0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
37 tayangan15 halaman

Kebijakan Moneter

Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan moneter. Secara singkat, kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah mengenai penawaran uang dan pengaturan uang beredar untuk mencapai stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Dokumen ini menjelaskan tujuan, jenis, dan instrumen kebijakan moneter seperti kebijakan moneter ekspansif, kontraktif, serta penetapan tingkat bunga dan pagu kredit.

Diunggah oleh

gery sunjoro
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
37 tayangan15 halaman

Kebijakan Moneter

Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan moneter. Secara singkat, kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah mengenai penawaran uang dan pengaturan uang beredar untuk mencapai stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Dokumen ini menjelaskan tujuan, jenis, dan instrumen kebijakan moneter seperti kebijakan moneter ekspansif, kontraktif, serta penetapan tingkat bunga dan pagu kredit.

Diunggah oleh

gery sunjoro
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah memegang peranan penting dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat


pada suatu negara. Pada periode 1960-1965, perekonomian Indonesia menghadapi masalah
yang berat sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan kepentingan
politik. Doktrin ekonomi terpimpin telah menguras hampir seluruh potensi ekonomi
Indonesia akibat membiayai proyek-proyek politik pemerintah. Sehingga tidak
mengherankan jika pada periode ini pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sangat
rendah, laju inflasi sangat tinggi hingga mencapai 635% pada 1966, dan investasi merosot
tajam.

Dalam menjalankan kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) dibebani Multiple


Objectives, yaitu selain menjaga stabilitas mata uang rupiah juga sebagai bank sirkulasi yang
memberi pinjaman uang muka kepada pemerintah serta menyediakan kredit likuiditas dan
kredit langsung kepada lembaga-lembaga negara dan pengusaha. Kebijakan moneter
merupakan instrumen yang sangat diandalkan dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang
ada pada suatu negara. Dengan demikian, kebijakan moneter sangatlah penting dalam
pembangunan dan pengembangan suatu negara.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan diantaranya :

1. Apa itu Kebijakan Moneter ?

2. Apa saja tujuan dari Kebijakan Moneter ?

3. Seperti apa Instrumen Kebijakan Moneter ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai Kebijakan Moneter.

2. Agar kita dapat mengetahui instrument atau aktivitas Kebijankan Moneter.

3. Mengetahui lebih rinci apa mekanisme atau peraturan Kebijakan Moneter.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.2 Definisi Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah menyangkut perilaku bank sentral


dalam penawaran uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu negara. Kebijakan
moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga serta pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) juga
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia,
kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal
yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-
harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak
tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai
sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem
nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting
dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga
menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan,
bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

2.1.1 Ciri-ciri suatu negara yang mengalami krisis moneter yang disetujui oleh para
ekonomi adalah :

ü Memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar

ü Mengalami inflasi yang tidak terkontrol

ü Defisit neraca pembayaran yang besar

ü Kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang

ü Tingkat suku bunga yang diatas kewajaran

2
2.2 Jenis-jenis Kebijakan Moneter

1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)

Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat (permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Penerapan kebijakan ini seperti :

1) Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)

2) Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya saham dan obligasi).

3) Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)

4) Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)

Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka


mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian
mengalami inflasi.Kebijakan ini dapat diterapkan berupa :

1) Politik diskonto (peningkatan suku bunga)

2) Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)

3) Politik cash ratio (peningkatan cadangan kas)

4) Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)

2.3 Instrument Kebijakan Moneter

Dalam upaya mengatur jumlah uang beredar, bank sentral umumnya menggunakan
beberapa instrument kebijakan moneter yang dapat digolongkan kedalam dua jenis
instrument yaitu:

1) Instrument kebijakan moneter langsung (direct monetary policy instruments)

2) Instrument kebijakan moneter tidak langsung (indirect monetary policy instruments)

3
Instrument pengendalian moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi sasaran
operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Sasaran operasional yang dimaksud adalah
target monetary base yaitu uang primer dan reserve bank.

Pengendalian moneter yang dilakukan secara langsung tersebut memiliki kemampuan


yang langsung mempengaruhi neraca bank-bank umum.

1. Instrument kebijakan moneter langsung yang biasa digunakan oleh bank sentral atau
otoritas moneter terutama di negara-negara berkembang antara lain sebagai berikut :

· Credit Ceiling / Pagu Kredit

Credit Ceiling : penentuan jumlah batas maksimal kredit yang diperbolehkan untuk
disalurkan oleh masing-masing bank yang ditetapkan oleh bank sentral. Penentuan jumlah
pagu kredit yang dapat disalurkan setiap bank antara lain dapat ditetapkan berdasarkan
jumlah modal yang dimiliki oleh bank atau dikaitkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang
dikelola. Kebijakan pagu kredit ini diadopsi oleh Bank Indonesia sebagai instrument
pengendalian langsung sampai era deregulasi atau kebijakan moneter dan perbankan 1 Juni
1983.

Instrument ini dapat dikatakan cukup efektif menekan laju kenaikan harga (inflasi)
pasa saat itu, namun dari sisi lain instrument tersebut sangat tidak efektif dan bahkan menjadi
disinsentif bagi perbankan dalam upaya mobilisasi dana masyarakat. Disamping itu,
instrument ini dapat menyebabkan terjadinya distorsi sumber-sumber daya karena adanya
kecenderungan bank-bank mengalami ekses likuiditas akibat fungsi intermediasi tidak dapat
dilakukan secara optimal.

· Penetapan Tingkat Bunga

Bank sentral dalam melaksanakan pengendalian moneter langsung dengan


menetapkan tingkat bunga (interest rate ceiling), dilakukan dengan menentukan besarnya
tingkat bunga yang diberikan atau dikenakan olen bank kepada nasabahnya, baik nasabah
deposan atau penabung maupun nasabah debiturnya.

Penetapan tingkat bunga simpanan dengan tingkat buunga pinjaman (kredit)


seringkali sangat kecil sehingga spread (selisih antara biaya dana atau cost of funds dengan
bunga kredit) bank kemungkinan bisa menjadi negative.

4
Penggunaan instrument kebijakan moneter dewasa ini tidak begitu efektif
mengingat produk-produk bank semakin bervariasi. Disamping semakin pesatnya
perkembangan instrument financial dan terintegrasinya pasar keuangan dunia sebagai
konsekuensi dari perekonomian global.

· Penurunan Nilai Uang

Salah satu kebijakan pengendalian moneter yang berdampak langsung terhadap


pengurangan jumlah uang beredar adalah dengan menurunkan nilai uang yang ada ditangan
masyarakat atau di perbankan.

Nilai penurunan uang biasanya dilakukan dengan persentase tertentu, misalnya 25%
atau 50% dari nilai nominal uang, tergantung kebijakan pemerintah atau bank sentral.
Pengurangan nilai mata uang ini pernah dilakukan saat tahun 1965, pemerintah melakukan
penurunan nilai Rupiah dari Rp 1000,- menjadi hanya Rp 1,-. Penurunan nilai uang tersebut
bisa saja mendapatkan penggantian dari pemerintah, namun bisa saja tidak. Kalau pemerintah
memberikan penggantian biasanya jumlah penurunan nilai uang ditukar dengan Surat Utang
Negara.

· Kredit Langsung (direct loan)

Kredit langsung ini dimaksudkan untuk membantu pembiayaan sektor-sektor usaha


tertentu yang merupakan sector yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan telah
deprogram oleh pemerintah.

Kredit ini disalurkan langsung oleh pemerintah melalui lembaga keuangan


(perbankan) sebagai agennya. Oleh karena itu, kredit ini sering juga disebut sebagai kredit
program.Pemerintah telah banyak menyalurkan kredit langsung ini pada tahun 1980-an untuk
memacu perkembangan sector usaha kecil menengah, yaitu kredit modal kerja permanen dan
kredit investasi kecil. Pada akhir decade 1990-an, pemerintah menyalurkan kredit langsung
dalam bentuk dana bergulir yang diberikan kepada sektor UKM.

2. Instrument Kebijakan Moneter Tidak Langsung mempengaruhi sasaran operasional


kearah yang ditargetkan oleh bank sentral sebagai otoritas moneter. Instrument tidak
langsung yang digunakan bank sentral dalam rangka mengendalikan variable moneter antara
lain sebagai berikut :

5
· Likuiditas Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirements)

Likuiditas wajib minimum adalah ketentuan yang mewajibkan setiap bank


memelihara sejumlah minimum alat likuid yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari
jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun atau kewajiban lancar bank.

Likuiditas wajib atau disebut juga cadangan wajib minimum ini seringkali
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu cadangan primer (primary reserves) dan cadangan sekunder
(secondary reserves). Bank sentral dapat saja mewajibkan setiap bank memelihara kedua
jenis cadangan tersebut bergantung pada kebijakan moneter yang dijalankan di Negara
bersangkutan.

Namun telah menjadi strategi atau kebijakan dalam manajemen likuiditas bank,
meskipun bank tidak diwajibkan memelihara cadangan sekunder, bank biasanya tetap
memiliki sejumlah cadangan selain cadangan primer untuk menjaga apabila cadangan primer
bank tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan likuiditas bank dalam operasinya
sehari-hari.

Cadangan primer yang dipelihara dalam bentuk Giro pada bank sentral umumnya
tidak mendapat jasa giro atau bunga. Namun untuk pertimbangan tertentu bank sentral dapat
memberikan jasa giro dari kelebihan saldo likuiditas wajib minimum. Dan cadangan sekunder
dimaksudkan sebagai back up apabila cadangan primer tidak mencukupi untuk memenuhi
semua kebutuhan likuiditas atau penarikan yang dilakukan oleh nasabah, baik melalui kliring
maupun penarikansecara tunai.

Cadangan sekunder ini biasanya dalam bentuk sekuritas atau surat-surat berharga
yang sangat likuid dan berkualitas tinggi, mudah diaungkan dan memiliki risiko rendah,
misalnya Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Perbendaharaan Negara (Treasury Bills).

· Fasilitas Diskonto (discount facility)

Bank sentral dalam melakukan pengendalian moneter dapat menggunakan fasilitas


diskonto yaitu fasilitas yang diberikan kepada perbankan dalam bentuk pinjaman dengan
menggunakan surat-surat berharga yang dimiliki sebagai jaminan. Tingkat diskonto (discount
rate) untuk fasilitas pinjaman ini sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter. Tingkat
diskonto yang dikenakan oleh bank sentral ini akan menjadi benchmark (patokan) tingkat
bunga kredit perbankan.

6
· Operasi Pasar Terbuka (open market operation)

Dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia melaksanakan Operasi Pasar Terbuka. OPT
bertujuan mencapai target operasional kebijakan moneter dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia. Target operasional kebijakan
moneter dimaksud dapat berupa target kuantitas uang primer atau komponennya, atau target
suku bunga pasar jangka pendek.

Pencapaian target operasional kebijakan moneter dilakukan dengan cara


mempengaruhi likuiditas perbankan melalui kontraksi moneter atau ekspansii moneter.

· Fasilitas Simpanan Bank Indonesia

Disamping SBI sebagai instrument OPT dalam rangka kontraksi seperti dijelaskan
diatas Bank Indonesia juga menggunakan instrument pengendalian moneter lain yang
berdampak kontraktif yang dikenal dengan fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI), yaitu
fasilitas yang waktu FASBI maksimal 7 hari ditransaksikan dengan system diskonto.

Suku bunga (discount rate) FASBI lebih rendah dari tingkat bunga SBI atau pasar.
Berbeda dengan SBI, FASBI bukanlah instrument pasar uang sehingga tidak dapat
diperdagangkan atau diagunkan dan tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo.

· Fasilitas Diskonto Ulang (Rediscount Facility)

Fasilitas pendanaan yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi bank yang
membutuhkan dana dengan cara mendiskonto ulang surat-surat berharga yang dimilikinya.

Mekanisme fasilitas diskonto ulang ini pada dasarnya kurang lebih sama dengan
fasilitas diskonto yang telah dijelaskan diatas, namun perbedaannya adalah instrument surat-
surat berharga yang digunakan dalam rangka mendapatkan fasilitas rediskonto bukan surat
berharga yang diterbitkan baik oleh bank sentral maupun surat utang pemerintah, melainkan
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) berupa wesel dan promes yang diterbitkan oleh
perbankan maupun oleh nasabah bank

· Persuasi Moral (Moral Suasion)

Cara kerja instrument ini pada dasarnya adalah Bank Indonesia memberikan
himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama kepada bank-bank utama saja (leading

7
banks), agar himbauan atau permintaan Bank Indonesia sesuai dengan kebijakan moneter
yang dijalankannya.

Biasanya dalam hal Bank Indonesia akan menambah jumlah uang beredar, bank-bank
diminta untuk menurunkan tingkat bunganya dan mulai menyalurkan kreditnya kepada sector
riil. Dengan himbauan tersebut bank-bank secara moral bersedia mengikutinya dalam rangka
mendorong kegiatan sector produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi.

2.4 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana


kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi
dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan. Secara
spesifik, Taylor (1995) menyatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah “
the process through which monetary policy decisions are transmitted into changes in real
GDP and inflation”.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan
menggunakan instrument moneter yang berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan
keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter, seperti saluran uang, kredit,
suku bunga, nilai tukar, harga asset dan
ekspektasi.

Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku


bunga, nilai tukar dan harga saham disamping volume dana masyarakat yang disimpan di
bank, kredit yang disalurka pada dunia usaha serta penanaman dana pada obligasi, saham
maupun sekuritas lainnya. Di sector riil, kebijakan ini berpengaruh pada perkembangan
konsumsi, investasi, ekspor dan impor sehingga kebijakan moneter ini mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi maupun inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan
tersebut. Mekanisme transmisi kebijakan moneter
merupakan suatu proses yang kompleks, dan karenanya dalam teori ekonomi moneter sering
disebut dengan “ black box” (Miskhin, 1995). Kompleksitas dalam
mekanisme transmisi kebijakan moneter dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

a. Perubahan perilaku bank sentral, perbankan dan para pelaku ekonomi dalam berbagai
aktivitas ekonomi dan keuangannya.

8
b. Hal ini terkait dengan perilaku antisipasi oleh perbankan dan para pelaku ekonomi pada
setiap perubahan perilaku bank sentral.

c. Lamanya tenggang waktu ( lag ) sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran
inflasi tercapai. Hal ini dikarenakan transmisi moneter banyak berkaitan dengan pola
hubungan antara berbagai variable ekonomi dan keuangan yang selalu berubah sejalan
dengan perkembangan ekonomi Negara yang bersangkutan.

d. Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi kebijakan moneter tersebut sesuai


dengan perkembangan ekonomi Negara yang bersangkutan.

2.4.1 Transmisi Moneter dan Proses Perputaran Uang.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter menunjukan interaksi antara bank sentral,


perbankan, lembaga keuangan lain dan pelaku ekonomi di sector riil melalui dua proses
tahapan perputaran uang, yaitu :

ü Interaksi di pasar keuangan, yaitu interaksi antara bank sentral dengan lembaga keuangan
dan perbankan dalam transaksi keuangan. Interaksi melalui pasar keuangan terjadi karena di
satu sisi bank sentral melakukan pengendalian moneter melalui transaksi keuangan yang
dilakukan dengan perbankan sesuai dengan arah dan sasaran kebijakan moneter yang telah di
tetapkan. Di sisi lain, perbankan lembaga keuangan lainya melakukan transaksi portofolio
investasi untuk kepentinganya sendiri maupun nasabah. Interaksi ini dapat terjadi melalui
pasar uang rupiah, pasar valas maupun pasar modal. Adanya interaksi antara bank sentral
dengan perbankan akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
perkembangan volume maupun harga ( suku bunga, nilai yukar, yield obligasi atau harga
saham) di ketiga pasar tersebut.

ü Interaksi melalui fungsi intermediasi, yaitu interaksi perbankan dan lembaga keuangan
lainnya dengan pelaku ekonomi di sector riil.

ü Hal ini terjadi karena fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan dari
masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan pada dunia usaha.
Interaksi ini akan berpengaruh terhadap volume dan suku bunga giro, tabungan dan deposito
sehingga berpengaruh terhadap jumlah uang beredar (M1, M2), permintaan uang dan
tabungan masyarakat. Selain itu, interaksi ini juga akan berpengaruh terhadap perkembangan
pasar modal baik ditinjau dari sisi penanaman dana oleh para investor maupun dari sisi
pembiayaan oleh perusahaan.

9
2.4.2 Saluran Transmisi Kebijakan Moneter

1. Saluran Uang

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang dimulai dengan


tindakan bank sentral mengendalikan uang primer (B) sesuai dengan sasaran akhir yang ingin
dicapai, dengan money multiplier ditransmisikan ke jumlah uang beredar (M1, M2) sesuai
permintaan masyarakat. Pada akhirnya, jumlah uang beredar ini akan mempengaruhi
perekonomian yaitu inflasi dan output riil.

2. Saluran Kredit

Dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit, pasar kredit
sangatlah mempengaruhi transmisi keuangan dari sector moneter ke sector riil. Pasar kredit
tidak selalu dalam keadaan seimbang karena adanya informasi yang tidak seimbang maupun
sebab lain. Terdapat dua saluran kredit yang mempengaruhi transmisi kebijakan moneter dari
keuangan ke sktor riil, yakni saluran kredit bank yang lebih mementingkan perilaku bank
yang lebih selektif dalam melakukan seleksi kredit karena asymetris information atau sebab
lain dan saluran neraca perusahaan yang lebih mementingkan kondisi leverage perusahaan
yang berpengaruh dalam pemberian kredit.

Perkembangan kredit perbankan akan berpengaruh terhadap inflasi dan output riil
melalui dua hal, yaitu perkembangan investasi dan perkembangan konsumsi.

3. Saluran Suku Bunga

Saluran suku bunga lebih mementingkanaspek harga di pasar keuangan terhadap


aktivitas ekonomi di sector riil. Kebijakan moneter yang diambil bank sentral akan
berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga di berbagai sector keuangan yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan output riil. Tahap pertama,
kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap suku bunga jangka
pendek di pasar uang rupiah yang selanjutnya berpengaruh terhadap suku bunga deposito
yang diberikan perbankan kepada simpanan masyarakat dan suku bunga kredit yang
dibebankan bank kepada debiturnya. Pada tahap kedua, transmisi suku bunga dari sector
keuangan ke sector riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan
investasi dalam perekonomian. Pengaruh suku bunga terhadap prmintaan konsumsi terjadi
karena bunga deposito merupakan dari pendapatan masyarakat dan bunga kredit sebagai
pembiayaan konsumsi. Pengaruh suku bunga terhadap investasi terjadi karena suku bunga

10
kredit merupakan komponen biaya modal disamping yield obligasi dan deviden saham, dalam
pembiayaan investasi. Kedua pengaruh diatas selanjutnya akan mempengaruhi besarnya
permintaan agregat yang pada akhirnya menentukan tingkat inflasi dan output riil.

4. Saluran Nilai Tukar

Saluran nilai tukar lebih menekankan pada pentingnya pengaruh perubahan harga
asset fiansial terhadap berbagai aktivitas ekonomi. Pentingnya saluran nilai tukar dalam
transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh asset financial dalam bentuk valuta asing
yang timbul dari kegiatan ekonomi suatu Negara dengan Negara lain.

Pengaruhnya terjadi melalui perubahan nilai tukar dan besar aliran dana yang masuk
dan keluar dari suatu Negara karena kegiatan perdagangan luar negeri maupun adanya modal
investasi, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan output riil dari
Negara yang bersangkutan.

5. Saluran Harga Aset

Mekanisme transmisi melalui saluran harga asset terjadi melalui pengaruhnya


terhadap permintaan konsumsi bagi para investor, baik karena perubahan kekayaan yang
dimiliki maupun perubahan pendapatan yang dikonsumsi yang timbul dari penanaman asset
financial dan fisik tersebut. Pengaruh asset terhadap sector riil juga terjadi permintaan
investasi oleh perusahaan , ini disebabkan perubahan harga asset tersebut yang berpengaruh
terhadap biaya modal yang harus dikeluarkan dalam produksi dan investasi oleh perusahaan.
Kedua pengaruh harga asset tersebut selanjutnya akan berpengaruh terhadap permintaan
agregat yang akan mempengaruhi tingkat inflasi dan output riil.

6. Saluran Ekspektasi

Dengan semakin meningkatnya ketidakpastian dalam ekonomi dan keuangan, saluran


ekspektasi menjadi semakin penting dalam mekanisme kebijakan moneter ke sector riil. Para
pelaku ekonomi akan membentuk persepsi tertentu mengenai prsopek ekonomi ke depan
dalam menjalajnkan tindakan bisnisnya. Berkaitan dengan kebijakan moneter, yang paling
diperhatikan adalah ekspektasi inflasi yang timbul di masyarakat. Ekspektasi inflasi
dipengaruhi oleh perkembangan inflasi yang telah terjadi dan pengaruh kebijakan moneter
oleh bank sentral yang ditunjukan dengan perkembangan suku bunga dan nilai tukar.
Semakin kredibel kebijakan moneter, yang ditunjukan dengan kemampuannya dalam

11
mengendalikan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar, semakin kuat pula dampaknya pada
ekspektasi inflasi di masyarakat.

Pengaruh ekspektasi inflasi terhadap permintaan agregat terjadi karena dampaknya


terhadap suku bunga riil yang dipertimbangkan dalam menentukan besarnya permintaan
konsumsi dan investasi di masyarakat. Pengaruh ekspektasi inflasi terhadap penawaran
agregat terjadi melalui perubahan pola pembentukan harga produk oleh perusahaan.
Pengaruh ekspektasi inflasi terhadap permintaan dan penawaran agregat tersebut akan
mempengaruhi output riil dan tingkat inflasi dalam ekonomi.

2.5 Tujuan Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan
(tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

1) Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang
dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.

2) Menjaga kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara
jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar

3) Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam


perekonomian.

4) Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan


stabilitas tingkat harga.

5) Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.

6) Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui


sumber penerimaan yang normal.

12
7) Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan
mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi
akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.

8) Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam
negeri atau sebaliknya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah yang menyangkut tentang


pengaturan jumlah uang yang beredar dan penawaran uang pada suatu negara. Terdapat dua
jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif (easy moneter policy) dan
kebijakan moneter konstraktif (tight moneter policy). Dalam penerapan kebijakan moneter,
pemerintah memakai beberapa instrumen antara lain politik diskonto, politik cash ratio,
politik kredit selektif, politik pasar terbuka, politik saneering, revaluasi, dan
devaluasi.

Tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi suatu negara.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia bersama pemerintah membuat keputusan dengan
menggunakan instrumen kebijakan moneter dalam mengatasi masalah perekonomian yang
ada di Indonesia. Semua itu diupayakan agar tercapainya stabilisasi ekonomi, antara lain
kesempatan kerja, kestabilan harga, dan neraca pembayaran Internasional.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-jenis-tujuan-moneter macam-macam.html

Diakses (Tanggal 09-Oktober-2015)

http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-
fiskal-instrumen-serta-penjelasannya.html

Diakses (Tanggal 09-2015)

http://www.kompasiana.com/chubby.100612/analisis-kebijakan-moneter-dan-
perbankan_552993776ea834f407552d69

Diakses (Tanggal 09-2015)

15

Anda mungkin juga menyukai