HSG
HSG
HSG
PENGERTIAN HSG atau HISTERO SALPHINGOGRAFI adalah pemeriksaan secara radiologi dengan
memasukkan kontras Media Positif ke dalam uterus, kedua tuba fallopi dan kedua ovarium untuk
mendiagnose kelainan-kelainan yang terdapat pada organ-organ tersebut di atas.
TUJUAN Tujauan dan peranan HSG ini adalah digunakan untuk menggambarkan organ
reproduksi wanita bagian dalam (interna female reproduction), yang meliputi : uterus, tuba falopi dan
ovarium serta kelainan yang ada disekitar organ reproduksi wanita.
ANATOMI DAN FISIOLOGI Genetalia pada wanita terpisah dari uretra yang mempunyai saluran
tersendiri. Alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian, yaitu 1. Alat genetika ekstrena , 2. Alat
genetika Interna
1.Tundun (monsveneris): bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak,
area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas.
2.Labiya mayora (bibir besar): dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas labiya
mayora,banyak mengandung urat saraf.
4.Klitoris (klentit): sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar kacang hijau dimana dapat
mengeras dan tegang (erektil) yang mengandung urat saraf.
1. Vagina => Tabung yang dilapisi membrane dari jenis epithelium bergaris khusus dialiri banyak
pembuluh darah dan serabut syaraf. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat seperti rugae.
Panjangnya ± 8 cm.
2.UTERUS (RAHIM) => Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak didalam pelvis antara
rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Fungsi uterus untuk
menahan ovum yang telah dibuahi selama perlembangan, sebutir ovum yang telah keluar dari ovarium
dihantarkan melalui tuba uterine ke uterus.
1.Fundus uteri (dasar rahim), yaitu bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal saluran telur.
2.Corpus uteri, bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3.Cervik uteri, yaitu ujung servik uteri yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
INDIKASI PEMERIKSAAN => 1. Sterilisasi primer dan sekunder. 2. Infertilitas primer dan sekunder.
3. Menentukan lokasi IUD. 4. Pendarahan pervagina minimal, akibat mioma, polip adenomatous uteri. 5.
Abortus. 6. Kelainan bawaan uterus, misalnya unicornis, bicornis, uterus septus, dll. 7. Tumor cavum
uteri. 8. Hidrosalping. 9. Tuba non paten. 10.Kelainan uterus dan kanalis servisis. 11.HSG juga
mempunyai efek terapeutik, 12.HSG juga diindikasikan jika ada perdarahan per vaginam. 13.HSG
kadang-kadang dilakukan sesudah section caesaria untuk melihat parut-parut pada cerviks dan uterus.
KONTRA INDIKASI => 1.Infeksi organ genital baik bagian dalam maupun luar. 2.Menstruasi. 3.Hamil.
4.Infeksi pelvis yang aktif dapat menyebarkan infeksi. 5.Hipersensitifvitas pada zat kontras 6.Pasien
yang baru di kuretase. 7.Pendarahan pervagina yang berat
BAHAN KONTRAS
1.Bahan kontras yang larut dalam air sehingga mudah masuk ke dalam tuba dan menimbulkan
pelimpahan kontras ke dalam rongga peritoneum dengan segera.. 2.Jumlah bahan kontras yang
digunakan berbedabeda, tergantung kondisi pasien, tetapi biasanya mendekati 10 ml. 3.KOMPLIKASI
PEMERIKSAAN HSG. 5.Nyeri perut. 6.Shock akibat bahan kontras. 7.Infeksi Pelvis
PERSIAPAN SEBELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN => 1.Pemeriksaan dilakukan setelah semua persiapan
dilakukan dengan baik. 2.Pasien diberikan satu tablet spasium dan langsung diminum sebelum
pemeriksaan. 3.Pasien ganti baju diruang ganti pasien. 4.Lalu supine diatas meja pemeriksaan dan
diberikan alas bokong. 5.Tiga puluh menit sebelum pemeriksaan pasien disuntikkan valium intra
musculer. (pelaksanaannya tergantung kebijakan RS).
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN A. PESIAPAN ALAT => 1.Pesawat Radiologi yang dilengkapi dengan
Flouroskopi. 2.Kaset Ukuran 18 x 24 cm. 3.Bengkok. 4.Pelaralatan Proteksi. 5. Meja Ginekologi untuk
menyangga kaki dalam posisi litothomi. 6.Lampu Sorot.
B. PERSIAPAN ALAT STERIL => 1.Satu set peralatan HSG steril. 2. Spuit dengan Ujung meruncing untuk
dihubungkan dengan Cateter. 3. Spuit 10 CC/5 CC berisi air (untuk mengembangkan balon cateter).
4.Kassa Steril. 5. Larutan betadine. 6.Cateter Slicon Ukuran 6 atau 8 . 7.Handscone steril
(-Conus Ukuran S,M dan L. - portubator. - spigmomanometer. -kran pembuka kontras. -Spuit glas)
PROSEDURE RADIOGRAFI A. PLAIN FOTO 1.Pasien supine diatas meja pemeriksaan. 2.Atur posisi pasien
agar pelvis simetris. 3.Sentrasi kurang lebih dari 2,5 cm garis tengah antara kedua sias atau 2 inchi di
atas symphisis pubis . 4.Sinar diarahkan tegak lurus film
PROSEDURE PEMASANGAN ALAT DAN PEMASUKAN BAHAN KONTRAS
1.Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong pasien diberi alas.
2.Posisi pasien litotomi (cytoscopic position), lutut fleksi. sebelum dilakukan pemasangan alat HSG,
pasien diberitahukan tentang pemasangan alat dengan maksud agar pasien mengerti dan tidak takut.
3.Lampu sorot diarahkan kebagian genetalia untuk membantu penerangan.
Cervix dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril dan alat forceps/tenaculum.
Untuk mengetahui arah dan dalamnya cavum uteri digunakan sonde uterus.
Portio dijepit dengan menggunakan tenaculum agar bagian dalam cervix dapat terbuka.
Conus dipasang pada alat canulla injection yang telah dihubungkan dengan syiringe yang berisi
bahan kontras kemudian dimasukkan melalui liang vegina sehingga conus masuk ke dalam
osteum uteri oksterna (ke dalam cervix).
Cervix dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril dan alat forceps/tenaculum.
Untuk mengetahui arah dan dalamnya cavum uteri digunakan sonde uterus.
Portio dijepit dengan menggunakan tenaculum agar bagian dalam cervix dapat terbuka.
Conus dipasang pada alat canulla injection yang telah dihubungkan dengan syiringe yang berisi
bahan kontras kemudian dimasukkan melalui liang vegina sehingga conus masuk ke dalam
osteum uteri oksterna (ke dalam cervix).
PADA KONDISI TERTENTU PASIEN TIDAK TAHAN TERHADAP BAHAN YANG TERBUAT DARI METAL,
MAKA BISA DIGUNAKAN KATETER DENGAN PROSEDUR SEBAGAI BERIKUT :
• Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina dibersihkan dengan desinfektan. Diberikan juga
obat antiseptic pada daerah cervix.
• Speculum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan cateter masuk. Bagian dalam vagina
dibersihkan dengan betadine, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah
uteri.
• Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter. Sebelumnya kateter diisi
terlebih dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.
• Dengan bantuan long forceps, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa. Balon kateter diisi
dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara ostium interna dan ostium externa.
Balon ini harus terkait erat pada canalis servicalis, kemudian speculum dilepas. Pasien diposisikan
ditengah meja pemeriksaan, dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih.
Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil spot
film radiografnya. Balon dikempiskan dan cateter dapat ditarik secara perlahan. Daerah vagina
dibersihkan.
HSG DENGAN MENGGUNAKAN KATETER .
PROYEKSI AP
• Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus, pelvis rapat pada meja
pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendelenberg.
• Kriteria gambar : gambar yang tampak adalahpengisian bahan kontras ke dalam tube fallopi, tampak
gambaran corpus uteri dan spill pada peritoneal cavity (rongga peritoneal).
• Posisi pasien : supine, tungkai kanan lurus,panggul bagian kiri diangkat kira-kira 45º, panggul bagian
kanan merapat ke meja pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja dalam keadaan trendenberg.
• Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan sympisis pubis bagian axilare line kanan, lalu
di eksposi.
• Kriteria gambar : gambar yang tampak adalah tampak pada pengisian bahan kontras pada cavum uteri,
tube uterine, dan spill pada rongga peritoneum
• Posisi pasien : supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul bagian kanan diangkat kira-kira 45º, panggul
bagian kiri merapat ke meja pemeriksaan , kedua tangan diatas kepala, posisi meja trendelenberg.
• Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dengan sympisis pubis.
• Kriteria gambar : gambar yang tampak adalah pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tube uterus
bagian kanan dan kiri serta spill di sekitar fimbrae.
POST VOID
• Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto, setelah pasien Turun untuk BAK bersih-
bersih supaya media contras keluar.
• Kanalis servikalis panjangnya 3-4 cm atau kira-kira sepertiga panjang uterus. Bentuknya lonjong. Ismus
antara kavum uteri dan kanalis servikalis lebih sempit. Ostium uteri internum nampak seperti
penyempitan pendek. Kavum uteri berbentuk segitiga, sisi dan fundus uteri lurus atau konkaf. Fundus
kadang-kadang konfeks dan lebih lebar daripada panjang uterus.
• Jarak antara kornu kanan dan kiri rata-rata 3,5 cm. Sfingter kornu bentuknya khas seperti bawang.
Apeks kornu langsung berlanjut pada ismus tuba. Ismus tuba ini panjangnya variable, nampak seperti
garis potlot pada radiogram dan jalannya bergelombang. Ismus tuba kemudian melebar sebagai ampula
tuba.
LATAR BELAKANG • Karena keterbatasan Indra Penglihatan manusia, maka bagian terkecil dari
suatu radiografi akan tidak terlihat, untuk itulah di perlukan gambaran yang lebih besar dari aslinya,
sehingga struktur organ yang terkecil dapat terlihat.
PENGERTIAN • Menurut Curry (1984), Makroradiografi berasal dari kata macro dan radiography.
• Makro berarti bentuk kombinasi yang besar atau ukuran panjang yang abnormal. • Sedangkan
radiografi berarti membuat film rekaman (radiograf) jaringan-jaringan tubuh bagian dalam dengan
melewatkan sinar-X atau sinar gamma melewati tubuh agar mencetak gambar pada film yang sensitIF.
PENGERTIAN • Radiografi makro sering juga disebut dengan Magnifikasi radiography, yang
berasal dari kata magnification dan radiography. • Magnification adalah proses membuat sesuatu
sehingga nampak lebih besar serta dengan menggunakan lensa atau rasio antara ukuran yang nampak
(bayangan) dengan ukuran yang sebenarnya (Curry, 1984)
TEKNIK MAKRO RADIOGRAFI • Radiografi makro dapat dilakukan dengan dua cara,
1. Mengubah jarak sumber sinar dan bayangan (FFD/SID) dengan jarak sumber sinar dan objek
( FOD/SOD ) tetap. 2. Mengubah jarak sumber sinar dan objek ( FOD/SOD ) dengan jarak sumber sinar
dan bayangan ( FID/SID ) tetap. • Perubahan itu dilakukan dengan konsekuensi teknik ini terdapat
koreksi pemilihan faktor eksposi.
TUJUAN • Tujuan dari pembuatan gambar makroradiografi ialah untuk memperoleh informasi yang
lebih jelas, yang tidak diperoleh dari hasil radiograf biasa diakibatkan oleh ukuran dari bagian – bagian
tersebut yang teramat kecil misalnya tulang yang berukuran kecil, saluran- saluran, dsB.
APA PERBEDAAN ANTARA MAKRORADIOGRAFI DAN MAGNIFIKASI ???
Makroradiografi dalam ilmu teknik radiografi adalah suatu teknik pemeriksaan dengan hasil pembesaran
bayangan yang dikehendaki Magnifikasi dalam teknik radiografi adalah sesuatu yang harus dihindari.
magnifikasi gambar dikenal dengan istilah pembesaran geometri (geometry magnifcation).
Semakin besar nilai OFD/OID maka ketidaktajaman gambaran (unsharpness geometry) meningkat, untuk
mengantisipasi adanya unsharpnessgeometry yang disebabkan oleh magnifikasi dalam teknik
makroradiografi, maka digunakan ukuran fokus yang kecil.
TEKNIK MAKRO RADIOGRAFI Namun dilapangan radiografi makro sering dilakukan dengan mengubah
ketiga komponen jarak tersebut. Hal ini tentu saja kurang praktis dan akan menyulitkan dalam
memperhitungkan pembesaran bayangan yang dihasilkan (Curry, 1984 )
1. Faktor Pembesaran • Pembesaran bertambah bila OFD/OID ditambah atau diperbesar • Pemilihan
ukuran focus berkaitan dengan adanya Ug (Unsharpness Geometric). Ukuran focus yang semakin kecil
akan memperkecil ketidaktajAMAN GEOMETRI.
2. Faktor Ketidaktajaman Geometri • Unsharpness Geometric (UG) berbanding lurus dengan ukuran
focus yang digunakan • UG berbanding terbalik dengan FOD/SOD dan • UG berbanding lurus dengan
OFD/OID.
3.Faktor Ketidaktajaman karena Gerakan • Gunakan peralatan fiksasi untuk mengurangi gerakan pasien
• Pergerakan pasien dapat menimbulkan Movement Unsharpness.
4. Faktor Eksposi • Pemilihan Faktor Eksposi dipengaruhi oleh adanya Air gap antara objek dan film. •
Semakin besar Air Gap maka Faktor eksposi yg digunakan akan makin besar.
5. Faktor Posisi • Tabung sinar – X harus diatur tegak lurus terhadap film dan objek • Bidang objek dan
film diatur sejajar • Adanya kemiringan dari objek dapat mengakibatkan terjadinya distorsi gambar.
APPLICATIONS Dacrocystography of Skull (Lacrimal ducts after injection of contrast) • Imaging the
carpal bones in cases of suspected fracture of scaphoid • Localised areas of the lung • Localised areas
during angiography eg: cerebral angiography.
- Pembesaran bayangan yang dihasilkan dari object yang sama, namun dengan arah central ray
yang berbeda, dengan jarak SOD tetap, akan menghasilkan magnifikasi yang sama,
- Benda yang tebal menghasilkan pembesaran yang tidak sama dan distorsi yang lebih besar
dibanding benda yang tipis
- Ketebalan benda mempengaruhi distorsi,
- Untuk objek/anatomi yang tidak beraturan, distorsi akan bertambah jika posisi object tidak
tegak lurus objek
- Suatu objek yang diposisikan menyudut, akan mendapatkan image yang diperpendek
- Benda miring yang diposisikan lateral dari Central Ray, dapat terdistorsi dengan elongasi atau
foreshortened
- Ketika objek yang sama diletakkan dengan SOD yang berbeda, Akan terjadi spasial distorsi
Caused by improper alignment object with relation to tube focus and film . Distortion of an object will
be different in different part of the x-ray beam.
Rumus magnifikasi di atas berlaku jika sumber sinar-X berbentuk ukuran focal spots yaitu suatu titik poin
(poin source focal spots). Rumus magnification : mf= image size/object =SID/SOD