Preskas Kelompok 8 Rsud Al Ihsan - Pasien CKD
Preskas Kelompok 8 Rsud Al Ihsan - Pasien CKD
Preskas Kelompok 8 Rsud Al Ihsan - Pasien CKD
Disusun Oleh :
Ariska Laraswati
Rida Alkania
Ananda Herdanta S.
Sania Sundari
Zein Al Syurfah
Endang Sudrajat
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
C. Metode Penyusunan Laporan........................................................................4
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT................................................................5
A. Konsep Dasar Chronic Kidney Desease....................................................5
1. Definisi......................................................................................................5
2. Anatomi Fisiologi Ginjal...........................................................................6
3. Etiologi....................................................................................................10
4. Manifestasi Klinis....................................................................................11
5. Patofisiologi.............................................................................................13
6. Pathway...................................................................................................15
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................15
8. Penatalaksanaan Medis............................................................................16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD). . .17
1. Pengkajian...............................................................................................17
2. Diagnose Keperawatan...............................................................................20
3. Perencenaan Keperawatan.......................................................................20
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................24
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................24
BAB III Tinjauan Kasus......................................................................................26
A. Pengkajian...................................................................................................26
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................37
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................39
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................50
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................88
A. Pengkajian...................................................................................................88
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................90
ii
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................93
A. Kesimpulan.................................................................................................93
B. Saran............................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................96
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
ginjal lebih lanjut salah satunya dengan tindakan hemodialisa.
Hemodialisa adalah terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal yang
2
3
B. Tujuan
BAB 1 : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus, dan metode penyusunan laporan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Mengemukakan teori dan konsep dari penyakit berdasaran masalah
yang ditemukan pada pasien dan konsep dasar asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
pada pasien CKD (Chronic Kidney Disease) di ruang Abdurrahman bin
Auf RSUD AL – IHSAN Provinsi Jawa Barat
BAB III: TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus berisiskan tentang laporan kasus klien yang dirawat,
sistematika dokumentasi proses keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan
perkembangan.
BAB IV: PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan tentang analisa terhadap kesenjangan antara
konsep dasar dengan pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan kesimpulan yang diambil penulis setelah
melakukan asuhan keperawatan serta mengemukakan saran dari seluruh
proses kegiatan keperawatan yang telah dilakukan.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease (CKD))
didefinisikan sebagai kerusakan fungsi ginjal yang terjadi lebih dari 3
bulan, berupa kelainan struktural maupun fungsional ginjal dengan atau
tanpa disertai penurunan laju filtrasi glomerulus (Glomerulus Filtration
Rate / GFR) dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda –
tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah,
urin atau kelainan radiologis. CKD merupakan suatu kondisi dimana organ
ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh
berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk
dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam
basa.
CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irrevesible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia
(Elinsanse, 2022).
Gagal ginjal kronik merupakan akibat terminal destruksi jaringan
dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung berangsur-angsur. Keadaan
ini dapat pula terjadi karena penyakit yang progresif cepat disertai awitan
mendadak yang menghancurkan nefron dan menyebabkan kerusakan
ginjal yang irreversible (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2017). Sedangkan
menurut Setiati (2015) gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu
derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. Gagal ginjal kronik merupakan gangguan
6
7
1) Anatomi Ginjal
Lokasi ginjal berada dibagian belakang dari kavum abdominalis, area
retroperianeal bagian atas pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan
melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah
kacang merah, jumlahnya ada 2 buah yang terletak pada bagian kiri
dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Pada orang dewasa
berat ginjal ±200 gram. Pada umunya ginjal laki-laki lebih panjang
daripada ginjal wanita.
a) Struktur Makroskopis Ginjal
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).
b) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat
penyaringan darah ini banyak mengandung kapiler darah yang
tersusun bergumpal-gumpal disebut glomerolus. Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bowman, dan gabungan
antara glomerolus dengan simpai bowman disebut badan
malpighi. Penyaringan darah terjadi pada bagian malpighi,
yaitu diantara glomerolus dan simpai bowman. Zat-zat yang
terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bowman.
Dari sini maka zat-zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang
merupakan lanjutan dari simpai bowman yang terdapat di
dalam sumsum ginjal.
c) Sumsum Ginjal (Medula)
8
f) Vaskularisasi Ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan
dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi
arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
10
3. Etiologi
3. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan CKD
bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal (Muttaqin & Sari,
2014). Adapun penyebab CKD adalah sebagai berikut: (Almardhiyah,
2016).
1) Kondisi ginjal
Infeksi saringan (glomerulus) : Glomerulonefritis, Infeksi bakteri
seperti ureteritis, pielonefritis. Nefrolitiasis (batu ginjal), Kista di
ginjal: ginjal polisitis khususnya merusak ginjal, kanker ginjal,
sumbatan seperti batu, tumor, dan penyempitan
2) Penyakit umum yang tidak berhubungan dengan ginjal
Penyakit sistemik seperti Lupus sistemik, kolesterol tinggi, hipertensi,
diabetes melitus, dan dislipidemia eritematosus, TB paru, sifilis,
12
Menurut Hamzah dkk, (2021), Tanda dan gejala klinis pada gagal
ginjal kronik dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai
organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak.
Sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan
gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda
dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis :
1) Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering,
penurunan tugor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi
penurunan kesadaran dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari
peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya
otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak
terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling
khas adalah penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi .
2) Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic
pericarditis, effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade
jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema perifer.
3) Respiratori sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung
dan sesak nafas.
4) Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif
duodenal, lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis.
14
5. Patofisiologi
1) Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatini. Akibat dari penurunan GFR, maka
klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan
nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
15
6. Pathway
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Zuliani dkk, (2021) pemeriksaan penunjang pada penyakit CKD
dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium :
a. Laju endap darah
Laju endap darah akan meninggi diperberat oleh
anemia, hipoalbuminemia, dan retilulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatinin
Ureum dan kreatinin meninggi. Perbandingan antara ureum dan
kreatinin 20:1. Biasanya perbandingan ini bisa meninggi karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih.
c. Hiponatremi
Umumnya karena kelebihan cairan dan bersamaan dengan menurunnya
diuresis.
d. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
17
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kowalak, (Dila & Panma, 2019). penatalaksanaan medis pada
gagal ginjal kronik adalah:
1) Diet
2) Pemberian obat
3) Transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia
4) Dialisis
5) Transplantasi ginjal
18
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data Awal
2) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register dan diagnosa medis.
3) Identitas Penangung jawab Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan.
b. Riwayat Kesehatan Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh
pasien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan gagal ginjal
kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari
urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas bau (amonia), dan gatal pada kulit (Ramadhani,
2017).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami penurunan
frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan
fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia, rasa sakit
kepala, dan perubahan pemenuhan nutrisi (Ramadhani, 2017).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai
riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi
sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.
Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
(Muttaqin & Sari, 2011).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik , riwayat
menderita penyakit gagal ginjal kronik.
f. Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari
1) Pola Aktivitas / Istirahat
Biasanya pasien mengalami kelelahan ekstrim,kelemahan, malaise,
gangguan tidur (insomnia/gelisah atau samnolen), penurunan rentang
gerak (Haryono, 2013).
19
8) Ekstremitas : Capitally revil time > 3 detik, kuku rapuh dan kusam serta
tipis, kelemahan pada tungkai, edema, akral dingin, kram otot dan nyeri
otot, nyeri kaki, dan mengalami keterbatasan gerak sendi.
9) Kulit : ekimosis, kulit kering, bersisik, warna kulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritus), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),
edema.
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Menurut Muttaqin (2011) dan Rendi & Margareth (2012) hasil
pemeriksaan laboratoium pada pasien gagal ginjal kronik adalah :
a) Urine, biasanya kurang dari 400ml / 24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
(anuria). Warna secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan pus,
bakteri, lemak fosfat, dan urat sedimen kotor. Kecoklatan menunjukkan
adanya darah. Berat jenis urine kurang dari 0,015 (metap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat). Protein, derajat tinggi proteinuria (3-
4) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus.
b) Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normoster normokrom dan jumlah retikulosit
yang rendah.
c) Ureum dan kreatinin meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20:1. Perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid dan
obstruksi saluran kemih. Perbadingan ini berkurang ketika ureum lebih
kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein dan tes Klirens Kreatinin
yang menurun.
d) Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
e) Hipoklasemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada pasien CKD.
f) Alkalin fosfat meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindin tulang.
g) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein
h) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
i) Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
j) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan Ph yang
menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semua disebabkan
retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
21
2. Diagnose Keperawatan
Menurut LeMone et.al., (2019), Nurbadriyah (2021), dan SDKI (2018)
diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien anak dengan
chronic kidney disease yaitu :
a. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi ginjal
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
c. Defisit nutrisi b.d variabel psikologis: nafsu makan menurun
d. Intoleran aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
e. Resiko perfusi renal tidak efektif d.d faktor resiko disfungsi ginjal
3. Perencenaan Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan ditetapkan disini berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI (2018) dan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) PPNI (2019), sebagai berikut :
a. Hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan kelebihan cairan pada
pasien berkurang dan kebutuhan cairan seimbang.
Kriteria hasil: asupan cairan cukup, output urin meningkat, membran
mukosa lembab, asupan makanan meningkat, edema menurun,
dehidrasi menurun, asites menurun, konfusi menurun, tekanan darah
membaik, frekuensi nadi membaik, kekuatan nadi membaik, tekanan
arteri rata-rata (MAP) membaik, mata cekung membaik, turgor kulit
membaik, berat badan membaik
Intervensi: Manajemen hipervolemi (I.03114).
Observasi: Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea,
dispnea, dan edema); identifikasi penyebab hipervolemia; monitor
status hemodinamik (mis. frekuensi jantung dan tekanan darah) jika
tersedia; monitor intake dan output cairan; monitor tanda
hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis
urin); monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. Kadar
22
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri
dan tindakan kolaborasi (Tarwotoh & Wartonah, 2018). Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang
dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi.
26
Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
27
28
Sistem Pencernaan Pada saat dikaji mukosa Pada saat dikaji mukosa
bibir pucat, bibir berwarna bibir pucat, bibir berwarna
pucat, tidak mengalami pucat, tidak mengalami
kesulitan dalam menelan, kesulitan dalam menelan,
tidak terdapat stomatitis tidak terdapat stomatitis
pada mulut klien. Klien pada mulut klien. Klien
mengatakan BAB 1x/hari mengatakan BAB belum
BAB sejak kemarin
Sistem Perkemihan Klien terpasang kateter, Klien tidak terpasang
tidak ada distensi kandung kateter, kandung kemih
kemih, tidak ada nyeri tekan, penuh dengan cairan. Pada
klien minum sebanyak saat dipalpasi didaerah
600cc/ hari dan BAK 450 pinggang tidak terdapat
cc/hari warna kuning keruh sedikit nyeri tekan dibagian
perut bawah, klien minum
dibatasi 600cc/hari , BAK
sedikit kurang lebih
300cc/hari
Sistem Reproduksi Tidak ada gangguan pada Tidak ada gangguan pada
area genital. area genital
32
Pasien 1 Pasien 2
Foto Thorax Kardiomegali tanpa Kardiomegali tanpa
bendungan paru, tidak bendungan paru, tidak
tampak TB paru aktif tampak TB paru aktif
maupun pneumonia maupun pneumonia
Hasil
Pasien 1 Pasien 2 Nilai Normal
Laboratorium
Hemoglobin 9,4 g/dL 8,2 g/dL 12-16
Leukosit 18400/mm 7690/mm 4.000 – 10.000
Eritrosit 2,22 /mm 4.10/mm 3,5 – 5,0
Hematokrit 30,8 % 37,4 % 36 – 48
Trombosit 388000/mm 413.000/mm 150.000 – 400.000
Fungsi Liver
SGOT 25 u/L - u/L 10 – 31
SGPT 22 u/L - u/L 9 -36
Gula Darah
GDS 116 mg/dL 115 mg/dL 50 - 200
Kimia Klinik
Ureum 110 mg/dL 159 mg/dL 10-50
Kreatinin 3.45 mg/dL 7.03 mg/dL 0,7-1,13
Nutrisi Makan
Jenis Bubur, nasi, lauk dan Nasi, lauk pauk dan sayur
sayur rendah garam rendah garam
Frekuensi 3x sehari
3 kali sehari
Porsi 1 porsi
1 porsi
Keluhan Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Minum
Air putih
Jenis
Air putih,
3-6x sehari
Frekuensi 3-5 x/sehari
35
Eliminasi BAB
Frekuensi 1x sehari Belum BAB selama
Warna - dirawat
Konsistensi - -
BAK
-
Frekuensi
Kuning pekat 6x sehari
Warna
450cc Kuning jernih
Jumlah (cc)
BAK sedikit-sedikit 300 cc
Keluhan
BAK sedikit-sedikit
Kebiasaan Diri
Mandi 1x sehari 1x sehari
Perawatan 1 minggu sekali 1x seminggu
kuku
Perawatan gigi 2x sehari 2x sehari
Perawatan
rambut Seminggu 3x 2x seminggu
Terapi Farmakologi
Pasien 1 Pasien 2
Kegunaan
Nama Obat Dosis/ Rute Nama Obat Dosis/ Rute
Lasix 10mg/ jam/ Lasix 10mg/ jam/ Untuk mengeluarkan
IV IV cairan berlebih pada
kondisi edema pada
penderita gagal
ginjal/gagal jantung
Asam Folat 1x1/ Oral Asam Folat 1x1/ Oral Membantu tubuh
memproduksi dan
memelihara sel-sel
baru, serta mencegah
perubahan pada
DNA yang dapat
menyebabkan
kanker.
Amlodipine Oral/ Amlodipine Oral/ Menurunkan tekanan
1x10mg 1x10mg darah tinggi dan
memudahkan
jantung memompa
dara ke seluruh
tubuh
Ceftriaxone Untuk
mengatasi penyakit
37
B. Diagnosa Keperawatan
Pasien 1 Pasien 2
No Hari/ Diagnose Hari/
Diagnose Keperawatan
Tanggal Keperawatan Tanggal
1. 6 Hipervolemia 6 Hipervolemia
Novembe November DS:
DS :
r 2023 2023 - Pasien mengatakan
- Klien mengatakan
kaki kanan dan kiri BAK sedikit kurang
bengkak
dari 300cc / hari
- Klien mengatakan
sesak nafas - Klien mengatakan
DO :
kaki kanan kiri
- Edema kaki ka/ki
derajat III dengan bengkak
waktu kembali 15
DO:
detik
- Hemoglobin - Terdapat edema pada
menurun (9,4gr/dl)
kaki dan tangan
- Klien tampak lemas
- Intake lebih banyak derajat 3 dengan
dari output
waktu kembali 17
Intake : 600 cc / hari
Ouput : 450 cc / hari detik
- TD : 150/80 mmHg
- Klien tampak lemas
- Kreatinin : 3,45
mg/dl - Intake lebih banyak
Normal : 0,7-1,13
dari output
mg/dl
- Ureum : 110 mg/dl Intake : 600 cc / hari
Normal : 10-50
Ouput : 300 cc / hari
mg/dl
- TD : 160/90 mmHg
- Ureum 159 mg/dl
39
DS : DS :
- Mandi di seka - Mandi di seka
dibantu oleh suami dibantu oleh istri
- Klien mengeluh - Klien mengatakan
mudah lelah saat tidak bisa aktivitas
beraktivitas dengan waktu lama
6 - Klien mengatakan 6 - Klien mengatakan
sesak nafas pusing
3 Novembe November
r 2023 DO : 2023 DO :
- Klien tampak - Klien tampak lemas
lemas - Klien tampak pucat
- Klien tampak - Hb : 8,2 gr/dl
pucat - TD : 160/90 mmHg
- Hb : 9,4 gr/dl - Aktivitas dibantu
- TD : 150/80 oleh istri
mmHg
- Aktivitas dibantu
oleh suami
40
41
C. Intervensi Keperawatan
Pasien 1
- Berat badan membaik 6. Batasi asupan cairan dan garam respon terhadap terapi
- Edema menurun 7. Berikan terapi ankle pump 5. Agar pasien dapat
- Berat badan membaik excercise dan evelasi 30o mengetahui cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairannya secara
Edukasi mandiri
8. Ajarkan cara mengukur dan 6. Agar pasien dapat
mencatat asupan haluara cairan mengontrol intake dan
Kolaborasi output cairan secara mandiri
9. Pemberian hemodialisis 7. Terapi ankle pump excercise
Berikan infus Lasix 10mg/jam, dan evelasi 30o menjadi
Bicnat 3x1 oral, Kalitake 2x1 oral kontraksi otot yang
menekan pembuluh darah
vena yang kemudian
meningakat dalam
pengaturan susunan saraf
pusat yang kemudianakan
meningkatkan laju proses
oksidasi natrium, kalium
43
Tekanan Darah - Keluhan lelah menurun 3. Monitor lokasi dan kelelhan fisik dan
150/80 mmHg - Warna kulit membaik ketidaknyamanan selama emosional pasien
3. Untuk mengetahui pola
- Tekanan darah melakukan aktivitas
tidur pasien apakah teratur
membaik (120/80 Terapeutik atau tidak
mmHg) 4. Sediakan lingkungan nyaman 4. Untuk menunjang proses
kesembuhan pasien secara
- Frekuensi nafas dan rendah stimulus
bertahap
membaik (mis.cahaya, suara, kunjungan)
5. Lakukan latihan rentang gerak
aktif
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
Pasien 2
kiri, Kadar Hb turun (8,2 gr/dl), Setelah dilakukan asuhan Observasi 1. Untuk mengetahui tanda
Oliguria, Intake lebih banyak keperawatan selama 3x24 1. Periksa tanda dan gejala dan gejala pada pasien
dari output jam diharapkan masalah hipevolemia(mis. Edema, 2. Untuk mengetahui
Hipervolemia dapat dispnea) penyebab hiperveolemia
teratasi dengan Kriteria 2. Identifikasi penyebab pada pasien
hasil : hypervolemia 3. pada pasien dengan terapi
- Haluaran urin 3. Monitor status hemodinamik hemodialisa harus
meningkat (tekanan darah) mengatur intake cairan
- Tekanan darah 4. Monitor intake output cairan 4. Membatasi cairan akan
membaik (120/80 5. Monitor kecepatan infus ketat menentukan berat tubuh
mmHg) Terapeutik ideal, haluaran urin dan
- Berat badan 6. Batasi asupan cairan dan respon terhadap terapi
membaik garam 5. Agar pasien dapat
- Edema menurun 7. Berikan terapi ankle pump mengetahui cara mengukur
- Berat badan excercise dan evelasi 30o dan mencatat asupan dan
membaik Edukasi haluaran cairannya secara
8. Ajarkan cara mengukur dan mandiri
mencatat asupan haluara 6. Agar pasien dapat
cairan mengontrol intake dan
48
D.0056 Intoleransi Aktivitas Luaran Utama : Toleransi Intervensi Utama : 1. Untuk mengetahui
b.d ketidakseimbangan antara Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (1.05178) gangguan fungsi tubuh
yang dialami pasien
suplai dan kebutuhan oksigen Setelah dilakukan asuhan
akibat kelelahan
d.d Mengeluh mudah lelah saat keperawatan selama 3x24 Observasi 2. Untuk mengetahui
beraktivitas,Dipsnea, Tekanan jam diharapkan masalah 1. Identifikasi gangguan fungsi tingkat kelelhan fisik
dan emosional pasien
Darah 160/90 mmHg Intoleransi Aktivitas tubuh yang mengakibatkan
3. Untuk mengetahui pola
dapat teratasi dengan kelelahan tidur pasien apakah
Kriteria hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur teratur atau tidak
4. Untuk menunjang proses
- Keluhan lelah 3. Monitor lokasi dan
kesembuhan pasien
menurun ketidaknyamanan selama secara bertahap
- Warna kulit melakukan aktivitas
membaik Terapeutik
- Tekanan darah 4. Sediakan lingkungan
membaik (120/80 nyaman dan rendah stimulus
52
Hasil : keterbatasan
Klien di cek TD perfusi
ditangan kanan Hasil :
6. Menganjurkan Klien di cek TD
menggunakan ditangan kanan
obat penurun 6. Menganjurkan
tekaan darah menggunakan
(Amplodipine obat penurun
1x10mg) tekaan darah
Hasil : (Amplodipine
Klien diberikan 1x10mg)
amplodipine Hasil :
1x10 mg Klien diberikan
7. Memberikan amplodipine
asam folat 1x1 1x10 mg
Hasil : 7. Memberikan
Klien diberikan asam folat 1x1
asam folat 1x1 Hasil :
Klien diberikan
63
Hipervolemia b.d Novembe tanda dan gejala - Klien Novembe dan gejala - Klien
r 2023 hipevolemia(mis mengatakan mengatakan
Gangguan r 2023 hipevolemia(mis.
. Edema, sesak nafas kaki kanan
Mekanisme dispnea) dibagian dada Edema, dispnea) kiri bengkak
Hasil : seperti - Klien
Regulasi d.d Hasil :
Klien tertindih mengatakan
Dispnea, Edema mengatakan sesuatu, sesak Klien mengatakan nyaman kaki
sesak nafas dirasakan saat menjadi
kaki kanan kiri, kaki kanan kiri
dibagian dada beraktifitas mudah untuk
Kadar Hb turun seperti tertindih dengan skala 4 bengkak (Derajat digerakan
sesuatu, sesak (0-10) klien setelah
(9,4 gr/dl), 2 dengan waktu
dirasakan saat terpasang melakukan
Oliguria, Intake beraktifitas oksigen nasal kembali 10 detik) terapi ankle
dengan skala 4 kanul 5lpm dan pump
lebih banyak dari 2. Mengidentifikasi
(0-10) klien klien exercise dan
output terpasang mengatakan penyebab elevasi 30o
oksigen nasal sesak - Klien
hypervolemia
kanul 5lpm dan berkurang mengatakan
klien skala 3 (0-10) Hasil : minum
mengatakan - Klien hanya
- Kreatinin :
sesak berkurang mengatakan 600cc/hari
skala 3 (0-10), kaki kanan kiri 7.03 mg/dl dan makan
dan kaki kanan bengkak bubur dan
Normal : 0,7-
kiri bengkak (Derajat III sayur rendah
(Derajat III dengan waktu 1,13 mg/dl garam
dengan waktu kembali
- Ureum : 159
kembali 15detik) 15detik)
2. Mengidentifikasi - Klien mg/dl
68
nyaman kaki
menjadi mudah
untuk digerakan
8. Memberikan infus
Lasix 10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral,
Kalitake 2x1 oral
Hasil :
Klien sudah
diberikan infus
Lasix 10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral,
Kalitake 2x1 oral
D.0009 Perfusi Rabu, 8 1. Memeriksa S: Rabu, 8 1. Memeriksa S:
- Klien - Klien
Perifer Tidak Novembe sirkulasi perifer Novembe sirkulasi perifer
r 2023 mengatakan mengatakan
Efektif b.d (mis.nadi, warna r 2023 (mis.nadi, warna
ada edema di ada edema di
Penurunan kulit, suhu) kulit, suhu)
kaki kanan kaki kanan
Konsentrasi Hasil : Hasil :
dan kiri dan kiri
Hemoglobin d.d TD : 135/80 TD : 146/85
84
menggunakan menggunakan
obat penurun obat penurun
tekaan darah tekaan darah
(Amplodipine (Amplodipine
1x10mg) 1x10mg)
Hasil : Hasil :
Klien diberikan Klien diberikan
amplodipine amplodipine
1x10 mg 1x10 mg
6. Memberikan 6. Memberikan
asam folat 1x1 asam folat 1x1
Hasil : Hasil :
Klien diberikan Klien diberikan
asam folat 1x1 asam folat 1x1
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
91
Kondisi spiritual pasien saat ini, Klien beragama islam, dalam
menghadapi sakitnya pasien sabar dan ikhlas, klien percaya bahwa
92
93
cobaan yang diberikan oleh Allah ini adalah bentuk sayang Allah kepada
dirinya, sehingga pasien percaya bahwa penyakit ini juga akan diangkat
kembali oleh Allah dengan berdoa yang tidak ada putusnya. Pada saat
dirumah klien selalu melaksanakan shalat 5 waktu, wudhu dengan cara
tayamum. pada saat dirumah sakit juga klien selalu melaksanakan shalat
5 waktu dengan tepat waktu meskipun saat sakit ini shalat dengan cara
duduk. Klien mempunyai suami dan 2 orang anak, klien sehari-hari
hanya dirumah sebagai ibu rumah tangga,dan suka berbaur dengan
tetangga sekitar selama dirumah sakit klien bisa berinteraksi dengan
perawat,dokter dan tenaga kesehatan lain.
Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien 2 Tn. S mengatakan
mengalami bengkak pada kaki kanan dan kiri. Klien mengatakan sejak 3
hari SMRS bengkak pada tangan dan kaki kanan kiri, dan BAK hanya
sedikit dan memutuskan untuk ke IGD RSUD Al Ihsan, pada saat
dilakukan pengkajian tanggal 6 November 2023, klien tampak lemas,
edema di kaki kanan kiri, edema derajat 3 dengan waktu kembali 17
detik, klien mengeluh pusing dan tidak bisa melakukan aktivitas dengan
waktu yang lama,klien mengatakan mudah lemas , tidak ada nyeri BAK.
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak ± 6 bulan yang
lalu., Klien tidak mempunyai penyakit turunan asma ,diabetes,Hepatitis
Klien juga tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan ,
klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok ataupun
meminum alkohol.
Pada saat dilakukan pengkajian fisik terdapat keluhan utama yaitu
ROM kaki kanan sulit untuk digerakan karena edema derajat 3 dengan
waktu kembali 17 detik kekuatan otot 3/3.
Pada saat dilakukan pengkajian spiritual Klien beragama islam, dalam
menghadapi sakitnya pasien sabar dan ikhlas, klien percaya bahwa
cobaan yang diberikan oleh Allah ini adalah bentuk sayang Allah kepada
dirinya, sehingga pasien percaya bahwa penyakit ini juga akan diangkat
kembali oleh Allah dengan berdoa yang tidak ada putusnya. Pada saat
94
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
A. Kesimpulan
97
98
kaki pada pasien CKD. Ankle pump exercise merupakan metode yang
efektif untuk menurunkan edema, ankle pump exercise dilakukan dengan
mengencangkan kaki sebanyak mungkin kebagian atas dan bawah. dengan
mengelevasikan kaki jika ada pembengkakan distal untuk menaikkan
aliran darah balik sehingga mampu menurunkan pembengkakan distal
akibat sirkulasi darah yang lancar. Sebaliknya, meninggikan 30° dengan
memanfaatkan gravitasi untuk meningkatkan vena dan kaki limpatik.
Gravitasi mempengaruhi tekanan arteri dan vena perifer.
Implementasi pada pasien untuk mengurangi edema pada kaki
maka pada tanggal 8 November 2023 melakukan terapi Ankle Pump
Exercise dan elevasi kaki 30o pada kedua pasien dengan respon pasien 1
mengatakan nyaman kaki nya ditinggikan 30 o selama 30 menit dan
melakukan terapi ankle pump exercise selama selama 10-15 menit, dan
edema klien menurun menjadi derajat 2 dengan waktu kembali 6 detik,
dan klien mengatakan nyaman kaki menjadi mudah untuk digerakan dan
pasien 2 mengatakan nyaman kaki nya ditinggikan 30 o selama 30 menit
dan melakukan terapi ankle pump exercise selama selama 10-15 menit,
dan edema klien menurun menjadi derajat 2 dengan waktu kembali 8
detik, dan klien mengatakan nyaman kaki menjadi mudah untuk
digerakan.
B. Saran
100
101