Critical Book Riview Kepemimpinan Rohani Sinaga
Critical Book Riview Kepemimpinan Rohani Sinaga
Critical Book Riview Kepemimpinan Rohani Sinaga
KEPEMIMPINAN
DISUSUN OLEH:
NIM : 2233141035
KELAS : C
DOSEN PENGAMPU :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya, Critical Book Riview Kepemimpinan ini dapat terselesaikan tepat waktu. Hasil
critical book riview ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan pada semester
awal ini. Semoga dengan terselesaikannya hasil Critical Book Riview ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun Critical Book riview ini, khususnya kepada Ibu Dr. Sitti Rahmah, Spd.,M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah kepemimpinan.
Penulis menyadari bahwa hasil critical book Riview ini jauh dari kata sempurna, maka kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan penulisan ini. Akhir
kata penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN
A. KELEBIHAN BUKU...........................................................................11
B. KELEMAHAN BUKU........................................................................11
A. KESIMPULAN....................................................................................12
B. REKOMENDASI.................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. RASIONALISASI CBR
Melakukan Critical Book Report pada suatu buku merupakan kegiatan yang penting bagi
seseorang khususnya mahasiswa. Dari kegiatan ini kita dapat memahami isi sebuah buku dan
mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Sering kali kita malas membaca semua isi buku dan
ingin mengetahui inti nya saja. Oleh karena itu, perlu adanya Critical Book Report ini untuk
mempermudah pembaca untuk membaca dan memahami inti bahasan dalam buku perkembangan
peserta didik.
B. TUJUAN CBR
C. MANFAAT CBR
Buku utama
Tahun : 2019
Cetakan : 1 pertama
No ISBN : 987-602-5873-73-7
Buku Pembanding
Tahun : 2017
Cetakan: 1 pertama
Tebal: 154
No ISBN: 978-602-6635-43-3
BAB II
Apabila dijabarkan dua persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin tersebut sebagai
berikut:
1. Hanya sebagian kecil individu yang dianggap memiliki hal yang
tepat untuk melayani dan dapat disebut sebagai pemimpin. Secara
alami, individu tersebut memiliki kapasitas mental, emosional, dan
fisik untuk berpikir dan bertindak sebagai pemimpin. Hal ini
diperoleh dengan menjadi gender.
2 - Nurtanio Agus Purwanto
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN (Kepala Sekolah sebagai
Manager dan Leader)
yang tepat, memiliki warisan keluarga yang tepat, berasal dari
posisi sosial ekonomi yang tepat, atau menghadiri sekolah yang
tepat.
2. Orang-orang membuat sendiri dan cukup pintar untuk menciptakan
produk atau meluncurkan layanan baru pada waktu yang tepat dan
dengan demikian dinaikkan ke tingkat kepemimpinan.
Seorang kepala sekolah yang diangkat diharapkan memiliki
kepribadian yang baik, jujur, bertanggungjawab, dan sesuai dengan
kepemimpinan yang akan dipegangnya. Syarat seorang kepala
sekolah untuk memenuhi hal tersebu antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah
yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya.
3. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan
sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan
pendidikan.
4. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama
mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan
bagi sekolah yang dipimpinnya.
5. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan
pengembangan sekolah.
Daryanto (2001: 92) Sementara itu, Reinhartz & Don (2004:
17) menyatakan bahwa sebagai kepala sekolah yang amanah,
tangguh, dan berkomitmen, maka harus dapat memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut.
1. Mempunyai kompetensi yang tepat atau yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang pemimpin sekolah.
2. Menyukai guru dan murid.
3. Memiliki etika kerja yang kuat dan menyukai tantangan.
B. Peran, Tugas, dan Fungsi Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan bagian dari penentu
mutu pendidikan yang memiliki wewenang dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai
pemimpin sekolah. Suderadjat (2004: 112), menyampaikan tugas pokok dan fungsi kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan, antara lain.
1. Melakukan perencanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai lembaga
pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian.
3. Menggerakkan staf dalam artian memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi
contoh eksternal marketing.
4. Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua staf dan
warga sekolah.
5. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar pendidikan dan pertumbuhan
kualitas, serta melakukan problem solving, baik secara analitis sistematis maupun pemecahan
masalah secara kreatif dan menghindarkan serta menanggulangi konflik.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di tingkat sekolah, mempunyai tugas pokok mengelola
penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Secara lebih operasional,
tugas pokok kepala sekolah mencakup kegiatan menggali dan mendayagunakan seluruh sumber
daya sekolah secara terpadu dalam kerangka pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan
efisien. Menurut Leavitt (2005: 145), “manager or leaders, in one way or another, must influence
other people to do what managers want them to do.” Berdasarkan pernyataan tersebut,
implikasinya adalah kepala sekolah sebagai manager atau pemimpin di sekolah harus mampu
memberikan pengaruh supaya bawahannya dapat melakukan apa yang direncanakan untuk
mencapai tujuan sekolah yang sudah dituangkan dalam visi dan misi sekolah.
Menurut pendapat dari Tucker & Codding, di bawah ini empat kemampuan utama yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah.
1. Mendorong peningkatan sekolah: hasrat untuk mengajar dan belajar, mengambil inisiatif, dan
fokus pencapaian.
Sebelum mengetahui peran kepala sekolah sebagai manager, pertama harus diketahui mengenai
beberapa prinsip manajemen menurut Taylor, yaitu (Lunenburg & Ornstein, 2008: 6).
1. Analysis of scientific work, through observation, data collection, and careful measurement.
2. Personal selection, namely choosing fully scientific and then training, teaching, and
developing workers.
3. Management cooperation to complete all work carried out in accordance with the principles of
science that has been developed.
1. Analisis pekerjaan ilmiah, melalui pengamatan, pengumpulan data, dan pengukuran yang
cermat.
2. Pemilihan personel, yaitu memilih secara ilmiah dan kemudian melatih, mengajar, serta
mengembangkan pekerja.
Kepala sekolah memiliki tugas utama sebagai manager untuk memaksimalkan seluruh sumber
daya sekolah. Kowalski (2010: 22) menyatakan bahwa “management focuses most direcly on
controlling resources and personnel, arguably essential assignments in any organization
including schools.”
Kepala sekolah sebagai manager diartikan bahwa dalam rangka mengelola tenaga pendidik
dan kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah, salah satunya adalah
kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi staf sekolah, khususnya guru. Dalam hal ini,
kepala sekolah diharapkan dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada
guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti MGMP atau MGP tingkat
sekolah, in house training, diskusi profesional, dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti
berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak lain.
Pendapat dari Simerson & Venn yang menjelaskan mengenai tiga tantangan yang harus
dihadapi kepala sekolah sebagai manager, sebagai berikut.
1. Bagaimana mungkin seseorang yang memilih untuk menjadi kepala sekolah dari mana
saja dalam organisasi memengaruhi orang lain untuk melakukan kegiatan yang lebih
efektif dan efisien daripada yang kepala sekolah anggap mungkin?
2. Bagaimana suatu organisasi dapat memperoleh kepala sekolah dari latar belakang
yang berbeda-beda?
3. Bagaimana kepala sekolah dapat terus berhasil ketika lingkungan dan konteks yang
mereka pimpin terus berubah? Simerson & Venn (2006: 5) kembali memaparkan cara-
cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi ketiga tantangan di atas, yakni. Addressing
these three challenges requires a certain mindset, awareness, and nimbleness on behalf of
the person thinking and acting as the principal. Whether you are considered a
professional or nonprofessional, supervisor, manager, or executive. To successfully
address these challenges your thoughts, words, and actions must be both planned and
purposeful.
2.Memaksimalkan potensi sumber daya (manusia dan non manusia) yang dimiliki sekolah. Dari
indikator tersebut, dapat dipecah lagi menjadi dua sub indikator, yaitu pemaksimalan potensi
sumberdaya manusia dan non manusia. Menurut pendapat dari Holified & Cline (2007: 109),
salah satu tugas utama kepala sekolah adalah untuk meningkatkan performa guru. Hal ini sama
dengan pendapat dari Ernest (2010) di mana salah satu dimensi kepala sekolah professional,
yaitu mampu mengatur operasi dan sumber daya yang dimiliki sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin menjalankan peran untuk menjadi teladan sekaligus mampu
mengambil keputusan dengan cepat, tepat, dan bijaksana. Pendapat dari Kowalski (2010: 23),
menjelaskan fungsi kepala sekolah sebagai leader “…principals functioning as leaders make
decisions about what needs to be done to improve schools.” Artinya kepala sekolah berfungsi
sebagai pemimpin yang membuat keputusan tentang apa yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan sekolah. Menurut Osborne (2015: 10), leadership dari kepala sekolah dapat
dipelajari, sebagai berikut. Leaders are made rather than born. And while a real desire to lead is a
prerequisite for leadership, the key skills you need to lead can be learned. Leadership has many
facets and no simple definition. It is the ability to inspire and encourage others to overcome
challenges, accept continuous change, and achieve goals; it is the capacity to build strong,
effective teams; and it is the process of using your influence to persuade and steer. Leaders set a
strong example through their own life principles; they achieve results but also take responsibility
for failure. A life principle may be a rule, belief, or moral code that is important to you and
guides your decision-making throughout life.
Dari pendapat Osborne di atas, dapat diartikan bahwa pemimpin dibuat bukan dilahirkan.
Maksudnya, keinginan nyata untuk memimpin adalah prasyarat bagi seorang kepala sekolah,
tetapi keterampilan kunci yang dibutuhkan kepala sekolah untuk memimpin sekolah dapat
dipelajari. Kepemimpinan memiliki banyak sisi dan tidak ada definisi sederhana. Kemampuan
kepala sekolah untuk menginspirasi dan mendorong orang lain agar dapat mengatasi tantangan,
menerima perubahan terus-menerus, dan mencapai tujuan. Pernyataan ini ialah kapasitas untuk
membangun tim yang kuat dan efektif serta merupakan proses untuk menggunakan pengaruh
yang dimiliki, sehingga dapat membujuk dan mengarahkan. Para pemimpin memberi contoh
yang kuat melalui prinsip-prinsip kehidupan yang dianut, sehingga selain pemimpin dapat
mencapai hasil, tetapi juga bertanggungjawab atas kegagalan. Prinsip hidup ini dapat berupa
aturan, kepercayaan, atau kode moral yang penting dan memandu pengambilan keputusan
sepanjang hidup.
Para kepala sekolah memberi teladan yang kuat melalui prinsip-prinsip kehidupan
mereka sendiri. Kepala sekolah memiliki tujuan utama untuk mencapai hasil yang telah
ditetapkan, tetapi juga bertanggungjawab atas kegagalan dari pencapaian hasil tersebut.
Kepala sekolah yang baik harus menjalankan peran baik sebagai manager maupun
sebagai leader sesuai dengan pernyataan Kowalski (2010: 23) “effective principals must
lead and manage, principals are viewed as administrator who continuously transition
between and coordinate their leadership and management functions.” Dari pernyataan
tersebut, dapat diketahui bahwa kepala sekolah yang efektif harus memimpin dan
mengelola, sementara kepala sekolah yang dipandang sebagai administrator harus terus
bertransisi untuk mengoordinasikan fungsi kepemimpinan dan manajemen.
Kepala sekolah merupakan pemimpin di sekolah, untuk menjadi pemimpin yang baik
kepala sekolah harus memenuhi indikator-indikator tertentu. Berikut enam indikator yang
menggambarkan kepala sekolah sebagai leader. Keenam indikator tersebut
dikembangkan menjadi 10 sub indikator, sebagai berikut.
1. Mampu menjadi entrepreneur dan teladan dalam kepemimpinan pembelajaran atau
supervisor. Dari indikator tersebut, dikembangkan menjadi dua sub indikator, yakni
ditinjau dari aspek keteladanan sebagai entrepreneur dan dalam kepemimpinan
pembelajaran. Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus dapat menjadi teladan atau
memberikan contoh. Apabila kepala sekolah dapat melakukan hal ini, Yukl (2006: 133)
berpendapat bahwa keteladanan dapat digunakan untuk mempengaruhi bawahan atau
rekan-rekan. Jika hal ini dapat dilakukan secara konsisten, maka visi dan misi akan dapat
dicapai.
2. Kepala sekolah harus memiliki visi yang jelas.
Dari indikator tersebut, dikembangkan menjadi dua sub indikator, yakni ditinjau dari
aspek kejelasan visi sekolah dan sosialisasi tentang cara mencapai visi sekolah. Hal ini
menunjukkan jika seorang kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam kemajuan sekolah.
Kepala sekolah harus memiliki visi yang jelas untuk membawa kemajuan sekolah, sehingga
dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan organisasi secara menyeluruh.
A. Pembinaan (Coaching)
a. Initiatives (inisiatif).
3.Model Pembinaan Pembinaan dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dan dilaksanakan demi
kebaikan ke dua belah pihak yang terkait. Gilley & Eggland (1993: 107) menjabarkan
“organizing is based on the goals and objectives establish through the planning process”.
Menurut Gilley & Eggland, pengendalian didasarkan pada tujuan akhir yang akan dicapai dan
yang sudah ditentukan dalam perencanaan. Hasan (2009: 37) menjabarkan definisi evaluasi
sebagai sebuah kegiatan yang bertujuan untuk merumuskan apa yang harus dilakukan
mengumpulkan informasi, dan menyajikan informasi yang berguna bagi penetapan alternatif
keputusan. Evaluasi dapat dilakukan oleh semua pihak, baik intern maupun ekstern. Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh ke dua belah pihak akan saling melengkapi informasi yang
diperoleh tentang organisasi.
Dalam rangka untuk menghasilkan kepala sekolah yang profesional dalam mengembangkan
kualitas pembelajaran di sekolah, Manna (2015: 51) mengidentifikasi beberapa hal yang harus
dilakukan oleh kepala sekolah, di antaranya.
f. Evaluating principals.
Lebih lanjut, Bubb & Earley (2008: 7), menyatakan tujuan CPD secara lebih eksplisit
sebagai berikut.
1. Helping others to achieve higher standards in their work for those who work and
higher learning outcomes for those who study.
2. Increase retention (not asking to stop working) and recruitment.
3. Give a positive contribution to work ethic and be able to motivate.
4. Creating a community for lifelong learning. 5. Realizing professional responsibility to
always improve his profession. 6. Save money because the costs of recruiting and
inducing new teachers are relatively expensive.
yaitu.
1. Membantu seseorang secara lebih efektif untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam
pekerjaannya bagi yang bekerja dan lebih tinggi hasil belajarnya bagi yang belajar.
2. Meningkatkan retensi (tidak minta berhenti bekerja) dan rekrutmen.
6. Menghemat uang karena biaya merekrut dan menginduksi guru baru relatif mahal.
C. Penyiapan Kepala Sekolah Kearney & Valadez (2015) pada penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat model baru dalam penyiapan kepala sekolah di universitas negeri di Amerika
Serikat, di mana kurikulum didesain kembali dan diadakan secara didaktis, serta ditawarkan
secara eksklusif di universitas. Hal ini berbeda dengan penyiapan kepala sekolah di Indonesia
yang ditangani oleh lembaga khusus yang berada di luar perguruan tinggi.
D.Pembinaan Kepala Sekolah Temuan penelitian Cheney & Davis (2011) menjelaskan review
penelitian yang mengungkapkan bahwa seperempat dari jumlah kepala sekolah yang ada
menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan andil pada pencapaian siswa.
Kondisi tersebut terjadi karena kepala sekolah memainkan peran penting pada pengembangan
dan pemberdayaan guru yang berdekatan langsung dengan siswa. Hal ini yang mendasari
peningkatan kualitas yang dimiliki oleh kepala sekolah. Temuan Cheney & Davis relatif sama
dengan kondisi di Indonesia, karena peran pemimpin sangat menentukan keberhasilan lembaga.
3. Validasi, yakni persetujuan kursus oleh badan validasi untuk pemberian gelar dan kualifikasi
lainnya.
4. Akreditasi, dilakukan dengan cara mendelegasikan ke sekolah yang tunduk pada persyaratan
tertentu dan bertanggungjawab untuk memvalidasi program mereka sendiri yang mengarah ke
pencapaian standar mutu.
5. Penilaian mutu, yaitu tinjauan eksternal dan penilaian tentang mutu pengajaran serta
pembelajaran di sekolah.
C. Standar dalam Sistem Penjaminan Mutu
di Sekolah Chung (2002: 6) menyatakan standar dalam sistem penjaminan mutu di sekolah,
ialah. Quality that can be resolved can only resolve errors. Steps must be taken to address
managerial and communication problems. This statement is the basic concept of the quality
assurance system in schools. Individual performance in an organization can directly or indirectly
affect product quality. The responsibility for improving this quality extends from the principal to
the person at work.
Maksud dari pendapat di atas, yaitu mutu yang konsisten hanya dapat dicapai ketika kesalahan
dapat dihindari. Langkahlangkah pencegahan harus diambil untuk meminimalkan risiko masalah
manajerial dan komunikasi. Pernyataan ini adalah konsep dasar dari sistem penjaminan mutu di
sekolah. Kinerja seorang individu dalam suatu organisasi dapat secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi mutu produk. Tanggungjawab untuk meningkatkan mutu tersebut
membentang dari kepala sekolah hingga orang di tempat kerja.
di Sekolah Berdasarkan pendapat dari Chung (2002: 6), proses sistem penjaminan mutu di
sekolah, antara lain. To practise quality assurance, an organization has to establish and
maintain a quality management system (usually abbreviated to quality system) in its day-to-
day operation. A quality system contains, among other things, a set of documented
procedures for the various processes carried out by the organization. Implementing a quality
system does not replace the existing quality control functions, nor does it result in more
inspection and testing; it just ensures that the appropriate type and amount of verification is
performed when and where it is planned to be done. In fact, a quality system embraces
quality control as its technical arm. This is why a quality system is sometimes referred to as a
QA/QC programme. In short, quality assurance is oriented towards prevention of quality
deficiencies. It aims at minimizing the risk of making mistakes in the first place, thereby
avoiding the necessity for rework, repair or reject.
Dari pendapat Chung di atas, dapat diartikan bahwa dalam penerapan sistem penjaminan mutu di
sekolah, organisasi harus menetapkan dan memelihara sistem manajemen mutu atau biasanya
disingkat dengan sistem mutu dalam operasi sehariharinya. Suatu sistem mutu berisi, antara lain
seperangkat prosedur terdokumentasi untuk berbagai proses yang dilakukan oleh organisasi.
BAB VI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Dari pengertian di atas, manajemen berbasis sekolah atau MBS adalah desentralisasi
wewenang dari pemerintah pusat ke tingkat sekolah. Manajemen berbasis sekolah dapat
dilihat secara konseptual sebagai perubahan formal dari struktur tata kelola dan bentuk
desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah individual sebagai unit utama perbaikan.
Manajemen berbasis sekolah bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan
keputusan sebagai sarana utama, sehingga perbaikan dapat distimulasi dan dipertahankan.
Di dalam manajemen berbasis sekolah, tanggungjawab dan otoritas pengambilan
keputusan atas operasi sekolah dialihkan kepada kepala sekolah, guru, orang tua, dan
kadang-kadang kepada siswa dan anggota komunitas sekolah lainnya. Namun, para aktor
di tingkat sekolah ini harus menyesuaikan diri atau beroperasi dalam serangkaian
kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah pusat.
C. Kegiatan dalam Manajemen Berbasis Sekolah Osorio, Fasih, Patrinos, et al. (2009: 15)
menyatakan bahwa kegiatan dalam manajemen berbasis sekolah, meliputi. SBM programs exist
in many different forms, both in terms of who has the power to make decisions and of the degree
of decision making devolved to the school. Whereas some programs transfer authority only to
principals or teachers, others encourage or mandate parental and community participation, often
as members of school committees (or school councils, school management committees).
Maksud dari pendapat di atas, yaitu program manajemen berbasis sekolah ada dalam berbagai
bentuk, baik dalam hal siapa yang memiliki kekuatan untuk membuat keputusan dan tingkat
pengambilan keputusan yang dilimpahkan ke sekolah.
Osorio, Fasih, Patrinos, et al. (2009: 17) mengemukakan bahwa. In some countries
(mostly developed and some developing ones), the core idea behind SBM is that those
who work in a school building should have greater management control of what goes on
in the building. In other countries (mostly developing ones), the idea behind SBM is less
ambitious, focusing mainly on involving community members and parents in the school
decision-making process rather than putting them entirely in control. In both cases,
however, the central government always plays some role in education, and the precise
definition of this role affects how SBM activities are conceived and implemented. SBM
in almost all of its manifestations involves community members in school decision
making. Because these community members usually are parents of children enrolled in
the school.
BAB VII PEMBUATAN KEPUTUSAN
A. Konsep Pembuatan Keputusan Berdasarkan National Research Council (2002: 1), latar
belakang adanya pembuatan keputusan yakni. Communities across the nation are faced
with difficult and complex decisions about how to respond to change, plan sensibly, and
improve the quality of life for all of their members. More and more, people demand a
voice in what happens in their communities and an active role in deciding what, where,
and how change occurs. In order to participate meaningfully in this process of decision
making and to make well-informed decisions affecting quality of life, communities need
information from specialized data and from decision-support tools that assess the
implications of alternatives. The extent to which available data and tools can be used by
communities to make these complex decisions.
Strategi pembuatan keputusan yang dikemukakan oleh Hardman & Macchi berasal dari
perspektif kognitif secara umum mengadopsi salah satu dari dua pendekatan yang saling
melengkapi. Pendekatan pertama mensyaratkan penerapan konsep dari perilaku
pembuatan keputusan dalam upaya untuk memperjelas cara-cara yang akan dilakukan.
Dalam pendekatan ini, masing-masing ahli berpikir menggunakan penalaran ketika
membuat pilihan strategi.
Membangun kerja sama adalah upaya organisasi untuk merealisasikan tujuan melalui
kerja sama dengan organisasi lain daripada bersaing dengan organisasi tersebut. Hal ini
berfokus pada manfaat yang dapat diperoleh melalui kerja sama dan bagaimana
mengelola kerja sama tersebut untuk mewujudkannya.
B. Pentingnya Membangun Jejaring dan Kerja Sama Boden, Epstein, & Kenway (2005:
7) menyatakan pentingnya membangun jejaring, yaitu. Building and maintaining such
networks along with using them effectively, is self-evidently a fundamental part of
academic life. Whilst much academic work is a solitary endeavour, it can’t be done in
isolation from others. Academic work necessitates access to a whole range of people-
related resources – a critical and generative wider academic community, funding, sites
and other data, training and other assistance. You will know by now that you can’t do
such work on your own and are utterly dependent on others to make it all happen.
Menurut Boden, Epstein, & Kenway, membangun dan memelihara jejaring secara efektif
merupakan bagian yang mendasar dari kehidupan akademik. Banyak pekerjaan akademis
yang tidak dapat dilakukan secara terpisah dari yang lain. Pekerjaan akademis ini
memerlukan akses ke seluruh jajaran sumber daya yang berkaitan dengan orang, bahkan
komunitas akademik yang lebih luas, kritis, dan generatif. Selain itu, membangun jejaring
juga berkaitan dengan pendanaan, lokasi, dan data lainnya. Pekerjaan pendidikan tersebut
tidak dapat dilaksanakan sendiri dan sangat bergantung pada orang lain untuk
mewujudkannya.
C. Jenis-Jenis Jejaring Tiga jenis jejaring yang saling berkaitan, sebagai berikut (Boden,
Epstein, & Kenway, 2005: 8).
1. Academic Network Examples of academic networks are people in organizational
disciplines, sub disciplines, or interdisciplinary fields of study. In addition, academic
networks of like-minded scholars at the organizational, national and even international
levels. Another example of academic networks is disciplinary academic associations
(both national and international), formal groups or organizations that focus more on
topics or specific fields, colleagues in their own organizations and elsewhere.
Dari paparan di atas, diketahui bahwa jejaring dalam organisasi mengacu pada jaringan yang
menghubungkan banyak jaringan yang lebih kecil untuk memungkinkan komputasi dengan
aplikasi jaringan. Saat ini, organisasi sangat tergantung pada jaringan, maka penting untuk
menyediakan kerangka kerja manajemen terpadu secara keseluruhan. Sebagian besar solusi
manajemen terintegrasi menekankan pada aspek teknis dan mengabaikan aspek manusia serta
organisasi. Aspek manusia dan organisasi ini padahal penting untuk manajemen organisasi yang
efektif. Misalnya, terdapat kebutuhan bagi orang-orang dari organisasi terkait yang berbeda
untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah manajemen terpadu mengingat sifat kompleks
mereka.
BAB IX TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MANAJEMEN SEKOLAH
A. Konsep Teknologi Informasi Tatnall, Kereteletswe, & Visscher (2010: 152) memaparkan
pengertian tentang teknologi informasi, yakni. …new technologies such as the Internet have
extended the reach of our interactions beyond the geographical limitations of traditional
communities, but the increase in flow of information does not obviate the need for community.
In fact, it expands the possibilities for community and calls for new kinds of communities based
on shared practice.
Pendapat dari Tatnall, Kereteletswe, & Visscher tersebut dapat diterjemahkan, yaitu teknologi
baru seperti internet telah memperluas jangkauan interaksi seseorang di luar batasan geografis
masyarakat tradisional, tetapi peningkatan arus informasi ini tidak meniadakan kebutuhan
masyarakat, bahkan memperluas kemungkinan untuk menyerukan komunitas baru berdasarkan
praktik bersama.
B. Manfaat Teknologi Informasi Lucas (2000: 51) menyebutkan tujuan teknologi informasi,
yaitu. The purpose of employing any information technology is to obtain an advantage over old
ways. Individuals and organizations have shown tremendous initiative in finding ways to apply
information technology to improve their operations, gain a competitive advantage, provide
personal productivity tools for employees, and even change the very structure of the
organization.
Kebutuhan utama lembaga pendidikan yang muncul secara umum, tetapi khususnya sekolah
adalah sistem informasi yang terkomputerisasi secara langsung.
BUKU PEMBANDING
Melalui hasil analisis observasi, adapun potret gaya kepemimpinan dari Kepala MTs N 1
BONBOL adalah lebih dominan pada gaya kempemimpinan demokratis ini ditandai dengan
adanya kriteria sebagai berikut:
4. Interaksi aktif antara pimpinan dan pegawai serta antar pegawai itu sendiri.
5. Supervisi sikap dan aktivitas para pegawai dilaksanakan sesuai dengan aturan.
Dari paparan criteria diatas penulis ingin coba membahas, bagaimana bentuk aplikatif yang
dilakukan oleh kepala madrasah dalam upaya menerapkan kepemimpinan demokratis. Adapun
paparannya sebagai berikut:
a. Wewenang pemimpin tidak mutlak Kepala madrasah selalu memberikan wewenang kepada
bawahannya sesuai dengan TUPOKSI masingmasing bawahannya. Artinya kepala madrasah
selalu menempatkan semua bawahan apa yang harus menjadi wewenang bahwannya. Sehingga
apa yamg suda menjadi tugas dan tanggung jawab bawahan itu sendiri dapat terealisasikan
dengan baik.
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan Seperti yang suda
dijelaskan pada bagian pertama, artinya dapat terjalin sebuah pembagian tugas yang efektif,
sehingga kepala madrasah merasa tidak hanya memikul beban tugas secara sendirian tetapi ada
pemerataan tugas yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di madrasah.
c. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan Selalu menerima
saran dan tanggapan dari bawahan saat
Aktivitas kehidupan sehari-hari manusia selalu diperhadapkan dengan istilah organisasi dari
bentuk, dan model yang berbeda-beda. Organisasi itu antara lain organisasi politik, organisasi
olahraga, organisasi sekolah, organisasi pemerintahan, organisasi kepemudaaan, dan organisasi
keagamaan. Setiap organisasi dibentuk karena adanya sebuah tujuan. Pembentukan organisasi
tidak luput dari pentingnya struktur organisasi itu sendiri, dimana struktur tersebut akan
mendeskripsikan pekerjaan yang dibagi, dikategorisasi dan disinkronisasikan. Pada umumnya,
suatu organisasi atau perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda dengan organisasi
atau perusahaan lainnya.
A. Struktur Organisasi Pengorganisasian ialah sebuah proses aktif dan fungsi manajemen,
sementara organisasi merupakan alat atau wadah yang stasioner. Pengorganisasian berfungsi
untuk menentukan tugas-tugas yang harus dikerjakan, pengelompokan pekerjaan-pekerjaan
tersebut dan
membagikannya pada setiap pegawai, penentuan subsistem serta penetapan koneksi. “Inti
organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari
semua anggotanya guna menciptakan sejenis proses yang akan menyempurnakan
organisasi”(Nancy Dixon, 1994) “Organisasi di mana orang-orangnya secara terusmenerus
mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di
mana pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok diberi
kebebasan, dan di mana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to
learn) sesuatu secara bersama” (Peter Senge, 1990).
B. Asas Organisasi Berikut ini ialah asas-asas organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan
organisasi yang unggul, efektif, berdaya guna sesuai kebutuhan:
2. Asas kesatuan tujuan, harus ada kesatuan tujuan yang ingin dicapai
4. Asas rentang kendali, manajer hanya bisa memimpin secara efektif sejumlah bawahan
tertentu, misalnya 3 orang atau 9 orang.
10. Asas jenjang berangkai, prosedur wewenang harus bersifat vertikal yang jelas, tidak
terputus-putus dengan jarak pendek.
C. Mendesain Struktur Organisasi Terdapat enam principal yang diperlukan dalam merancang
struktur organisasi (Robbins dkk, 2003): 1. Spesialisasi Pekerjaan : Tugas dan fungsi dalam
organisasi dibentuk menjadi beberapa bagian pekerjaan. Setelah awal abad ke 20, spesialisasi
menjadi sangat popular karena Henry Ford telah sukses mengaplikasikan spesialisasi dan
menjadi best seller pada masanya. Pengulangan tupoksi yang serupa dalam jangka panjang dapat
meningkatkan produktivitas dan daya guna suatu pekerjaan.
4. Rentang Pengawasan : Unsur ini mendeskripsikan berapa jumlah bawahan yang dapat dikelola
secara eisien dan efektif oleh seorang manajer.
D. Model Struktur Organisasi Berikut ini tiga model struktur organisasi yang di kenal sebagai
berikut: 1. Model tradisional : Model ini didesain khusus untuk situasi stabil dan segala
perubahan yang terjadi bisa diperkirakan sejak awal. Berdaya guna tidaknya suatu organisasi
tergantung pada 2 faktor, antara lain:
• Jumlah energi organisasional total yang diperlukan untuk menjaga struktur dalam
menghadapi,tekanantekanan internal dan eksternal
• Tingkatan penggunaan kemampuan berbagai sumber daya oleh struktur yang mencakup
keahlian semua anggotanya. 2. Model hubungan manusiawi : Model ini lebih mengusulkan
bermacam-macam penyesuaian,teknikteknik dan perilaku-perilaku struktur “off line”.
• Model ini mengizinkan para pimpinan untuk mengurangi disintegrasi antara orang-orang dan
kedudukannya dalam sebuah organisasi, juga menumbuhkan kolaborasi aktif yang baik antar
anggota organisasi yang bertanggung jawab kepadanya.
• Pendekatan model ini diwujudkan melalui beberapa program yang berada di bawah wewenang
departemen personalia, dan didesain khusus untuk memenuhi segala kepentingan anggota
organisasi.
• Hubungan manusiawi tidak berhubungan langsung dengan struktur organisasi karena struktur
ini telah disetujui sebagai suatu pemberian dan lingkungan yang mencakup sikap antar pribadi.
Sebelum mendiskusikan perilaku individu dalam suatu organisasi, kita harus memahami perilaku
manusia terlebih dahulu. Perilaku manusia merupakan sebuah fungsi dari hubungan antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Contoh: seorang petani yang bekerja di sawah, tukang
parkir yang memparkirkan motor dan lainnya. Semua individu memiliki perilaku yang berbeda-
beda dalam kehidupan sehari-harinya, dimana saat ia masuk ke ruang lingkup organisasi, maka
karakteristik yang bersamanya ialah kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan
dan pengalaman masa lalu.
Masalah kepemimpinan merupakan salah satu perkara yang sering dihadapi saat ini.
Pentingnya manajemen sebagai suatu alat dalam kehidupan manusia selalu menjadi
pertimbangan khusus, yang dalam kasus ini dipusatkan pada pemimpin. Seorang
pemimpin merupakan sistem penggerak suatu pekerjaan, dimana ia memiliki keahlian
untuk mengaplikasikan fungsi manajemen dalam keputusan yang dibuat, maka kekuasaan
kepemimpinan dalam organisasi bahkan dalam politik dapat mempengaruhi organisasi
melalui policy (aturan) dan regulasi (kebijaksanaan) yang dapat mempermudah
pencapaian tujuan dari organisasi itu secara efektif dan eisien.
2. Gaya Kepemimpinan Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh
Prasetyo (2006) ditemukan bahwa “kinerja kepemimpinan sangat bergantung pada
organisasi maupun gaya kepemimpinan”. Pemimpin bisa efektif dan tidak efektif dalam
situasi tertentu. Untuk meningkatkan efektivitas organisasi, dibutuhkan kemauan untuk
belajar bagaimana melatih pemimpin secara efektif, namun juga menciptakan lingkungan
organisasi yang pemimpinnya mampu melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.
B. Kekuasaan
Miriam Budiardjo (2002) berpendapat “kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan
oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan
yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah
laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku”. Ramlan Surbakti
(1992) juga menyebutkan bahwa “kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi
pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi”.
Lebih lanjut, Robbins dan Judge (2007) mengungkapkan “kekuasaan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain, sehingga orang lain tersebut akan
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang memiliki kekuasaan”.
C. Politik
Politik yang berasal dari bahasa Yunani politicos berarti dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga negara merupakan proses pembuatan dan penyerahan kekuasaan dalam
masyarakat yang diantaranya berwujud proses pengambilan keputusan dalam negara.
Deinisi ini adalah kombinasi dari banyak pengertian berbeda terkait hakikat politik yang
diketahui dalam ilmu politik. Politik ialah seni dan ilmu dalam mencapai keberhasilan
secara konstitutisional atau nonkonstitutional. Selain itu, politik juga memiliki pengertian
dari sudut pandang yang bervariasi, antara lain:
a) Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)
b) politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara
c) Politik adalah aktivitas yang dilaksanakan untuk memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat.
d) politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Berhasil tidaknya suatu usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan itu sebagian besar
akan ditentukan oleh kemampuan pemimpin, yang memegang peranan penting dalam
rangka menggerakkan orang-orang/bawahannya. Keterampilan kepemimpinan
(leadership skill) yang baik dan efektif sangat penting untuk membangun, mendorong dan
mempromosikan kualitas bukan kuantitas produksi dalam perusahaan yang kuat dan
akhirnya meraih keberhasilan. Oleh karena itu, keahlian dalam memimpin sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan eisiensi dan mencapai tujuan organisasi.
Berikut ini hal-hal yang patut diperhatikan dalam memimpin suatu organisasi:
e) Anggota yang mampu menyesuaikan cara berpikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan
organisasi dapat mewujudkan kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi.
Persepsi merupakan tanggapan langsung dari suatu proses dimana seseorang mengetahui
beberapa hal melalui inderanya. Persepsi juga merupakan sebuah proses memahami lingkungan
yang mengikutsertakan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam sebuah
pengalaman psikologi. Persepsi pada dasarnya ialah proses kognitif individu dalam memahami
informasi tentang lingkungan sekitarnya melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman. Faktor internal dan faktor eksternal merupakan dua faktor yang
menimbulkan persepsi. Faktor internal terdiri atas proses pemahaman termasuk di dalamnya
sistem nilai tujuan, kepercayaan dan tanggapan terhadap hasil yang dicapai, sedangkan faktor
eksternal yaitu lingkungan.
1. Deinisi Persepsi Persepsi merupakan proses mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
(sensasi) manusia agar memberi makna pada lingkungan mereka. Proses ini mencakup sensasi,
atensi dan interpretasi. Luthans menjelaskan “persepsi itu lebih kompleks dan lebih luas
dibanding penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi,
penyusunan dan penafsiran. Selanjutnya proses persepsi dapat menambah dan mengurangi
kejadian. Sebagai contoh: bagian pembelian membeli peralatan yang diperkirakan menurutnya
adalah peralatan yang terbaik, tetapi para insinyur mengatakan bahwa itu bukan yang terbaik”.
B. Komunikasi dalam Organisasi
1. Deinisi Komunikasi dalam Organisasi Menurut Book (1980) “komunikasi adalah suatu
transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan 1.
Membangun hubungan antara sesama manusia,
4. Berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. Sedangkan Rogers dan D.Lawrence
mengemukakan “komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba pada
saling pengertian yang mendalam”. Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan
informasi antara dua orang atau lebih sehingga informasi tersebut dapat dimengerti. Komunikasi
juga merupakan proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan dari pihak satu ke pihak
lainnya. Disamping itu, komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian dan penerimaan
pesan atau berita dari seseorang kepada orang lain.
Istilah motivasi (motivation) merupakan istilah serapan dari bahasa latin“movere”, yang
secara haraiah berarti “menggerakkan” (to move). Beberapa pakar memiliki beragam
penjabaran mengenai pengertian motivasi. Menurut Mitchell (dalam Winardi), “motivasi
mewakili proses-proses psikologika, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan
terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan suka rela (volunter) yang diarahkan ketujuan
tertentu”. Cropley (1985) menjabarkan istilah motivasi secara sederhana sebagai “tujuan
yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”. Senada dengan kedua pakar ini,
Wlodkowski (1985) menjelaskan istilah motivasi sebagai suatu kondisi yang memicu
perilaku tertentu. Dari sini muncul suatu arahan dan ketahanan (persistence) terhadap
tingkah laku tersebut. Beberapa penjelasan ini mengandung nilai behaviorisme.
B. Konsep Motivasi Kajian kepustakaan mengenai eisiensi internal oleh Frantz (1988)
menemukan beberapa unsur dari eisiensi-X seperti yang disebutkan di bawah ini:
• Kajian produktiitas
• Alokasi sumber daya
• Faktor pendekatan manajemen
Stres merupakan kondisi psikoisik dialami setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia,
kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi. Makhluk hidup lain juga dapat mengalami stres.
Umumnya, stres diasosiasikan dengan hal-hal negatif mengingat dampak yang ditimbulkannya,
seperti menimbulkan perasaan-perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, penolakan, marah,
depresi, dan memicu sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi atau stroke.
Pengaruh stres juga berdampak pada kondisi psikologis seseorang, terutama anak. Hal ini karena
stres dapat menghambat pertumbuhan kepribadian anak, seperti kurangnya percaya diri dan takut
mencoba sesuatu. Akan tetapi, stres juga memiliki peran positif, di antaranya
2. Penyebab Stress Faktor pemicu stres di antaranya adalah: (1) fisikbiologik, penyakit sulit
disembuhkan, cacat isik, merasa penampilan kurang menarik; (2) psikologik, negatif thinking,
sikap permusuhan, iri hati, dendan dan sejenisnya; (3) sosial: (a) kehidupan keluarga yang tidak
harmonis; (b) faktor pekerjaan; (c) iklim lingkungan. Penyebab Stres yang bukan bersumber dari
pekerjaan: (1) time based conlict, konlik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktu antara
pekerjaan dengan tugas rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda; (2) strain based
conlict, terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang dimiliki orang
tersebut, misalnya kematian suami atau isteri; (3) role behavior conlict, tiap karyawan memiliki
peran dalam pekerjaan, ia juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan
tuntutan pekerjaan; (4) stres karena adanya perbedaan individu.
3. Mengelola Stress
a. Coping
Istilah coping merujuk kepada cara mengelola stres. R.S. Lazarus mendefinisikan coping
sebagai “proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang diduga sebagai beban karena di
luar kemampuan individu”. Coping terdiri atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan
intrapsikis (menuntaskan, tabah, mengurangi atau meminimalkan) baik dari tuntutan internal dan
eksternal. Senada dengan pernyataan tersebut, Weiten dan Lloyd (dalam Syamyu Yusuf, 2009:
128) mengemukakan bahwa coping adalah “upaya-upaya mengatasi, mengurangi atau
mentoleransi beban emosi yang muncul karena stres”.
b) Kepribadian.
Berbagai tipe kepribadian sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam melakukan coping
ketika mengatasi stres. Beberapa tipe kepribadian tersebut di antaranya: (1) hardiness
(ketabahan, daya tahan) yaitu tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal
locus control dan kesadaran akan tantangan (challenge); (2) optimisme, yaitu kecenderungan
umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai harapan; (3) humoris.
B. Akibat dan Tanda-tandanya serta Strategi Mengelolanya dalam Lembaga Pendidikan
Organisasi Stres adalah hal yang selalu akan muncul dalam kehidupan dan tidak dapat
dihindarkan. Hal ini memaksa orang-orang agar terus aktif agar mampu beradaptasi dan
memahami situasi serta faktor penyebabnya. Contohnya, stres dapat diatasi dengan
senantiasa fokus pada faktor atau kejadian (stressor) yang menyebabkan stress dan
kemudian menghadapinya walaupun sedang dirundung emosi negatif, seperti cemas,
gelisah, dan marah. Ketika dalam kondisi stres, seorang individu dihadapkan pada dua
hal yang saling berhubungan yaitu bagaimana mengadapi stress dengan efektif dan cara
mengendalikan perasaan-perasaan negatif yang telah disebutkan sebelumnya. Melalui
dua cara ini, stres tidak akan mudah mempengaruhi individu sehingga stres dapat diubah
menjadi sesuatu yang dianggap positif. Akan tetapi, menyangkal, mengabaikan, atau
menghindar dari stres malah akan memperparah stres. Akibatnya, upaya yang dilakukan
seseorang dalam mengatasi stress akan siasia. Uraian di bawah ini merupakan beberapa
cara dalam mengatasi stress.
Dalam kehidupan masyarakat, ikatan budaya selalu muncul dalam segala aspek berkehidupan, di
antaranya keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Aspek ini merupakan pembeda
masyarakat yang satu dengan lain. Beberapa contoh di mana budaya berperan sebagai pembeda
adalah cara berkomunikasi dan bertindak dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal ini karena
budaya memiliki sifat mengikat sehingga menyatukan pandangan suatu kelompok masyarakat,
yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, menjadi satu cara berperilaku dan bertindak
yang seragam. Budaya akan selalu terbentu seiring berjalannya waktu pada sebuah organisasi.
Selebihnya, budaya memiliki kontribusi dalam efektivitas suatu organisasi secara keseluruhan
dan juga bagi para anggotanya.
A. Deinisi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli 1. Menurut Wood, Wallace, Zeffane,
Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), “budaya organisasi adalah sistem yang
dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun
perilaku dari anggota organisasi itu sendiri”. 2. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang
dikutip oleh Munandar (2001:263), “budaya organisasi adalah caracara berpikir,
berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau
yang ada pada bagian-bagian organisasi”. 3. Menurut Robbins (1996:289), “budaya
organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggotaanggota organisasi
itu”. 4. Menurut Schein (1992:12), “budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi.
Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara
yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi”. 5. Menurut
Cushway dan Lodge (GE : 2000), “budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi
dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian in
BAB XI IKLIM ORGANISASI (Konsep, Teori dan Strategi Menciptakan Iklim yang
Kondusif di Lembaga Pendidikan)
Semua individu tidak dapat hidup sendiri dan selalu berkaitan erat dengan kehidupan
organisasi. Hal ini merupakan karunia Tuhan untuk manusia mampu berkomunikasi,
berinteraksi dan bekerja sama dalam suatu kelompok organisasi yang dimana kelompok
ini memerlukan komunikasi verbal dan non-verbal serta lisan dan tertulis. Komunikasi
yang terjadi inilah yang disebut dengan komunikasi organisasi untuk menghasilkan
sebuah pemahaman, kesatuan pengalaman dan satu pengertia dalam pencapaian tujuan.
Kesatuan pengalaman tersebut membentuk sebuah iklim komunikasi yang notabenenya
merupakan persepsi-persepsi terkait informasi dan peristiwa yang terjadi dalam
organisasi.
Iklim organisasi sangat perlu dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi karena hal ini
dapat berdampak pada efektivitas kerja anggotanya. Banyak upaya yang dilakukan dalam
menetapkan tempat konsep ini dalam teori organisasi. Selain itu, organisasi yang
berkembang besar tidak terlepas dari tantangan dan rintangan yang telah dihadapi.
Contohnya seperti banyaknya permasalahan dalam organisasi tersebut. Hal ini juga dapat
terjadi pada sebuah lembaga pendidikan yang tentunya juga merupakan sebuah
organisasi. Dengan demikian, sangat penting bagi pihak-pihak organisasi tersebut untuk
mengetahui konsep dan teori dari iklim organisasi dan strategi untuk mewujudkan iklim
yang kondusif dala organisasi sehingga kinerja guru, pegawai atau staf yang bekerja di
lingkungan organsiasi dapat menjadi lebih efektif dan berdaya guna.
A. Konsep Iklim Organisasi Konsep iklim organisasi menurut para ahli antara lain
disebutkan sebagai berikut: 1. Robert G. Owens mendefinisikan ”iklim organisasi
sebagai studi persepsi individu mengenai berbagai aspek lingkungan organisasinya.”
2. Keith Davis mengemukakan pengertian iklim organisasi sebagai ”the human
environment within an organization’s employees do their work”. Pernyataan Davis
tersebut mengandung arti bahwa iklim organisasi itu adalah yang menyangkut semua
lingkungan yang ada atau yang dihadapi oleh manusia di dalam suatu organisasi
tempat mereka melaksanakan pekerjaannya”.
3.Steers menyebutkan “iklim organisasi dapat dipandang sebagai kepribadian organisasi yang
dicerminkan oleh anggota-anggotanya. Iklim organisasi tertentu adalah iklim yang dilihat
pekerjanya, tidak selalu iklim yang sebenarnya dan iklim yang muncul dalam organisasi
merupakan faktor pokok yang menentukan perilaku pekerja”. 4. Menurut Newstrom & Davis
(1996: 21), “iklim organisasi adalah lingkungan manusia yang di dalamnya para pegawai suatu
organisasi melakukan pekerjaaan mereka. Jadi, iklim organisasi menyangkut semua lingkungan
yang ada atau yang dihadapi oleh pegawai yang berada dalam suatu organisasi yang
mempengaruhi pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas keorganisasiannya”. Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah kondisi terkait
karakteristik yang terjadi dalam dunia kerja yang dilihat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
anggota organisasi tersebut.
Pengembangan organisasi adalah suatu proses yang berguna dalam menganalisis serta
menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam suatu organisasi. Pengertian ini mengandung
dua hal penting yang pertama, “pengembangan organisasi adalah suatu proses yang dilakukan
secara terus menerus dan kedua, proses tersebut dilakukan untuk menyempurnakan proses yang
terjadi dalam suatu organisasi” (Serero,2015). Di dalam pengembangan organisasi ada tiga faktor
yang harus diperhatikan : a. Perkembangan konsepsi organisasi dan manjemen yang lebih
bersifat manusiawi, konsep ini mempengaruhi baik pandangan terhadap hakekat manusia dalam
organisasi, mana dari tempat kerja maupun hakikat kehidupan organisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
A.KELEBIHAN BUKU
Buku memberi penjelasanyang sangat baik dan bagus , dan mudah di pahami
Buku menggunakan bahasan sederhana
Buku memberi penjelasan yang sangat mendetail tentang kepemimpinan pendidikan
Buku pembandi juga sangat bagus untuk di baca.
Memiliki halaman yang tidak terlalu banyak.
B.KELEMAHAN BUKU
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepemimpinan adalah ilmu yang penting dimiliki setiap orang dalam memimpin
diri sendiri dan orang lain, pemimpin juga harus memiliki tujuan yang jelas dan visi misi.
A. REKOMENDASI
Buku ini sangat di sarankan untuk di baca para pemimpin seperti guru dan pejabat
maupun mahasiswa yang akan menjadi pemimpin bangsa, dimana buku ini mengajarkan
banyak hal mengenai kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/USER/Downloads/Novianty-Djafri-Buku-Kepemimpinan-dan-Perilaku-
Organisasi%20(2).pdf