.
Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis
respiratoir dan metabolik yang berat, berkurangnya oksigenasi janin,
bradikardia yang menetap, dan akhirnya kematian janin. Prolaps tali pusat
tidak berpengaruh langsung pada kehamilan atau jalannya persalinan.6,8
Penyebab primer yang timbul akibat prolaps tali pusat adalah ruptur
membran yang spontan terjadi sebelum bagian presentasi berada pada leher
9
panggul. Ketika kantung cairan amnion ruptur, tiba-tiba terjadi desakan yang
kuat menyebabkan cairan mengalir dengan cepat terus menuju vagina
sehingga membuat tali pusat menuju vagina. Pada kehamilan ganda maka
kemungkian terjadinya prolaps tali pusat akan semakin besar karena jika
terjadi desakan antara janin akan membuat janin mengalami kelainan
presentasi seperti letak melintang. Keadaan polihidroamnion, dimana terdapat
cairan ketuban banyak menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam
rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak
sungsang, lintang, presentasi kepala). Sedangkan pada kehamilan prematur
selain terjadi polihidramnion juga terjadi ukuran janin yang kecil karena usia
gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang
kecil. Keadaan tali pusat yang panjang danplasenta previa juga menjadi
penyebab terjadinya prolaps tali pusat. Semua keadaan tersebut akan
menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu, sehingga PAP
(pintu atas panggul) tidak tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang
mengakibatkan tali pusat bergeser atau turun dari tempatnya sehingga
terjadilah prolaps tali pusat.6
Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera
berkurangnya detak jantung janin (deselerasi variabel). Bila obstruksinya
hilang dengan cepat, detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi,
bila obstruksinya menetap terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan
hipoksia langsung terhadap miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang
lama. Bila dibiarkan, terjadi kematian janin.8
Bila obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi detak
jantung. Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang
menghasilkan hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin.
Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis
respiratoir dan metabolik yang berat, berkurangnya oksigenasi janin,
bradikardia yang menetap, dan akhirnya kematian janin. Prolaps tali pusat
tidak berpengaruh langsung pada kehamilan atau jalannya persalinan.8,9
10
Pada kasus telah terjadi prolaps tali pusat, pemeriksaan penunjang sudah tidak
sempat dilakukan, namun ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan:10
2.8. Tatalaksana
11
Ditemukannya prolaps tali pusat diperlukan tindakan yang cepat.
Terapi definitif adalah melahirkan janin dengan segera. Penilaian yang cepat
sangat penting untuk menentukan sikap terbaik yang akan diambil. Persalinan
tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimallisasi dengan posisi knee
12
Gambar 2.2. Managemen Prolaps Tali Pusat3
13
Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera dengan ekstraksi
vakum atau menggunakan forceps.
Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau
kaki,dan gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan kepala
yang menyusul.
Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea.
Siapkan segera resusitasi neonatus.
2. Tali pusat tidak berdenyut
Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan
ini sudah tidak merupakan tindakan darurat lagi, lahirkan bayi secara
normal tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan
konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi serta
tindakan apa yang akan dilakukan.
3. Di luar rumah sakit
a. Lakukan pemeriksaan dalam bila ketuban sudah pecah dan bagian
terbawah janin belum turun.
b. Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau tidak
dengan meletakkan tali pusat diantara 2 jari.
c. Lakukan reposisi tali pusat. Jika berhasil usahakan bagian terendah janin
memasuki rongga panggul, dengan menekan fundus uteri dan usahakan
segera persalinan pervaginam.
d. Suntikkan terbutalin 0,25 mg subkutan.
e. Dorong ke atas bagian terbawah janin dan segera rujuk ke Puskesmas/
RS.
14
Gambar 2.3. Prinsip Managemen Prolaps Tali Pusat3
2.9. Pencegahan
15
Manipulasi kepala janin, terutama jika tidak bertunangan, juga harus
dijaga seminimal mungkin dan ditangani dengan ekstra hati-hati. Intervensi
seperti penempatan elektroda kulit kepala janin atau kateter tekanan intrauterin
serta penerapan balon pematangan serviks dapat menyebabkan elevasi kepala
janin dan menyebabkan prolaps tali pusat. Sulit untuk menghilangkan risiko
UCP dengan intervensi ini tetapi antisipasi komplikasi ini dapat mengarah
pada diagnosis yang lebih baik, intervensi lebih awal, dan hasil perinatal yang
lebih baik.13
Diagnosis ultrasonografi antenatal dari presentasi tali pusat harus
dicari, terutama pada kehamilan dengan risiko prolaps tali pusat yang lebih
tinggi seperti pada presentasi abnormal, persalinan prematur, dan PPROM.
Hal ini bermanfaat untuk konseling wanita mengenai komplikasi prolaps tali
pusat dan apa yang harus dilakukan jika ketuban pecah. Namun, intervensi,
yaitu, CS berdasarkan diagnosis USG, belum dibenarkan.11,13
Pemantauan FHR terus menerus pada wanita berisiko tinggi tidak akan
mencegah UCP seperti itu tetapi akan membantu dalam diagnosis dini ketika
kelainan FHR terdeteksi. Kematian perinatal terbukti lebih tinggi dengan
kelahiran di luar rumah sakit yang direncanakan dibandingkan dengan
kelahiran di rumah sakit yang direncanakan; namun, kedua rangkaian tersebut
memiliki risiko kematian perinatal yang rendah. Dalam sebuah penelitian dari
Belanda, delapan kasus UCP dalam asuhan kebidanan primer didiagnosis
dalam satu tahun yang mengakibatkan satu kematian bayi akibat asfiksia berat
saat lahir, memberikan insiden kematian perinatal. dari 12,5%. Meskipun
jumlah kasus yang rendah dan kelahiran yang mapan dalam perawatan primer
dalam sistem kebidanan Belanda, kejadian ini dianggap tinggi. Wanita harus
diberi tahu tentang risiko persalinan di tempat non-rumah sakit dan pemilihan
yang cermat terhadap wanita berisiko rendah selanjutnya dapat mengurangi
komplikasi kebidanan, termasuk UCP.11
2.10. Komplikasi
Polaps talipusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari
1 per 200 kelahiran tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh
karena itu, diperlukan keputusan yang matang dan pengelolaan segera.4,5,11
16
Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban
menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia
dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari
tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini
harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi
distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan
janinnya pada partus lama. Komplikasi lain seperti laserasi jalan lahir,
ruptura uretri, atonia uretri dapat terjadi akibat upaya menyelamatkan
janin.4,5,11
Pada janin
a) Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh
oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda
berikut:4
1. Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau
lebih dari 160 x / menit.
2. Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari
10 x / hari).
3. Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan,
atau tali pusat pulsasinya lemah, maka prognosis janin akan
memburuk.
b) Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot,
gerakan, dan keterampilan motorik (kemampuan untuk bergerak
dalam cara yang terkoordinasidan terarah) akibat dari rusaknya
otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin.11
2.11. Prognosis
Prognosis janin berantung pada beberapa faktor berikut:13
Angka kematian untuk bayi prematur dengan prolaps tali pusat hampir 4
kali lebih tinggi daripada bayi aterm.
17
Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya
cairan amnion yang terwarnai mekonium atau tali pusat pulsasinya lemah,
maka prognosis janin buruk.
Jarak antara terjadinya prolaps dan persalinan merupakan faktor yang
paling kritis untuk janin hidup.
Diagnosis segera prolaps dan persalinan merupakan faktor yang paling
kritis untuk janin hidup.
Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang letaknya sungsang atau
lintang sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini menghapuskan
perkiraan bahwa pada kedua letak janin yang abnormal, tekanan pada tali
pusatnya tidak kuat.
Prognosisnya baik apabila diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat
sesuai klasifikasi prolaps, memburuk jika prolaps tidak segera diketahui dan
ditangani sehingga menyebabkan hipoksia pada bayi sehingga bayi mati dalam
kandungan. Kematian perinatal sekitar 20%-30% pada janin, prognosis janin
akan membaik dengan sectio caesarea.12,14
18
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014.
2. Winkjosastro, Hanifa. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBBSP. 2014.
3. Ahmed, W.A.S dan Hamdy, M.A. Optimal Management of Umbilical Cord
Prolapse. International Journal of Women’s Health. 2018; 10.
4. Wong, Long., Kwan, Angel., Lau, Ling., dkk. Umbilical Cord Prolapse: Revisiting
Its Definition and Management. American Journal of Obstetric and Gynecology.
2021.
5. Şimşek, Eniz., Canseven, Elif., dan Altekin, Yasin. Overview of Umbilical Cord
Prolapse: Evaluation of Maternal and Neonatal Outcomes. Journal of
Contemporary Medicine. 2021.
6. Tanko, Ahmed., Daniel Nnadi., Gambo, Umar, dkk. Outcome of Umbilical Cord
Prolapse in A Tertiary Health Centre in Northwestern Nigeria. Gynecol Reprod
Health. 2020; Vol.1. Issue 4.
7. Asahina, Rokuhiro., Tsuda, Hiroyuki, Nishiko, Yuki, dkk. Evaluation of The Risk
of Umbilical Cord Prolapse in The Second Twin During Vaginal Delivery: A
Retrospective Cohort Study. BMJ Open. 2021:11.
8. Botezatu, Radu., Gica, Nicolas., Peltecu, Gheorghe, dkk. Umbilical Cord Prolpase-
Interesting CTG Trace. MDPI Journal. 2022; 12.
9. Dexter J. L., HayesI., Jane Warland., Mana M, dkk. Umbilical Cord Characteristics
and Their Association with Adverse Pregnancy Outcomes: A Systematic Review
and Metanalysis. PLOS ONE Journal. 2020.
10. Pagan, Megan., Eads, Lauren., Sward, Lindsey, dkk. Umbilical Cord Prolapse: A
Review of the Literature. Obstet Gynecol Surv. 2020;75(8):510-518.
11. Cunningham, dkk. Williams Obstetrics. New York: McGraw-Hill. 2014.
12. Copson S, Calvert K, Raman P, dkk. The Effect of A Multidisciplinary Obstetric
Emergency Team Training Program, The in Time Course, on Diagnosis to
Delivery Interval Following Umbilical Cord Prolapse - A Retrospective Cohort
Study. Aust N Z J Obstet Gynaecol. 2017;57: 327–33.
13. Victory R, Penava D, Da Silva O, dkk. Umbilical cord pH and Base Excess Values
in Relation to Adverse Outcome Events for Infants Delivering at Term. Am J
Obstet Gynecol. 2021;8.
20
14. Kwan AHW, Chaemsaithong P, Wong L, dkk. Transperineal ultrasound
assessment of Fetal Head Elevation by Maneuvers Used for Managing Umbilical
Cord Prolapse. Ultrasound Obstet Gynecol. 2020.
21