Makalah Akhlak Dan Tasawuf Kel-7
Makalah Akhlak Dan Tasawuf Kel-7
Makalah Akhlak Dan Tasawuf Kel-7
Kelas D
Semester 2
2021 /2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak
Prof. Dr. M. Akmansyah, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak dan Tasawuf yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat bagi teman-teman dan para
pembaca, khususnya dapat memberikan pengetahuan atau materi tentang Pengertian dan asal
usul tasawuf.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi materi maupun dari tata bahasa. Untuk itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan kalangan muslim percaya bahwa salah satu aspek penting untuk
mengetahui keuniversalan ajaran Islam adalah adanya dorongan untuk senantiasa mencari
ilmu pengetahuan dimana saja dan kapan saja umat Islam berada . Dengan adanya
dorongan dari ayat-ayat al-Qur„an maupun dalam al-Hadits yang menganjurkan umat
Islam agar mencari ilmu pengetahuan inilah yang menyebabkan lahirnya beberapa
disiplin ilmu pengetahuan dalam Islam, dimana salah satu di antaranya adalah lahirnya
ilmu tasawuf .
Tasawuf adalah cabang ilmu dalam Islam yang penerapannya menekankan pada
pembersihan diri melalui pembentukan akhlak yang baik. Tasawuf memegang peranan
penting dalam kehidupan rohani Islam,dengan kata lain bertasawuf itu adalah fitrah
manusia dimana dapat membersihkan diri dari segala kesibukan duniawi yang bertujuan
untuk pencapaian hakikat kesucian rohani yang sesungguhnya, karena sesungguhnya
tujuan akhir manusia adalah mengikat lingkaran rohaninya dengan Allah SWT.
Sebagaimna tujuan dari penciptaanya yang semata-mata untuk mengabdikan diri pada
Sang Kholik.
Mempelajari tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat
modernisasi untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan.
Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari
dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu ia berada di hadirat-
Nya. Terdapat beberapa tujuan kenapa tasawuf perlu dikembangkan dan disosialisasikan
kepada masyarakat, tujuan tersebut antara lain. Menyelamatkan kemanusiaan dari
kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai
spiritual, Memahami tentang aspekasoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim
maupun non Muslim, Menegaskan kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah
jantung ajaran islam.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tasawuf?
2. Jelaskan asal usul ajaran Tasawuf?
3. Bagaimana Latar Belakang lahirnya Tasawuf?
4. Jelaskan Ajaran Tasawuf pada Masa awal?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian Tasawuf.
2. Untuk mengetahui asal usul ajaran Tasawuf.
3. Untuk mengetahui Latar Belakang lahirnya Tasawuf.
4. Untuk mengetahui ajaran Tasawuf pada masa awal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf (Tasawuf) atau Sufisme berasal dari bahasa arab: تصوفyang berarti ilmu
untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun
dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Ada beberapa pendapat
perihal etimologi dari kata tasawuf. Menurut Imam al-Ghozali, akar kata tasawuf berasal
dari shuuf yang bermakna kain wol yang kasar. Istilah ini digunakan sebagai simbol
kerendahan hati para sufi. Mereka serahkan kehidupannya untuk beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah sehingga dalam dirinya terpatri sifat Qona„ah yang
mendorongnya tidak lagi berhasrat untuk hidup mewah dan larut dalam permainan
duniawi.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Syamsun Ni„am juga menuangkan beberapa
rumusan akar kata tasawuf diantaranya yaitu kata shaff yang berarti saf atau baris, karena
sufi selalu berada pada baris pertama dalam shalat. Juga kata shafa yang berarti bersih,
karena hatinya selalu dihadapkan kehadirat Allah SWT. dan shuffah atau shuffat al-
5
masjid yang berarti serambi masjid, yakni tempat yang didiami oleh para sahabat yang
tidak punya tempat tinggal. Ia hanya menghabiskan dan mengabdikan hidupnya untuk
berdakwah dan berjihad. Dan terakhir adalah shopos (bahasa Yunani) yang berarti
hikmah (kebijaksanaan).
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah, bergantung dari sudut pandang yang
digunakan. Ada tiga sudut pandang yang biasa digunakan para ahli, yaitu: (1) Dari sudut
pandang manusia sebagai makhluk terbatas, tasawuf didefinisikan sebagai upaya
menyucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia. (2) Dari sudut
pandang manusia sebagai makhluk yang berjuang, tasawuf merupakan upaya
memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT (3) dari sudut pandang manusia sebagai makhluk
yang bertuhan, tasawuf merupakan kesadaran fitrah (ketuhanan) yang dapat mengarahkan
jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan
Tuhan.
Sementara Abu Muhammad FH dan Zainuri Siroj dalam Kamus Istilah Agama
Islam, mendefinisikan tasawuf sebagai faham yang mengajarkan tentang cara
menyucikan jiwa sesuci mungkin dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah,
sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai uraian pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tasawuf
merupakan sebuah upaya penyucian diri dari hal-hal yang dapat melalaikannya dari
kewajiban dan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Sehingga ia tak lagi diperbudak
nasfu yang seringkali memalingkannya dalam mengigat penciptanya. Yang mana
penyucian tersebut menyangkut lahiriyah dan batiniyah. Dengan demikian, segala bentuk
tindakannya murni semata-mata tuk menggapai ridho-Nya.
6
mengatakan bahwa tasawuf bukan murni dari ajaran Islam, sementara para tokoh sufi
mengatakan bahwa tasawuf merupakan inti ajaran dari Islam.
1. Unsur Islam
Para tokoh sufi dan juga termasuk dari kalangan cendikian muslim
memberikan pendapat bahwa sumber utama ajaran tasawaf adalah bersumber dari
al-Qur‟an dan al-Hadits. Al-Qur‟an adalah kitab yang di dalam ditemukan
sejumlah ayat yang berbicara tentang inti ajaran tasawuf. Ajaran-ajaran tentang
khauf, raja‟, taubat, zuhud, tawakal,syukur, shabar, ridha, fana, cinta, rindu,
ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara jelas diterangkan dalam al-Qur‟an.
Antara lain tentang mahabbah (cinta) terdapat dalam surat al-Maidah ayat 54,
tentang taubat terdapat dalam surat al-Tahrim ayat 8, tentang tawakal terdapat
dalam surat at-Tholaq ayat 3, tentang syukur terdapat dalam surat Ibrahim ayat 7,
tentang shabar terdapat dalam surat al-Mukmin ayat 55, tentang ridha terdapat
dalam surat al Maidah ayat 119, dan sebagainya.
Sejalan dengan apa yang dikatakan dalam al-Qur‟an, bahwa al-Hadits juga
banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah sebagaimana yang ditekuni oleh
kaum sufi setelah Rasulullah. Dua hadits populer yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim : “Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila
engkau tidak melihat-Nya, maka Ia pasti melihatmu” dan juga sebuah hadits yang
mengatakan: “Siapa yang kenal pada dirinya, niscaya kenal dengan Tuhan-Nya”
adalah menjadi landasan yang kuat bahwa ajaran-ajaran tasawuf tentang masalah
rohaniah bersumber dari ajaran Islam.
Ayat-ayat dan hadits di atas hanya sebagian dari hal yang berkaiatan dengan
ajaran tasawuf. Dalam hal ini Muhammad Abdullah asy-Syarqowi mengatakan:
“awal mula tasawuf ditemukan semangatnya dalam al-Qur‟an dan juga
ditemukan dalam sabda dan kehidupan Nabi SAW, baik sebelum maupun
sesudah diutus menjadi Nabi. Begitu juga awal mula tasawuf juga dapat
ditemukan pada masa sahabat Nabi beserta para generasi sesudahnya.
Selanjutnya, Abu Nashr As-Siraj al-Thusi mengatakan, bahwa ajaran tasawuf
pada dasarnya digali dari al-Qur‟an dan as-Sunah, karena amalan para sahabat,
menurutnya tentu saja tidak keluar dari ajaran al-Qur‟an dan as-Sunnah.
7
Demikian pula menurut Abu Nashr, bahwa para sufi dengan teori-teori mereka
tentang akhlak pertama-pertama sekali mendasarkan pandangan mereka kepada
al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Selanjutnya di dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW juga terdapat banyak
petunjuk yang menggambarkan dirinya sebagai seorang sufi. Nabi Muhammad
telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hira menjelang datangnya wahyu. Dia
menjauhi pola hidup kebendaan di mana waktu itu orang Arab menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan harta. Dikalangan para sahabat pun juga
kemudian mengikuti pola hidup seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW. Abu bakar Ash-Shiddiq misalnya berkata: “Aku mendapatkan kemuliaan
dalam ketakwaan, kefanaan dalam keagungan dan rendah hati”. Demikian pula
sahabat-sahabat beliau lainnya seperti Umar bin Khottob, Ustman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, Abu Dzar al-Ghiffari, Bilal, Salman al-Farisyi dan Huzaifah
al Yamani.
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami, bahwa teori asal usul tasawuf
bersumber dari ajaran Islam. Semua praktek dalam kehidupan para tokoh-tokoh
sufi dalam membersihkan jiwa mereka untuk mendekatkan diri pada Allah
mempunyai dasar-dasar yang kuat baik dalam al-Qur‟an maupun as-Sunnah.
Teori-teori mereka tentang tahapan-tahapan menuju Allah (maqomat) seperti
taubat, syukur, shabar, tawakal, ridha, takwa, zuhud, wara‟ dan ikhlas, atau
pengamalan batin yang mereka alami (ahwal) seperti cinta, rindu, intim, raja dan
khauf, kesemuanya itu bersumber dari ajaran Islam.
2. Unsur di luar Islam
Menurut teori Ignas Goldziher, bahwa asal usul tasawuf terutama yang
berkaitan dengan ajaran-ajaran yang diajarkan dalam tasawuf merupakan
pengaruh dari unsur-unsur di luar Islam. Goldziher mengatakan, bahwa tasawuf
sebagai salah satu warisan ajaran dari berbagai agama dan kepercayaan yang
mendahului dan bersentuhan dengan Islam. Bahkan berpendapat bahwa beberapa
ide al-Qur‟an juga merupakan hasil pengolahan “ideology” agama dan
kepercayaan lain. Unsur agama dan kepercayaan lain selain Islam itu adalah
unsur pengaruh dari agama Nashrani, Hindu-Budha, Yunani dan Persia.
8
Pengaruh dari unsur agama Nashrani terlihat pada ajaran tasawuf yang
mementingkan kehidupan zuhud dan fakir. Menurut Ignas Goldziher dan juga
para Orientalis lainnya mengatakan bahwa kehidupan zuhud dalam ajaran
tasawuf adalah pengaruh dari rahib rahib Kristen. Begitu pula pola kehidupan
fakir yang dilakukan oleh para sufi adalah merupakan salah satu ajaran yang
terdapat dalam Injil. Dalam agama Nashrani diyakini bahwa Isa adalah orang
fakir. Di dalam Injil dikatakan bahwa Isa berkata: “Beruntunglah kamu
orang orang miskin, karena bagi kamulah kerajaan Alah. Beruntunglah kamu
orang-orang yang lapar, karena kamu akan kenyang” . Selain Ignas Goldziher,
pendapat yang serupa juga dilontarkan Reynold Nicholson. Menurut Nicholson,
“Banyak teks Injil dan ungkapan al-Masih (Isa) ternukil dalam biografi para sufi
angkatan pertama. Bahkan, sering kali muncul biarawan Kristen yang menjadi
guru dan menasehati kepada asketis Muslim. Dan baju dari bulu domba itu juga
berasal dari umat Kristen”.
Di samping pengaruh dari ajaran Nashrani, Goldziher juga mengatakan,
bahwa ajaran tasawuf banyak dipengaruhi oleh ajaran Budha. Dia mengatakan
bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Budha Sidharta Gautama dengan
tokoh sufi Ibrahim bin Adam yang meninggalkan kemewahan sebagai putra
mahkota. Bahkan, Goldziher mengatakan para sufi belajar menggunakan tasbih
sebagaimana yang digunakan oleh para pendeta Budha, begitu juga budaya etis,
asketis serta abstraksi intelektual adalah pinajaman dari Budhisme. Ada
kesamaan paham fana dalam tasawuf dengan nirwana dalam agama Budha.
Begitu juga ada kesamaan cara ibadah dan mujahadah dalam ajaran tasawuf
dengan ajaran Hindu. Menurut Harun Nasution, bahwa paham fana hampir sama
dengan nirwana dalam agama Budha, dimana agama Budha mengajarkan
pemeluk nya untuk meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplatif.
Demikian dalam ajaran Hindu ada perintah untuk meninggalkan dunia untuk
mencapai persatuan Atman dan Brahman .
Untuk selanjutnya ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf juga
dipengaruhi oleh unsur Yunani. Menurut Abuddin Nata, bahwa metode berfikir
filsafat Yunani telah ikut mempengaruhi pola berfikir umat Islam yang ingin
9
berhubungan dengan Tuhan. Hal ini terlihat dari pemikiran al-Farabi, al-Kindi,
Ibn Sina tentang filsafat jiwa. Demikian juga uraian mengenai ajaran tasawuf
yang dikemukakan oleh Abu Yazid, al-Hallaj, Ibn Arabi, Suhrawardi dan lain-
lain. Menurut Abuddin Nata, ungkapan Neo Platonis :”Kenallah dirimu dengan
dirimu” telah diambil sebagai rujukan oleh kaum sufi memperluas makna hadits
yang mengatakan: “Siapa yang mengenal dirinya, niscaya dia mengenal
Tuhannya”. Dari sinilah munculnya teori Hulul, Wihdah Asy-Syuhud dan
Wihdah al-Wujud. Filsafat Emansi Platonis yang mengatakan bahwa wujud alam
raya ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan
akan kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi, roh
menjadi kotor, maka dari itu roh harus dibersihkan. Penyucian roh itu adalah
dengan meninggalkan dunia dan mendekati diri dengan Tuhan sedekat-dekatnya.
Ajaran inilah yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum
Zuhud dan sufi dalam Islam.
Kembali pada teori Goldziher, bahwa tasawuf dipengaruhi oleh kepercayaan dan
agama di luar ajaran Islam, maka unsur kepercayaan dari Persia dengan
sendirimya juga berarti telah ikut serta mempengaruhi tasawuf, karena hubungan
politik, pemikiran, social dan sastra antara Arab dan Persia telah terjalin sejak
lama. Namun belum ada bukti yang kuat bahwa kehidupan rohani Persia masuk
ke tanah Arab. Tetapi memang ada sedikit kesamaan antara istilah zuhud di Arab
dengan zuhud menurut agama Manu dan Mazdaq di Persia. Begitu pula konsep
ajaran hakekat Muhammad menyerupai paham Harmuz (Tuhan Kebaikan) dalam
agama Zarathustra.
10
memandang bahwa tasawuf Islam terpengaruh oleh tradisi mistisme kristen, terutama
dalam hal kezuhudan (asketisme). Bahkan ia mengatakan gerakan zuhud terinspirasi oleh
idealisme Kristen. Namun, pendapatnya itu tidak di dukung oleh bukti dan dalil sehingga
tidak berapa lama kemudian ia menarik kembali pendapatnya. Dan pada akhirnya ia pun
mengakui bahsawanya tasawuf Islam meskipun dalam pertumbuhan dan
perkembangannya terpengaruh oleh kebudayaan umat-umat lain, akan tetapi tetap
mempunyai keterkaitan secara internal dengan ajaran-ajaran Islam sendiri.
Banyak perbedaan pendapat mengenai kapan munculnya istilah sufi pertama kali.
Menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin
Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah ‖Tasawuf‖ telah dikenal
sebelum tahun 200 H. Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu
baru muncul secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah, Pada abad kedua Hijriyah itu belum
dikenal adanya orang orang yang disebut sufi. Sementara itu dari data yang terungkap
orang pertama yang mendapat gelar sufi adalah Abu Hasyim al-Kufi (wafat 150H/761M).
Menurut Muchlis Sholihin istilah tasawuf pertama kali diperkenalkan oleh seorang
tokoh bernama Abu Hisyam, seorang zahid dari Syiria (wafat pada tahun 780). Ia
mendirikan lembaga kaum Sufi yang dinamakan taqiyah (sejenis padepokan sufi).
Bertolak dari hal itu, Dr. Hamka sebagaimana dikutip dari Mustafa Zahri mengatakan
bahwa timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu
sendiri, bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Muhammad SAW disauk
airnya dari Al-Qur„an itu sendiri.
11
Secara Etimologis, zuhud berarti raghaba‟an syai‟in wa tarakahu, artinya tidak
tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkan Zahada fi al-dunya, berarti mengosongkan
diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Zuhud juga tidak dapat dipisahkan dengan 2
keadaan yaitu pertama zuhud dijadikan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tasawuf. Kedua zuhud dijadikan sebagai akhlak moral dari sebuah perbuatan dan gerakan
protes. Apabila zuhud ini tidak dapat dipisahkan dengan tasawuf, maka fungsi zuhud
dalam tasawuf dijadikan sebagai maqam. Namun apabila zuhud dikatakan sebagai moral
akhak, maka fungsi zuhud disini berarti bagaimana upaya kehidupan agar mereka dapat
menatap dunia yang fana ini. Pandangan dunia menurut mereka hanyalah sekedar tempat
beribadah untuk menghantarkan keridhoan kapada Alahh semata. Mereka sama sekali
tidak terpengaruh denngan kemewahan dunia ini. Perbedaan pandangan zuhud disini
memiliki perbedaan yang sangat kuat yaitu bahwa zuhud yang dikatakan sebagai maqam
itu bersifat individual, sedangkan zuhud yang kedua yang dikatakan sebagai akhlak dan
moral itu bersifat individual dan sosial, dan sering dipergunakan sebagai protes dari
penyimpangan sosial. Dalam penamaan zuhud terdapat istilah [1] lain yaitu zahid.
Pada dasarnya seseorang sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih dahulu
menjadi zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi. Dengan
demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi. Kaum
zahid lebih mengutamakan hidup kebatinan dan kerohanian dan menjuruskan
perhatiannya dan kehidupannya kearah Allah.
Dalam permulaan Tarikh Islam, kehidupan zuhud atau asketisme belum lagi
merupakan suatu gerakan keagamaan yang meluas, yang diamalkan oleh seluruh
masyarakat Islam, akan tetapi ia merupakan kegiatan dan kecendrungan pribadi,
mengikuti petunjuk Islam al-qur‟an dan sunah Nabi. Kegiatan yang sama sekali tidak
mementingkan kehidupan di dunia. Mereka hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah.
Mereka lebih gemar berjihad dijalan Allah dan berdakwah untuk mengabdikan diri
kepada-Nya. Sikap zuhud inilah yang sering dikatakan sebagai ilmu pengantar dari
kemunculan ilmu tasawuf. Tahap awal perkembangan tasawuf itu dimulai pada abad ke-1
H sampai kurang lebih abad ke-2 H. Pada masa Nabi belum muncul istilah-istilah, namun
praktek ilmu-ilmu cabang sudah ada di masa nabi sebelum diangkat sebagai rasul.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW, dapat dijadikan sebagai suri tauladan. Perkembangan
12
tasawuf pada masa klasik itu berkisar pada masa Nabi Muhammad SAW, para sahabat
(khulafaur rasyidin), Tabi‟in, masa Bani Umayyah, dan masa Bani Abbasiyah tasawuf
beliau ber‟uzlah dengan menyatukan pikiran dan perasaan dalam merenungi alam dan
beliau telah tenggelam dalam kebesaran Allah SWT. Aktifitas uzlah inilah yang banyak
diambil pelajarannya, karena penyakit jiwa tidak bisa dihilangkan kecuali dengan
ber‟uzlah. Sifat sombong, ujub, hasud, riya, dan cinta terhadap dunia, merupakan
penyakit yang merusak jiwa dan hati nurani, meskipun secara lahiriyah manusia itu
terlihat melakukan amalan shaleh. Di dalam gua hira beliau terus mengingat Allah dan
memuja-Nya, sehingga putuslah hubungan beliau dengan makhluk yang lainnya. Beliau
membersihkan diri dari noda-noda hati yang mengotori jiwa. Menurut Ibnu Atha‟illah al-
Iskandariyah bahwa “tiada lebih berguna bagi hati selain „uzlah. Dengan „uzlah hati
memasuki lapangan tafakkur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf merupakan sebuah upaya penyucian diri dari hal-hal yang dapat
melalaikannya dari kewajiban dan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Sehingga ia tak
lagi diperbudak nasfu yang seringkali memalingkannya dalam mengigat penciptanya.
Yang mana penyucian tersebut menyangkut lahiriyah dan batiniyah. Dengan demikian,
segala bentuk tindakannya murni semata-mata tuk menggapai ridho-Nya. Timbulnya
tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, bertumbuh di
dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Muhammad SAW disauk airnya dari Al-Qur„an
itu sendiri. Karenya, landasan lahirnya tasawuf adalah Al-Qur„an dan Hadits Nabi. Dalam
perkembangannya tasawuf terdiri dari empat periode, yaitu: periode Rasulullah, Sahabat,
Tabi„in dan penyebaran tasawuf. Sedangkan pokok ajarannya dititik beratkan pada
tasawuf akhlaki, amali, dan falsafi. Kedudukan hukum Tasawuf tidak sama dengan
13
rukun rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf
bersifat sunnah. Karena Tasawuf merupakan pengontrol jiwa yang bisa membersihkan
manusia dari kejahatan dalam hatinya, melunakkan hawa nafsu yang semakin menjadi
raja, sehingga rasa takwa hadir dari hati yang bersih dan selalu merasa dekat kepada
Allah yang menciptakan manusia. Untuk bisa dekat dan mengenal Tuhannya, seorang
hamba harus berupaya tuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan melalui beberapa
tahapan. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan manusia bisa menemukan jalan terang
untuk kembali kepada TuhanNya. Salah satu yang bisa dilakukan manusia untuk lebih
mendekatkan diri dengan Tuhannya yaitu dengan belajar Tasawuf ini. Dan dengan
adanya artikel ini maka penulis berharap akan memberikan banyak manfaat kepada yang
membaca maupun kepada yang menulis. Aamiin
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ahmad. ―Epistemologi Ilmu-Ilmu Tasawuf.‖ Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin
14, no. 1 (2016): 59–66.
Arif, Masykur. ―Sejarah Tasawuf dengan Pendekatan Arkeologi.‖ ’Anil Islam: Jurnal
Kebudayaan dan Ilmu Keislaman 9, no. 2 (2016): 353–359.
Hajjaj, Muhammad Fauqi. Tasawuf Islam dan akhlak. Jakarta: Pusaka Amzah, 2011.
Rosihon, Anwar. Akhlak Tasawuf. 10 ed. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
15