Perda 6 2008 RPJPD Kabupaten Malang
Perda 6 2008 RPJPD Kabupaten Malang
Perda 6 2008 RPJPD Kabupaten Malang
BUPATI MALANG,
1
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
4. Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4400);
6. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembarans Negara Republik Indonesia Nomor 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat daerah, dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4693);
2
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang dari Wilayah Kota
Malang ke Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4827);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
(Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2003 Nomor 1/E)
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
4
BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 6
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 14 April 2008
BETJIK SOEDJARWOKO
NIP. 510 073 302
Lembaran Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2008 Nomor 3/E
5
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR 6 TAHUN 2008
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KABUPATEN MALANG TAHUN 2005- 2025
I. UMUM
1
(bottom-up). Selanjutnya dokumen ini disebut Dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005 – 2025.
Pasal 1
cukup jelas.
Pasal 2
cukup jelas.
Pasal 3
cukup jelas.
Pasal 4
cukup jelas.
Pasal 5
cukup jelas.
Pasal 6
cukup jelas.
Pasal 7
cukup jelas.
Pasal 8
cukup jelas.
2
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR : 6 TAHUN 2008
TANGGAL : 14 APRIL 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
1
7. Dokumen perencanaan ini memiliki beberapa ciri, yaitu multi-stakeholders,
multi bidang (holistik), multi tingkatan, komprehensif, dinamis dan fleksibel.
Penyusunan dokumen ini ditempuh dengan menggunakan pendekatan
sistem yang mencakup lima unsur dari seluruh rangkaian perencanaan,
yaitu: a) politik; b) teknokratik; c) partisipatif; d) atas–bawah (top-down); dan
e) bawah-atas (bottom-up). Selanjutnya dokumen ini disebut Dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2005 – 2025.
C. Landasan hukum
Landasan idiil Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Kabupaten Malang adalah Pancasila, landasan konstitusional adalah Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945, dan landasan Operasional, meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355);
4. Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
2
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4400);
6. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4693);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota
Kabupaten Malang dari Wilayah Kota Malang ke Wilayah Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4827);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang (Lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2003 Nomor 1/E).
3
D. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
E. Sistematika penulisan
Penulisan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Kabupaten Malang Periode Tahun 2005 – 2025 disajikan dalam bab-bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang meliputi Pengantar, Maksud dan Tujuan,
Landasan Hukum, hubungan RPJP daerah dengan dokumen
perencanaan lainnya dan sistematika penulisan.
BAB II : Kondisi , Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kabupaten
Malang, meliputi : 1) geomorfologi; 2) demografi; 3) ekonomi; 4)
sumber daya alam dan lingkungan hidup; 5) sosial budaya dan
politik; 6) prasarana dan sarana, pemerintahan; 7) perkembangan
APBD, serta prediksi kondisi umum Daerah.
BAB III : Visi dan Misi
BAB IV : Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan 2005 – 2025.
BAB V : Penutup
4
BAB II
KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM
A. Kondisi
A.1. Geomorfologi
1. Wilayah Kabupaten Malang terletak antara 112º17’ - 122º17’ Bujur Timur,
7º44’ - 8º26’ Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten
Malang, sebelah utara Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang, sebelah Timur Kabupaten
Lumajang, sebelah Selatan Samudera Indonesia, dan sebelah Barat
Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Batas wilayah administrasi bagian
tengah (lingkaran dalam wilayah Daerah) berbatasan dengan Kota Malang,
yaitu Kecamatan Tajinan, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir,
Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Singosari,
Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang. Wilayah Kabupaten Malang
juga berbatasan dengan Kota Batu.
2. Topografi Kabupaten Malang meliputi dataran rendah, dataran tinggi,
pegunungan dan gunung (baik yang masih aktif maupun tidak aktif), serta
beberapa sungai yang melintasi Kabupaten Malang. Sumberdaya alam
tersebut membentuk kondisi topografi yang besar pengaruhnya terhadap
proses pembangunan.
3. Kabupaten Malang merupakan salah satu dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa
Timur dengan luas wilayah 3.518,72 km2 atau 351.456,99 hektar, tergolong
terluas kedua setelah Kabupaten Banyuwangi. Daerah terletak pada posisi
geografis dan hidrologis sebagai up-land DAS Brantas yang berpengaruh
dominan terhadap kondisi DAS di bawahnya, di 14 Kabupaten/Kota
sepanjang DAS Brantas.
4. Tataguna lahan Kabupaten Malang, meliputi: pemukiman 44.234,35 hektar,
industri 404,65 hektar, sawah irigasi 43.301 hektar, terdiri dari sawah
teknis seluas 27.944 hektar, sawah setengah teknis seluas 6.090 hektar
dan sawah sederhana seluas 9.267 hektar. Sawah non irigasi 10.169,88
hektar, Kebun campuran 11.867,66 hektar, Perkebunan rakyat 8.880,34
hektar, perkebunan besar 21.162,61 hektar, Hutan sejenis 17406,93
hektar, hutan belukar 10.198,62 hektar, hutan lebat 73.458,06 hektar, rawa/
danau waduk 718,69 hektar, tambak/kolam 131,55 hektar, padang
rumput/tanah kosong 1.042,59 hektar, tanah tandus/tanah rusak 5.431, 77
hektar, lain-lain 9.848,32 hektar;
5. Secara administrasi wilayah Kabupaten Malang meliputi 33 kecamatan, 12
Kelurahan dan 378 desa, 3.502 Rukun Warga (RW), 17.618 Rukun
Tetangga (RT).
6. Mengingat luas wilayah Kabupaten Malang, maka untuk efektifitas
pelaksanaan pembangunan diperlukan pengelompokan dalam 8 (delapan)
Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Pengelompokan tersebut
dimaksudkan agar dicapai pemerataan dan keberhasilan pembangunan
sesuai potensi setiap SSWP. Delapan SSWP ini, meliputi :
5
a. SSWP I, satuan pengembangan Kecamatan Ngantang dan sekitarnya,
meliputi Kecamatan Kasembon, Pujon dan Ngantang dengan pusat
pertumbuhan di wilayah Kecamatan Ngantang. Secara garis besar
SSWP I memiliki potensi pertanian, peternakan, perikanan darat,
industri, pariwisata, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
b. SSWP II, satuan pengembangan Kecamatan Lingkar Kota Malang,
meliputi Kecamatan Singosari, Karangploso, Dau, Wagir, Pakisaji,
Bululawang, Tajinan dan Pakis. Secara garis besar SSWP II memiliki
potensi pertanian, industri, pariwisata, peternakan, perdagangan dan
jasa, perkebunan, pertambangan, pendidikan.
c. SSWP III, satuan pengembangan Kecamatan Lawang, secara garis
besar memiliki potensi perkebunan, peternakan, industri, perdagangan
dan jasa, pertanian, pariwisata.
d. SSWP IV, satuan pengembangan Tumpang dan sekitarnya, meliputi
Kecamatan Jabung, Poncokusumo, Wajak dan Tumpang, dengan pusat
pertumbuhan wilayah Kecamatan Tumpang. Secara garis besar SSWP
IV memiliki potensi pertanian, perkebunan, industri, pariwisata,
peternakan, pertambangan, perikanan darat.
e. SSWP V, satuan wilayah pengembangan Kepanjen dan sekitarnya,
meliputi kecamatan Wonosari, Kromengan, Ngajum, Sumberpucung,
Kepanjen, Pagak dan Kalipare, dengan pusat pertumbuhan wilayah
Kecamatan Kepanjen. Secar garis besar SSWP V memiliki potensi
pertanian, perkebunan, industri, pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA),
Pariwisata, Perikanan Darat, Pertambangan, Perdagangan dan jasa,
Pendidikan.
f. SSWP VI, satuan wilayah pengembangan Kecamatan Donomulyo.
Secara garis besar memiliki potensi perkebunan, perikanan laut,
pertanian, pertambangan, kehutanan, pariwisata, peternakan.
g. SSWP VII, satuan wilayah pengembangan Kecamatan Gondanglegi
dan sekitarnya, meliputi kecamatan Pagelaran, Bantur, Gedangan dan
Gondanglegi dengan pusat pertumbuhan wilayah Kecamatan
Gondanglegi. Secara garis besar SSWP VII memiliki potensi pertanian,
perkebunan, industri, pertambangan, pariwisata, peternakan.
h. SSWP VIII, satuan wilayah pengembangan Dampit dan sekitarnya,
meliputi kecamatan Turen, Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjing
Wetan, Dampit, dengan pusat pertumbuhan Kecamatan Dampit dan
Turen. Secara garis besar SSWP VIII memiliki potensi perkebunan,
pertanian, perikanan, industri dan kerajinan, pertambangan,
perdagangan, pariwisata, dan pendidikan.
7. Rencana fungsional pengembangan wilayah kecamatan di setiap pusat
kota Kecamatan berpotensi dapat dikembangkan, agar penyebaran fasilitas
pelayanan dan pemenuhan kebutuhan lebih merata, serta dapat
mendorong pemenuhan kebutuhan fasilitas pelayanan masyarakat yang
lebih luas dan berdampak positif.
8. Keterkaitan beberapa kecamatan di Kabupaten Malang dapat membentuk
struktur ruang. Keberadaan sarana, sumberdaya alam yang potensial, serta
dukungan masyarakat yang kondusif, merupakan faktor penting dan
elemen penarik bagi investor dalam berinvestasi di Kabupaten Malang.
6
9. Di sisi lain, berdasarkan analisis Tipologi Klassen, maka pola pertumbuhan
wilayah dapat digolongkan menjadi :
a. berkembang cepat. (pertumbuhannya ekonomi cepat, namun
pendapatan per-kapitanya masih di bawah pendapatan per kapita
Kabupaten Malang), yaitu meliputi Kecamatan : Ngantang, Kasembon
dan Pujon.
b. cepat maju dan cepat tumbuh (pertumbuhan pendapatan per kapita dan
laju pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari Kabupaten Malang) yaitu
meliputi Kecamatan; Lawang, Singosari, Karangploso, Dau, wagir,
Pakisaji, Bululawang, Tajinan dan Pakis.
c. maju tapi tertekan, (pendapatan per kapita lebih besar dari pendapatan
per kapita Kabupaten Malang, tetapi laju pertumbuhan PDRBnya lebih
kecil dari laju pertumbuhan total PDRB Kabupaten Malang, yaitu
meliputi Kecamatan: Wonosari, Kepanjen, Ngajum, Sumberpucung,
Kromengan, Pagak Kalipare, Dampit, Turen, Sumbermanjing Wetan,
Tirtoyudo dan Ampelgading.
d. Relatif Tertinggal (pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan PDRB
yang lebih rendah dari pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan
PDRB kabupaten Malang), yang meliputi Kecamatan: Tumpang,
Jabung, Poncokusumo dan Wajak.
10. Kondisi di atas menunjukkan bahwa beberapa wilayah di Kabupaten
Malang masih terjadi disparitas wilayah sebagai akibat terkonsentrasinya
beberapa aktifitas tertentu (aglomerasi), tidak selarasnya hubungan
perkotaan dan perdesaan, terhambatnya pembangunan infrastruktur akibat
krisis yang berkepanjangan.
A.2. Demografi
1. Jumlah penduduk Kabupaten Malang tahun 2001 sebanyak 2.240.287 jiwa
terdiri dari laki-laki 1.107.356 jiwa dan perempuan 1.132.931 jiwa, pada
tahun 2005 menjadi berjumlah 2.393.959 jiwa yang terdiri dari laki-laki
1.190.105 jiwa (49,71 %) dan perempuan 1.203.854 jiwa (50,29 %), dengan
kenaikan rata-rata per tahun 1,68 %. Kecamatan Singosari memiliki jumlah
penduduk terbesar yaitu 148.897 jiwa dengan komposisi laki-laki 49,66 %
dan perempuan 50,34 %. Sedangkan kecamatan yang berpenduduk terkecil
adalah Kecamatan Kasembon dengan jumlah penduduk 29.755 jiwa, laki-laki
49,91% dan perempuan 50,09 %.
2. Struktur umur penduduk Kabupaten Malang tergolong struktur umur muda,
dengan komposisi umur muda (20-39 tahun) 31,15 %, sedangkan umur
produktif (15-64 tahun) 68,85 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sumberdaya manusia Kabupaten Malang cukup potensial dalam mendukung
pembangunan daerah.
3. Sebagai upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk, diselenggarakan
program Keluarga Berencana, hingga tahun 2005 jumlah peserta KB
Aktif/Lestari/Mandiri mencapai 73,04 % dari PUS sejumlah 456.177
keluarga.
7
4. Kemiskinan di Kabupaten Malang masih relatif tinggi. Hal ini nampak dari
jumlah penduduk miskin yang pada tahun 2001 sebesar 470.761 jiwa
menurun 413.674 jiwa pada tahun 2005. Sekalipun masih dalam jumlah yang
besar, selama lima tahun terakhir jumlah penduduk miskin mengalami
penurunan sebesar 12,13 %. Diukur dari level Jawa Timur, proporsi
penduduk miskin di Kabupaten Malang adalah 5,46 %.
5. Salah satu masalah yang cukup krusial bagi pemerintah Kabupaten Malang
adalah terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk usia
produktif. Jumlah pencari kerja di Kabupaten Malang dari tahun ke tahun
selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah pencari kerja atau
tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Malang mengalami kenaikan
sekitar 7,83 %. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2004 yang hanya
sebesar 2,09 %.
6. Tidak terserapnya jumlah angkatan kerja dibandingkan lapangan pekerjaan
yang tersedia berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Pada
tahun 2003 jumlah pengangguran 11.953 jiwa atau 9,21 % dari angkatan
kerja yang terserap di pasar kerja. Terjadi peningkatan 15,69 % jumlah
pengangguran sebesar 141.524 jiwa pada tahun 2004 atau 11,30 % dari total
angkatan kerja yang terserap di pasar kerja. Pada tahun 2005 jumlah
pengangguran 223.215 jiwa mengalami kenaikan yang sangat signifikan
yakni sebesar 42 % dibandingkan dengan tahun 2004. Angkatan kerja yang
tidak terserap di pasar kerja adalah sebesar 19,13 %. Fenomena ini
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2003-2005 terjadi penurunan
partisipasi dan kesempatan kerja karena lapangan kerja yang tersedia tidak
mampu menyerap angkatan kerja yang terus meningkat.
7. Meningkatnya jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan salah satu
dampak yang disebabkan oleh sempitnya lapangan kerja tersebut. Pada
tahun 2005 jumlah TKI di Daerah 2.789 jiwa. TKI terbanyak di Kecamatan
Gondanglegi sebanyak 229 jiwa dan di Kecamatan Sumbermanjing 222 jiwa
dengan tujuan negara pada umumnya Arab Saudi.
8
penurunan dari 22 per 100.000 menjadi 18 per 100.000. Persentase balita
dengan gizi buruk mengalami penurunan, dari 0,967% tahun 2001 menjadi
0,625% pada tahun 2005.
3. Sarana upaya kesehatan yang berasal dari masyarakat, terdiri atas: Pondok
Bersalin Desa (Polindes) 293 buah, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
2.624 buah, Pos Obat Desa (POD) 57 buah, Pos Kesehatan Pesantren 227
buah, Usaha Kesehatan Masyarakat (UKK) 330 buah, Saka Bhakti Husada
(SBH) 12 kelompok, Tanaman Obat Keluarga (TOGA) 394 kelompok.
4. Perkembangan pendidikan di Kabupaten Malang dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir (2001-2005) dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK untuk
SD/MI 114,07 % pada tahun 2001 meningkat menjadi 114,71 % pada tahun
2005, APK untuk SMP/MTs 67,48 % pada tahun 2001 meningkat menjadi
76,34 % pada tahun 2005, APK untuk SMA/SMK/MA 32,75 % pada tahun
2001 meningkat menjadi 33,95% pada tahun 2005. Pada tahun 2005, APK
untuk SD/MI 114,29 %, SMP/MTs 82,81 % dan SMA/SMK/MA 43,85 %. APM
untuk SD/MI 96,49 % pada tahun 2001 menjadi 99,88 % pada tahun 2005,
untuk SMP/MTs 51,37 % pada tahun 2001 menjadi 58,01 % pada tahun
2005, dan untuk SMA/SMK/MA 24,45 % pada tahun 2001 menjadi 25,40 %
pada tahun 2005. Pada tahun 2005, APM untuk SD/MI 99,50 % dan
SMP/MTs 63,92 % serta 32,48 % untuk SMA/SMK/MA.
5. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan faktor yang menentukan
kualitas pendidikan di Kabupaten Malang. Pada tahun 2005, rasio murid dan
kelas pada tingkat SD/MI adalah 27, SMP/MTs 33 dan SMA/MA 32.
Sedangkan rasio murid dan guru pada tingkat SD/MI adalah 21, SMP/MTs 8
dan SMA/MA 9. Ketersediaan prasarana sekolah sudah cukup ideal, tampak
dari rasio murid terhadap sekolah pada tingkat SD/MI adalah 179, SMP/MTs
129 dan SMA/MA 167.
6. Pemberdayaan perempuan dan anak telah menunjukkan peningkatan yang
tercermin dari peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak tetapi belum
di semua bidang pembangunan. Kondisi ini juga tercermin dari jumlah
perempuan yang duduk sebagai anggota dewan yaitu sebanyak 6 orang.
Sebagai upaya perlindungan perempuan dan anak juga sudah ditetapkan
Surat Keputusan Bupati Malang Nomor : 180/443/KEP/421.012/2005 tentang
Komisi dan Kelompok Kerja Perlindungan Perempuan dan Anak. Disamping
itu partisipasi pemuda dalam pembangunan juga semakin baik seiring
dengan budaya olah raga yang meluas di Kabupaten Malang serta didukung
tersedianya Stadion Kanjuruhan di Kepanjen sebagai prasarana olah raga
yang bertaraf internasional.
7. Taraf kesejahteraan sosial masyarakat yang cukup memadai sejalan dengan
upaya pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi
masyarakat rentan termasuk bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) dan pecandu narkotika serta obat-obat terlarang lainnya.
8. Kesenian dan Kebudayaan yang dicerminkan melalui Upacara adat dan
tradisi budaya yang masih berkembang di masyarakat di antaranya terdapat
25 macam upacara tradisional budaya dan tradisi budaya perorangan yang
berhubungan dengan siklus kehidupan manusia. Esensi dari kegiatan ini
adalah pelestarian nilai-nilai budaya untuk membentuk jati diri bangsa.
9
Peninggalan sejarah dan purbakala di Kabupaten Malang diwujudkan dalam
bentuk bangunan bersejarah 5 situs/candi, monumen bersejarah 14 dan
benda cagar budaya yang terdiri atas 6 candi, 5 yoni, 3 prasasti, 18 situs
bersejarah dan 150 arca. Peninggalan sejarah dan purbakala tersebut dapat
dijadikan sebagai obyek wisata budaya, penelitian arkeologi, arsitektur,
geologi, ilmu humaniora dan sejarah.
9. Kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Malang sangat baik. Hal ini
ditunjukkan oleh tidak adanya konflik antarpemeluk agama. Komposisi
penduduk menurut agama pada tahun 2005 adalah sebagai berikut : Islam
2.236.405 jiwa, Katolik 20.611 jiwa, Kristen 127.479 jiwa, Hindu 6.086 jiwa,
dan Budha 3.668 jiwa. Sarana ibadah berupa masjid 1.901 buah, gereja
Katolik 38 buah, gereja Kristen 148 buah, pura 32 buah dan vihara 9 buah.
10. Mayoritas penduduk di Kabupaten Malang beragama Islam 93,41%.
Banyaknya pondok pesantren yang tersebar di wilayah Kabupaten Malang
secara eksplisit mencerminkan kondisi ini. Sampai dengan tahun 2005
pondok pesantren yang ada di Daerah sebanyak 600 buah. Keberadaan
pondok pesantren cenderung terpusat di Kecamatan Gondanglegi, oleh
karena itu Kecamatan Gondanglegi acapkali diidentikkan sebagai Kota Santri
dan berpotensi sebagai kawasan yang menunjukkan icon Kota Santri di
Kabupaten Malang.
11. Pada saat ini permasalahan yang dirasakan di bidang ketertiban masyarakat
adalah pudarnya rasa aman masyarakat. Gangguan keamanan dan tindak
kejahatan konvensional secara umum masih dalam tingkat terkendali
walaupun terdapat perkembangan variasi namun demikian ada tindak
kejahatan yang belum dapat teratasi secara tuntas sehingga dapat
menimbulkan perasaan ketidakadilan di masyarakat yang pada gilirannya
dapat melemahkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap institusi
pemerintahan secara keseluruhan.
12. Kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum merupakan tantangan
dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat.
Perbedaan pemahaman terhadap keanekaragaman kebiasaan, kondisi
sosial, kesenjangan kesejahteraan, tingkat pengangguran, tingkat
kemiskinan serta kepadatan penduduk merupakan faktor korelatif kriminogen
dan police hazard yang apabila tidak dibina dan dikelola secara baik dapat
mendorong munculnya gangguan ketentraman ketertiban di masyarakat.
13. Ketentraman Ketertiban masyarakat diperlukan untuk menciptakan stabilitas
daerah dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram.
Dari lima jenis Perda yang dilakukan penertiban yaitu Perda tentang IMB,
Izin Ganggguan (HO), Pajak Reklame, Pergudangan serta Penataan dan
Pengelolaan Pasar, Jumlah rata-rata pelanggaran setiap kali operasi selama
periode tahun 2001-2005 adalah tahun 2001 rata-rata 3 (tiga) pelanggaran
yaitu jumlah operasi sebanyak 193 kali dijumpai sebanyak 507 pelanggaran,
tahun 2002 rata-rata 2 (dua) pelanggaran yaitu jumlah operasi sebanyak 215
kali terdapat sebanyak 356 pelanggaran, tahun 2003 rata-rata 4 (empat)
pelanggaran yaitu jumlah operasi sebanyak 288 kali terdapat 1.155
pelanggaran dan tahun 2005 rata-rata 10 pelanggaran yaitu jumlah operasi
sebanyak 216 kali terdapat 2.209 pelanggaran.
10
14. Indikator lain dari kondisi ketentraman dan ketertiban masyarakat adalah
tindak kejahatan. Angka kejahatan sejak terjadinya krisis ekonomi hingga
tahun 2005 masih tinggi. Peningkatan intensitas kejahatan cenderung diikuti
oleh peningkatan kualitas tindak kejahatan. Sejak tahun 1997 hingga 2002
jenis kejahatan yang dominan terjadi adalah pencurian dengan kekerasan.
Akan tetapi mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 kejahatan yang
dominan terjadi adalah perjudian.
15. Aktivitas politik masyarakat Kabupaten Malang secara tidak langsung
ditunjukkan dari jumlah partai politik yang ada di Kabupaten Malang.
Terdapat 24 partai politik sebagai kontestan pemilihan umum (pemilu) tahun
2004 dan diikuti oleh 1.192.082 pemilih. Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) merupakan partai terbesar. Melalui Pemilu tahun 2004
masyarakat Kabupaten Malang telah memilih 45 orang wakil-wakilnya
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan rincian:
15 orang dari PDIP, 14 orang dari PKB, 10 orang dari Golkar, 6 orang dari
Partai Demokrat, 3 orang dari PPP dan 1 orang dari PKS. Partisipasi
masyarakat Kabupaten Malang dalam aktivitas politik cukup tinggi. Hal ini
ditunjukkan oleh dari 1.721.799 pemilih, yang menggunakan hak suara 78,33
% dan selebihnya tidak menggunakan hak suara.
A.4. Ekonomi
1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang salah satunya dicerminkan dari
pertumbuhan PDRB-nya. Tahun 2001 PDRB ADHB sebesar Rp.
10.180.333.280.000,00 menjadi Rp. 16.096.580.660.000,00 di tahun 2005
berarti ada kenaikan rata-rata per tahun sebesar 12 %. PDRB ADHK tahun
2001 sebesar 9.194.525.650.000,00 menjadi Rp. 10.976.205.730.000,00 di
tahun 2005 berarti kenaikan rata-rata per tahun 4 %.
2. Peran sektor ekonomi dalam PDRB Kabupaten Malang dikelompokkan
menjadi 3 sektor yaitu kelompok sektor primer, sekunder dan tertier. Sektor
primer mencakup sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian.
Peranan kelompok sektor primer lima tahun terakhir memberikan kontribusi
sebesar 31,98%. Peran kelompok sektor ini didominasi sektor pertanian yang
memberikan kontribusi sebesar 31,87%. Potensi sektor primer ini
mendukung sektor basis ekonomi di Jawa Timur secara umum yaitu untuk
komoditi tanaman pangan dan peternakan menduduki rangking 1,
sedangkan komoditi perkebunan menduduki rangking 3 di Jawa Timur.
3. Kelompok sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor
listrik dan air bersih, serta sektor bangunan. Kelompok sektor ini memberikan
kontribusi terendah terhadap PDRB Kabupaten Malang, yaitu hanya 17,16%
dalam kurun waktu tahun 2000-2005. Peran kelompok sektor ini didominasi
sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 7,37% pada
tahun 2000-2005.
4. Kelompok sektor tersier terdiri dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran;
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
bangunan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor ini
memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Malang yaitu
45,76%. Peran sektor ini didominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang memberikan kontribusi sebesar 23,03%. Sedangkan kelompok sektor
11
industri pengolahan merupakan sektor yang paling rendah kontribusinya
yakni hanya sebesar 14,89% pada lima tahun terakhir.
5. Dalam pergeseran peran sektor, sektor industri bergerak kearah positip,
namun harus ada perbaikan infrastruktur lunak seperti perijinan karena
keberadaan sumberdaya relatif besar di Kabupaten Malang. Keberadaan
industri pengolahan harus bersinergi dengan peluang pasar dan pemasaran
produk yang dihasilkan. Fakta empiris menunjukkan bahwa ekspor dan impor
di Kabupaten Malang dalam rentang waktu 2002-2005 tidak terlalu signifikan
perkembangannya, volume ekspor, jenis komoditi dan negara tujuan ekspor
mengalami fluktuasi dan bahkan menurun pada tahun 2005.
6. Dari fakta empiris menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten
Malang selama lima tahun terakhir 2001-2005 cenderung mengarah pada
sektor tersier. Kecenderungan tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten
Malang sedang berlangsung transformasi struktur perekonomian, terutama
dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
7. Meskipun aktivitas perekonomian di Kabupaten Malang cukup tinggi, yang
terlihat dari besarnya jumlah PDRB Kabupaten Malang yang menduduki
peringkat keenam dari 38 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama lima tahun terakhir (2001-
2005) rata-rata 5,1 % berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa
Timur dengan rata-rata 5,4 % dan rata-rata nasional 5,5 %.
8. Pada saat krisis ekonomi terjadi, Kabupaten Malang mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi paling rendah di antara cakupan wilayah Provinsi
Jawa Timur. Rendahnya dampak krisis ekonomi terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Malang, karena sektor yang menjadi basis pertumbuhan
ekonomi atau aktivitas ekonomi Kabupaten Malang adalah sektor pertanian
dan perdagangan. Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki
ketahanan terhadap pengaruh krisis moneter yang terjadi pada
perekonomian makro, karena sektor ini merupakan sektor yang berbasis
pada sumberdaya lokal.
9. Struktur perekonomian wilayah Kabupaten Malang secara sektoral berbasis
pada sektor pertanian. Pertanian tanaman pangan sebagai sub sektor yang
memberikan kontribusi paling besar secara langsung berdampak pada mata
pencaharian utama penduduk Kabupaten Malang. Komoditi utama dari
pertanian tanaman pangan adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, sayur-sayuran dan buah-buahan.
10. Perkembangan pertanian tanaman pangan terkait erat dengan ketersediaan
faktor produksi lahan dan sarana irigasi. Sampai dengan tahun 2005, jumlah
sawah dengan pengairan teknis lebih dominan daripada sawah non teknis.
Hal ini terkait erat dengan keberadaan infrastruktur irigasi di Daerah yang
relatif mendukung produksi pertanian.
11. Perkembangan pertanian tanaman pangan juga dapat diprediksi dari
seberapa besar penyerapannya terhadap tenaga kerja dan pendapatan
masyarakat Kabupaten Malang. Antara tahun 2002-2004 peran sub sektor
pertanian tanaman pangan dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan
di Kabupaten Malang cenderung stagnan.
12. Sub sektor perkebunan dalam struktur PDRB untuk sektor pertanian memiliki
kecenderungan pertumbuhan yang cukup tinggi. Sub sektor ini berpotensi
12
dalam peningkatan aktivitas perekonomian wilayah Kabupaten Malang tapi
juga berpotensi memberikan andil terhadap kerusakan lahan, terutama
tanaman tebu lahan kering yang diusahakan pada kelerengan yang tak
berteras sehingga terjadi erosi dan tanah kritis, terlebih lagi adanya
pembakaran seresah daun tebu yang meningkatkan laju erosi. Potensi
tersebut tercermin dalam luas areal tanam dan penyerapan tenaga kerja
terhadap penduduk Kabupaten Malang. Dari data yang ada menunjukan
bahwa sektor perkebunan menyerap tenaga kerja dengan porsi 1,86 % per
tahun dari total tenaga kerja di Kabupaten Malang. Komoditi peternakan
yang potensial dikembangkan di Kabupaten Malang mencakup 13 komoditi
Unggulan, yaitu Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau, Kuda, Babi, Kambing,
Domba,Ayam Ras ,Ayam Petelur, Ayam Bukan Ras , Ayam Ras Pedaging,
Itik ,Entok, Kelinci. Dari ke 13 jenis komoditi tersebut, ayam ras pedaging
merupakan komoditi yang paling banyak dibudidayakan oleh peternak di
Kabupaten Malang. Kecamatan potensial adalah kecamatan yang termasuk
dalam SSWP Ngantang, yakni Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon.
13. Komoditi Produksi hasil ternak dan ikan di Kabupaten Malang yang tergolong
potensial untuk dikembangkan adalah susu. Koperasi susu SAE di
Kecamatan Pujon merupakan salah satu koperasi susu yang dinilai
mempunyai kinerja paling bagus di Indonesia. Dari aspek ketenagakerjaan
penyerapan tenaga kerja di sub sektor peternakan sebesar 9 % dari total
tenaga kerja di Kabupaten Malang. Jika dibandingkan dengan sub sektor
perkebunan penyerapan tenaga kerja sub sektor peternakan jauh lebih
besar.
14. Perkembangan pendapatan perkapita per tahun pada periode tahun 2002
hingga tahun 2005 terus mengalami peningkatan. Keberhasilan peningkatan
pendapatan perkapita peternak pertahun didukung faktor-faktor antara lain
terciptanya kestabilan harga jual sapi potong dan peningkatan produksinya,
adanya keuntungan ganda dari usaha sapi perah yaitu berupa susu dan
pedet (anak sapi), serta adanya harga jual yang cukup baik.
15. Potensi Kabupaten Malang di sub sektor perikanan sangat besar terutama di
Kawasan Malang Selatan, namun demikian eksplorasi di sektor ini relatif
belum optimal. Hal ini disebabkan oleh teknologi yang digunakan dalam
penangkapan ikan di laut dan perairan umum masih tergolong tradisional.
Untuk sub sektor perikanan budidaya, rendahnya produktifitas perikanan
antara lain disebabkan oleh: (a) lahan budidaya yang tersedia tidak
dioperasionalkan secara optimal karena tingginya biaya operasional,
khususnya harga pakan, sementara modal yang dimiliki petani ikan budidaya
sangat terbatas ; (b) keterbatasan benih ikan karena pembudidaya di
kabupaten Malang yang memproduksi benih ikan masih terbatas (sekitar 67
orang) dan skala pengusahaan bersifat perorangan, sehingga produksi benih
ikan tidak mencukupi kebutuhan seluruh Kabupaten Malang. Sedangkan
untuk memperoleh benih dari luar kabupaten Malang harganya cukup tinggi.
16. Potensi bidang perikanan dan kelautan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan pendapatan
penduduk yang bermatapencaharian di sub sektor ini. Pendapatan nelayan
tangkap antara tahun 2002 - 2005 cenderung meningkat karena perbaikan
13
struktur harga ikan di pasaran dan peningkatan mutu hasil tangkapan
disamping adanya pembinaan dari Kabupaten Malang.
17. Secara potensial hutan mempunyai peran yang signifikan dalam fungsi
ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis terkait dengan perlindungan alam
lingkungan, resapan air hujan, sumber plasma nutfah dan sebagai paru-paru
bumi, sedangkan fungsi ekonomis terkait dengan produktifitas hutan dalam
menyediakan kebutuhan hasil aneka flora dan fauna. Fungsi ekonomis hutan
di Kabupaten Malang cenderung mengalami penurunan antara tahun 2002-
2005. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh luas hutan di Kabupaten Malang
yang cenderung tetap dari tahun 2002 - 2005. Hutan lindung merupakan
hutan terluas di Kabupaten Malang yang bermanfaat sebagai daerah
resapan air yang semakin berkurang.
14
tahun terakhir rata-rata adalah 21.368.052m3/detik untuk pemukiman,
pertanian 279.623,68m3/detik, industri 26.154.048 m3/detik.
6. Penetapan fungsi kawasan di Kabupaten Malang tertuang dalam Dokumen
Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Tahun 2002 dan disempurnakan
dengan Perda Nomor 11 Tahun 2003 tentang RTRW Kabupaten Malang,
kawasan budidaya tahunan seluas 831.53,04 hektar (25,59 %), Budidaya
Tanaman Semusim 18.936,75 hektar (5,83 %), Lindung Terbatas 40.554,87
hektar (12,48 %), Lindung Mutlak 13.036,13 hektar (4,01 %), Lindung
Lainnya 56.462,84 hektar (17,38 %), Penyangga 100.096,58 hektar (30,81
%), Perlindungan Mata air 172,04 hektar (0,05 %), Perlindungan Sungai
7.307,74 hektar (2,25 %), Perlindungan Waduk 2.841,84 hektar (0,87 %),
Perlindungan Pantai 2.358,49 hektar (0,73 %).
7. Mayoritas penduduk Kabupaten Malang masih mengandalkan sektor
pertanian sebagai penopang hidup dan menjadi sektor andalan dalam
perekonomian Kabupaten Malang. Produksi padi tahun 2005 cenderung
menurun dibanding tahun sebelumnya.
Namun demikian, penurunan tersebut diimbangi oleh kenaikan produksi
palawija sebagai komoditi subtitusinya. Produksi padi rata-rata 60.357
ton/tahun. Selain komoditi tersebut, komoditi hortikultura cukup berpotensi.
Ada 18 komoditi sayuran dan 21 komoditi buah-buahan.
8. Perkembangan produktifitas intensifikasi tanaman perkebunan dalam lima
tahun terakhir rata-rata TRI 697 Kw/hektar/tahun, intensifikasi tembakau rata-
rata 26 Kw/hektar/tahun.
9. Perkembangan hasil produksi perikanan 5 tahun terakhir rata-rata sebesar
perikanan air tawar 9.126 ton/tahun, perikanan air laut 8.698 ton/tahun.
Sedangkan perkembangan produksi hasil ternak lima tahun terakhir rata-rata
daging 13.095 Ton/tahun, telur 10.795 ton/tahun, Susu 92.016 ton/tahun.
10. Sumberdaya lahan berupa hutan produksi 42.451,30 hektar, hutan Lindung
69.372 hektar, Hutan wisata 1.256 hektar dan hutan lainnya 3.976,7 hektar.
Sedangkan hasil produksi hutan tiga tahun terakhir cenderung menurun :
produksi kayu 5 tahun terakhir rata-rata jati 5.097 m3/tahun, non jati
15.279 m3/tahun, Kayu bakar jati 53,6 m3/tahun, non jati 369 m3/tahun,
getah damar 3,9ton/tahun, getah pinus 418 ton/tahun.
11. Potensi pariwisata di Kabupaten Malang sangat besar yang ditunjukkan oleh
banyaknya Obyek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) yang tersebar di
Kabupaten Malang walaupun belum dikelola secara optimal. Wisata pantai
antara lain Balekambang, Ngliyep, Sendangbiru, Modangan, Jonggring
Saloko, selain itu di Daerah terdapat taman rekreasi dan pemandian, Wisata
Waduk, Air Terjun dan peninggalan sejarah.
12. Isu lingkungan hidup di Kabupaten Malang berkaitan dengan terus
menurunnya kualitas lingkungan yang ditunjukkan dengan meningkatnya
pencemaran air, udara dan atmosfir serta terjadinya ancaman bencana alam
erosi, banjir dan tanah longsor yang disebabkan kerusakan sumberdaya
hutan baik milik negara maupun milik rakyat yang dipakai sebagai lahan
usaha tani . Pencemaran air umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia
berupa kegiatan industri rumah tangga, pertambangan dan pengolahan lahan
pertanian. Sedangkan pencemaran udara dan atmosfir juga diakibatkan oleh
letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan lain-lain.
15
13. Perubahan lingkungan baik yang secara permanen maupun sementara akan
menyebabkan perubahan ekosistem secara luas yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi kelangsungan kehidupan.
14. Degradasi hutan yang disebabkan oleh penjarahan hutan dan kegiatan ilegal
telah menyebabkan bertambahnya kerusakan hutan dan lahan sehingga
menjadi kritis. Degradasi hutan dan lahan yang terus berlanjut dapat
menyebabkan daya dukung ekosistem terhadap pertanian dan pengairan
semakin menurun dan mengakibatkan kekeringan di musim kemarau dan
banjir di musim penghujan.
15. Pengelolaan lingkungan hidup terkait dengan keberadaan perusahaan-
perusahaan di Kabupaten Malang yang masih belum memenuhi kewajiban
memelihara lingkungan hidup. Sampai dengan tahun 2005 dari 5 (lima)
usaha kegiatan yang termasuk dalam kelompok usaha wajib amdal,
sebanyak 5 (lima) atau 100 % perusahaan telah memiliki dokumen amdal.
Sedangkan dari 190 perusahaan yang termasuk dalam kelompok usaha
wajib Upaya Pengelolan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) baru 119 perusahaan atau 62 % yang telah memiliki
dokumen UKL dan UPL.
16. Sampai dengan tahun 2005 di Kabupaten Malang memiliki kelompok/individu
peduli lingkungan yakni sebanyak 4 (empat) orang/kelompok kader
lingkungan. Kelompok/ individu peduli lingkungan yang telah memperoleh
penghargaan di bidang lingkungan baik tingkat Provinsi maupun tingkat
Nasional terdiri dari 3 (tiga) penyelamat lingkungan dan 1(satu) pengabdi
lingkungan.
17. Sarana pengelolaan sampah di Kabupaten Malang sampai saat ini ada 5
(lima) Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yaitu di Desa Randuagung
Kecamatan Singosari, Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo, Desa
Talangagung Kecamatan Kepanjen, Desa Rejosari Kecamatan Bantur dan
segera dibangun 1 (satu) unit di Kecamatan Pujon (saat ini baru selesai
pembebasan lahan). Luas wilayah Kabupaten Malang jumlah sarana
pengelolaan sampah yang tersedia masih sangat terbatas, karena itu untuk
penanganan sampah masih diupayakan secara manual (ditimbun dan
dibakar) dan sebagian masih dibuang ke kali/selokan.
16
bagi semua sektor dan lemahnya praktik penegakan hukum berkenaan
dengan pelanggaran pemanfaatan ruang.
3. Berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana, masalah peningkatan
kepadatan penduduk belum sepenuhnya diantisipasi dengan perencanaan
tataruang yang tepat. Penambahan infrastruktur yang seringkali tidak
terencana dengan tepat dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan di
kemudian hari.
4. Sebagai wilayah yang berbatasan dengan kota Malang yang
perkembangannya sangat pesat. Kabupaten Malang harus mengantisipasi
perluasan pengembangan wilayah perkotaan. Berbagai permasalahan
perkotaan seperti banjir, kesemrawutan angkutan kota dan sebagainya,
diperkirakan akan berpindah ke wilayah Kabupaten Malang.
5. Di sisi yang lain wilayah Daerah yang berbatasan dengan Kota Malang akan
mendukung peningkatan aktifitas ekonomi Kabupaten Malang, sebagai
akibat dari keberadaan Perguruan Tinggi dan pendirian kompleks perumahan
yang berakselerasi pada pasar barang dan jasa. Kondisi ini pada gilirannya
akan berimbas pada meningkatnya pendapatan penduduk serta terbukanya
kesempatan kerja baru. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah
mengantisipasi hal ini dengan merencanakan jalan alternatif pemecah
kemacetan/kepadatan lalu lintas, yaitu Jalan Lingkar Kota Malang. Seiring
dengan program pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Malang harus
mengantisipasi dampak pembangunan tersebut, disamping masih banyaknya
jalan Kabupaten pada perbatasan yang masih sangat buruk.
6. Selain wilayah Lingkar Kota Malang banyak kecamatan lain di wilayah
selatan yang belum terjangkau oleh sarana air bersih, listrik dan
telekomunikasi, sehingga wilayah–wilayah tersebut sulit untuk meningkatkan
aktivitas ekonomi. Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) sepanjang lebih
kurang 124 Km merupakan awal yang bagus bagi Pemerintah Kabupaten
Malang untuk bersama-sama Pemerintah Provinsi memperbaiki/membangun
sarana prasarana pendukung yang diperlukan. Sampai saat ini sudah
terbangun sepanjang 57 Km dari perbatasan Kabupaten Blitar sampai
dengan Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
7. Arah pengembangan spasial metropolis Surabaya ke arah Kabupaten
Malang perlu mendapat perhatian berupa penyiapan penataan Kawasan
Industri/kawasan khusus yang lengkap dengan analisa dampak lingkungan,
kemudahan akses input dan output industri, penataan pemukiman sekitar
bagi pekerja, lokasi layanan umum, kelengkapan sarana prasarana listrik, air
bersih dan telekomunikasi serta penataan drainase. Kegiatan Ini penting
untuk dilakukan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Kawasan industri ini akan banyak diminati investor karena adanya
pembangunan Jalan Tol Surabaya – Malang dan Jalan Lintas Selatan serta
pemanfaatan Lanud Abdul Rahman Saleh untuk penerbangan sipil.
8. Saat ini permasalahan utama Pemerintah Kabupaten Malang dalam
pembangunan sarana prasarana fisik adalah luasnya wilayah yang harus
dikerjakan sangat tidak sebanding dengan nilai anggaran yang tersedia,
sehingga untuk percepatan penyelesaian pembangunannya didukung
program kemitraan bersama masyarakat terutama dalam membangun jalan,
jembatan, sarana irigasi dan sebagainya.
17
9. Panjang jalan yang berkondisi baik terbagi atas kategori jalan kabupaten
(1.667,31 Km), jalan desa (6.907,90 km). Secara umum pada setiap tahun
terjadi peningkatan/perbaikan yang dapat dilihat dari tahun 2003 jalan
Kabupaten yang berkondisi baik mencapai 53% dan saat ini meningkat
menjadi 68% namun secara keseluruhan panjang jalan kondisi rusak di
Kabupaten Malang masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan total
panjang jalan.
10. Panjang jembatan yang mantap dibandingkan dengan jumlah panjang
jembatan yang ada (existing) yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Malang
menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan panjang jembatan mantap dari
tahun 2002 – 2004 sebesar 72,96 %;
11. Persentase jumlah penduduk yang terlayani kebutuhan air bersih di
Kabupaten Malang dari tahun 2002 – 2004 menunjukkan kecenderungan
meningkat. Rata-rata penduduk yang terlayani air bersih Tahun 2002 – 2004
adalah 1.276.352 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Kabupaten Malang, maka jumlah penduduk yang terlayani air bersih masih
relatif terbatas.
12. Secara spasial, hingga akhir tahun 2004, dari 33 kecamatan di Kabupaten
Malang terdapat 10 kecamatan yang belum dijangkau pelayanan air bersih
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 10 Kecamatan tersebut adalah:
a) Kecamatan Kalipare, b) Wajak, c) Kromengan, d) Wonosari, e) Wagir, f)
Kasembon, g) Tirtoyudo, h)Pagelaran, i) Gedangan dan j) Sumberpucung.
Kendala yang dihadapi dalam penyediaan air bersih di 10 kecamatan
tersebut adalah terbatasnya alokasi dana untuk pembangunan penyediaan
air bersih perdesaan.
13. Peningkatan mutu pelayanan transportasi daerah di sektor Perhubungan
dapat dilihat dari perkembangan kendaraan wajib uji kier dari tahun 2002
sampai 2004 mengalami kenaikan sebesar 6,53 %. Angka pelanggaran lalu
lintas tahun 2002 sampai 2004 mengalami penurunan sebesar 7,9 %. Angka
kecelakaan lalu lintas tahun 2002 sampai 2004 mengalami penurunan yang
signifikan sebesar 74,11 %. Mutu pelayanan transportasi daerah juga
ditunjukkan dengan jumlah layanan penumpang dan kendaraan tahun 2002
sampai 2004 menunjukkan trend yang meningkat yaitu sebesar 34 %.
Sedang layanan 2 arus kendaraan tahun 2002 sampai 2004 meningkat
40,4 %.
14. Layanan telekomunikasi setiap tahun meningkat diukur dari jumlah SST
(Satuan Sambungan Telepon) tahun 2002 sampai 2004 yaitu sebesar 14,2
% namun masih belum menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Malang
terutama pada wilayah bagian selatan. Hal ini menjadi hambatan para
pengusaha home industri dalam menjalin relasi baik dalam mencari informasi
bahan baku maupun pemasaran.
15. Infrastruktur yang belum memadai di wilayah Selatan Kabupaten Malang
adalah listrik, air bersih dan telekomunikasi. Terkait dengan pemanfaatan
energi listrik yang menjadi permasalahan utama adalah ketergantungan yang
besar terhadap energi listrik, sedangkan energi alternatif belum bisa
dieksplorasi. Selain itu, kurangnya pengembangan Pembangkit Skala Kecil
(PSK) listrik perdesaan. Sampai dengan tahun 2005 hanya lima desa di
Kabupaten Malang yang belum termasuk desa berlistrik. Konsumsi energi
18
listrik antara tahun 2002 sampai 2005 terus mengalami peningkatan.
Implikasinya adalah dikhawatirkan untuk 20 tahun ke depan energi listrik
lebih kecil daripada yang dibutuhkan oleh pengguna (user) di Kabupaten
Malang. Sedangkan jumlah kegiatan pemafaatan energi yang berijin sampai
tahun 2004 sejumlah 11 kegiatan.
16. Program Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) oleh Provinsi dan
Pembangunan Pelabuhan Nusantara di Sendangbiru Kecamatan
Sumbermanjing Wetan oleh Pemerintah Pusat merupakan langkah awal bagi
pembangunan infrastruktur pendukung lainnya pada wilayah selatan yang
selama ini tertinggal.
17. Wilayah Kabupaten Malang yang memiliki RUTRK/RDTRK antara tahun
2002–2004 dalam keadaan stagnan seluas 146079,44 hektar. Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) menunjukkan trend yang meningkat walaupun
sifatnya fluktuatif. Tahun 2004 IMB mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2002 dan tahun 2003.
18. Rawannya bencana alam berupa longsor dan banjir tidak terlepas dari
penataan ruang dan lingkungan hidup. Salah satu kegiatan ekonomi yang
langsung berhubungan dengan perusakan lingkungan adalah pertambangan.
Usaha/kegiatan pertambangan yang berizin sampai tahun 2006 sebanyak
24 (dua puluh empat) usaha atau 11 % dibandingkan dengan jumlah usaha
penambangan di Kabupaten Malang yang sejumlah lebih kurang 212 usaha.
Kondisi ini dapat diartikan bahwa kesadaran masyarakat Kabupaten Malang
di sektor pertambangan masih rendah.
19. Adanya beberapa faktor pendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Malang melalui kerjasama dengan pihak ketiga/investor diantaranya adalah
pengoperasian Bandara Abdul Rahman Saleh, Sub terminal Landungsari di
Kecamatan Dau Kota Malang, Sub Terminal Agribisnis Mantung di
Kecamatan Pujon , Stadion Kanjuruhan di Kecamatan Kepanjen sebagai
sarana olahraga yang bertaraf internasional. Pusat Kerajinan Ken Dedes di
Kecamatan Singosari sebagai sarana /tempat promosi hasil-hasil kerajinan
dan industri kecil, Tersedianya kawasan industri, Tersedianya kawasan
Agropolitan, pengoptimalan pengelolaan obyek daerah tujuan Wisata
(ODTW) yang banyak dimiliki Kabupaten Malang lima tahun pertama
pembangunan difokuskan pada ODTW Gunung Kawi, ODTW menuju Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Pantai Balekambang dan ODTW
Pemandian Wendit.
A.7. Pemerintahan
1. Jumlah aparatur Pemerintah Kabupaten Malang sampai tahun 2006
sebanyak 16.757 orang terdiri dari: golongan IV sebanyak 5.074 orang,
golongan III sebanyak 8.977 orang, golongan II sebanyak 2.529 orang serta
golongan I sebanyak 177 orang.
2. Jumlah PNS berdasarkan tingkat pendidikan adalah S-3 sebanyak 1 orang
(0,06 %), S-2 sebanyak 371 orang (2,2%), S-1 sebanyak 8.122 orang
(48,5 %), D-3 sebanyak 822 orang ( 4,9%), D-2 sebanyak 2.553 orang
(15,24%), D-1 sebanyak 311 orang(1,86 %) , SMU sebanyak 3.562 orang
(21,27%), SLTP sebanyak 539 orang( 3,22 %), SD sebanyak 476 orang 2,84
%). Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling
19
dominan hampir 50 % adalah setingkat dengan S-1 , dengan demikian dapat
diharapkan bahwa aparatur Pemerintah Kabupaten Malang mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian upaya
peningkatan kualitas SDM Aparatur selalu dilaksanakan secara terus-
menerus melalui jalur pendidikan formal maupun non formal serta melalui
pendidikan teknis fungsional.
3. Dari sisi Pembangunan hukum yang telah dilakukan belum menunjukkan
hasil yang optimal. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih adanya warga
masyarakat yang tidak mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, seperti pelanggaran atas pemanfaatan tanah, rendahnya disiplin
berlalu lintas, penyalahgunaan ruangan publik untuk kepentingan individu,
dan pembuangan sampah secara liar.
4. Untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi daerah maka Pemerintah
Kabupaten Malang pada Tahun 2000 telah memulai pembenahan diri baik
yang menyangkut kelembagaan, kepegawaian, maupun beberapa perangkat
hukum (Peraturan Daerah), yang sejak dilaksanakannya otonomi daerah
Tahun 2001 samai 2005 Pemerintah Kabupaten Malang telah menghasilkan
87 buah Peraturan Daerah, Surat Keputusan Bupati yang bersifat mengatur
sebanyak 784 buah, Surat Keputusan Bupati yang bersifat menetapkan
sebanyak 12.802 buah, dan instruksi Bupati sebanyak 9 buah.
5. Dari segi penataan perangkat hukum/Peraturan Daerah, telah dilakukan
pengembangan penyusunan dan pembentukan produk hukum daerah
sehingga menghasilkan produk hukum dan mencerminkan aspirasi
masyarakat yang sesuai kebutuhan pembangunan dalam rangka
memantapkan otonomi daerah, serta dilakukan upaya meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang hukum sebagai upaya membangun
budaya hukum baik bagi aparat maupun masyarakat.
6. Pemetaan beban kerja pada setiap unit satuan kerja telah dilakukan seirama
dengan aktualisasi struktur kelembagaan yang dilakukan. Pada periode
Tahun 2002 terdapat 47 SKPD dan tahun 2004 menjadi 40 SKPD setelah
disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.
7. Untuk mengoptimalkan pelayanan publik akan diawali dengan penataan
aparatur guna mendapatkan aparatur yang memiliki kemampuan (knowledge
and skill) dan sikap mental (attitude) yang baik kemudian akan ditindaklanjuti
dengan penataan kelembagaan agar terbentuk kelembagaan yang mantap
dengan prinsip miskin struktur dan kaya fungsi.
8. Era Otonomi daerah sejalan dengan era reformasi, oleh karena itu dari
pemerintah pusat sampai pemerintah daerah yang mereformasi sistem
pemerintahan dari konvensional menuju era e-government (electronic
government), dengan maksud agar terciptanya clean and good governance
di Kabupaten Malang maka dibangun infrastruktur e-government pada
tanggal 12 September 2002 yang diawali launching Kabupaten online
dengan portal website http://www.malangkab.go.id, yang terkoneksi ke
seluruh 33 kecamatan di Kabupaten Malang.
20
A.8. Perkembangan APBD Kabupaten Malang
1. Pelaksanaan prinsip anggaran berbasis kinerja mengandung makna
bahwa semua program pembangunan harus mampu mencapai indikator
sasaran yang terukur (indikator outcome) sehingga prinsip akuntabel,
trasparan dan partisipatif dalam Good Governance dapat benar-benar
mampu ditunjukkan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
2. Penganggaran dan realisasi pendapatan dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2004 selalu mengalami peningkatan. Penganggaran pendapatan
tahun 2001 naik sebesar Rp. 337.615.632.622,77 atau 178,08 % dari
tahun 2000. Tahun 2002 naik sebesar Rp. 57.819.357.801,87 atau
10,97 % dari Tahun 2001. Tahun 2003 naik sebesar
Rp. 2.390.828.533,36 atau 0,41 % dari tahun 2002 dan tahun 2004 naik
sebesar Rp. 39.061.685.042,00 atau 6,65 % dari tahun 2003.
Sedangkan realisasi pendapatan daerah tahun 2001 naik sebesar
Rp. 332.774.608.376,24 atau 163,54 % dari tahun 2000, Tahun 2002
naik sebesar Rp. 58.298.237.350,31 atau 10,87 % dari Tahun 2001.
Tahun 2003 naik sebesar Rp. 7.879.866.646,35 atau 1,33 % dari tahun
2002 dan tahun 2004 naik sebesar Rp. 25.262.026.468,81 atau 4,19 %
dari tahun 2003. Kenaikan pendapatan daerah terutama karena adanya
peningkatan pajak dan retribusi daerah serta dana perimbangan.
3. Perkembangan pengeluaran belanja daerah menunjukkan bahwa
penetapan anggaran belanja daerah dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2004 cenderung mengalami kenaikan. Penganggaran belanja
tahun 2001 naik sebesar Rp. 337.615.632.622,77 atau 178,08 % dari
tahun 2000, tahun 2002 naik sebesar Rp. 57.819.357.801,87 atau 10,97
dari tahun 2001, tahun 2003 naik sebesar Rp. 51.127.137.308,36 atau
8,74 % dari tahun 2002 dan tahun 2004 naik sebesar
Rp. 10.430.438.267,00 atau 1,64 % dari tahun 2003. Sedangkan
realisasi pengeluaran daerah tahun 2001 naik sebesar
Rp. 300.403.383.916,66 atau 148,96 % dari tahun 2000, tahun 2002
naik sebesar Rp. 41.119.906.929,41 atau 8,19 % dari tahun 2001, tahun
2003 naik sebesar Rp. 84.127.716.531,91 atau 15,49 % dari tahun 2002
dan tahun 2004 naik sebesar Rp. 28.160.962.049,73 atau 4,49 % dari
tahun 2003. Secara individual kecuali realisasi belanja Tahun 2000,
realisasi belanja dibawah anggarannya, kondisi ini disebabkan adanya
penghematan dan efisiensi belanja.
21
menjadi penting diperhatikan untuk menciptakan penduduk tumbuh
seimbang, serta mendukung terjadinya bonus demografi yang ditandai
dengan jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah
penduduk usia non produktif. Kondisi tersebut perlu dimanfaatkan secara
optimal untuk meningkatkan kualitas Sumberdaya manusia sebagai
subyek dan pelaku pembangunan serta meningkatkan daya saing menuju
kesejahteraan rakyat.
2. Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten Malang ke luar negeri cukup besar
merupakan cerminan bahwa lapangan pekerjaan di Kabupaten Malang
masih belum mengimbangi laju pertumbuhan penduduk sehingga
tantangan kedepan adalah peningkatan kualitas angkatan kerja dan
membuka lapangan kerja baru.
3. Masalah kependudukan dari sisi kualitas adalah kemiskinan di kabupaten
Malang masih relatif tinggi yang nampak dari jumlah penduduk miskin
yang pada tahun 2001 sebanyak 470.761 jiwa dan tahun 2005 turun
menjadi 413.674 jiwa atau selama lima tahun jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Malang hanya mengalami penurunan sebesar 12,13 %. Pada
level Jawa Timur jumlah penduduk miskin di Kabupaten Malang secara
rata-rata adalah 5,46 %. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi stabil
pada kisaran 5,65 % per tahun. Tantangan dua puluh tahun ke depan
adalah mengurangi angka kemiskinan rata-rata 2 % per tahun.
4. Rendahnya kualitas sumber daya manusia kabupaten Malang yang
diukur dengan IPM juga mencerminkan rendahnya produktivitas dan daya
saing perekonomian daerah, oleh karena itu tantangan dua puluh tahun
ke depan Kabupaten Malang adalah meningkatkan IPM baik dari
peringkat IPM regional maupun peringkat di Jawa Timur.
5. Di bidang kesehatan tantangan yang dihadapi antara lain adalah
meningkatkan angka harapan hidup yang ditandai dengan meningkatnya
status kesehatan masyarakat dan kemudahan akses terhadap pelayanan
kesehatan antar wilayah, tingkat sosial ekonomi dan gender,
meningkatkan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan yang
profesional, meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan,
mengurangi beban ganda penyakit yaitu pola penyakit yang diderita
sebagian besar masyarakat adalah penyakit infeksi menular, namun pada
waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular,
menurunnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang, yang
pada giliran akan meningkatkan angka harapan hidup, menurunnya
kematian ibu melahirkan serta menurunnya angka kematian bayi.
6. Di bidang pendidikan tantangan yang dihadapi adalah menyediakan
pelayanan pendidikan yang berkualitas yaitu untuk meningkatkan jumlah
proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar memberantas
bura aksara, menurunkan kesenjangan pendidikan yang cukup tinggi
antar kelompok masyarakat termasuk antara penduduk kaya dan
penduduk miskin, meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan yang
ditandai dengan meningkatnya angka partisipasi sekolah, meningkatnya
rasio sekolah kejuruan dibandingkan dengan sekolah umum.
7. Peran perempuan dan anak di berbagai bidang pembangunan masih
relatif rendah yang ditandai dengan rendahnya kiprah perempuan dalam
22
pembangunan serta tingginya tindak kekerasan, eksploitasi dan
diskriminasi terhadap perempuan dan anak. Dengan demikian tantangan
duapuluh tahun ke depan adalah meningkatkan kualitas dan peran
perempuan di berbagai bidang pembangunan; menurunkan tindak
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak;
meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak.
8. Tantangan di bidang kepemudaan dan olah raga adalah mengoptimalkan
partisipasi pemuda dalam pembangunan yang diwujudkan dalam
pelestarian nilai-nilai budaya dan meningkatkan prestasi olah raga dan
ketrampilan kerja.
9. Terjadinya berbagai krisis sosial seperti menipisnya nilai budaya dan
agama, menurunnya berbagai akses masyarakat terhadap pelayanan
publik dan gejala sosial dampak dari disparitas kondisi sosial ekonomi
masyarakat serta terjadinya bencana sosial dan bencana alam
mengakibatkan meningkatnya beban permasalahan kesejahteraan sosial,
sehingga tantangan duapuluh tahun ke depan adalah meningkatkan
pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat.
10. Tantangan eksternal yang dihadapi oleh Kabupaten Malang adalah
dampak globalisasi, informasi dan teknologi yang semakin cepat akan
berimbas pada semakin pudarnya nilai-nilai budaya bangsa. Di sisi yang
lain kebudayaan yang menunjukkan jati diri suatu bangsa khususnya
masyarakat Kabupaten Malang dikhawatirkan akan semakin hilang. Oleh
karena itu, tantangan Kabupaten Malang adalah melestarikan nilai-nilai
budaya yang berkembang dalam masyarakat dan mengembangkan serta
mempromosikan kesenian tradisional.
11. Nilai-nilai budaya dan peninggalan bersejarah di Kabupaten Malang jika
dikelola secara profesional berpotensi sebagai aset yang mampu
memberikan andil dalam perekonomian daerah. Selain itu, nilai-nilai
budaya dan peninggalan sejarah merupakan bukti adanya aktivitas
manusia dari zaman sebelumnya. Terkait dengan hal ini, maka tantangan
Kabupaten Malang adalah melestarikan situs dan cagar budaya sebagai
tujuan wisata budaya wisata ritual dan wisata bahari.
B.2. Ekonomi
1. Pembangunan ekonomi saat ini meskipun telah menghasilkan berbagai
kemajuan namun masih jauh dari harapan untuk mewujudkan
perekonomian yang tangguh dan mensejahterakan masyarakat Kabupaten
Malang, oleh karena itu tantangan dua puluh tahun ke depan adalah:
a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5 % pertahun dengan
jalan penguatan sektor-sektor basis, b) mengoptimalkan pengelolaan
sumberdaya alam pertanian, pertambangan, kelauatan dan pariwisata
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, c) Penguatan
kelembagaan dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan Usaha
Menengah, Koperasi dan Usaha kecil.
2. Kelompok sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki
kontribusinya yakni hanya sebesar 14,89 % pada lima tahun terakhir dan
merupakan sektor ekonomi yang cukup berperan setelah sektor pertanian
dan perdagangan, sedangkan disisi yang lain infrastruktur dan sumberdaya
23
yang dibutuhkan oleh sektor ini relatif besar, yang bermakna bahwa sektor
industri pengolahan secara potensial layak dikembangkan dalam
meningkatkan pendapatan regional Kabupaten Malang. Kondisi ini juga
dicerminkan dari Investasi sektor industri relatif mengalami peningkatan
yang signifikan dalam 5 (lima) tahun terakhir , sehingga tantangan dua
puluh tahun ke depan sektor industri pengolahan dapat diandalkan
sebagai sektor basis yang memiliki kontribusi tinggi dalam PDRB
Kabupaten Malang khususnya, maupun Jawa Timur.
3. Tantangan eksternal yang dihadapi Kabupaten Malang 20 tahun
mendatang adalah terjadinya aglomerasi kawasan industri secara besar-
besaran perdagangan dan jasa, serta dukungan infrastruktur yang
memadai di wilayah SSWP Gerbangkertasusila Plus, yang implikasinya
adalah terjadinya capital flow yang cukup besar diwilayah Utara Jawa
Timur. Hal ini akan berdampak pada semakin kecilnya peluang
Kabupaten/Kota di wilayah Selatan Provinsi Jawa Timur untuk
berkembang. Padahal di kawasan Selatan Jawa Timur masih diwarnai oleh
wilayah-wilayah yang relatif terbelakang dan terpencil serta fungsi
SSWPnya masih berada pada sektor primer. Kondisi ini berpotensi
terjadinya ketidakseimbangan aktivitas ekonomi antara Utara dan Selatan,
walaupun sudah ada upaya pengembangan infrastruktur Jalan Lintas
Selatan. Oleh karena itu dua puluh tahun ke depan Kabupaten Malang
akan dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan pengembangan
SSWP yang berada di kawasan Selatan Malang dengan dukungan
pengembangan sarana dan prasarana yang memadai.
4. Pembangunan Jalan Lintas Selatan akan memberikan multiplier effect
terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan-kecamatan yang berada di
Kawasan Kabupaten Malang bagian Selatan. Hal ini merupakan tantangan
bagi Kabupaten Malang untuk meningkatkan fasilitas pelayanan
transportasi yang paling lengkap mulai dari, transportasi perhubungan darat
yaitu pembangunan jalan Tol Gempol-Pandaan-Malang-Kepanjen,
transportasi perhubungan laut dengan pembangunan Pelabuhan Nusantara
di Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
5. Kabupaten Malang merupakan bagian Satuan Pengembangan Wilayah
Malang Raya yang akan berfungsi sebagai center yang menghubungkan
akses pergerakan ekonomi dalam bentuk pelayanan terhadap pergerakan
orang, barang dan jasa antara Wilayah Utara dan Wilayah Selatan Provinsi
Jawa Timur. Oleh karena itu dalam 20 tahun mendatang Kabupaten
Malang akan dihadapkan pada tantangan untuk mengembangkan
aksesibilitas antar kecamatan dan antar daerah perbatasan melalui
kerjasama dengan pemerintah daerah kabupaten/kota yang berbatasan.
6. Perkembangan aktifitas ekonomi wilayah Kecamatan: Ngantang, Pujon,
Kasembon sampai sejauh ini masih didominasi oleh sektor pertanian yang
arah pergerakan aktifitas ekonominya cenderung ke arah Kabupaten Kediri
dan Kota Batu sebagai simpul distribusi dan produksi sentra pertanian
tanaman pangan dan hortikultura. Aksesibilitas terhadap SSWP yang lain di
wilayah Kabupaten Malang sangat lemah oleh karena itu dalam 20 tahun
mendatang Kabupaten Malang akan dihadapkan pada tantangan
meningkatkan efektifitas SSWP.
24
7. wilayah Kecamatan: Lawang, Singosari, Karangploso, Dau, Wagir, pakisaji,
Bululawang, Tajinan, Pakis, Jabung, Poncokusumo, Tumpang, Wajak
mempunyai pola perkembangan yang hampir serupa, yaitu masih
didominasi oleh sektor pertanian namun perannya lambat-laun kian
berkurang yang disebabkan karena pengaruh aktivitas di Kota Malang yaitu
pergeseran lahan-lahan pertanian menjadi kawasan permukiman-
permukiman baru untuk wilayah penyangga kebutuhan perkotaan.
8. Dari 8 (Delapan) SSWP yang ada di Kabupaten Malang masih
menunjukkan disparitas yang relatif besar. Faktor internal yang
menyebabkan disparitas tersebut adalah teraglomerasinya aktivitas
ekonomi di masing-masing SSWP, oleh karena itu tantangan dua puluh
tahun ke depan adalah: a) pembentukan dan pengembangan berbagai
kawasan khusus: industri, agropolitan, pendidikan, perdagangan dan
pariwisata, b) mengembangkan Kota Kepanjen sebagai ibukota Kabupaten
Malang dengan dukungan infrastruktur yang memadai, serta c)
meningkatkan kerjasama antar daerah perbatasan.
25
diganti dengan sistem pemilahan, reduksi volume, dan daur ulang.
Pemilihan teknologi pengolahan sampah harus mampu mengaplikasikan
teknologi terbaik yang tepat tanpa menimbulkan polusi. Berdasarkan
analisa tersebut, maka ketersediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Regional yang mempunyai kapasitas besar (minimal 1000 m3/hari) dan
berlokasi strategis dari sisi daya dukung lahan diperlukan untuk mengolah
sampah di seluruh wilayah Kabupaten Malang. Dari sistem distribusi
lokasi dan perbaikan sistem pengelolaan sampah tersebut tantangan dua
puluh tahun ke depan adalah a) meminimalisasi dampak-dampak negatif
dari limbah domestik dan serta meningkatkan pelayanan pengelolaan
sampah dari masyarakat, b) perbaikan sistem pengelolaan sampah
perkotaan mulai dari perilaku masyarakatnya hingga penanganan residu
dari buangan sampah, c) pembangunan infrastruktur TPA yang terpadu
dengan pemanfaatan daur ulang , d) pemanfaatan teknologi pengolahan
sampah yang dapat diadopsi dari negara atau kota lain yang telah
berhasil.
3. Di bidang pemanfaatan energi, pasokan energi dari sumber energi karbon
diperkirakan semakin menurun dan akan disubstitusi oleh sumber energi
non karbon yang dikenal dengan sumber bioenergi sehingga tantangan
dua puluh tahun mendatang adalah mengembangkan sumber energi
alternatif. Perkiraan peningkatan volume sampah yang sangat tinggi di
masa mendatang dan menurunnya pasokan energi yang berasal dari
hidrokarbon mendorong Pemerintah Kabupaten Malang untuk
mengembangkan teknologi pengolahan sampah sebagai bahan alternatif
energi di masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan kerjasama
Pemerintah Kabupaten Malang dengan lembaga-lembaga pendidikan dan
penelitian juga swasta merupakan hal yang sangat penting untuk
mengantisipasi perkembangan kondisi 20 tahun mendatang.
26
3. Tantangan lain adalah regulasi infrastruktur lunak yang terkait dengan
upaya menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif sehingga
mampu menstimulir para investor dan pengusaha ke Kabupaten Malang
dalam menggerakkan roda perekonomian.
B. 5. Tata Ruang
Pengaturan tata ruang sesuai peruntukan merupakan tantangan pada masa
yang akan datang yang harus dihadapi untuk mengatasi krisis tata ruang
yang telah terjadi. Untuk itu diperlukan penataan ruang yang tepat dalam satu
sistem yang menjamin konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian tata ruang. Tantangan dua puluh tahun kedepan di bidang
penataan ruang adalah: a) penyempurnaan dokumen tata ruang yang
dipakai sebagai pedoman yang memuat arahan lokasi kegiatan, batasan
kemampuan lahan, termasuk didalamnya adalah daya dukung lingkungan
dan kerentanan terhadap bencana, efisiensi dan sinkronisasi pemanfaatan
ruang dalam rangka penyelenggaraan berbagai kegiatan, b) konsistensi dan
komitmen terhadap dokumen rencana tata ruang wilayah.
27
dokter dan tenaga medis dengan jumlah penduduk yang memerlukan
pelayanan serta dukungan sarana prasarana kesehatan yang memadai.
B.7. Politik
Di bidang politik tantangan dua puluh tahun ke depan adalah menciptakan
situasi politik yang kondusif dalam merepresentasikan aspirasi masyarakat
Kabupaten Malang. Yang diwujudkan melalui peningkatan kualitas pemilihan
anggota legislatif, meningkatkan sistem pendidikan politik masyarakat, serta
peningkatan peran gender dalam kiprah politik.
B.8 APBD
Struktur penerimaan daerah Kabupaten Malang sampai dengan tahun 2005
masih mengandalkan dana perimbangan terutama dari Dana Alokasi Umum.
Hal ini terlihat dari besarnya porsi dana perimbangan, sebagai contoh Dana
Alokasi Umum (DAU) pada tahun 2005 mencapai 73 persen dari seluruh
penerimaan daerah. Sedangkan penerimaan yang bersumber dari PAD hanya
sekitar 6,08 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kemandirian ekonomi
Kabupaten Malang masih relatif lemah. Tantangan dua puluh tahun ke depan
adalah menurunkan rasio sumber pendapatan asli daerah dibandingkan
dengan dana perimbangan serta meningkatkan efektifitas pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
28
BAB III
VISI DAN MISI
A. Visi
1. “ Satata Gama Karta Raharja ” merupakan semangat dan nilai-nilai luhur
dalam kehidupan bermasyarakat dari para leluhur pendahulu Kabupaten
Malang, yang bermakna Masyarakat Adil Dan Makmur Material Dan Spiritual
Diatas Dasar Kesucian Yang Langgeng. Apabila kita kaji secara mendalam
maka sesanti tersebut masih sangat sesuai dengan kondisi dan budaya
masyarakat yang sangat beragam di Kabupaten Malang, oleh karena itu
sangatlah perlu untuk kita lestarikan.
2. Dengan mengacu pada agenda Pembangunan Jangka panjang Nasional
serta menjamin tercapainya tujuan pembangunan Kabupaten Malang maka
ditetapkan Visi Pembangunan Kabupaten Malang Tahun 2005 - 2025 adalah
“ Kabupaten Malang Aman, Maju, Adil dan Makmur ”.
B. Misi
Untuk pencapaian visi diatas tersebut diperlukan misi :
1. Meningkatkan pemahaman dan menjadikan nilai-nilai universal agama
sebagai pemersatu dan penggerak pembangunan masyarakat madani.
2. Meningkatkan supremasi hukum dan HAM serta mendorong tumbuh dan
berkembangnya kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan serta mendorong maju dan
berprestasinya olah raga seni dan budaya.
4. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
berdasarkan potensi dan prospek pengembangannya.
5. Meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya berdasarkan
keadilan sosial dan menjamin kesinambungan pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
6. Meningkatkan profesionalisme aparatur dalam rangka pelayanan publik.
29
BAB IV
ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005 - 2025
30
c. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, termasuk peran perempuan
dalam pembangunan yang ditandai dengan meningkatnya indeks
pembangunan manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG) serta
tercapainya pertumbuhan penduduk yang seimbang.
d. Pengendalian pertumbuhan penduduk yang seimbang; penurunan angka
kemiskinan; pengembangan lapangan kerja yang bersifat partisipatif dan
padat karya serta peningkatan kualitas angkatan kerja.
e. Peningkatan kualitas layanan publik bidang kesehatan seperti
pengembangan puskesmas di kawasan pedesaan dan tidak hanya terpusat
di ibukota kecamatan; pengembangan puskesmas yang ideal di setiap
kecamatan yang bisa melayani rawat inap, serta rumah sakit di setiap
satuan wilayah pengembangan (SSWP);
f. Pengembangan layanan publik dengan konsep satu atap dan transformasi
secara bertahap ke era pelayanan digital. Pengembangan layanan publik
dengan konsep satu atap sentralisasi) yang ditunjang dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK/ICT) menuju pelayanan publik
terdesentralisasi yang sudah menyentuh ke pelosok desa (digital village)
baik pelayanan perijinan, kesehatan, pendidikan maupun sistem birokrasi
(e-government).
g. Terintegrasinya infrastruktur jaringan teknologi informasi dan komunikasi
seluruh satuan kerja perangkat daerah dalam sistem portal jaringan
Pemerintah Kabupaten Malang.
h. Terwujudnya good governance dan clean goverment melalui peningkatan
profesionalisme SDM Aparatur Pemerintah Daerah.
31
rasa dan harmonis yang mampu menjadi katalisator pembangunan yaitu
dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran
c. Pembangunan dan pemantapan jati diri bangsa ditujukan untuk
mewujudkan karakter dan budaya masyarakat serta sistem sosial yang
berakar, unik, modern dan unggul
32
dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan serta keterlibatan
perempuan dalam pembangunan.
b. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan melalui pengembangan
kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang berbasis lokal;
peningkatan kualitas tenaga pendidik, peningkatan kualitas sarana dan
prasarana pendidikan, pengembangan sistem pendidikan yang
berorientasi pada pasar kerja.
c. Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui pengembangan sarana dan
prasarana kesehatan; peningkatan jumlah tenaga medis dan paramedis
pada tiap wilayah pelayanan, peningkatan status puskesmas dan
kelengkapannya; peningkatan kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan dan lingkungannya,
d. Mengembangkan nilai-nilai budaya dan seni yang mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah, pelestarian dan pengembangan situs dan
cagar budaya sebagai tujuan wisata budaya, wisata ritual dan wisata
bahari; pelestarian, pengembangan dan promosi kesenian tradisional
e. Membangun sumber daya manusia yang memiliki peran sangat penting
dalam mewujudkan manusia Indonesia yang maju sehingga mampu
berdaya saing maka kebijakan diarahkan pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia Kabupaten Malang yang ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks
Pembangunan Gender (IPG).
f. Mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang diarahkan
pada peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi yang terjangkau, bermutu dan efektif menuju terbentuknya
keluarga kecil berkualitas serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang
yang ditandai dengan Angka Reproduksi Netto (NRR) sama dengan 1,
dan Angka Kelahiran Total (TFR) sama dengan 2,1.
g. Mengembangkan pembangunan ekonomi daerah dengan sistem ekonomi
kerakyatan yang kuat melalui pemberdayaan pelaku dan potensi ekonomi
dengan memperhatikan pola pengembangan potensi daerah yang
berdaya saing guna terwujudnya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
yang sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah serta memberikan
jaminan kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja.
h. Mengembangkan aktivitas ekonomi di beberapa SSWP untuk
memperkecil disparitas antar SSWP yang ada serta pembentukan
kawasan industri, Agropolitan, pendidikan dan perdagangan.
i. Meningkatkan kemandirian ekonomi daerah melalui peningkatan
Pendapatan Asli Daerah, revitalisasi pertanian (dalam arti luas) dan
ketahanan pangan, pengembangan Usaha Menengah, Kecil dan Mikro
(UMKM) yang berkeadilan, pengembangan ibukota Kabupaten Malang
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
j. Melaksanakan pembangunan jaringan infrastruktur. Infrastruktur sangat
berpengaruh terhadap kondisi ekonomi suatu wilayah, yaitu sebagai
pendorong dan sekaligus sebagai faktor yang mampu mempengaruhi
daya tarik investasi dan daya saing daerah. Infrastruktur yang di perlukan
adalah jalan, jembatan, sistem irigasi, penyediaan air bersih, konservasi,
regulasi lingkungan dan tata ruang.
33
k. Selain diluar empat infrastruktur tersebut permasalahan energi dan
telekomunikasi juga merupakan kebutuhan yang mendesak agar mampu
meningkatkan daya saing daerah. Pembangunan infrastruktur termasuk
pembangunan sistem jaringan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK/ICT).
l. Mengembangkan dan memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pembangunan Iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu
Pengetahuan dasar dan terapan, mengembangkan ilmu sosial dan
humaniora untuk menghasilkan dan memanfaatkan teknologi hasil
penelitian, pengembangan dan perekayasaan bagi kesejahteraan
masyarakat, kemandirian dan daya saing dengan memperhatikan nilai-
nilai agama dan etika, kearifan lokal serta memperhatikan sumberdaya
dan kelestarian lingkungan hidup. b) mendukung ketahanan pangan dan
energi.
m. Menciptakan iklim yang kondusif bagi terbukanya peluang investasi di
daerah serta memberdayakan masyarakat melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan , peningkatan akses pada modal usaha
dan sumberdaya alam.
n. Meningkatkan kerjasama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam
rangka memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap
daerah, menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik.
o. Mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat melalui penyediaan sarana dan prasarana dalam arti luas.
p. Meningkatkan pelayanan publik melalui peningkatan kualitas SDM
Aparatur dan pengembangan organisasi pemerintahan yang lebih efektif
dan kaya fungsi
34
Malang selain sebagai pintu gerbang udara kedua di Jawa Timur,
mendukung pengembangan infrastruktur diversifikasi energi eksplorasi
sumber daya alam dan prinsip pembangunan keberkelanjutan,
pengembangan infrastruktur tehnologi informasi dan komunikasi,
pengembangan kawasan perumahan khususnya kawasan rumah
sederhana sehat, peningkatkan pelayanan prasarana dan sarana
lingkungan terutama kawasan kumuh perkotaan dan pesisir/nelayan,
meningkatkan cakupan pelayanan air minum dan air limbah dengan
melibatkan peran serta seluruh stakeholders, meningkatkan pengolahan
persampahan dan drainase bersama seluruh stakeholders.
c. Penetapan fungsi kawasan di Kabupaten Malang yang terbagi atas
kawasan budidaya tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim,
kawasan lindung terbatas, kawasan lindung lainnya, kawasan penyangga,
kawasan perlindungan mata air, kawasan perlindungan sungai, kawasan
perlindungan waduk dan kawasan perlindungan pantai serta kawasan
rawan bencana senantiasa dikawal dengan kegiatan yang diarahkan
untuk menjaga agar pemanfaatan sumberdaya alam tidak merusak
keseimbangan alam sehingga kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga
dengan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai upaya
mempertahanan daya dukung lingkungan dan konservasi,
d. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan, serta
meningkatkan koordinasi pengendalian dan pemanfaatan sumber air,
daerah kritis, badan/sempadan sungai dan saluran drainase sesuai ruang
milik jalan.
e. Peningkatan kualitas konservasi hutan primer untuk mempertahankan
keseimbangan ekologis dan keberlangsungan aktivitas perekonomian
masyarakat, pelestarian dan pengembangan sumber-sumber air untuk
keberlangsungan aktivitas perekonomian masyarakat, peningkatan
pengendalian alih fungsi lahan, pengembangan manajemen penanganan
limbah domestik dan industri secara terpadu; peningkatan kualitas
lingkungan hidup, pengembangan energi alternatif untuk
keberlangsungan kegiatan ekonomi masyarakat.
f. Peningkatan pengembangan SSWP yang berada di kawasan Malang
Selatan dengan dukungan pengembangan sarana dan prasarana yang
memadai, peningkatan fasilitas pelayanan transportasi yang paling
lengkap mulai dari transportasi perhubungan darat, transportasi
perhubungan laut, pengembangan aksesibilitas antar kecamatan di
Kawasan Malang Selatan.
g. Peningkatan sistem pengelolaan dan penanganan persampahan dengan
teknologi pengolahan sampah yang dapat diadopsi dari negara atau kota
lain yang telah berhasil.
h. Peningkatan pelayanan air bersih dan sanitasi kesehatan perumahan dan
pemukiman.
i. Mitigasi Bencana Alam sesuai dengan kondisi geologi Kabupaten Malang,
yang diarahkan pada identifikasi dan pemetaan daerah-daerah yang
rawan bencana agar dapat diantisipasi secara dini, sehingga dapat
memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan memberikan
35
perlindungan terhadap manusia dan harta benda karena adanya
perencanaan wilayah yang peduli/peka terhadap bencana alam.
j. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup diarahkan
pada pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup sebagai upaya
peningkatan daya dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.
k. Pengelolaan Sumberdaya alam dan lingkungan hidup diarahkan pada
penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas serta sistem politik
yang kredibel dalam mengendalikan konflik, peningkatan sumberdaya
manusia yang berkualitas. Meningkatkan kesadaran masyarakat/generasi
muda untuk mencintai lingkungan hidup sehingga mampu menjadi
penggerak bagi penerapan konsep pembangunan yang berkelanjutan.
36
Tahapan Pembangunan ke-2 (2011-2015)
Kebijakan Pembangunan Tahapan Pembangunan ke-2 (2011-2015) diarahkan
pada sasaran melanjutkan program-program Pembangunan ke-1 yang belum
terselesaikan dengan penekanan kebijakan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat dengan
mengembangkan sistem informasi hukum,
2. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintahan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik,
3. Mengembangkan perekonomian berbasis pertanian, pertambangan,
kelautan, industri, perdagangan dan pariwisata yang didukung infrastruktur
yang memadai,
4. Mengembangkan sistem pengamanan, perbaikan dan pelestarian
lingkungan hidup,
5. Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan perbaikan iklim
ketenagakerjaan,
6. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan,
7. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan kualitas
keluarga dan pengarusutamaan gender.
37
4. Mengembangkan sistem pengamanan, perbaikan dan kelestarian
lingkungan,
5. Meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan pemerintahan dan
kemasyarakatan,
6. Mengembangkan kerjasama ekonomi, sosial budaya dan pemerintahan
antar daerah regional maupun internasional,
7. Memacu prestasi olah raga seni dan budaya.
.
38
BAB V
PENUTUP
1. RPJPD Tahun 2005 - 2025 berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan
ditetapkannya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang baru;
2. RPJPD Tahun 2005 - 2025 menjadi pedoman bagi Calon Bupati dan Calon Wakil
Bupati dalam penyusunan visi, misi dan program prioritas yang akan menjadi
dasar dalam penyusunan RPJMD lima tahunan dan RKPD satu tahunan;
3. Keberhasilan pembangunan Daerah dalam mewujudkan Visi “Kabupaten Malang
Aman, Maju, Adil dan Makmur” perlu didukung oleh:
a. Komitmen dari kepemimpinan daerah yang kuat dan demokratis;
b. Konsistensi kebijakan Pemerintahan Daerah;
c. Keberpihakan pada rakyat;
d. Peran dan partisipasi aktif seluruh masyarakat dan dunia usaha.
4. Hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara lebih merata dan adil oleh
segenap warga masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan lahir dan batin dalam suasana yang demokratis, aman, tenteram
dan damai.
BUPATI MALANG,
SUJUD PRIBADI
Diundangkan di Malang
pada tanggal 14 April 2008
SEKRETARIS DAERAH
BETJIK SOEDJARWOKO
NIP. 510 073 302
39