0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
165 tayangan17 halaman

Tugas Makalah Klp.2 (Ibu Laela)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 17

MAKALAH

PERSPEKTIF GLOBAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN &


TREND GLOBAL PADA PELAYANAN IBU DAN ANAK

DISUSUN OLEH:

Gayatri

(NIM: 00441082022)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta

anugerah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan

baik dan dalam bentuk yang sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan

sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai

pengetahuan dasar mengenai Kebijakan dalam Kebidanan.

Harapan kami semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, walaupun kami akui masih banyak kekurangan dalam penyajian

makalah ini karena ilmu yang kami miliki masih sangat kurang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir hingga

menjadi sebuah makalah. kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk pembuatan makalah berikutnya, terimakasih.

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Makalah........................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perspektif Global Dalam Pelayanan Kebidanan.......................................3


B. Trend Global Pada Pelayanan Ibu dan Anak............................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keterlibatan perempuan dalam sebuah pembangunan merupakan hal

yang mendasar karena pada hakikatnya perempuan adalah insan yang memiliki

hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. Pentingnya

keberadaan perempuan dibuktikan dengan adanya kondisi bahwa kesehatannya

dijadikan sebagai tolak ukur kualitas kesehatan sebuah negara, hal ini yang

sering kita kenal dengan istilah KIA yaitu Kesehatan Ibu dan Anak.

Pemberdayaan perempuan di Indonesia yang dikerahkan oleh bidan

sesuai dengan tujuan MDG’s kelima yaitu mengenai penurunan AKI dan

peningkatan derajat kesehatan Ibu. Penurunan AKI tentu saja memerlukan

strategi yang ditujukan kepada seluruh elemen keluarga dan masyarakat yang

secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada kesehatan dan

kesejahteraan ibu. Strategi tersebut berupa pendekatan yang terintegrasi dalam

hal peningkatan akses pendidikan bagi perempuan, pengembangan sumber daya

perempuan, memudahkan perempuan untuk mengakses sarana dan prasarana

kesehatan, peningkatan keterlibatan perempuan di dunia kerja.

Seorang bidan yang berperan dalam memberdayakan perempuan tentu

saja harus memberdayakan dirinya sendiri terlebih dahulu. Seorang bidan

milenial yang tentu saja tetap berpegang teguh pada kode etik profesi bidan,

pada era globalisasi ini terutama dalam perspektif global dituntut untuk memiliki
suatu kelebihan terkait dengan kemampuannya untuk berinovasi dalam rangka
meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Upaya berdaya dan inklusf tersebut tentu telah banyak, yanag pada
intinya kemampuan dalam bidang kebidanan harus di dukung dengan keahlian
lainnya dapt di bidang sosial,ekonomi,dan lainnya.dan bahlan pada masa ini
banyak sekali pelatihan yang dapat meningkatkan kredibilitas seorang bidan daam
menghadapi tren global.
B. RUMUSAN MASAL
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
“Bagaimana persepktif global dalam pelayanan kebidanan dan trend global pada pelayanan ibu dan
anak”.
B. TUJUAN MAKALAH

Tujuan yang ingin di capai dalam makalah ini adalah :

1. Mengetahui perspektif global dalam pelayanan kebidanan

2. Mengetahui trend global pada pelayanan ibu dan anak


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PERSEPKTIF GLOBAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/ Per/X/2010

tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang

lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam dokumen Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD-

ART) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 2013, bidan adalah seorang perempuan yang

lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah

Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifkasi untuk diregister,

sertifkasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Menurut World Health Organization (WHO), kebidanan meliputi perawatan

wanita selama masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan perawatan bayi baru

lahir. Termasuk tindakan yang bertujuan mencegah masalah kesehatan pada kehamilan,

deteksi kondisi abnormal, pengadaan bantuan medis bila diperlukan, dan pelaksanaan

langkah-langkah darurat dengan tidak adanya bantuan medis.

Pengembangan Profesionalisme Tenaga Kebidanan di atur dalam Pengaturan

mengenai profesi bidan yang terdapat di beberapa peraturan yang terpisah diantaranya:

a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

c. Permenkes No. 1464/ Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik

Bidan

d. Permenkes No. 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter

dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap

e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/ Menkes/SKIII/2007 tentang Standar Profesi

Bidan

f. f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/ Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar

Asuhan Kebidanan.
Bidan Dalam Menyongsong Era Globalisasi, harus mampu menjawab tantangan

“kekinian” dalam membangun Interprofessional Collaboration yakni Bidan dapat memenuhi

kebutuhan asuhan kebidanan dalam konteks Kesehatan Ibu dan Anak dalam berkolaborasi

dengan tenaga kesehatan lainnya. Disamping itu juga harus mampu memanfaatkan TIK

(Teknologi Informasi Kesehatan) terutama pada masa Pandemi Covid-19.

Berakhirnya target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015

menyisakan segudang pekerjaan rumah bagi Indonesia, salah satunya terkait persoalan di

bidang kesehatan. Karena itu, untuk mencapai target Sustainable Development Goals

(SDGs) yang menjadi kelanjutan dari MDGs, khususnya dalam bidang kesehatan,

diperlukan peran serta dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pranata kesehatan seperti

dokter, perawat, serta bidan

. Dalam mencapai SDGs, seorang bidan dapat berperan dalam pencapaian target

ketiga dari SDGs, yaitu kehidupan sehat dan sejahtera, khususnya terkait kesehatan ibu dan

bayi. Masalah kesehatan ibu dan bayi menjadi salah satu isu penting yang dihadapi

Indonesia dalam dekade ini. Angka kematian pada bayi memang mengalami penurunan,

yaitu dari 68/1000 kelahiran pada tahun 1991 menjadi 32/1000 pada tahun 2012. Meski

demikian, dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2007, angka kematian ibu pada tahun

2012 justru menunjukkan peningkatan, yaitu dari 228 menjadi 359 per 100.000 kelahiran.

Dalam kesempatan seminar nasional mahasiswa kebidanan di UGM, Staf Khusus

Menteri Kesehatan bidang Peningkatan Kemitraan dan SDGs, Diah S. Saminarsih,

memaparkan perlunya memperkuat sistem kesehatan yang sesuai dengan perspektif

kebijakan global sebagai jawaban atas tantangan yang dimunculkan dari penerapan

SDGs. “SDGs menyoroti agenda baru dari pembangunan sektor kesehatan secara
global. Ini turut memasukkan NCDs dan cakupan kesehatan universal sebagai dua target

utama dalam tujuan ketiga dari SDGs. Dua tujuan tambahan ini ditambah dengan

agenda MDGs yang belum selesai yaitu membuat referensi global yang sangat

komprehensif,” paparnya. (Humas UGM/Gloria)

AKI dan AKB juga menjadi perhatian dalam Sustainable Development Goals

(SDGs). Target AKI dan AKB pada tahun 2019 sebesar 306 per 100.000 kelahiran

hidup dan 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015 dalam Kemenkes, 2021).

Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB melalui

program meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir

minimal di 150 rumah sakit PONEK dan 300 puskesmas atau balkesmas PONED,

memperkuat sistem rujukan yang efsien dan efektif antara puskesmas dan rumah sakit,

menjamin setiap ibu memiliki askes terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas

mulai dari saat hamil, persalinan hingga perawatan pasca persalinan, perawatan khusus

dan rujukan jika terjadi komplikasi, cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap

keluarga berencana.

Dalam seminarnya di Ungaran 2 Juli 2019, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan

Bidan Indonesia (IBI), Dr Emi Nurjasmi MKes meminta para bidan agar memahami

tantangan distrupsi digital di era Revolusi Industri 4.0. Instruksi itu ia sampaikan ketika

menjadi pembicara Seminar Nasional Eksistensi Provesi Bidan di Era Revolusi Industri

4.0 yang diselenggarakan Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran, pada Selasa

(2/7/2019) . Dalam kesempatan itu, Dr Emi menyampaikan ada beberapa tantangan

yang perlu dipahami seorang bidan. Diantaranya tantangan Revolusi Industri 4.0,

tantangan ekonomi, sosial, teknis, lingkungan, dan tantangan politik, aturan, serta
kebijakan.“Perkembangan tekologi perlu diikuti, selain terampil bidan juga dituntut

kreatif,”

Di tempat yang sama, Rektor UNW Prof. Subyantoro mengatakan bakal

membekali para mahasiswanya 90 persen dengan kuliah praktik, serta serangkaian

kompetensi yang mampu menjawab berbagai tantangan tersebut. Diantaranya

penguasaan IT, kompetensi komunikasi, kolaboratif, berpikir kritis, dan kreativitas.

“Kompetensi dan profesionalitas bidan diperlukan, utamanya untuk menekan bahkan

mengurangi secara drastis angka kematian ibu anak saat persalinan.

Harapan Kedepan Status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator

penting dalam mengukur derajat kesehatan suatu Negara. Untuk itu prioritas dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan adalah ibu dan anak. Hal ini dikarenakan ibu dan

anak merupakan kelompok yang rentan. Dikatakan rentan karena terkait dengan fase

kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu serta fase tumbuh kembang pada anak. Untuk

itu upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia. Secara umum capaian target angka kematian ibu dan bayi masih

berada di atas capaian target MDGs.

Agar pencapaian status kesehatan ibu dan bayi dapat lebih baik, untuk kedepannya

ada 4 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

berkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti-bukti.

2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas

sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan

sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan

kegiatan MPS (Making Pregnancy Safer).


3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan

pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Tri R P L, 2020).

B. TREND GLOBAL PADA PELAYANAN IBU DAN ANAK

Definisi operasional persalinan di fasilitas kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

adalah Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh penolong

persalinan oleh tim minimal 2 (dua) orang terdiri dari dokter dan bidan, atau, 2

orang bidan, atau bidan dan perawat

b. Fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Puskesmas, jejaring dan

jaringannya serta Rumah Sakit sesuai standar persalinan antara lain :

1) Standar persalinan normal mengacu pada Asuhan Persalinan Normal (APN)

2) Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan

Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan (Kemenkes,

2021).

Dalam salah satu jurnal penelitian (Ika Damayanti, dkk. 2014)

dikemukakan bahwa untuk mengetahui tren pemanfaatan penolong kelahiran

yaitu dokter, bidan dan dukun di Indonesia tahun 2001–2007. Analisis bivariat

dikaitkan dengan pulau, umur dan latar belakang pendidikan ibu, kepemilikan

pembiayaan/ asuransi kesehatan dan pengeluaran rumah tangga terhadap

klasifikasi desa/kota.
Klasifikasi desa/kota sangat berpengaruh dalam pemilihan penolong

kelahiran. Pemilihan dokter dan bidan di perkotaan persentasenya lebih tinggi

dibandingkan di perdesaan. Sesuai dengan peraturan BPS No. 37 tahun 2010,

bahwa daerah perdesaan adalah wilayah administratif setingkat desa/kelurahan

yang belum mampu memenuhi kriteria tertentu dalam hal kepadatan penduduk

serta masih kurangnya fasilitas untuk umum. Salah satunya adalah masih

kurangnya akses terhadap sarana pelayanan kesehatan. Menurut data Rifaskes

2011, hanya ada 9 provinsi yang memiliki Rumah Sakit Umum (RSU) kelas A,

dan sebanyak 117 RSU pemerintah tidak memiliki dokter spesialis kandungan

(Kemenkes, 2012 b). Kondisi puskesmas di Indonesia juga tidak jauh berbeda.

Hanya sekitar 18,6% puskesmas yang masuk dalam kategori PONED

(Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar).

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target penurunan angka

kematian ibu dan bayi dalam pencapaian MDGs 2015. Upaya yang telah

dilakukan pemerintah adalah melalui program Making Pregnancy Safer (MPS),

Gerakan Sayang Ibu, penyediaan bidan di desa, serta kerja sama antara tenaga

kesehatan dan dukun. Kebijakan tentang pemerataan akses terhadap tenaga

bidan di desa telah dilakukan Kementerian Kesehatan sejak tahun 1980 (Depkes,

1992). Adanya bidan di desa yang merupakan Trend Pemanfaatan Penolong

Kelahiran (Ika Dharmayanti, dkk.)

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di masa Pandemi Covid-19

1. Upaya Pencegahan Penularan Covid-19 Bagi Ibu Hamil

a) Membuat janji temu saat hendak melakukan pemeriksaan kehamilan di

fasilitas kesehatan.
b) Mengisi stiker P4K dipandu petugas kesehatan menggunakan media

komunikasi.

c) Mempelajari dan menerapkan buku KIA pada kehidupan sehari-hari.

d)Pemantauan diri dan gerak janin dilakukan secara mandiri dengan panduan

buku KIA.

e) Hitung gerak janin sejak 20 minggu usia kehamilan dan setelah 28 minggu

usia kehamilan. Minimal 10 gerakan dalam dua jam.

f) Menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang,

menjaga kebersihan, melakukan aktivitas fisik berupa senam, yoga, pilates,

aerobik, atau peregangan secara mandiri.

g) Meminum obat tambah darah sesuai dosis yang diberikan tenaga kesehatan.

h) Pelaksanaan kelas ibu hamil ditunda hingga pandemi Covid-19 berakhir.

2. Upaya Pencegaha Penularan Covid-19 Bagi Ibu Bersalin

a) Ibu hamil dengan risiko akan mendapatkan rujukan terencana.

b) Segera ke fasilitas kesehatan saat sudah mengalami tanda-tanda persalinan.

c) Persalinan untuk ibu yang terkonfirmasi positif Covid-19 akan dilakukan

sesuai dengan tata laksana persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.

d) Setelah persalinan, pelayanan KB tetap berjalan sesuai prosedur yang telah

diterapkan.

3. Upaya Pencegahan Penularan Covid-19 Bagi Ibu Nifas dan Bayi Baru

Lahir

a) Memahami tanda bahaya di masa nifas melalui panduan di buku KIA. Jika

mengalami tanda bahaya, segera periksakan diri ke pelayanan kesehatan.

b) Melakukan kunjungan nifas sesuai dengan jadwal.


c) Kunjungan nifas dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau menggunakan

media komunikasi online.

d) Melakukan janji temu saat pelayanan KB.

e) Pelayanan neonatal esensial untuk bayi baru lahir (0–6 jam) tetap dilakukan.

Perawatan seperti pemotongan dan perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini,

injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian

imunisasi hepatitis B.

f) Pengambilan sampel hipotiroid kongenital (SHK) oleh tenaga kesehatan

dilakukan setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan.

g) Kunjungan Neonatal (KN) dilakukan sesuai jadwal kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan dengan memperhatikan protokol kesehatan.

h) Ibu akan diberikan KIE untuk perawatan bayi seperti ASI eksklusif da tanda

bahaya pada bayi (sesuai Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Kebidanan di Era

Pademi Covid-19 Edisi 2 237 panduan buku KIA).

Bisakah Ibu Tetap Memberikan ASI?

Terdapat panduan untuk mempertimbangkan apakah ibu dengan positif SARS-

CoV-2 dapat menyusui/memberikan ASI pada bayinya. Pengambilan keputusan

dilakukan bersama oleh penyedia layanan kesehatan dan ibu, hal ini sangat penting

dikarenakan ASI merupakan asupan nurtrisi bagi bayi. Adapun prinsip panduan utama

yang digunakan, yaitu:

a. Manfaat menyusui untuk ibu dan bayi

b. Risiko penularan dari ibu ke bayi

c. Kasus ibu dapat dikategorikan ringan atau berat.


BAB
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan topik makalah di atas, maka dapat di buat kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dalam Menyongsong Era Globalisasi, harus mampu membangun

Interprofessional Collaboration, memanfaatkan TIK (Teknologi Informasi

Kesehatan) terutama pada masa Pandemi Covid-19 dan memahami

tantangan Revolusi Industri 4.0.

2. Seorang bidan dapat berperan dalam pencapaian target ketiga dari SDGs,

yaitu kehidupan sehat dan sejahtera, khususnya terkait kesehatan ibu dan

bayi.

3. Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh penolong

persalinan oleh tim minimal 2 (dua) orang terdiri dari dokter dan bidan, atau,

2 orang bidan, atau bidan dan perawat

4. Ada beberapa upaya pencegahan yang dilakukan dalam pelayanan ibu dan

anak.

B. SARAN

Harapan dari penulisan makalah ini, dapat memberikan pengetahuan

mengenai bagaimana perkembangan pelayanan kebidanan kedepannya serta hal-

hal yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pada masa

Pandemi Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Budi G S. 2021. Laporan Kinerja Kemenkes tahun 2020. Jakarta. Kementrian


Kesehatan.
Astuti et al. 2017. Pemberdayaan Perempuan Untuk Meningkatkan Kesehatan
Ibu Hamil di Desa Cipacing Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang.
Gita Jurnal
K,dkk.Pengabdian
2021. Adaptasi Kebiasaan
Masyarakat Vol.Baru
1, No.dalam
5 Kebidanan di Era Pandemi Covid-
19. Malang. Edisi 2. CV Penulis Cerdas Indonesia.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Rahmi Y. 2016.
2017. Pengembangan
Mencapai Kesetaraan Kebijakan
Gender danProfesi Bidan Kaum
Berdayakan dalam Perempuan.
Upaya Meningkatkan
Jakarta :
Pelayanan
KemenpppaKesehatan Ibu dan Anak (Midwifery Profession in Policy Development
EffortsTo Improve Maternal and Child Health Services). Jakarta. Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI.

Tri R P L. 2020. Pencapaian Status Kesehatan Ibu dan Bayi sebagai Salah Satu
Perwujudan Keberhasilan Program Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal.

Ika D, dkk. Trend Pemanfaatan Penolong Kelahiran di Indonesia. Terbit 6 Juli 2014.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan vol.17 No.3 Juli 2014.

Romondosi P. Bidan Harus Senantiasa Eksis di Era Revolusi Industri 4.0. Di akses
Rabu,03 Juli 2019 14:55:24.Artikel.

Gloria. Bidan Berperan dalam Pencapaian Target SDGs. 8 Desember 2016.Jurnal

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-
kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-kaum-perempuan.

Anda mungkin juga menyukai