Bab 7
Bab 7
Bab 7
ANTIBIOTI
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang
mempunyai khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya pada manusia relatif kecil. Obat yang digunakan untuk membasmi
mikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin di mana obat
tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak
toksik untuk hospes
Mekanisme Kerja:
intesis asam folat dari PABA dihambat oleh antimikroba maka kelangsungan
hidupnya akan terganggu. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik. Contoh obat: sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat,
dan sulfonamide.
intesis asam folat dari PABA dihambat oleh antimikroba maka kelangsungan
hidupnya akan terganggu. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik. Contoh obat: sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat,
dan sulfonamide.
Resistensi
Antibiotik yang digunakan pada penyakit infeksi kuman adakalanya tidak bekerja
lagi terhadap kuman-kuman tertentu yang ternyata memiliki daya tahan kuat dan
menunjukkan resistensi terhadap obat tersebut. Secara garis besar kuman dapat
menjadi resisten terhadap suatu antimikroba melalui 3 mekanisme:
2. Inaktivasi obat
Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap golongan
aminoglikosida dan beta laktam (penisilin dan sefalosporin) karena mikroba
mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan AM tersebut (enzim
penisilinase).
1. Mutasi: proses ini terjadi secara spontan, acak dan tidak tergantung dari ada
atau tidaknya paparan terhadap AM. Mutasi terjadi akibat perubahan pada gen
mikroba mengubah binding site AM, protein transport, protein yang
mengaktifkan obat dan lain-lain.
2. Transduksi: keadaan suatu mikroba menjadi resisten karena mendapat DNA
dari bakteriofag (virus yang menyerang bakteri) yang membawa DNA dari
kuman lain yang memiliki gen resisten terhadap antibiotic tertentu. Mikroba
yang sering mentransfer resisten dengan cara ini adalah S. aureus.
Efek Samping :
1. Reaksi alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan
sistem imun tubuh hospes. Terjadinya tidak tergantung pada besarnya dosis
obat.
2. Reaksi idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap
pemberian anti mikroba tertentu. Sebagai contoh 10% pria berkulit hitam akan
mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Ini disebabkan
mereka kekurangan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD).
3. Reaksi toksik
Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semuajenis antimikroba. Tetrasiklin
dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan gigi. Dalam dosis besar obat ini
bersifat hepatotoksik.
Kombinasi Antimikroba
Penggunaan kombinasi dua atau lebih antimikroba tidak dianjurkan, terapi terarah
lebih disukai, tetapi beberapa kombinasi dapatlah bermanfaat, yaitu:
B. ANTIBIOTIKA
Penisilin berasal dari jamur Penisilium notatum yang pertama kali ditemukan tahun 1929
oleh Alexander Fleming. Penisilin digolongkan ke dalam antibiotik beta-laktam karena
mempunyai ciri terdapat cincin beta-laktam di dalam struktur kimianya, yang berperan
penting dalam aktivitas biologis senyawa ini.
Mekanisme Kerja
Resistensi
Penggunaan Klinis
2. Kloksasilin
3. Ampisilin
Ampisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang mempunyai
spektrum kerja luas, yang aktif pada bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif. Ampisilin digunakan pada infeksi saluran napas, saluran cerna,
saluran kemih, kulit, gonore, dan infeksi pada bagian lunak, seperti otot.
4. Amoksisilin
Amoksisilin mempunyai aktivitas yang sama dengan ampisilin. Sifat
farmakokinetik amoksisilin adalah absorbsi per oral sebesar 80%, berikatan
dengan protein plasma sebesar 20% dan mempunyai waktu paruh 1-2 jam.
Dosis amoksisilin adalah 250-500 mg yang diberikan 3 kali sehari.
Efek Samping
Reaksi efek samping yang terpenting dari golongan penisilin adalah reaksi alergi
karena hipersensitasi, shok anafilaksis, diare, mual, muntah, nefrotoksisitas, dan
neurotoksisitas.
Penggunaan penisilin dianggap relatif aman bagi wanita hamil dan menyusui.
Interaksi
2. Sefalosporin
Sefalosporin termasuk antibiotika beta laktam yang struktur, khasiat dan sifat yang
mirip dengan penisilin. Sefalosporin dihasilkan oleh Cephalosporium acremonium.
Inti dasar sefalosporin adalah asam 7-aminosefalosporanat (7-ACA).
Penggolongan
3. Generasi 3: Aktivitas terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan lebih luas
meliputi pseudomonas dan bacteroides. Lebih resisten terhadap
betalaktamase. Contoh: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson,
sefotiam, sefiksim, dan sefprozil.
Resistensi
Dapat timbul dengan cepat, sehingga digunakan hanya untuk infeksi berat.
Efek Samping
Umumnya sama dengan obat golongan penisilin, hanya lebih ringan, seperti
gangguan lambung, usus, alergi, nefrotoksisitas (terutama generasi 1).
Farmakokinetik
1. Sefaleksin
Derifat sefalosporin ini tahan asam dan kurang peka terhadap enzim penisilinase.
penggunaannya terhadap stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Tidak aktif
terhadap kuman yang memproduksi sefalosporinase
1. Sefuroksim
Sefuroksi aktif terhadap kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif,
seperti H. influenzae, Proteus sp, dan klebsiella. Sefuroksim digunakan pada
infeksi sedang hingga berat dari saluran pernapasan bagian atas dan gonore
dengan kuman yang memproduksi laktamase.
2. Sefotaksim
3. Kloramfenikol
Indikasi
Kloramfenikol hampir tidak digunakan lagi karena toksisitasnya yang kuat,
resistensi dan tersedianya obat-obat lain yang lebih efektif. Bila tidak ada pilihan
lain kloramfenikol digunakan untuk demam tifoid Salmonella typhi, meningitis H.
Kontraindikasi
Resistensi
Efek Samping
3. Toksisitas pada bayi baru lahir sehingga menyebabkan gray baby syndrome
dengan ciri-ciri muntah, tonus otot menurun, hipotermi, perubahan warna
menjadi kelabu, dan kolaps.
Wanita Hamil dan Laktasi
Interaksi
Dosis
Zat Tersendiri
Tiamfenikol
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan suatu kelompok besar obat dengan struktur dasar dan
aktivitas yang serupa. Tetrasiklin dihasilkan oleh streptomyces aureofaciens
(klortetrasiklin) dan streptomyces rimosus (oksitetrasiklin).
Resistensi
Efek Samping
Efek samping pada penggunaan tetrasiklin secara oral mual, muntah, suprainfeksi,
dan lain-lain. Efek lainnya penyerapan pada tulang dan gigi yang baru terbentuk
sehingga dapat menyebabkan kelainan bentuk dan hambatan pertumbuhan. Efek
lainnya adalah hepatotoksik, nefrotoksik, dan fotosensitasi.
Interaksi
Tidak boleh digunakan bersama antasida dan susu karena membentuk kompleks
tak larut sehingga memengaruhi jumlah obat yang diabsorbsi kecuali doksisiklin
dan minoksiklin.
Zat Tersendiri :
1. Tetrasiklin
Tetrasiklin diindikasikan untuk infeksi saluran napas, acne, infeksi saluran kemih,
Helicobacter pylori, dan disentri basiler. Dosis yang digunakan untukinfeksi umum
adalah 250-500 mg empat kali sehari, sedangkan untuk klamidia adalah 500 mg empat
kali sehari
2. . Doksisiklin
Doksisiklin berkhasiat bakteriostatis terhadap kuman yang resisten terhadap tetrasiklin
dan atau penisilin
5. Aminoglikosida
Penggolongan
2. Antibiotik yang mengandung dua molekul gula amino yang dihubungkan oleh
molekul sikloheksana: kanamisin dan turunannya (amikasin, dibekasin),
gentamisin dan turunannya (netilmisin, tobramisin).
3. Antibiotik yang mengandung tiga molekul gula amino: neomisin, framisetin, dan
paromomisin.
Indikasi
Kontraindikasi
Resistensi
3. rendahnya afinitas obat pada ribosom yang disebabkan mutasi dari protein
ribosom tersebut.
Efek Samping
Interaksi
Zat Tersendiri :
a. Streptomisin
Streptomisin tidak diabsorbsi secara oral. Selain itu, distribusi ke dalam jaringan
dan cairan serebrospinal burk. Ikatan protein plasma streptomisin sebesar 35
dengan waktu paruh 2-3 jam.
b. Streptomisin diindikasikan untuk TBC yang resisten terhadap obat lain, dan
diberikan secara intramuskular.
d. Dosis streptomisin pada pasien TBC 0,5-1 secara intramuskuler setiap hari.
Sampar oleh yersinia pestis 1-2 gram satu kali sehari secara intramuskuler
1. Gentamisin
b. Efek samping gentamisin lebih ringan dari pada streptomisin dan kanamisin.
2. Amikasin
3. Neomisin
1. Eritromisin
a. Farmakokinetik
a. Farmakokinetik
2. Klindamisin
a. Farmakokinetik