Tugas Makalah Klp.2 (Ibu Laela)
Tugas Makalah Klp.2 (Ibu Laela)
Tugas Makalah Klp.2 (Ibu Laela)
DISUSUN OLEH:
Gayatri
(NIM: 00441082022)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta
baik dan dalam bentuk yang sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai
bagi para pembaca, walaupun kami akui masih banyak kekurangan dalam penyajian
makalah ini karena ilmu yang kami miliki masih sangat kurang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir hingga
menjadi sebuah makalah. kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Makalah........................................................................................2
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
yang mendasar karena pada hakikatnya perempuan adalah insan yang memiliki
hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. Pentingnya
dijadikan sebagai tolak ukur kualitas kesehatan sebuah negara, hal ini yang
sering kita kenal dengan istilah KIA yaitu Kesehatan Ibu dan Anak.
sesuai dengan tujuan MDG’s kelima yaitu mengenai penurunan AKI dan
strategi yang ditujukan kepada seluruh elemen keluarga dan masyarakat yang
milenial yang tentu saja tetap berpegang teguh pada kode etik profesi bidan,
pada era globalisasi ini terutama dalam perspektif global dituntut untuk memiliki
suatu kelebihan terkait dengan kemampuannya untuk berinovasi dalam rangka
meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Upaya berdaya dan inklusf tersebut tentu telah banyak, yanag pada
intinya kemampuan dalam bidang kebidanan harus di dukung dengan keahlian
lainnya dapt di bidang sosial,ekonomi,dan lainnya.dan bahlan pada masa ini
banyak sekali pelatihan yang dapat meningkatkan kredibilitas seorang bidan daam
menghadapi tren global.
B. RUMUSAN MASAL
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
“Bagaimana persepktif global dalam pelayanan kebidanan dan trend global pada pelayanan ibu dan
anak”.
B. TUJUAN MAKALAH
KAJIAN PUSTAKA
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
ART) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 2013, bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah
Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifkasi untuk diregister,
sertifkasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
wanita selama masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan perawatan bayi baru
lahir. Termasuk tindakan yang bertujuan mencegah masalah kesehatan pada kehamilan,
deteksi kondisi abnormal, pengadaan bantuan medis bila diperlukan, dan pelaksanaan
mengenai profesi bidan yang terdapat di beberapa peraturan yang terpisah diantaranya:
Bidan
d. Permenkes No. 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter
Bidan
Asuhan Kebidanan.
Bidan Dalam Menyongsong Era Globalisasi, harus mampu menjawab tantangan
kebutuhan asuhan kebidanan dalam konteks Kesehatan Ibu dan Anak dalam berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya. Disamping itu juga harus mampu memanfaatkan TIK
menyisakan segudang pekerjaan rumah bagi Indonesia, salah satunya terkait persoalan di
bidang kesehatan. Karena itu, untuk mencapai target Sustainable Development Goals
(SDGs) yang menjadi kelanjutan dari MDGs, khususnya dalam bidang kesehatan,
diperlukan peran serta dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pranata kesehatan seperti
. Dalam mencapai SDGs, seorang bidan dapat berperan dalam pencapaian target
ketiga dari SDGs, yaitu kehidupan sehat dan sejahtera, khususnya terkait kesehatan ibu dan
bayi. Masalah kesehatan ibu dan bayi menjadi salah satu isu penting yang dihadapi
Indonesia dalam dekade ini. Angka kematian pada bayi memang mengalami penurunan,
yaitu dari 68/1000 kelahiran pada tahun 1991 menjadi 32/1000 pada tahun 2012. Meski
demikian, dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2007, angka kematian ibu pada tahun
2012 justru menunjukkan peningkatan, yaitu dari 228 menjadi 359 per 100.000 kelahiran.
kebijakan global sebagai jawaban atas tantangan yang dimunculkan dari penerapan
SDGs. “SDGs menyoroti agenda baru dari pembangunan sektor kesehatan secara
global. Ini turut memasukkan NCDs dan cakupan kesehatan universal sebagai dua target
utama dalam tujuan ketiga dari SDGs. Dua tujuan tambahan ini ditambah dengan
agenda MDGs yang belum selesai yaitu membuat referensi global yang sangat
AKI dan AKB juga menjadi perhatian dalam Sustainable Development Goals
(SDGs). Target AKI dan AKB pada tahun 2019 sebesar 306 per 100.000 kelahiran
hidup dan 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015 dalam Kemenkes, 2021).
Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB melalui
program meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir
minimal di 150 rumah sakit PONEK dan 300 puskesmas atau balkesmas PONED,
memperkuat sistem rujukan yang efsien dan efektif antara puskesmas dan rumah sakit,
menjamin setiap ibu memiliki askes terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas
mulai dari saat hamil, persalinan hingga perawatan pasca persalinan, perawatan khusus
dan rujukan jika terjadi komplikasi, cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap
keluarga berencana.
Dalam seminarnya di Ungaran 2 Juli 2019, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia (IBI), Dr Emi Nurjasmi MKes meminta para bidan agar memahami
tantangan distrupsi digital di era Revolusi Industri 4.0. Instruksi itu ia sampaikan ketika
menjadi pembicara Seminar Nasional Eksistensi Provesi Bidan di Era Revolusi Industri
4.0 yang diselenggarakan Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran, pada Selasa
yang perlu dipahami seorang bidan. Diantaranya tantangan Revolusi Industri 4.0,
tantangan ekonomi, sosial, teknis, lingkungan, dan tantangan politik, aturan, serta
kebijakan.“Perkembangan tekologi perlu diikuti, selain terampil bidan juga dituntut
kreatif,”
Harapan Kedepan Status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator
penting dalam mengukur derajat kesehatan suatu Negara. Untuk itu prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan adalah ibu dan anak. Hal ini dikarenakan ibu dan
anak merupakan kelompok yang rentan. Dikatakan rentan karena terkait dengan fase
kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu serta fase tumbuh kembang pada anak. Untuk
itu upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia. Secara umum capaian target angka kematian ibu dan bayi masih
Agar pencapaian status kesehatan ibu dan bayi dapat lebih baik, untuk kedepannya
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Tri R P L, 2020).
persalinan oleh tim minimal 2 (dua) orang terdiri dari dokter dan bidan, atau, 2
2021).
yaitu dokter, bidan dan dukun di Indonesia tahun 2001–2007. Analisis bivariat
dikaitkan dengan pulau, umur dan latar belakang pendidikan ibu, kepemilikan
klasifikasi desa/kota.
Klasifikasi desa/kota sangat berpengaruh dalam pemilihan penolong
yang belum mampu memenuhi kriteria tertentu dalam hal kepadatan penduduk
serta masih kurangnya fasilitas untuk umum. Salah satunya adalah masih
2011, hanya ada 9 provinsi yang memiliki Rumah Sakit Umum (RSU) kelas A,
dan sebanyak 117 RSU pemerintah tidak memiliki dokter spesialis kandungan
(Kemenkes, 2012 b). Kondisi puskesmas di Indonesia juga tidak jauh berbeda.
kematian ibu dan bayi dalam pencapaian MDGs 2015. Upaya yang telah
Gerakan Sayang Ibu, penyediaan bidan di desa, serta kerja sama antara tenaga
bidan di desa telah dilakukan Kementerian Kesehatan sejak tahun 1980 (Depkes,
fasilitas kesehatan.
b) Mengisi stiker P4K dipandu petugas kesehatan menggunakan media
komunikasi.
d)Pemantauan diri dan gerak janin dilakukan secara mandiri dengan panduan
buku KIA.
e) Hitung gerak janin sejak 20 minggu usia kehamilan dan setelah 28 minggu
g) Meminum obat tambah darah sesuai dosis yang diberikan tenaga kesehatan.
diterapkan.
3. Upaya Pencegahan Penularan Covid-19 Bagi Ibu Nifas dan Bayi Baru
Lahir
a) Memahami tanda bahaya di masa nifas melalui panduan di buku KIA. Jika
e) Pelayanan neonatal esensial untuk bayi baru lahir (0–6 jam) tetap dilakukan.
Perawatan seperti pemotongan dan perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini,
imunisasi hepatitis B.
dilakukan setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan.
h) Ibu akan diberikan KIE untuk perawatan bayi seperti ASI eksklusif da tanda
bahaya pada bayi (sesuai Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Kebidanan di Era
dilakukan bersama oleh penyedia layanan kesehatan dan ibu, hal ini sangat penting
dikarenakan ASI merupakan asupan nurtrisi bagi bayi. Adapun prinsip panduan utama
A. KESIMPULAN
sebagai berikut :
2. Seorang bidan dapat berperan dalam pencapaian target ketiga dari SDGs,
yaitu kehidupan sehat dan sejahtera, khususnya terkait kesehatan ibu dan
bayi.
persalinan oleh tim minimal 2 (dua) orang terdiri dari dokter dan bidan, atau,
4. Ada beberapa upaya pencegahan yang dilakukan dalam pelayanan ibu dan
anak.
B. SARAN
hal yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pada masa
Pandemi Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA
Tri R P L. 2020. Pencapaian Status Kesehatan Ibu dan Bayi sebagai Salah Satu
Perwujudan Keberhasilan Program Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal.
Ika D, dkk. Trend Pemanfaatan Penolong Kelahiran di Indonesia. Terbit 6 Juli 2014.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan vol.17 No.3 Juli 2014.
Romondosi P. Bidan Harus Senantiasa Eksis di Era Revolusi Industri 4.0. Di akses
Rabu,03 Juli 2019 14:55:24.Artikel.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-
kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-kaum-perempuan.