Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Ciri-ciri suatu negara yang mengalami krisis moneter yang disetujui oleh para
ekonomi adalah :
2
2.2 Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat (permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Penerapan kebijakan ini seperti :
2) Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya saham dan obligasi).
Dalam upaya mengatur jumlah uang beredar, bank sentral umumnya menggunakan
beberapa instrument kebijakan moneter yang dapat digolongkan kedalam dua jenis
instrument yaitu:
3
Instrument pengendalian moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi sasaran
operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Sasaran operasional yang dimaksud adalah
target monetary base yaitu uang primer dan reserve bank.
1. Instrument kebijakan moneter langsung yang biasa digunakan oleh bank sentral atau
otoritas moneter terutama di negara-negara berkembang antara lain sebagai berikut :
Credit Ceiling : penentuan jumlah batas maksimal kredit yang diperbolehkan untuk
disalurkan oleh masing-masing bank yang ditetapkan oleh bank sentral. Penentuan jumlah
pagu kredit yang dapat disalurkan setiap bank antara lain dapat ditetapkan berdasarkan
jumlah modal yang dimiliki oleh bank atau dikaitkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang
dikelola. Kebijakan pagu kredit ini diadopsi oleh Bank Indonesia sebagai instrument
pengendalian langsung sampai era deregulasi atau kebijakan moneter dan perbankan 1 Juni
1983.
Instrument ini dapat dikatakan cukup efektif menekan laju kenaikan harga (inflasi)
pasa saat itu, namun dari sisi lain instrument tersebut sangat tidak efektif dan bahkan menjadi
disinsentif bagi perbankan dalam upaya mobilisasi dana masyarakat. Disamping itu,
instrument ini dapat menyebabkan terjadinya distorsi sumber-sumber daya karena adanya
kecenderungan bank-bank mengalami ekses likuiditas akibat fungsi intermediasi tidak dapat
dilakukan secara optimal.
4
Penggunaan instrument kebijakan moneter dewasa ini tidak begitu efektif
mengingat produk-produk bank semakin bervariasi. Disamping semakin pesatnya
perkembangan instrument financial dan terintegrasinya pasar keuangan dunia sebagai
konsekuensi dari perekonomian global.
Nilai penurunan uang biasanya dilakukan dengan persentase tertentu, misalnya 25%
atau 50% dari nilai nominal uang, tergantung kebijakan pemerintah atau bank sentral.
Pengurangan nilai mata uang ini pernah dilakukan saat tahun 1965, pemerintah melakukan
penurunan nilai Rupiah dari Rp 1000,- menjadi hanya Rp 1,-. Penurunan nilai uang tersebut
bisa saja mendapatkan penggantian dari pemerintah, namun bisa saja tidak. Kalau pemerintah
memberikan penggantian biasanya jumlah penurunan nilai uang ditukar dengan Surat Utang
Negara.
5
· Likuiditas Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirements)
Likuiditas wajib atau disebut juga cadangan wajib minimum ini seringkali
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu cadangan primer (primary reserves) dan cadangan sekunder
(secondary reserves). Bank sentral dapat saja mewajibkan setiap bank memelihara kedua
jenis cadangan tersebut bergantung pada kebijakan moneter yang dijalankan di Negara
bersangkutan.
Namun telah menjadi strategi atau kebijakan dalam manajemen likuiditas bank,
meskipun bank tidak diwajibkan memelihara cadangan sekunder, bank biasanya tetap
memiliki sejumlah cadangan selain cadangan primer untuk menjaga apabila cadangan primer
bank tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan likuiditas bank dalam operasinya
sehari-hari.
Cadangan primer yang dipelihara dalam bentuk Giro pada bank sentral umumnya
tidak mendapat jasa giro atau bunga. Namun untuk pertimbangan tertentu bank sentral dapat
memberikan jasa giro dari kelebihan saldo likuiditas wajib minimum. Dan cadangan sekunder
dimaksudkan sebagai back up apabila cadangan primer tidak mencukupi untuk memenuhi
semua kebutuhan likuiditas atau penarikan yang dilakukan oleh nasabah, baik melalui kliring
maupun penarikansecara tunai.
Cadangan sekunder ini biasanya dalam bentuk sekuritas atau surat-surat berharga
yang sangat likuid dan berkualitas tinggi, mudah diaungkan dan memiliki risiko rendah,
misalnya Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Perbendaharaan Negara (Treasury Bills).
6
· Operasi Pasar Terbuka (open market operation)
Dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia melaksanakan Operasi Pasar Terbuka. OPT
bertujuan mencapai target operasional kebijakan moneter dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia. Target operasional kebijakan
moneter dimaksud dapat berupa target kuantitas uang primer atau komponennya, atau target
suku bunga pasar jangka pendek.
Disamping SBI sebagai instrument OPT dalam rangka kontraksi seperti dijelaskan
diatas Bank Indonesia juga menggunakan instrument pengendalian moneter lain yang
berdampak kontraktif yang dikenal dengan fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI), yaitu
fasilitas yang waktu FASBI maksimal 7 hari ditransaksikan dengan system diskonto.
Suku bunga (discount rate) FASBI lebih rendah dari tingkat bunga SBI atau pasar.
Berbeda dengan SBI, FASBI bukanlah instrument pasar uang sehingga tidak dapat
diperdagangkan atau diagunkan dan tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo.
Fasilitas pendanaan yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi bank yang
membutuhkan dana dengan cara mendiskonto ulang surat-surat berharga yang dimilikinya.
Mekanisme fasilitas diskonto ulang ini pada dasarnya kurang lebih sama dengan
fasilitas diskonto yang telah dijelaskan diatas, namun perbedaannya adalah instrument surat-
surat berharga yang digunakan dalam rangka mendapatkan fasilitas rediskonto bukan surat
berharga yang diterbitkan baik oleh bank sentral maupun surat utang pemerintah, melainkan
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) berupa wesel dan promes yang diterbitkan oleh
perbankan maupun oleh nasabah bank
Cara kerja instrument ini pada dasarnya adalah Bank Indonesia memberikan
himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama kepada bank-bank utama saja (leading
7
banks), agar himbauan atau permintaan Bank Indonesia sesuai dengan kebijakan moneter
yang dijalankannya.
Biasanya dalam hal Bank Indonesia akan menambah jumlah uang beredar, bank-bank
diminta untuk menurunkan tingkat bunganya dan mulai menyalurkan kreditnya kepada sector
riil. Dengan himbauan tersebut bank-bank secara moral bersedia mengikutinya dalam rangka
mendorong kegiatan sector produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan
menggunakan instrument moneter yang berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan
keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter, seperti saluran uang, kredit,
suku bunga, nilai tukar, harga asset dan
ekspektasi.
a. Perubahan perilaku bank sentral, perbankan dan para pelaku ekonomi dalam berbagai
aktivitas ekonomi dan keuangannya.
8
b. Hal ini terkait dengan perilaku antisipasi oleh perbankan dan para pelaku ekonomi pada
setiap perubahan perilaku bank sentral.
c. Lamanya tenggang waktu ( lag ) sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran
inflasi tercapai. Hal ini dikarenakan transmisi moneter banyak berkaitan dengan pola
hubungan antara berbagai variable ekonomi dan keuangan yang selalu berubah sejalan
dengan perkembangan ekonomi Negara yang bersangkutan.
ü Interaksi di pasar keuangan, yaitu interaksi antara bank sentral dengan lembaga keuangan
dan perbankan dalam transaksi keuangan. Interaksi melalui pasar keuangan terjadi karena di
satu sisi bank sentral melakukan pengendalian moneter melalui transaksi keuangan yang
dilakukan dengan perbankan sesuai dengan arah dan sasaran kebijakan moneter yang telah di
tetapkan. Di sisi lain, perbankan lembaga keuangan lainya melakukan transaksi portofolio
investasi untuk kepentinganya sendiri maupun nasabah. Interaksi ini dapat terjadi melalui
pasar uang rupiah, pasar valas maupun pasar modal. Adanya interaksi antara bank sentral
dengan perbankan akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
perkembangan volume maupun harga ( suku bunga, nilai yukar, yield obligasi atau harga
saham) di ketiga pasar tersebut.
ü Interaksi melalui fungsi intermediasi, yaitu interaksi perbankan dan lembaga keuangan
lainnya dengan pelaku ekonomi di sector riil.
ü Hal ini terjadi karena fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan dari
masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan pada dunia usaha.
Interaksi ini akan berpengaruh terhadap volume dan suku bunga giro, tabungan dan deposito
sehingga berpengaruh terhadap jumlah uang beredar (M1, M2), permintaan uang dan
tabungan masyarakat. Selain itu, interaksi ini juga akan berpengaruh terhadap perkembangan
pasar modal baik ditinjau dari sisi penanaman dana oleh para investor maupun dari sisi
pembiayaan oleh perusahaan.
9
2.4.2 Saluran Transmisi Kebijakan Moneter
1. Saluran Uang
2. Saluran Kredit
Dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit, pasar kredit
sangatlah mempengaruhi transmisi keuangan dari sector moneter ke sector riil. Pasar kredit
tidak selalu dalam keadaan seimbang karena adanya informasi yang tidak seimbang maupun
sebab lain. Terdapat dua saluran kredit yang mempengaruhi transmisi kebijakan moneter dari
keuangan ke sktor riil, yakni saluran kredit bank yang lebih mementingkan perilaku bank
yang lebih selektif dalam melakukan seleksi kredit karena asymetris information atau sebab
lain dan saluran neraca perusahaan yang lebih mementingkan kondisi leverage perusahaan
yang berpengaruh dalam pemberian kredit.
Perkembangan kredit perbankan akan berpengaruh terhadap inflasi dan output riil
melalui dua hal, yaitu perkembangan investasi dan perkembangan konsumsi.
10
kredit merupakan komponen biaya modal disamping yield obligasi dan deviden saham, dalam
pembiayaan investasi. Kedua pengaruh diatas selanjutnya akan mempengaruhi besarnya
permintaan agregat yang pada akhirnya menentukan tingkat inflasi dan output riil.
Saluran nilai tukar lebih menekankan pada pentingnya pengaruh perubahan harga
asset fiansial terhadap berbagai aktivitas ekonomi. Pentingnya saluran nilai tukar dalam
transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh asset financial dalam bentuk valuta asing
yang timbul dari kegiatan ekonomi suatu Negara dengan Negara lain.
Pengaruhnya terjadi melalui perubahan nilai tukar dan besar aliran dana yang masuk
dan keluar dari suatu Negara karena kegiatan perdagangan luar negeri maupun adanya modal
investasi, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan output riil dari
Negara yang bersangkutan.
6. Saluran Ekspektasi
11
mengendalikan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar, semakin kuat pula dampaknya pada
ekspektasi inflasi di masyarakat.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan
(tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
1) Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang
dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
2) Menjaga kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara
jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar
5) Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
12
7) Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan
mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi
akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.
8) Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam
negeri atau sebaliknya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi suatu negara.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia bersama pemerintah membuat keputusan dengan
menggunakan instrumen kebijakan moneter dalam mengatasi masalah perekonomian yang
ada di Indonesia. Semua itu diupayakan agar tercapainya stabilisasi ekonomi, antara lain
kesempatan kerja, kestabilan harga, dan neraca pembayaran Internasional.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-jenis-tujuan-moneter macam-macam.html
http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-
fiskal-instrumen-serta-penjelasannya.html
http://www.kompasiana.com/chubby.100612/analisis-kebijakan-moneter-dan-
perbankan_552993776ea834f407552d69
15