Makalah Kelompok 3 - Himpunan Dan Logika Kabur
Makalah Kelompok 3 - Himpunan Dan Logika Kabur
LOGIKA PREDIKAT
DISUSUN
KELOMPPOK 3
SELVI
RAHMADIANI
NURJANAH
RISTI RAHMAYANI
MUHLIS
Segala puji dan syukur hanya diperuntukkan kepada Sang Maha Pencipta dan Pemilik
jiwa dan ruh seluruh makhluk dan telah menjadikan Muhammad, Rasulullah saw sebagai teladan
dan anutan bagi seluruh umat manusia di dunia dan akhirat. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi termulia, Muhammad saw, segenap keluarganya, sahabat-
sahabat, dan umat yang senantiasa memegang teguh ajarannya sampai hari berbangkit. penyusun
doakan semoga kita semua berada dalam rahmat dan rhido-Nya, sehingga tak sedikitpun ruang
dan waktu, melainkan memberikan manfaat untuk umat dalam keseharian kita, Aamiin
Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “Logika Predikat” ini, tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak/Ibu (Nama dosen). selaku Dosen Mata Kuliah Himpunan dan Logika Kabur serta
Aplikasinya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan makalah dimasa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa
membalas amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan, dan harapan penyusun semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi semua pihak yang telah membaca makalah
ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KELOMPOK III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................................8
B. Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mempunyai kemampuan untuk menalar yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaankekuasaannya. Secara simbolik manusia memakan buah
penegtahuan lewat aadam dan hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini.
Logika adalah ilmu penalaran (reasoning). Penalaran berarti mencari bukti validitas dari suatu argumen,
mencari konsistensi dari pernyataan-pernyataan, dan membahas tentang materi kebenaran dan ketidak
benaran. Logika hanya membahas tentang bentuk-bentuk logika dari argumen-argumen dan penarikan
tentang validitas argumen tersebut.Logika tidak mempermasalahkan arti sebenarnya atau isi (content) dari
pernyataan-pernyataan tersebut.Didalam ilmu Logika terdapat Tabel Kebenaran dan Kalimat Terbuka.
Dalam matematika, himpunan adalah segala koleksi benda-benda tertentu yang dianggap sebagai satu
kesatuan. Walaupun hal ini merupakan ide yang sederhana, tidak salah jika himpunan merupakan salah
satu konsep penting dan mendasar dalam matematika modern, dan karenanya, studi mengenai struktur
kemungkinan himpunan dan teori himpunan, sangatlah berguna. Teori himpunan, yang baru diciptakan
pada akhir abad ke-19, sekarang merupakan bagian yang tersebar dalam pendidikan matematika yang
mulai diperkenalkan bahkan sejak tingkat sekolah dasar. Teori ini merupakan bahasa untuk menjelaskan
matematika modem. Teori himpunan dapat dianggap sebagai dasar yang membangun hampir semua
aspek dari matematika dan merupakan sumber dari mana semua matematika diturunkan.
Logika adalah ilmu pengetahuan tentang karya-karya akal budi (ratio) untuk membimbing
menuju yang benar. Logic is the study of the methods and principels used distinguish good
(correct) from bad (incorrecting) reasoning. Tujuan logika untuk mengembangkan sistem metode
dan prinsip yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk menilai suatu argumen orang lain dan
sebagai petunjuk untuk mengkonstruksi argumen bagi diri sendiri. Objek material logika adalah
manusia dan objek formalnya ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang lurus,
tepat, dan teratur yang terlihat melalui ungkapan pikiran yang diwujudkan dalam bahasa. Logika
formal disebut juga “logika simbolik” atau “logika matematika”. Menurut, logika simbolik
adalah alat utama penalaran matematika dan beberapa prinsip dalam logika simbolik memiliki
penerapan di luar matematika seperti pada bidang rekayasa dan sains. Logika formal
mengungkap hakekat kebenaran logis dari suatu penarikan kesimpulan dalam sistem formal yang
memuat bahasa formal, aturan-aturan penarikan kesimpulan dan kadang-kadang suatu kumpulan
aksioma atau aturan . Bahasa formal terdiri dari sekumpulan simbol-simbol, sintaks, semantik,
dan ungkapan dalam bahasa formal yang disebut “formula”. Aturan penarikan kesimpulan dan
aksioma-aksioma yang ditetapkan dioperasikan dengan bahasa untuk menghasilkan kumpulan
teorema. Teorema adalah formula yang dapat diturunkan dengan menggunakan aturan-aturan
penarikan kesimpulan dan merupakan suatu ungkapan kebenaran logis (tautology). Logika
formal mencakup banyak jenis logika, seperti logika proposisi dan logika predikat
B. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang diatas, maka adapun yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut
a. Apa yang dimaksud dengan Logika Predikat
b. Bagaimana cara memahami konsep Logika Predikat?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka adapun yang menjadi tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa itu Logika Predikat
b. Untuk mendeskripsikan konsep Logika Predikat
BAB II
PEMBAHASAN
Jelas bahwa penalaran tersebut adalah absah. Kalau kedua premis dan kesimpulan dari
penalaran tersebut kita pandang sebagai proposisi dan berturut-turut kita nyatakann dengan
lambing p, q, dan r, maka penalaran tersebut dapat kita sajikan dengan skema sebagai berikut
Premis 1 :p
Premis 2 :q
Kesimpulan : r
Dengan tabel nilai kebenaran, mudah diperlihatkan bahwa impliksi (pʌq) r bukanlah
suatu tautologi, jadi dengan logika proposisi kita dapat menjelaskan mengapa penalaran tersebut
absah. Contoh tersebut memperlihatkan bahwa logika proposisi tenyata tidak mencukupi untuk
menjelaskan penalaran-penalaran yang absah. Hal ini disebabkan karena dalam logika proposisi
semua premis diperlakukan sebagai proposisi dan proposisi atomiknya dipandang sebagai unit
dasar tanpa memperlihatkan struktur internalnya, sedangkan dalam contoh penalaran yang
diberikan di atas, keabsahannya justru ditentukan oleh struktur internal dari premis-premisnya.
Pertama-tama, kedua premis dalam contoh penalaran tersebut berbeda ditinjau dari segi struktur
internalnya: premis 1 adalah suatu proposisi yang bersifat umum (“semua mahasiswa
mempunyai telpon genggam”) sedangkan premis 2 adalah suatu proposisi yang bersifat khusus
(“Rudi adalah seoran mahasiswa”). Selanjutnya, dari segi struktur internalnya premis 1 terdiri
dua bagian, yaitu bagian subyek (“mahasiswa”) dan bagian predikat (“mempunyai telpon
genggam”). Keabsahan penalaran semacam itu haya dapat dijelaskan dengan memperhatikan
kedua hal tersebut, yaitu perbedaan antara proposisi umum dan proposisi khusus, serta adanya
dua bagian pokok dari suatu proposisi yakni subyek dan bagian predikat. Logika yang
mengakomodasikan struktur internal dari proposisi-proposisi itulah yang disebut logika predikat.
Proposisi-proposisi umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proposisi universal dan
proposisi eksistensial, Proposisi Universal adalah proposisi yang menyatakan bahwa semua
anggota (subyek) dari semesta wacananya mempunyai sifat seperti dinyatakan oleh predikat dari
proposisi itu. Contoh proposisi unviversal:
“Semua mahasiswa mempunyai telpon genggam”
Sedangkan proposisi eksternal adalah proposisi yang menyatakan bahwa semesta dalam semesta
wacananya terdapat sekurang-kurangnya satu anggota (subyek) yang mempunyai sifat seperti
dinyatakan oleh predikat dari proposisi itu. Contoh proposisi eksistensial:
Pada dasarnya kedua macam proposisi itu menegaskan suatu kuantitas tertentu (yaitu “semua”
atau “sekurang-kurangnya satu”) dari anggota anggota semesta wacananya memenuhi sifat yang
dinyatakan oleh predikatnya. Maka diperkenalkan konsep kuantor universal (universal
quantifier), dengan lambang “∀", untuk proposisi universal, dan kuantor eksistensial (existential
quantifier), dengan lambang “∃”, untuk proposisi eksistensial. Misalnya predikat "mempunyai
telpon genggam" kita nyatakan dengan lambang "P', dan "x mempunyai telpon genggam" kita
nyata engan lambang “P(x)”. Ben- tuk "P(x)" itu disebut fungsi proposisi, karena bentuk itu akan
menghasilkan suatu proposisi apabila variable x dalam bentuk itu disubstitusi dengan subyek
tertentu dari semestanya. Dalam semesta wacana himpunan semua mahasiswa proposisi
universal "Semua mahasiswa mempunyai telpon genggam" dapat kita nyatakan secara simbolis
dengan
(∀x)P(x)
(∃x)P(x).
Kalau kita berwacana dalam semesta yang lebih luas, misalnya himpunan semua
manusia (di mana tidak semua anggotanya adalah mahasiswa), maka "mahasiswa"
menjadi suatu predikat. Misalnya predikat "mahasiswa" kita nyatakan dengan lambang
"M', dan fungsi proposisi "x adalah mahasiswa" kita nyatakan dengan lambang "M(x)",
maka dalam semesta wacana himpunan semua manusia itu proposisi universal "Semua
mahasiswa mempunyai telpon genggam" dapat kita nyatakan secara simbolis dengan
(∀x)(M(x)=P(x))
(∀x)(M(x) ʌ P(x)).
Kalau variabel x dalam fungsi proposisi "x adalah mahasiswa" kita ganti (substitusi)
dengan subyek tertentu (khusus), misalnya "Rudy", maka diperoleh proposisi khusus
"Rudy adalah mahasiswa", yang dapat dinyatakan dengan lambang "M(Rudy)".
Sekarang kita kembali ke contoh penalaran di atas untuk menje- laskan keabsahannya
dalam kerangka logika predikat. Dalam logika predikat penalaran di atas dapat kita
sajikan dengan skema simbolis sebagai berikut:
Premis 1 : (∀x)(M(x)=P(x))
Premis 2 : M(Rudy)
Kesimpulan : P(Rudy)
Keabsahan penalaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Karena premis 1 adalah proposisi
universal, yang predikatnya dipe- nuhi oleh setiap anggota dalam semesta wacananya, maka
predikat itu juga dipenuhi oleh anggota tertentu dari semestanya, yaitu Rudy. Maka diperoleh:
M(Rudy)= P(Rudy). Selanjutnya, dari implikasi yang terakhir ini dan premis 2, dengan
menggunakan kaidah inferensi modus ponens, akan diperoleh kesimpulan: P(Rudy).
Negasi dari proposisi universal "Semua mahasiswa mempunyai telpon genggam" adalah "Tidak
semua mahasiswa mempunyai telpon genggam" dengan lambang (dalam semesta himpunan
semua mahasiswa):
¬ (∀x)P(x).
Tetapi proposisi "Tidak semua mahasiswa mempunyai telpon genggam" adalah ekivalen dengan
proposisi eksistensial "Ada maha- siswa yang tidak mempunyai telpon genggam" yang dapat
disajikan dengan lambang:
(∃x) ¬P(x).
Jadi,
¬ (∀x)P(x)=(∃x)-P(x).
Maka ¬ (∀x)(M(x) =>P(x)) ekivalen dengan (∃x) ¬ (M(x) => P(x)) yang ekivalen dengan
(∃x)(M(x) ʌ ¬P(x)).
Demikian pula negasi dari proposisi eksistensial "Ada maha- siswa yang mempunyai telpon
genggam" adalah "Tidak ada mahasiswa yang mempunyai telpon genggam" dengan lambang
(dalam semesta himpunan semua mahasiswa):
¬(∃x) P(x).
Jadi Proposisi "Tidak ada mahasiswa yang mempunyai telpon genggam" ekivalen dengan
proposisi universal "Semua mahasiswa tidak mempunyai telpon genggam" yang dapat disajikan
dengan lambang:
(∀x) ¬P(x)
Jadi,
Maka (∃x)(M(x)^ P(x)) ekivalen dengan (x) M(x) ^ P(x)) yang ekivalen dengan (Vx)
(M(x)⇒¬P(x)).
Predikat dalam suatu proposisi (baik yang umum maupun yang khusus) tidak hanya berupa suatu
sifat (yang berkaitan dengan subyeknya) saja, tetapi juga dapat berupa suatu relasi antara subyek-
subyek dalam semesta wacananya, misalnya:
2<3
y=x+1
Maka predikat yang dikuantifikasikan (dengan kuantor univer- sal atau eksistensial) juga dapat
berupa suatu relasi. Kalau misalnya fungsi proposisi dengan dua variabel "x adalah teman
seangkatan y kita nyatakan dengan lambang R(x,y), maka proposisi-proposisi yang dapat
dihasilkannya (dalam semesta himpunan semua mahasiswa) antara lain adalah:
Perhatikan bahwa dalam suatu ekspresi berkuantor setiap kuantor menguantifikasikan suatu
variabel dalam fungsi proposisinya. Variabel yang terkuantifikasi oleh suatu kuantor disebut
variabel terikat, sedangkan variabel yang tidak terkuantifikasi oleh suatu kuantor disebut variabel
bebas. Suatu ekspresi berkuantor yang semua variabelnya terikat adalah suatu proposisi,
sedangkan ekspresi yang memuat variabel bebas adalah suatu fungsi proposisi.
Contoh 1, Misalnya diberikan fungsi proposisi dengan dua variabel "x≤y" dalam semesta X= {1,
2, 3, 4, 5}. Maka dengan substitusi semua variabelnya akan diperoleh proposisi-proposisi,
misalnya: 1≤2 (yang bernilai benar), 3≤2 (yang bernilai salah), dst. Dengan kuantifikasi semua
variabelnya juga akan diperoleh proposisi- proposisi berkuantor, misalnya: (∃x)( ∃y) x≤ y
(benar), (Vx)( ∃y) xsy (benar), (∃x)( ∀y) xsy (benar), (∀x)( ∀y) x≤ y (salah). Perhatikan bahwa
substitusi yang tidak menyangkut semua variabelnya tidak akan menghasilkan proposisi
melainkan fungsi proposisi, misalnya: 1≤y, x≤2, dst. yang dengan substitusi atau kuantifikasi
dapat diubah menjadi proposisi. Demikian pula kuantifikasi yang tidak menyangkut semua
variabelnya tidak akan menghasilkan proposisi melainkan fungsi proposisi karena memuat
variabel bebas, misalnya: (∃x) x≤ y, di mana x adalah variabel terikat dan y adalah variabel
bebas; atau (∀y) x≤ y, di mana y adalah variabel terikat dan x adalah variabel bebas.
Contoh 2, Banyak proposisi dalam matematika dapat disajikan dalam bentuk proposisi
berkuantor. Misalnya, proposisi: "Dalam grup (G,*) dengan elemen identitas e setiap elemen
mempunyai invers" dapat disajikan dalam bentuk proposisi berkuantor "(∀xeG)(∃yeG) x* y=e".
Demikian pula proposisi: "Himpunan semua bilangan bulat Z tidak memuat elemen yang
terkecil" dapat disajikan secara simbolik dengan "-(∃xe Z)( ∀ye Z) xs y" atau secara ekivalen
"(∀xe Z)( ∃ye Z) x> y". Dan proposisi: "Pemetaan f:A→B adalah pemetaan yang suryektif"
dapat disajikan sebagai proposisi berkuantor "(y) (ye B⇒ (∃x)(xe A ^ y= f(x)))" atau secara lebih
singkat "(∀ye B)( ∃xe A) y= f(x)".
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam logika matematika,tabel kebenaran adalah tabel dalam matematika yang digunakan untuk
melihat nilai kebenaran dari suatu premis/pernyataan.Sedangkan Kalimat terbuka dalam
pembahasan logika matematika terbagi menjadi dua yaitu kalimat terbuka dan kalimat tertutup.
Dengan kata lain,Kalimat terbuka mempunyai nilai kebenaran ditentukan oleh variablenya.
Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau objek yang anggota- anggotanya dapat
dikelompokkan atau ditetapkan secara jelas. Ada 3 cara untuk menyatakan suatau himpunan
yaitu dengan mendaftar anggota himpunan, dengan menjeaskan sifat anggota himpunan dan
menggunakan notasi pembentuk. Dalam penalaran –penalaran yang abash maka semua premis
diperlakukan sebagai proposisi-proposisi yang pandang sebagia unit dasar tanpa memperhatikan
struktur iinternalnya.
B. Saran
Sebaiknya kita terapkan macam-macam himpunan dalam mengelompokkan sesuatu baik suatu
objek, benda-benda, angka maupun yang lainnya. Dengan mempelajari himpunan, diharapkan
kemampuan logika akan semakin ter-asah dan memacu kita agar mampu befikir secara logis.
Kita sebagai masyarakat yang berpendidikan harus paham mengenai pengimplementasian
berfikir logika secara benar guna menghindari kesalahan dalam mengambil keputusan. Selain itu
befikir secara logika mampu melatih kita untuk berfikir secara lurus,efisien,tepat,teratur demi
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan dalam memecahkan suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/tintong/Downloads/Tugas%20Logika%20(NUR%20FAHMI%20INDRIANI)%20Nim
%3B%20C1C121034%20(makalah%20logika)-2.pdf
https://www.academia.edu/28221749/
MG11_LOGIKA_PREDIKAT_PENDAHULUAN_BURKE_DALIYO_0708_1_