Rujukan Ibu Hamil
Rujukan Ibu Hamil
Rujukan Ibu Hamil
Prof. Dr. dr. Sarma Nursani L. Raja, M.Ked(OG), Sp.OG. Subsp. K.Fm
Prof. Drs. Heru Santosa, MS. Ph.D
Prof. Drs. Mahyuddin, M.IT., Ph.D
Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si
Dr. rer. medic., dr. M. Ichwan, M.Sc
Fatwa Imelda, S.Kep, Ners, M.Biomed
2023
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan karunianya-Nya penulis telah dapat menyelesaikan buku
dengan judul Rujukan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas dari Faskes
Primer. Buku ini ditulis sebagai bahan referensi bagi Mahasiswa,
Dosen dan Profesi Bidang Kesehatan lainnya.
i
DAFTAR ISI
PRAKATA......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
ii
BAB 1
KEMATIAN IBU
Tujuan Umum :
Untuk mengidentifikasi kematian pada ibu
Tujuan Khusus :
- Untuk mengetahui defenisi kematian ibu
- Untuk mengetahui apa saja penyebab kematian ibu
- Untuk mengetahui apa saja upaya pencegahan kematian ibu
- Untuk mengetahui indikator dan indeks kematian ibu
Hingga saat ini, angka kematian ibu masih sangat tinggi. WHO
melaporkan sekitar 295.000 wanita meninggal dunia ketika
mengandung dan melahirkan pada tahun 2017. Mayoritas
kematian ibu atau sekitar 94% terjadi di negara berpenghasilan
rendah dengan penyebab kematian yang sebenarnya dapat
dicegah. Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara menyumbang
sekitar 86% atau 254.000 angka kematian ibu pada tahun 2017.
Afrika Sub-Sahara sendiri menyumbang dua pertiga atau
196.000 kasus kematian ibu, sedangkan Asia Selatan
menyumbang hampir seperlima atau 58.000 kasus kematian ibu.
Pada saat yang sama, antara tahun 2000 dan 2017, Asia Selatan
mampu meraih penurunan angka kematian ibu terbesar di
1
dunia; penurunan hampir 60%. Secara keseluruhan, rasio
kematian maternal di negara berkembang menurun hampir 50%
(World Health Organization, 2019).
2
dengan negara maju, dan risiko kematian akibat kehamilan
seumur hidup mereka lebih tinggi. Risiko kematian maternal
seumur hidup seorang wanita adalah probabilitas bahwa
seorang wanita berusia 15 tahun meninggal karena penyebab
maternal. Di negara berpenghasilan tinggi, angka ini berkisar 1
dari 5400, dibandingkan 1 dari 45 di negara berpenghasilan
rendah (Althabe, 2015).
3
tersedia, hampir 73% dari semua kematian ibu antara tahun
2003 dan 2009 disebabkan oleh penyebab obstetrik langsung;
kematian karena penyebab tidak langsung menyumbang 27,5
persen dari semua kematian. Penyebab utama kematian ibu
adalah sebagai berikut: (Black et al, 2016).
• Perdarahan (27,1%); lebih dari 72,6% kematian akibat
perdarahan diklasifikasikan sebagai perdarahan
postpartum
• Hipertensi (14%)
• Sepsis (10,7%)
• Abortus (7,9%)
• Emboli dan penyebab langsung lainnya (12,8%)
4
di banyak negara dapat berarti bahwa perempuan tidak
mengungkapkan upaya aborsi, dan kerabat atau profesional
perawatan kesehatan tidak melaporkan kematian ini. Kurangnya
pendaftaran kematian mungkin merupakan hasil dari
stigmatisasi aborsi, yang dapat mengakibatkan kesalahan
klasifikasi yang disengaja oleh penyedia layanan di mana aborsi
dilarang (Black et al, 2016).
5
Gambar 1 Angka Kematian Ibu di Indonesia
b. Sepsis
Sepsis sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering
terjadi karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat
persalinan atau karena penyakit menular akibat hubungan seks
yang tidak diobati. Sepsis ini berkontribusi pada 10 persen
kematian ibu (rata -rata dunia 15 persen). Deteksi dini terhadap
infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan perawatan
semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah ini.
Partus lama, yang berkontribusi bagi sembilan persen kematian
ibu (rata- rata dunia 8 persen), sering disebabkan oleh
disproposi cephalopelvic, kelainan letak, dan gangguan kontraksi
uterus.
c. Penolong persalinan
Pola penyebab kematian di atas menunjukkan bahwa pelayanan
obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh
6
tenaga kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya
penurunan kematian ibu. Walaupun sebagian besar perempuan
bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat membantu mengenali
kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari
perawatan darurat.
7
Gambar 3 Penyebab Kematian Ibu Menurut Mc Carthy dan Maine
1) Perdarahan
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain
adalah perdarahan karena abortus, perdarahan ektopik
terganggu, perdarahan antepartum, dan perdarahan postpartum.
Perdarahan karena abortus dapat disebabkan karena abortus
yang tidak lengkap atau cedera pada organ panggul atau usus.
Abortus sendiri berarti kadaan berakhirnya kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, atau keluarnya janin
dengan berat kurnag dari 500 gram atau usia kehamilan kurang
dari 20 minggu. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang
terjadi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Janin yang
semakin membesar akan menyebabkan organ tidak mewadahi
dan akhirnya rupture (biasanya pada tuba fallopi), hal tersebut
8
menyebabkan perdarahan yang terkumpul dalam rongga perut
dan menyebabkan rasa nyeri setempat atau menyeluruh yang
berat, disertai pingsan dan syok. Perdarahan antepartum
merupakan perdarahan pervaginam yang terjadi pada umur
kehamilan antara 28 minggu sampai sebelum bayi lahir.
Perdarahan antepartum yang sering terjadi adalah solusio
plasenta, plasenta previa, dan vasa previa. Perdarahan
postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah anak lahir
dan beratnya lebih dari 500 gram, dapat terjadi sebelum maupun
sesudah plasenta lahir.
2) Infeksi
Infeksi pada kehamilan adalah infeksi jalan lahir yang terjadi
pada kehamilan muda dan tua. Infeksi pada kehamilan muda
adalah infeksi jalan lahir yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 20 sampai 22 minggu yang disebabkan adanya abortus yang
terinfeksi. Sedangkan infeksi jalan lahir pada kehamilan pada
kehamilan tua adalah infeksi yang terjadi pada trimester kedua
dan ketiga. Infeksi jalan lahir ini dapat terjadi akibat ketuban
pecah sebelum waktunya, infeksi saluran kencing misalnya
sistitis, nefritis atau akibat penyakit sistemik seperti: malaria,
demam tifoid, hepatitis dan lain-lain. Keadaan ini berbahaya
karena dapat menyebabkan terjadinya sepsis yang dapat
menyumbang kematian ibu sebesar 15% (WHO, 2015).
9
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas. Sedangkan Pre-eklamsia berat adalah komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan
20 minggu atau lebih (Rahmawati, 2011).
4) Partus Macet
Partus macet atau partus lama merupakan persalinan yang
berlagsung lebih dari 18 jam sejak inpartu. Keadaan ini dapat
membahayakan jiwa janin dan ibu.
5) Ruptur Uteri
Ruptura uterus adalah sobeknya uterus atau rahim. Ruptura
uterus dapat terjadi secara komplet yaitu robekan terjadi pada
semua lapisan miometrium termasuk peritoneum (janin sudah
berada dalam cavum abdomen dalam keadaan mati), maupun
10
ruptura uterus inkomplet, yaitu robekan rahim secara parsial
dan peritoneum masih utuh.
b. Determinan Antara
Determinan antara merupakan determinan yang akan
memengaruhi determinan dekat sehingga dapat menyebabkan
kematian ibu, yang termasuk ke dalam determinan antara yaitu:
1) Status Kesehatan Ibu
Status kesehatan ibu yang berpengaruh terhadap kejadian
kematian maternal meliputi status gizi, anemia, penyakit yang
diderita ibu, dan riwayat komplikasi pada kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
2) Status Reproduksi
Status reproduksi yang berperan penting terhadap kejadian
kematian maternal adalah usia ibu hamil, jumlah kelahiran, jarak
kehamilan dan status perkawinan ibu.
11
3) Status Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional
karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Menurut WHO, kejadian anemia
kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan menetapkan Hb
11 g% (g/dl) sebagai dasarnya (Manuaba, 2010).
12
seperti Indonesia, umumnya berhubungan dengan tiga
keterlambatan (The Three Delay Models) yaitu:
a) Terlambat mengambil Keputusan
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat masyarakat
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena masalah
tradisi atau kepercayaan dalam pengambilan keputusan di
keluarga, dan ketidakmampuan menyediakan biaya; keluarga
terlambat merujuk karena tidak mengerti tanda bahaya yang
mengancam jiwa ibu; tenaga kesehatan terlambat melakukan
pencegahan dan/atau mengidentifikasi komplikasi secara dini;
dan tenaga kesehatan tidak mampu mengadvokasi pasien dan
keluarganya mengenai pentingnya merujuk tepat waktu agar
jiwa ibu dan bayi selamat.
13
d) Perilaku Sehat
Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain
meliputi perilaku penggunaan alat kontrasepsi, dimana ibu yang
mengikuti program keluarga berencana (KB) akan lebih jarang
melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber KB, perilaku
pemeriksaan antenatal secara teratur akan terdeteksi masalah
kesehatan dan komplikasinya, penolong persalinan, dimana ibu
yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk mengalami
kematian dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu
oleh tenaga kesehatan, serta tempat persalinan, dimana
persalinan yang dilakukan di rumah akan menghambat akses
untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Pelayanan Antenatal
14
persalinan). Standar waktu pelayanan dianjurkan dapat
menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini (faktor risiko, penceghan, dan penanganan
dini komplikasi kehamilan). Pelayanan antenatal yang dilakukan
diupayakan memenuhi standar kualitas 10T yaitu:
a) Penimbangan berat bdan dan tinggi badan;
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi;
f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana);
i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya); dan
j) Tatalaksana kasus
15
Pada usia kehamilan dibawah 20 minggu dilakukan skrining
faktor risiko preeklampsia disebutkan pada buku KIA tersebut
dimana ada Sembilan faktor resiko sedang di tandai dengan
warna kuning dan tujuh faktor resiko tinggi yang ditandai
dengan warna merah. Jika dijumpai dua faktor risiko sedang dan
atau satu faktor risiko tinggi pasien dirujuk ke rumah sakit
rujukan untuk pemeriksaan antenatal bersalin dan nifas di
rumah sakit rujukan tersebut.
16
Gambar 6 Daftar Porsi Makan dan Minum Ibu Hamil
17
Gambar 7 Lembar Mingguan Pemantauan Ibu Hamil
18
c. Determinan Jauh
Meskipun determinan ini tidak secara langsung memengaruhi
kematian ibu, tetapi juga perlu dipertimbangkan dan disatukan
dalam pelaksanaan intervensi penanganan kematian ibu. Faktor
yang termasuk kedalam determinan jauh antara lain status
wanita dalam keluarga dan masyarakat yang termasuk
didalamnya pendidikan dan pekerjaan ibu. Wanita yang memiliki
pendidikan tinggi akan lebih memperhatikan kesehatan diri dan
keluarganya, sehingga dapat mengambil keputusan tentang
keadaan dirinya dan cepat mencari pertolongan di pelayanan
kesehatan.
1. Pendidikan
Meskipun determinan ini tidak secara langsung memengaruhi
kematian ibu, akan tetapi faktor sosio kultural, ekonomi,
keagamaan dan faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan
dan disatukan dalam pelaksanaan intervensi penangkanan
kematian ibu (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam
keluarga dan masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan,
dimana wanita yang berpendidikan tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan
wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan
kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa
ibu hamil maupun bayinya terutama dalam hal kegawatdaruratan
kehamilan dan persalinan. Menurut Hernandez, et al (2013)
menyatakan bahwa pendidikan memengaruhi meningkatnya
kesehatan ibu, dimana ibu menjadi mempunyai kesadaran pada
masalah kesehatan dan pengobatan, serta meningkat kebutuhan
akan penggunaan alat kontrasepsi dan pemeriksaan kehamilan.
Pendidikan dapat menurunkan angka kematian ibu, karena
dengan pendidikan yang tinggi mendorong seorang wanita untuk
lebih peduli dan sadar terhadap permasalahan kesehatan yang
berhubungan pada meningkatnya kematian ibu.
2. Pekerjaan
Pekerjaan ibu, dimana keadaan hamil tidak berarti mengubah
19
pola aktivitas bekerja ibu hamil sehari-hari. Hal tersebut terkait
dengan keadaan ekonomi keluarga, pengetahuan ibu sendiri yang
kurang atau faktor kebiasaan setempat.
20
mengetahui tanda-tanda kehamilan. Hal itu semua berkaitan
dengan terlambat mengambil keputusan merujuk, mencapai RS
rujukan, mendapatkan pertolongan di RS rujukan, dan penolong
persalinan bukan tenaga kesehatan. Penanganan kelompok
berisiko seringkali mengalami kematian yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan, disebabkan oleh 3 (tiga) faktor
keterlambatan, yang dikenal dengan faktor ”3T” yaitu:
1. Terlambat mengambil keputusan untuk merujuk
2. Terlambat mencapai RS rujukan
3. Terlambat mendapatkan pertolongan di RS rujukan.
21
Indonesia telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS)
sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju
Indonesia Sehat 2010 pada 12 Oktober 2000, sebagai bagian dari
program Safe Motherhood. Tujuan dari Safe Motherhood dan
Making Pregnancy Safer sama yaitu melindungi hak reproduksi
dan hak asasi manumur dengan mengurangi beban kesakitan,
kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan
dan persalinan yang seharusnya tidak perlu terjadi. MPS
merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada
pendekatan perencanan sistematis dan terpadu dalam
melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. MPS
dilaksanakan pada upaya - upaya yang sudah ada dengan
penekanan pada pentingnya kemitraan antara sektor
pemerintah, lembaga pembangunan, sektor swasta, keluarga dan
anggota masyarakat (Martadisoebrata, Sastrawinata dan
Saifuddin, 2011).
22
persalinan dengan penolong terlatih, kualitas penolong, proporsi
persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan, dan kualitas
layanan. dalam fasilitas tersebut. Ada juga perbedaan penting
dalam risiko kematian ibu dan bayi baru lahir di tempat yang
berbeda. Di beberapa daerah perkotaan di negara berkembang
dan di semua negara maju, sebagian besar persalinan dilakukan
di rumah sakit yang didampingi oleh dokter atau bidan. Di
daerah pedesaan di negara berkembang, sebagian besar
persalinan dilakukan di rumah, umumnya tanpa bidan terlatih
dan seringkali dengan akses perawatan medis yang buruk
(Gliozheni, 2020).
23
berpusat pada pasien dan komprehensif untuk wanita sebelum,
selama, dan setelah kehamilan, terutama di pedesaan dan daerah
tertinggal. Semua wanita membutuhkan akses ke perawatan
berkualitas baik selama kehamilan, persalinan, dan setelah
melahirkan (Gliozheni, 2020).
24
masih memiliki kepentingan sebagai instrumen yang berpotensi
efektif untuk memastikan penggunaan layanan kebidanan yang
lebih baik (Gliozheni, 2020).
• Perawatan pascapersalinan
Perawatan pascapersalinan sangat penting selama jam-jam
pertama setelah kelahiran dan penting sepanjang bulan pertama.
Lebih dari 60% kematian ibu terjadi pada periode
pascakelahiran dan survei terhadap wanita yang melahirkan di
rumah pedesaan mengidentifikasi 43% morbiditas
pascapersalinan. Sebagian besar kematian pascapersalinan
terjadi pada hari pertama setelah kelahiran dan
penatalaksanaannya berada dalam perawatan tenaga terampil
atau strategi perawatan darurat. Untuk ibu, perawatan tersebut
harus menekankan pencegahan, pengenalan tepat waktu, dan
pengobatan infeksi; perdarahan pascapersalinan; dan komplikasi
gangguan hipertensi kehamilan. Kunjungan nifas menawarkan
kesempatan untuk mengatasi masalah kesehatan apa pun setelah
melahirkan. Bukti menunjukkan pemantauan ketat dan
perawatan tindak lanjut selama periode postpartum sangat
penting (Gliozheni, 2020).
25
D. Indikator dan Indeks
Sejumlah indikator berbeda telah dikembangkan untuk
pengukuran angka kematian ibu. Empat paling indikator yang
umum digunakan berupa (Hawkins, 2020):
1. Maternal mortality ratio (MMRatio)
Merupakan indikator yang paling sering digunakan yang
dirumuskan sebagai:
3. Proportion maternal
Proportion maternal merupakan indikator proporsi kematian
wanita dewasa karena penyebab maternal. Proportion maternal
digambarkan dengan rumus:
26
karena penyebab maternal selama 35 tahun masa reproduksi.
Dengan demikian, ini memperhitungkan kemungkinan kematian
karena penyebab maternal setiap kali seorang wanita mengalami
kehamilan. Rumus yang umum digunakan untuk perkiraan LTR
adalah:
27
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah masih banyaknya
kasus 3 terlambat dan 4 terlalu (GKIA, 2016).
28
Infeksi
Pre-eklamsia dan eklamsia
Partus macet dan partus lama
Ruptur uterus
• Determinan antara merupakan keadaan atau hal-hal yang
melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung serta tidak
langsung dari kematian ibu meliputi status kesehatan ibu,
status reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan dan
perilaku penggunaan pelayanan kesehatan.
• Determinan jauh merupakan determinan yang berhubungan
dengan faktor demografi dan sosiokultural, yaitu status
wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga
dalam masyarakat, dan status masyarakat.
Determinan jauh tidak secara langsung memengaruhi
kematian maternal, akan tetapi faktor sosio kultural, ekonomi,
dan faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan dalam
kematian maternal.
29