Skkni 2023-106 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 144

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 106 TAHUN 2023
TENTANG
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA
NASIONAL INDONESIA KATEGORI
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
GOLONGAN POKOK AKTIVITAS JASA
PENUNJANG PERTAMBANGAN BIDANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
INDUSTRI MIGAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan industri minyak dan gas bumi sangat besar
di Indonesia. Potensi sumber daya minyak dan gas bumi tersebut
merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan
negara Indonesia terutama dalam menghadapi era globalisasi.
Kegiatan industri minyak dan gas bumi mulai eksplorasi, produksi,
pengolahan, pemasaran, maupun distribusi dan transportasinya
mempunyai potensi risiko yang sangat besar yaitu terjadinya insiden
dalam berbagai bentuk yaitu kecelakaan kerja, kerusakan aset/properti,
penyakit akibat kerja, kebakaran, pencemaran lingkungan, dan kasus-
kasus insiden lainnya. Karena itu, untuk pengelolaan minyak dan gas
bumi tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten.
Guna mendorong dan merealisasikan SDM yang kompeten tersebut harus
dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal
sistem pelatihan dan perangkat-perangkat pendukungnya. Dengan
demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan
minyak dan gas bumi secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang
memiliki kualifikasi dan kompetensi standar maka bangsa Indonesia akan
survive dalam menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas.
Menghadapi hal tersebut, semua negara termasuk Indonesia sedang
dan telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusianya
melalui standardisasi dan sertifikasi kompetensi di berbagai sektor.
Untuk hal ini diperlukan kerja sama dunia usaha/industri, pemerintah

1
dan lembaga pendidikan dan pelatihan baik formal maupun nonformal
untuk merumuskan suatu standar kompetensi yang bersifat nasional
khususnya pada subsektor minyak dan gas bumi.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah
rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan dirumuskannya SKKNI ini terjadi suatu hubungan timbal
balik antara dunia usaha dengan lembaga pendidikan dan pelatihan yaitu
bagi perusahaan/industri harus dapat merumuskan standar kebutuhan
kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha
atau industri. Sedangkan pihak lembaga pendidikan dan pelatihan akan
menggunakan SKKNI sebagai acuan dalam mengembangkan progam dan
kurikulum pendidikan dan pelatihan. Sementara untuk pihak pemerintah
menggunakan SKKNI sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dalam
pengembangan SDM secara makro.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Migas dirumuskan, disusun,
dan disempurnakan melalui proses kaji ulang SKKNI. Perumusan dan
penyusunan SKKNI dengan menggunakan referensi standar kompetensi
kerja yang mengacu pada Regional Model Of Competency Standard (RMCS)
yang disepakati oleh Indonesia di forum Association of South East Asia
Nations (ASEAN) pada tahun 1997 di Bangkok, Thailand dan di forum Asia
Pasifik pada tahun 1998 di Ciba, Jepang serta berdasarkan permintaan
pasar/pemangku kepentingan (stakeholder) pada sektor industri minyak
dan gas bumi. Sedangkan proses perumusan dan penyusunannya
berpedoman pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun
2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia. Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder
yang berkaitan dengan substansi standar dan dilaksanakan oleh Panitia
Perumusan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk
tenaga teknik khusus bidang keselamatan dan kesehatan kerja migas
industri migas.

2
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi;
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha
Hilir Minyak dan Gas Bumi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan
Kerja Nasional;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2018 tentang Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP);
9. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI);
10. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
03.P/123/M.PE/1986 dan/atau Nomor 07.P/075/M.PE/1991
tentang Sertifikasi Tenaga Teknik Khusus Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi beserta aturan
pelaksanaannya;
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia Di Tempat Kerja;
12. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia;
13. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
14. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun
2015 tentang pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia di Bidang Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi Secara
Wajib;

3
15. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional;
16. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia;
17. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja;
18. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan dan
Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi;
19. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.211/MEN/2004 tentang Pedoman Penerbitan Sertifikat
Kompetensi;
20. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.231A/MEN/X/2005 tentang Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi
dan Pembinaan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP);
21. Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia;
22. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor Kep.
01.K/60.05/DJM/2003 tentang Lembaga Sertifikasi Personil Tenaga
Teknik Khusus Minyak dan Gas Bumi;
23. Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas;
24. Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
21.K/MG.06/DMT/2022 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaporan
Keselamatan Minyak dan Gas Bumi.

B. Pengertian
1. Alat uji gas adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi gas di udara.
2. Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

4
3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi
kebakaran.
4. Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pemeriksaan
secara sistematis dan independen, untuk menilai suatu proses
kegiatan di tempat kerja dengan hasil yang berkaitan dengan aspek
K3 dan produktivitas kerja sesuai dengan prosedur yang di
rencanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk
mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.
5. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kombinasi dari
sikap, nilai, keyakinan, norma perilaku dan persepsi dari para pekerja
dalam sebuah organisasi, yang memiliki keterkaitan secara bersama
terhadap K3, perilaku selamat, dan penerapannya secara praktis
dalam proses produksi.
6. Daerah bisa terbakar (flammable range) adalah batas konsentrasi
campuran antara uap bahan bakar dengan oksigen yang dapat
terbakar, yang dibatasi oleh batas bisa terbakar bawah (lower
flammable limit) dan batas bisa terbakar atas (upper flammable limit).
7. Explosimeter adalah detektor gas yang digunakan untuk mengukur
jumlah gas yang mudah terbakar yang ada dalam sampel.
8. Fire detector adalah suatu alat yang dirancang untuk merespon dan
mengirimkan sinyal ke sistem komunikasi secara elektrik, pneumatik,
hidrolik atau mekanik apabila terjadi suatu kebakaran.
9. Fire alarm system adalah suatu alat yang digunakan untuk
memberikan isyarat pada sekitarnya bahwa telah terjadi peristiwa
kebakaran.
10. Forcible entry adalah teknik pemadaman kebakaran dengan cara
masuk ke lokasi kebakaran secara paksa.
11. Hampir celaka (near-miss) adalah suatu kejadian yang belum
mengakibatkan kerugian dalam bentuk korban cidera atau harta
benda, namun apabila tidak dilakukan suatu usaha pencegahan,
akan berpotensi menjadi insiden.
12. High Potential Incident (HIPO) adalah insiden yang memiliki potensi
kerugian atau dampak yang senilai dengan insiden besar (major

5
incident). Kebanyakan HIPO tidak dapat dikenali saat kejadian, dan
hanya setelah dilakukan investigasi baru jelas nilai potensi
kerugiannya.
13. Hazardous area adalah lokasi dimana adanya potensi terjadinya
ledakan yang disebabkan oleh adanya gas ataupun material lain di
udara yang mudah meledak.
14. Hazard and Operability studies (HAZOPs) adalah standar teknik
analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan
keamanan dalam sistem baru atau modifikasi untuk suatu
keberadaan potensi bahaya atau masalah operabilitasnya.
15. Higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
praktiknya yang lingkup dedikasinya adalah: mengantisipasi
mengenali, menilai (evaluasi), dan melakukan pengendalian terhadap
faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan
kerja dan perusahaan.
16. Insiden (incident) adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang
dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi, termasuk kecelakaan
(accident), hampir celaka (near-miss), ketidaksesuaian
(nonconformities) dan kejadian lainnya.
17. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala daya upaya atau
pemikiran yang ditujukan untuk mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
18. Kecelakaan (accident) adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia
dan atau harta benda.
19. Keadaan darurat adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan di
dalam daerah unit itu sendiri yang disebabkan oleh suatu kejadian
dari dalam/luar (seperti: kebakaran minyak, bocoran gas, kegagalan
tenaga atau bahaya-bahaya lainnya), dimana sumber daya dan sarana
dari unit tersebut mampu menanggulangi akibat dari suatu kondisi
yang tidak normal dengan ketentuan yang ada.
20. Korban diartikan seorang yang segera memerlukan pelayanan medis
sebagai akibat dari kecelakaan atau keadaan darurat, dimana

6
keadaan fisik/mental orang tersebut sedemikian rupa sehingga dapat
mengancam jiwanya atau dapat merugikan kesehatannya.
21. Krisis adalah keadaan darurat dimana eskalasinya meningkat
sehingga tidak mampu ditangani oleh sumber daya internal yang
dimiliki.
22. Lock Out Tag Out (LOTO) adalah alat yang digunakan untuk
mengisolasi energi berbahaya dan mengendalikan mesin atau
peralatan. Isolasi energi ini akan melindungi pekerja dari
kemungkinan terjadinya pelepasan energi berbahaya dari mesin,
instalasi listrik, atau peralatan lain yang sedang diperbaiki dan dalam
perawatan.
23. Layout adalah kegiatan pemadaman kebakaran untuk melakukan
penggelaran selang pemadam kebakaran.
24. Manajemen keselamatan proses adalah system manajemen
perusahaan yang dilakukan sebagai upaya keselamatan proses dalam
membebaskan dari timbulnya bencana atau malapetaka (catasthropic
events), dimana “proses” disini diartikan sebagai kegiatan mengelola
bahan berbahaya atau bahan kimia yaitu membuat, menggunakan,
menyimpan, memindahkan atau kombinasi dari kegiatan-kegiatan
dimaksud.
25. Management of Change (MOC) atau manajemen perubahan adalah
suatu proses kerja yang terstruktur untuk mengidentifikasi suatu
perubahan yang terjadi, dimana di dalam suatu perubahan perlu
dilakukan kajian potensi bahaya dan risiko yang terkait dengan
perubahan tersebut dan untuk mengkaji bagaimana mengelola risiko
yang ditimbulkan dari suatu perubahan tersebut ke tingkat yang
dapat diterima.
26. Make up adalah kegiatan pemadaman kebakaran untuk melakukan
penggulungan selang pemadam kebakaran.
27. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat
kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat
menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari
8 (delapan) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam seminggu.

7
28. Oxygen analyzer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
kadar gas oksigen dalam suatu ruangan ataupun tempat terbuka.
29. Permit to Work (PTW) atau surat izin kerja adalah sebuah dokumen
atau izin tertulis yang digunakan untuk mengontrol jenis pekerjaan
tertentu yang berpotensi membahayakan pekerja, dimana surat izin
kerja diperlukan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang akan
dilakukan, potensi bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan yang
akan dilakukan, dan tindakan pencegahan atau pengendaliannya.
30. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan/atau lingkungan kerja.
31. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya
memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang
mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
32. Pre Fire Planning (PFP) adalah merupakan perencanaan yang bersifat
operasional dalam penanggulangan kebakaran dengan acuan
penyusunan PFP mencakup dan Inspection survey, mapping, case
histories, planning an attack, mapping an attack.
33. Peralatan pemadam kebakaran adalah peralatan dan
perlengkapannya yang digunakan untuk memadamkan kebakaran.
34. Pompa Pemadam Kebakaran adalah suatu peralatan yang digunakan
untuk mengalirkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain
secara terus menerus dalam jumlah yang cukup besar dari sumber air
ke dalam jaringan pipa air pemadam.
35. Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) adalah suatu peralatan
perlindungan pernafasan yang disuplai dari tabung yang bertekanan
yang dapat dibawa ke mana-mana dengan cara digendong.
36. Size up adalah kegiatan pemadaman kebakaran untuk menafsir atau
memperkirakan situasi fakta kebakaran yang terjadi, kemungkinan
dampak risikonya, dan kemampuan sumber daya yang tersedia
sebelum melakukan pemadaman.
37. Simultaneous Operations (SIMOPs) adalah situasi dimana dua operasi
atau lebih yang dilaksanakan secara bersamaan pada area yang sama
atau pada jarak yang berdekatan, dimana aktivitas pekerjaan yang

8
dilakukan dapat mengganggu satu sama lain sehingga dapat
meningkatkan risiko bahaya tambahan.
38. Sound Level Meter (SLM) adalah suatu peralatan yang digunakan
untuk mengukur kebisingan.
39. Sistem Manajemen Keselamatan Migas (SMKM) adalah sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan keselamatan migas guna
terciptanya kegiatan usaha migas yang handal, aman, efisien dan
produktif, dimana keselamatan dalam kegiatan usaha migas meliputi
keselamatan pekerja, instalasi, lingkungan dan umum, yang
diharapkan dapat menjamin dan melindungi pekerja, instalasi,
lingkungan dan masyarakat.
40. Sistem jaringan pemadam kebakaran adalah suatu jaringan pipa air
yang dirancang untuk mampu menahan tekanan dan mampu
menyalurkan air dalam jumlah yang cukup ke tempat-tempat yang
memerlukan.
41. Toxic gas detector adalah alat untuk mendeteksi adanya gas yang
berbahaya dan beracun, dimana alat ini biasanya digunakan pada
saat akan memasuki ruangan tertutup yang terdapat kemungkinan
adanya gas beracun yang dapat mengakibatkan keracunan, sesak
napas, bahkan kematian.

C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang
berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan
kebutuhan masing- masing:
1. Untuk lembaga pendidikan dan pelatihan
a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan
kurikulum.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian, dan
sertifikasi.
2. Untuk dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja
a. Membantu dalam rekrutmen.
b. Membantu penilaian unjuk kerja.

9
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan.
d. Membantu dalam mengembangkan program pelatihan yang
spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha/industri.
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi kompetensi
a. Sebagai acuan dalam merumuskan skema sertifikasi kompetensi
sesuai dengan kualifikasi dan levelnya.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan dan proses sertifikasi
kompetensi.

D. Komite Standar Kompetensi


Susunan komite standar kompetensi pada Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Industri Migas dibentuk melalui keputusan Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 169.K/HK.02/DJM/2022 tanggal
29 November 2022, selaku Pengarah Komite Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) pada kegiatan usaha
minyak dan gas bumi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Susunan komite standar kompetensi RSKKNI Bidang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Migas

JABATAN
NO NAMA INSTANSI/LEMBAGA
DALAM TIM
1 2 3 4
1. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pengarah
Minyak dan Gas Bumi Minyak dan Gas Bumi
2. Direktur Teknik dan Direktorat Jenderal Ketua
Lingkungan Minyak dan Minyak dan Gas Bumi
Gas Bumi
3. Koordinator Direktorat Jenderal Sekretaris
Standardisasi Minyak Minyak dan Gas Bumi
dan Gas Bumi
4. Kepala Pusat Badan Pengembangan Anggota
Pengembangan Sumber Sumber Daya Manusia
Daya Manusia Minyak Energi dan Sumber
dan Gas Bumi (PPSDM Daya Mineral
Migas)
5. Koordinator Kementerian Anggota
Pengembangan Standar Ketenagakerjaan

10
JABATAN
NO NAMA INSTANSI/LEMBAGA
DALAM TIM
1 2 3 4
Kompetensi dan
Kualifikasi Nasional
6. Drilling Well PT Pertamina Hulu Anggota
Intervention Explosive Kalimantan Timur
Coordinator
7. Team Manager PT Pertamina Hulu Anggota
Technical Training & Rokan
Personnel Certification
8. Head of Safety Husky CNOOC Madura Anggota
Limited
9. Discipline Manager BP Berau Ltd. Anggota
Enginering, Production,
Asia Pacific Region
10. Assistant Manager PT Pertamina Hulu Anggota
HHSE Mahakam
11. Dewan Pengarah LSP MIGAS Anggota

12. Komite Skema LSP LSKK3 ICCOSH Anggota

13. Ketua LSP LSP PPSDM MIGAS Anggota

14. Direktur LSP LSP PROFESIONAL Anggota


MIGAS INDONESIA
15. Anggota Majelis Asosiasi Perusahaan Anggota
Pemutus Badan Pemboran Migas, Gas
Sertifikasi dan Pabum Indonesia
(APMI)
16. Direktur PT. Alkon Trainindo Anggota
Utama
17. Sekretaris Umum Asosiasi Perusahaan Anggota
Pemboran Migas, Gas
dan Pabum Indonesia
(APMI)

Susunan tim perumus dan tim verifikasi Rancangan Standar Kompetensi


Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Industri Migas dibentuk melalui Keputusan Direktur Teknik dan
Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Nomor 40.K/HK.02/DMT/2022
tanggal 19 April 2022, selaku Ketua Komite Rancangan Standar

11
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) pada kegiatan usaha
minyak dan gas bumi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Susunan Tim Perumus RSKKNI Bidang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Industri Migas

JABATAN
NO. NAMA INSTANSI/LEMBAGA
DALAM TIM
1 2 3 4
1. Martono Pusat Pengembangan Ketua
Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
2. Agus Sugiharto Pusat Pengembangan Sekretaris
Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
3. FX. Yudi Tryono Pusat Pengembangan Anggota
Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
4. Gunawan Hendro Pusat Pengembangan Anggota
Cahyono Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
5. Denni Nugraha Direktorat Jenderal Anggota
Minyak dan Gas Bumi
6. Alim Saadi PT. Biro Klasifikasi Anggota
Indonesia (Persero)
7. Budi Prakosa Asosiasi Perusahaan Anggota
Pemboran Migas, Gas
dan Pabum Indonesia
(APMI)
8. Hardiyono PT. Pertamina Hulu Anggota
Kalimantan Timur
9. Bayu Rahardaya Profesional Anggota
10. Wahyu Ardiatono LSP PROFESIONAL Anggota
MIGAS INDONESIA
11. Mohammad Wildan LSP MIGAS Anggota
Solihin
12. M. Yudi Masduki S LSP MIGAS Anggota
13. Juniel Todo Tua PT. Pertamina Hulu Anggota
Hutapea Rokan
14. Tujuan Sanggam Silaen PT. Pertamina Hulu Anggota
Rokan

12
JABATAN
NO. NAMA INSTANSI/LEMBAGA
DALAM TIM
1 2 3 4
15. Stenly Ismanto PT. Pertamina Hulu Anggota
Energi
16. Vera Tiurma Tobing PT. Sucofindo Anggota

Tabel 3. Susunan Tim Verifikasi RSKKNI Bidang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Industri Migas

JABATAN
NO. NAMA INSTANSI/LEMBAGA
DALAM TIM
1 2 3 4
1. Agus Alexandri Pusat Pengembangan Ketua
Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
2. Abdul Wakid Pusat Pengembangan Sekretaris
Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
3. Sri Parwana Pusat Pengembangan Anggota
Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
4. Wahyu Budi Kusuma Pusat Pengembangan Anggota
Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi
5. Ridho Pradana Maha Direktorat Jenderal Anggota
Putra Minyak dan Gas Bumi

13
BAB II
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

A. Pemetaan Standar Kompetensi

TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA FUNGSI DASAR


Mewujudkan Menjamin Meningkatkan Menerapkan
sumber daya terciptanya penerapan peraturan dan
manusia yang Keselamatan Keselamatan perundangan-
kompeten di dan Kesehatan dan Kesehatan undangan
bidang Kerja (K3) di Kerja (K3) di Keselamatan dan
Keselamatan industri migas tempat kerja Kesehatan Kerja
dan Kesehatan (K3) di industri
Kerja (K3) migas
industri migas
Menerapkan
prosedur kerja
aman di tempat
kerja
Menerapkan
work permit di
industri migas
Menerapkan Alat
Pelindung Diri
(APD)
Mengoperasikan
Self Contained
Breathing
Apparatus (SCBA)
Menerapkan
aspek kesehatan
lingkungan kerja
di industri migas
Meningkatkan Menerapkan
koordinasi komunikasi
Keselamatan Keselamatan dan
dan Kesehatan Kesehatan Kerja
Kerja (K3) di (K3) di industri
tempat kerja migas
Mengelola
pelaporan dan
pencatatan
insiden
Memantau Mengoperasikan
kondisi alat uji gas di
industri migas

14
lingkungan di Mengoperasikan
tempat kerja sound level meter
Mengelola Menganalisis
sistem risiko
manajemen Keselamatan dan
Keselamatan Kesehatan Kerja
dan Kesehatan (K3) di industri
Kerja (K3) migas
Menerapkan
Hazard and
Operability
Studies (HAZOPs)
di tempat kerja
Membuat program
kerja Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja (K3)
Melaksanakan
inspeksi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3) di industri
migas
Memastikan
pelaksanaan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
Migas (SMKM)
Menerapkan
investigasi insiden
Mengelola audit
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3) di industri
migas
Menerapkan
budaya
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3) di industri
migas
Menerapkan
pengelolaan
perubahan
(management of

15
change) ditempat
kerja
Mengkaji
klasifikasi area
berbahaya di
industri migas
Menjamin Mengelola Merencanakan
sistem peralatan sistem deteksi
pengelolaan pemadam kebakaran di
keadaan kebakaran industri migas
darurat di
Merencanakan
Industri Migas
sistem penyaluran
air pemadam
kebakaran di
industri migas
Merencanakan
sistem pemadam
kebakaran tetap
di industri migas
Memastikan
ketersediaan Alat
Pemadam Api
Ringan (APAR) di
tempat kerja
Mengoperasikan
peralatan
pemadam
kebakaran di
industri migas
Menjaga kesiap-
siagaan peralatan
pemadam
kebakaran di
industri migas
Melaksanakan Menerapkan
penanggulangan strategi dan taktik
keadaan darurat pemadaman
kebakaran di
industri migas
Menanggulangi
tumpahan minyak
di industri migas
Merencanakan
tanggap darurat
di industri migas

16
Menangani
pertolongan
pertama pada
korban
kecelakaan
Menerapkan
kegiatan forcible
entry

B. Daftar Unit Kompetensi

NO. KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI


1 2 3
1. B.09KKK00.001.3 Menerapkan Peraturan dan Perundangan-
Undangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Industri Migas
2. B.09KKK00.002.3 Menerapkan Prosedur Kerja Aman di
Tempat Kerja
3. B.09KKK00.003.3 Menerapkan Work Permit di Industri Migas
4. B.09KKK00.004.3 Menerapkan Alat Pelindung Diri (APD)
5. B.09KKK00.005.3 Mengoperasikan Self Contained Breathing
Apparatus (SCBA)
6. B.09KKK00.006.3 Menerapkan Aspek Kesehatan
Lingkungan Kerja di Industri Migas
7. B.09KKK00.007.3 Menerapkan Komunikasi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di Industri
Migas
8. B.09KKK00.008.3 Mengelola Pelaporan dan Pencatatan
Insiden
9. B.09KKK00.009.3 Mengoperasikan Alat Uji Gas di Industri
Migas
10. B.09KKK00.010.3 Mengoperasikan Sound Level Meter
11. B.09KKK00.011.3 Menganalisis Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Industri Migas
12. B.09KKK00.012.3 Menerapkan Hazard and Operability
studies (HAZOPs) di Tempat Kerja
13. B.09KKK00.013.1 Membuat Program Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)

17
NO. KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 2 3
14. B.09KKK00.014.3 Melaksanakan Inspeksi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Industri Migas
15. B.09KKK00.015.3 Memastikan Pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan Migas (SMKM)
16. B.09KKK00.016.1 Menerapkan Investigasi Insiden
17. B.09KKK00.017.3 Mengelola Audit Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Industri Migas
18. B.09KKK00.018.1 Menerapkan Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Industri Migas
19. B.09KKK00.019.1 Menerapkan Pengelolaan Perubahan
(Management Of Change) di Tempat Kerja
20. B.09KKK00.020.1 Mengkaji Klasifikasi Area Berbahaya di
Industri Migas
21. B.09KKK00.021.3 Merencanakan Sistem Deteksi Kebakaran
di Industri Migas
22. B.09KKK00.022.3 Merencanakan Sistem Penyaluran Air
Pemadam Kebakaran di Industri Migas
23. B.09KKK00.023.3 Merencanakan Sistem Pemadam
Kebakaran Tetap di Industri Migas
24. B.09KKK00.024.3 Memastikan Ketersediaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) di Tempat Kerja
25. B.09KKK00.025.3 Mengoperasikan Peralatan Pemadam
Kebakaran di Industri Migas
26. B.09KKK00.026.3 Menjaga Kesiapsiagaan Peralatan
Pemadam Kebakaran di Industri Migas
27. B.09KKK00.027.3 Menerapkan Strategi dan Taktik
Pemadaman Kebakaran di Industri Migas
28. B.09KKK00.028.1 Menanggulangi Tumpahan Minyak di
Industri Migas
29. B.09KKK00.029.3 Merencanakan Tanggap Darurat di
Industri Migas
30. B.09KKK00.030.3 Menangani Pertolongan Pertama Pada
Korban Kecelakaan
31. B.09KKK00.031.3 Menerapkan Kegiatan Forcible Entry

18
C. Uraian Unit Kompetensi

KODE UNIT : B.09KKK00.001.3


JUDUL UNIT : Menerapkan Peraturan dan Perundangan-Undangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Industri
Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam mengidentifikasi peraturan perundangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang relevan,
melaksanakan pemenuhan dan melaporkan peraturan
perundangan K3 di industri migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengidentifikasi 1.1 Peraturan perundangan K3 di industri


peraturan perundangan migas yang berlaku dipilih sesuai
K3 di industri migas kebutuhan.
yang relevan 1.2 Daftar peraturan perundangan-
undangan K3 dibuat sesuai kegiatan di
industri migas.
2. Melaksanakan 2.1 Daftar peraturan perundangan K3 di
pemenuhan peraturan industri migas disosialisasikan kepada
perundangan K3 di pihak terkait.
industri migas 2.2 Daftar peraturan perundangan K3
didistribusikan sesuai kebutuhan.
2.3 Peraturan perundangan dilakukan oleh
penanggungjawab kegiatan sesuai
kewenangannya.
3. Melaporkan penerapan 3.1 Peraturan perundangan K3 di industri
peraturan migas dipantau pemenuhannya.
perundangan-undangan 3.2 Hasil pemantauan pematuhan peraturan
K3 di industri migas perundangan K3 di Industri migas
diinformasikan kepada atasan.
3.3 Laporan hasil pemantauan pematuhan
peraturan perundangan-undangan K3 di
Industri migas didokumentasikan untuk
peningkatan kinerja.

19
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengidentifikasi peraturan
perundangan K3 yang relevan, melaksanakan pemenuhan dan
melaporkan penerapan peraturan perundangan-undangan K3 yang
berlaku di seluruh sektor kegiatan migas.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Data base peraturan perundangan-undangan K3 di sektor
kegiatan migas
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Kebijakan K3 perusahaan
2.2.2 Prosedur K3 perusahaan
2.2.3 Ceklis identifikasi dan pematuhan peraturan perundangan
K3

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
3.2 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
3.3 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan dan
Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi
3.4 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi

20
4.2 Standar
4.2.1 Standar K3
4.2.2 Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-005/SKKO0000/2018/SO
tentang Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode uji tes lisan,
tertulis, wawancara, demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau tempat uji kompetensi Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan Perundang-undangan K3 di Indonesia
3.1.2 Kebijakan K3 Perusahaan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Melaksanakan identifikasi peraturan perundangan K3 yang
relevan dengan kegiatan perusahaan
3.2.2 Mengkomunikasikan peraturan perundangan K3 yang relevan
di seluruh sektor kegiatan migas

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Disiplin dalam menerapkan peraturan perundangan-undangan K3
4.2 Cepat tanggap dalam mengidentifikasi peraturan perundangan-
undangan K3

21
4.3 Akurat dalam mengevaluasi penerapan peraturan perundangan-
undangan K3

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menerapkan peraturan perundangan-undangan K3
di industri migas

22
KODE UNIT : B.09KKK00.002.3

JUDUL UNIT : Menerapkan Prosedur Kerja Aman di Tempat Kerja

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan


pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mengidentifikasi bahaya pekerjaan
tertentu yang berisiko terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), mengevaluasi prosedur kerja atau
kegiatan operasi yang tidak aman, memberlakukan
prosedur kerja aman di tempat kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengidentifikasi bahaya 1.1 Pekerjaan yang berisiko tinggi dianalisa


untuk pekerjaan menggunakan metode yang sesuai.
tertentu yang berisiko 1.2 Kasus-kasus insiden dievaluasi sumber
terhadap K3 penyebabnya untuk mengidentifikasi
bahaya sebagai pembelajaran.
1.3 Rekomendasi hasil evaluasi bahaya
dirangkum menjadi masukan untuk
mengembangkan prosedur kerja aman.
2. Mengevaluasi prosedur 2.1 Semua langkah dalam prosedur kerja
kerja operasi yang tidak dikaji ulang.
aman 2.2 Hasil kaji ulang prosedur kerja
dimodifikasi.
2.3 Pengendalian dan tindakan pencegahan
dituangkan dalam setiap langkah kerja.
2.4 Pengendalian dan tindakan pencegahan
digunakan untuk antisipasi kondisi
darurat.
2.5 Umpan balik penyusunan prosedur
kerja aman didiskusikan bersama
pelaksana pekerjaan dan pemangku
kepentingan.
2.6 Prosedur kerja aman dibuat untuk
peningkatan kinerja K3.
3. Memberlakukan 3.1 Prosedur kerja aman ditetapkan
prosedur kerja aman menjadi persyaratan dalam kegiatan
operasional perusahaan.
3.2 Prosedur kerja aman dikomunikasikan
kepada semua pihak yang
berkepentingan pada saat awal maupun
pelaksanaan pekerjaan.

23
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
3.3 Pelaksanaan pekerjaan dievaluasi
secara berkala untuk mengetahui trend
penerapan bekerja secara aman (safe
work practices).

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengidentifikasi bahaya terhadap
pekerjaan tertentu yang berisiko terhadap K3, mengevaluasi
prosedur kerja atau kegiatan operasi yang tidak aman, dan
memberlakukan prosedur kerja aman untuk meningkatkan kinerja
K3 di tempat kerja.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat perekam/pengambilan foto
2.1.3 Alat pencetak laporan
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Prosedur kerja atau prosedur operasi
2.2.2 Prosedur atau panduan Job Safety Analysis (JSA)
2.2.3 Prosedur atau panduan investigasi insiden
2.2.4 Ceklis identifikasi bahaya (hazard checklist)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Budaya kerja organisasi

24
4.2 Standar
4.2.1 Occupational Health and Safety (OHS) Management System
ISO 45001:2018
4.2.2 American Petroleum Institute (API) RP 750 Management of
Process Hazard

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks Penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode uji tes lisan,
tertulis, wawancara, demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Bahaya di tempat kerja
3.1.2 Job or Task Safety Analysis
3.1.3 Investigasi insiden
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menguraikan langkah/urutan tugas melaksanakan suatu
pekerjaan
3.2.2 Melaksanakan identifikasi bahaya
3.2.3 Menentukan tindakan pengendalian dan tindakan
pencegahan untuk pencegahan insiden secara As Low As
Reasonably Practicable (ALARP)

25
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Teliti dalam menguraikan langkah-langkah suatu pekerjaan dan
mengidentifikasi bahaya
4.2 Akurat dalam menentukan tindakan pengendalian dan tindakan
pencegahan
4.3 Cepat tanggap dalam melakukan investigasi kecelakaan di lokasi
kejadian sesegera mungkin

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengkaji ulang semua langkah-langkah dalam
prosedur kerja

26
KODE UNIT : B.09KKK00.003.3
JUDUL UNIT : Menerapkan Work Permit di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam menentukan pekerjaan yang memerlukan,
memberlakukan dan menyelesaikan work permit di
industri migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menentukan pekerjaan 1.1 Pekerjaan yang memerlukan work


yang memerlukan work permit diidentifikasi sesuai aturan.
permit 1.2 Semua dokumen persyaratan
pengajuan work permit dilengkapi.
1.3 Pengajuan work permit dilakukan sesuai
prosedur.
1.4 Persyaratan pengajuan work permit dan
kondisi tempat kerja divalidasi.
2. Memberlakukan work 2.1 Pengajuan work permit disetujui oleh
permit Issuing authority.
2.2 Pelaksanaan pekerjaan dipantau agar
sesuai work permit dan prosedur
kerjanya.
2.3 Persyaratan pelaksanaan work permit
divalidasi sesuai prosedur.
3. Menyelesaikan work 3.1 Penutupan work permit dilakukan
permit sesuai prosedur.
3.2 Persyaratan penyelesaian (completion)
work permit dan hasil pekerjaan
divalidasi.
3.3 Laporan pekerjaan dan work permit
didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengidentifikasi pekerjaan yang
memerlukan work permit, memberlakukan dan menyelesaikan work
permit yang berlaku di seluruh sektor kegiatan migas.
1.2 Dokumen persyaratan pengajuan work permit dalam hal ini antara
lain mencakup, namun tidak terbatas pada:

27
1.2.1 Rencana pekerjaan rinci (daily planning)
1.2.2 Data pelaksana pekerjaa
1.2.3 Data peralatan dan perlengkapan kerja
1.2.4 Prosedur kerja atau instruksi kerja
1.2.5 Job Safety Analysis
1.2.6 Sertifikat/hasil pengetesan gas
1.2.7 Dokumen Log Out Tag Out (LOTO) jika terkait isolasi energi
berbahaya
1.3 Issuing authority dalam hal ini adalah seseorang yang ditunjuk dan
diberikan kewenangan menjadi Pejabat Pemberi Izin Kerja (PPIK)
berdasarkan prosedur yang ditetapkan perusahaan.
1.4 Penutupan (closing) work permit dalam hal ini adalah berakhirnya
pemberlakukan izin kerja dengan pilihan sebagai berikut:
1.4.1 Pekerjaan telah selesai dan prosedur kerja aman telah
dilaksanakan sehingga tempat kerja atau instalasi Migas
dapat beroperasi kembali secara normal.
1.4.2 Pekerjaan belum selesai namun izin kerja telah habis masa
berlakunya sehingga perlu prosedur perpanjangan izin kerja.
1.4.3 Pekerjaan dihentikan oleh karena adanya pelanggaran
persyaratan work permit yang dilakukan oleh pihak pelaksana
pekerjaan sebagai peminta izin kerja (performing authority).
1.4.4 Situasi berbahaya muncul atau kondisi operasional
menunjukkan kebutuhan tertentu.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Migas (SMKM)
perusahaan
2.2.2 Prosedur work permit perusahaan
2.2.3 Prosedur Job Safety Analysis (JSA)
2.2.4 Format work permit

28
2.2.5 Format Job Safety Analysis (JSA)
2.2.6 Petunjuk/panduan bekerja aman (safe work practices)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
3.2 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.1.2 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
4.2.1 Occupational Health and Safety (OHS) Management System
ISO 45001:2018
4.2.2 American Petroleum Institute (API) RP 750 Management of
Process Hazard

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode uji tes lisan,
tertulis, wawancara, demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

29
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Metode identifikasi bahaya
3.1.2 Job Safety Analysis (JSA)
3.1.3 Work permit
3.1.4 Isolasi energi dan LOTO
3.2 Keterampilan
3.2.1 Melakukan identifikasi bahaya
3.2.2 Melakukan inspeksi dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan
3.2.3 Melakukan validasi saat persiapan, pemberlakukan, dan
penyelesaian work permit

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Disiplin dalam menerapkan work permit di tempat kerja
4.2 Cepat tanggap dalam mengenali potensi bahaya
4.3 Akurat dalam menyusun Job Safety Analysis (JSA)
4.4 Tanggung jawab dalam mendokumentasi work permit

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam mengidentifikasi pekerjaan yang memerlukan work
permit
5.2 Kecermatan dalam memantau pelaksanaan pekerjaan saat
pemberlakukan work permit

30
KODE UNIT : B.09KKK00.004.3
JUDUL UNIT : Menerapkan Alat Pelindung Diri (APD)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam memilih, menggunakan, dan
memelihara Alat Pelindung Diri (APD).

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Memilih alat pelindung 1.1 Jenis-jenis alat pelindung diri
diri yang akan diidentifikasi sesuai kebutuhan.
digunakan 1.2 Jenis-jenis alat pelindung diri
dipastikan sesuai dengan fungsinya.
1.3 Alat pelindung diri ditentukan sesuai
potensi bahaya di lingkungan kerja.

2. Menggunakan alat 2.1 Alat pelindung diri dipakai sesuai


pelindung diri prosedur.
2.2 Penggunaan alat pelindung diri
dipastikan kenyamanannya.
2.3 Aktifitas kerja dilakukan sesuai
prosedur.

3. Memelihara alat 3.1 Jadwal perawatan alat pelindung diri


pelindung diri ditentukan sesuai prosedur.
3.2 Perawatan alat pelindung diri
dilakukan sesuai jadwal.
3.3 Laporan hasil perawatan alat pelindung
diri didokumentasikan sesuai
prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk memilih, menggunakan dan
memelihara alat pelindung diri. Unit kompetensi ini berlaku untuk
seluruh sektor kegiatan migas dalam rangka mengelola alat
pelindung diri.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pelindung diri yang digunakan di industri migas

31
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Standard Operating Procedure (SOP) penggunaan alat
pelindung diri
2.2.2 Ceklis kebutuhan APD
2.2.3 Ceklis pematuhan dan perawatan APD

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
4.2.1 American National Standards Institute (ANSI) Z87.1 Standard
For Eye and Face Protection
4.2.2 American National Standards Institute (ANSI) Z89.1 Standard
For Head Protection
4.2.3 American National Standards Institute (ANSI) Z41.1 Standard
For Foot Protection
4.2.4 American National Standards Institute (ANSI) Z88.2 Standard
For Respiratory Protection
4.2.5 American National Standards Institute (ANSI) S3.19 Standard
For Noise, Hearing Protection, Measurement
4.2.6 NFPA 2112, ASTM F-1506, ASTM F1959/F1959 M-14e1,
ASTM F1930-18

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.

32
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Bahaya di tempat kerja
3.1.2 Alat pelindung diri

3.2 Keterampilan
3.2.1 Mengidentifikasi bahaya-bahaya di lokasi kerja
3.2.2 Menentukan alat pelindung diri yang dibutuhkan
3.2.3 Memakai alat pelindung diri secara benar

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam mengidentifikasi jenis-jenis alat pelindung diri sesuai
risiko pekerjaan
4.2 Disiplin dalam memakai alat pelindung diri
4.3 Cermat dalam merawat alat pelindung diri

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menentukan alat pelindung diri
5.2 Kedisiplinan dalam memakai alat pelindung diri

33
KODE UNIT : B.09KKK00.005.3
JUDUL UNIT : Mengoperasikan Self Contained Breathing
Apparatus (SCBA)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mempersiapkan, menggunakan dan
merawat Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) di
tempat kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan Self 1.1 Kelengkapan perangkat SCBA disiapkan


Contained Breathing sesuai prosedur.
Apparatus (SCBA) 1.2 Kelengkapan perangkat SCBA dirakit
sesuai fungsinya.
1.3 Pengetesan SCBA dilakukan sesuai
prosedur.
1.4 Tabung udara atau oksigen SCBA
dipasang pada plat punggung sesuai
prosedur.
2. Menggunakan Self 2.1 Pemakaian (donning) SCBA dilakukan
Contained Breathing pada punggung sesuai prosedur.
Apparatus (SCBA) 2.2 Masker SCBA dipasang pada wajah
sesuai ketentuan.
2.3 Katup tabung oksigen atau udara bersih
dibuka sesuai prosedur.
2.4 Pengetasan tekanan udara pada masker
SCBA dilakukan sesuai prosedur.
2.5 Teknik berjalan dengan SCBA dilakukan
sesuai prosedur.
3. Merawat Self Contained 3.1 Daftar perawatan SCBA disusun sesuai
Breathing Apparatus kebutuhan.
(SCBA) 3.2 Pengisian tabung SCBA dilakukan
sesuai prosedur.
3.3 Perlengkapan SCBA disimpan sesuai
prosedur.
3.4 Laporan hasil perawatan SCBA
didokumentasikan sesuai prosedur.

34
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mempersiapkan, menggunakan
dan merawat Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) untuk
meningkatkan kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 SCBA dan kelengkapannya
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat pelindung diri sesuai risiko pekerjaan
2.2.2 Standard Operating Procedure (SOP) Penggunaan dan
Perawatan SCBA
2.2.3 Ceklis Pemakaian SCBA
2.2.4 Ceklis Perawatan SCBA

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 American National Standards Institute (ANSI) Z88.2 Standard
For Respiratory Protection
4.2.2 National Fire Prevention Association (NFPA) – Standar terkini :
Standard on Open-Circuit Self-Contained Breathing Apparatus
(SCBA) for Emergency Services
4.2.3 Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-005/SKKO0000/2018/SO
tentang Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan
Lindungan Lingkungan

35
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan alat pelindung diri
3.1.2 Bahaya pernafasan
3.1.3 Penggunaan dan perawatan SCBA
3.2 Keterampilan
3.2.1 Merakit (start up) SCBA
3.2.2 Memakai (donning) SCBA
3.2.3 Merawat SCBA

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Disiplin dalam menerapkan prosedur kerja
4.2 Tanggap dalam mengenali potensi bahaya
4.3 Teliti dalam merakit SCBA
4.4 Handal dalam memakai SCBA
4.5 Cermat dalam merawat SCBA

5. Aspek kritis
5.1 Kehandalan dalam memakai SCBA

36
KODE UNIT : B.09KKK00.006.3
JUDUL UNIT : Menerapkan Aspek Kesehatan Lingkungan Kerja
di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menentukan unsur-unsur kesehatan kerja, mengawasi
kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat serta
mengevaluasi pengelolaan aspek kesehatan lingkungan
kerja di industri migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Menentukan unsur- 1.1 Pengertian kesehatan kerja, penyakit
unsur kesehatan kerja akibat kerja dan Nilai Ambang Batas
(NAB) dijelaskan sesuai peraturan
perundangan--undangan.
1.2 Potensi bahaya kesehatan lingkungan
kerja diidentifikasi.
2. Mengawasi kondisi 2.1 Faktor kesehatan lingkungan kerja
lingkungan kerja yang dinilai risikonya sesuai prosedur.
aman dan sehat 2.2 Kondisi lingkungan kerja diukur dengan
peralatan yang standar.

3. Mengevaluasi 3.1 Hasil pengukuran aspek kesehatan


pengelolaan aspek lingkungan kerja diverifikasi terhadap
kesehatan lingkungan standar persyaratan.
kerja 3.2 Pengendalian risiko kesehatan
lingkungan kerja ditentukan.
3.3 Tindak lanjut pengelolaan aspek
kesehatan lingkungan kerja dipantau.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan unsur-unsur
kesehatan kerja, mengawasi kondisi lingkungan kerja yang aman
dan sehat serta mengevaluasi pengelolaan aspek kesehatan
lingkungan kerja yang berlaku untuk seluruh sektor kegiatan migas
dalam rangka menerapkan aspek kesehatan lingkungan kerja.

37
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat ukur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) lingkungan
kerja
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Daftar Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika dan faktor kimia
di tempat kerja
2.2.2 Standar Operasi Prosedur (SOP) penerapan kesehatan
lingkungan kerja

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja
3.2 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

38
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.2 Kesehatan kerja
3.1.3 Higiene perusahaan
3.1.4 Diagnosa penyakit akibat kerja
3.1.5 Lembar data keselamatan bahan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Dapat mengoperasikan alat ukur K3 lingkungan kerja
3.2.2 Dapat menilai kesehatan lingkungan kerja

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam mengukur kondisi lingkungan kerja
4.2 Disiplin dalam menjelaskan faktor-faktor K3 lingkungan kerja
4.3 Akurat dalam menganalisa hasil pengukuran aspek K3 lingkungan
kerja

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengukur kondisi lingkungan kerja
5.2 Keakuratan dalam memverifikasi hasil pengukuran aspek kesehatan
lingkungan kerja

39
KODE UNIT : B.09KKK00.007.3
JUDUL UNIT : Menerapkan Komunikasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
merencanakan kegiatan, melaksanakan dan memantau
hasil komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Merencanakan kegiatan 1.1 Permasalahan K3 yang terjadi di


komunikasi K3 internal perusahaan maupun dari
eksternal diidentifikasi berdasarkan
masukan dari berbagai pihak.
1.2 Prosedur komunikasi K3 untuk
menjamin kepedulian aspek K3
dipastikan sesuai peraturan dan
persyaratan yang berlaku.
1.3 Personel atau fungsi yang menangani
komunikasi ditentukan tugas dan
tanggung jawabnya.
1.4 Berbagai metode komunikasi K3 dipilih
berdasarkan efektifitas dan
relevansinya.
2. Melaksanakan 2.1 Informasi dan masukan secara internal
komunikasi K3 dan eksternal tentang masalah K3
dijadikan bahan masukan (input)
komunikasi K3.
2.2 Bahan atau topik komunikasi K3
dikonsultasikan dengan para pihak
yang berkepentingan.
2.3 Komunikasi internal K3 dilakukan
untuk meningkatkan kepedulian
terhadap aspek K3.
2.4 Komunikasi eksternal K3 dilakukan
untuk meningkatkan hubungan terkait
kinerja K3.

40
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3. Memantau hasil 3.1 Hasil pelaksanaan komunikasi K3


komunikasi K3 dirangkum untuk bahan evaluasi.
3.2 Status kegiatan komunikasi K3
dilaporkan ke atasan dan pihak terkait.
3.3 Laporan hasil komunikasi K3
didokumentasikan sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk merencanakan kegiatan,
melaksanakan komunikasi K3, dan memantau hasil komunikasi K3
yang berlaku untuk seluruh sektor kegiatan migas dalam rangka
menerapkan komunikasi K3.
1.2 Komunikasi K3 dalam hal ini adalah mencakup:
1.2.1 Kegiatan komunikasi – konsultasi – partisipasi terkait K3.
1.2.2 Komunikasi internal untuk meningkatkan kepedulian
terhadap aspek K3, antara lain dalam bentuk sebagai berikut,
namun tidak terbatas pada:
a. Orientasi dan induksi K3
b. Sosialisasi, pelatihan, coaching dan lain-lain
c. Pertemuan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3), Pre Job Safety Meeting (PJSM), Management
Review dan lain-lain
d. Safety talk, tool box meeting, tail gate meeting dan lain-
lain
e. Poster/rambu-rambu keselamatan
f. Papan informasi, bulletin, kotak saran, media sosial dan
lain-lain
1.2.3 Komunikasi eksternal untuk meningkatkan hubungan
(relationship) terkait kinerja K3, antara lain dalam bentuk
sebagai berikut, namun tidak terbatas pada:
a. Taklimat keselamatan (safety briefing)
b. Informasi peraturan perundangan K3

41
c. Informasi keselamatan terkait produk dan layanan, data
lembar keselamatan bahan/Material Safety Data Sheet
(MSDS), komunikasi bahaya dan lain-lain
d. Pelaporan kegiatan P2K3
e. Pelaporan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
f. Penghargaan K3
g. Konsultasi, lokakarya, seminar dan lain-lain
1.3 Pihak yang berkepentingan dalam hal ini adalah personil atau para
pihak yang terkait dengan penanganan atau permasalahan K3, yang
mencakup:
1.3.1 Internal perusahaan, yaitu antara lain:
a. Pekerja;
b. Pimpinan perusahaan;
c. Petugas/ahli K3;
d. Ketua tim/kelompok kerja (pokja);
e. P2K3; dan
f. Serikat pekerja.
1.3.2 Pihak eksternal, yaitu antara lain:
a. Instansi Pemerintah;
b. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N);
c. Asosiasi Profesi, Industri dan Pengusaha; dan
d. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat);

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Peralatan komunikasi (handy talky)
2.1.2 Telepon
2.1.3 Sarana komunikasi bahaya
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Standar Operasi Prosedur (SOP) Komunikasi K3
2.2.2 Format Rekaman Komunikasi

42
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
3.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/1987 tentang
P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
3.3 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika berkomunikasi
4.1.2 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
4.2.1 ISO 45001:Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (Occupational Health and Safety Management System)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Teknik berkomunikasi

43
3.1.2 Komunikasi kepedulian dan kompetensi K3
3.2 Keterampilan
3.2.1 Dapat berkomunikasi dengan baik
3.2.2 Dapat melakukan komunikasi internal K3
3.2.3 Dapat melakukan komuniasi eksternal K3

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Ketelitian dalam mengidentifikasi pekerjaan yang membutuhkan
komunikasi intensif
4.2 Kecermatan dalam menentukan dan memilih masalah K3 yang
dijadikan bahan komunikasi K3

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengidentifikasi permasalahan K3 yang akan
menjadi bahan komunikasi K3
5.2 Kedisiplinan dalam melakukan komunikasi internal dan eksternal K3

44
KODE UNIT : B.09KKK00.008.3
JUDUL UNIT : Mengelola Pelaporan dan Pencatatan Insiden
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mengumpulkan data,
melaksanakan dan menindaklanjuti pelaporan, dan
pencatatan kecelakaan kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengumpulkan data 1.1 Prosedur pelaporan dan pencatatan


pelaporan dan insiden dijelaskan.
pencatatan insiden 1.2 Formulir laporan insiden dan penyakit
akibat kerja dipastikan tersedia.
1.3 Data yang dibutuhkan dalam pelaporan
dan pencatatan insiden disampaikan
kepada para pengawas lini.
1.4 Data yang dibutuhkan dalam pelaporan
dan pencatatan penyakit akibat kerja
disampaikan kepada dokter kesehatan
kerja.
2. Melaksanakan 2.1 Pelaporan insiden dilakukan sesuai
pelaporan dan prosedur.
pencatatan insiden 2.2 Pelaporan penyakit akibat kerja
dilakukan sesuai prosedur.
2.3 Pencatatan insiden dan perhitungan
statistik dilakukan secara berkala.
2.4 Data pelaporan dan pencatatan
insiden dituangkan dalam format baku.
2.5 Data pelaporan dan pencatatan
penyakit akibat kerja dituangkan dalam
format baku.
3. Menindaklanjuti 3.1 Laporan kecelakaan kerja diolah
pelaporan dan menjadi notifikasi insiden.
pencatatan insiden 3.2 Hasil laporan dan pencatatan insiden
didokumentasikan sesuai prosedur.
3.3 Hasil perhitungan statistik dan laju
(trend) insiden dikomunikasikan untuk
peningkatan kinerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3.4 Kasus insiden dan penyakit akibat kerja
serta hasil perhitungan jam kerja aman
diinformasikan kepada pihak terkait.

45
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengumpulkan data,
melaksanakan dan menindaklanjuti pelaporan, dan pencatatan
insiden yang berlaku untuk seluruh sektor kegiatan migas dalam
rangka mengelola pelaporan dan pencatatan insiden.
1.2 Notifikasi insiden, yaitu penyampaian informasi tentang kasus
insiden yang diolah dari laporan insiden untuk menentukan
langkah-langkah yang tepat dan cepat, mencakup tindakan berikut:
1.2.1 Melakukan penanggulangan dan pemulihan (recovery) kasus
insiden yang terjadi.
1.2.2 Menyampaikan pelaporan insiden secara formal dan
berjenjang sesuai peraturan yang berlaku.
1.2.3 Mendokumentasi laporan insiden sebagai data perusahaan
1.2.4 Menentukan penanggung jawab insiden dan menugaskan
investigator pada tingkatan (level) yang tepat sesuai prosedur.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak laporan
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Standar Operating Procedure (SOP) pelaporan kecelakaan dan
near miss
2.2.2 Standar Operating Procedure (SOP) pelaporan Penyakit Akibat
Kerja (PAK)
2.2.3 Format pencatatan kecelakaan dan near miss
2.2.4 Format pelaporan penyakit akibat kerja

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER. 03/MEN/1998 tentang
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

46
3.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian
Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
3.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan di Tempat Kerja
3.4 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan
Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi
3.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 609
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja
dan Penyakit Akibat Kerja
3.6 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi
Nomor 21.K/MG.06/DMT/2022 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pelaporan Keselamatan Minyak dan Gas Bumi

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika berkomunikasi
4.1.2 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

47
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Tata cara pelaporan insiden
3.1.2 Tatacara pelaporan dan diagnose penyakit akibat kerja
3.1.3 Pencatatan dan statistik kecelakaan kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Membuat laporan insiden dan penyakit akibat
3.2.2 Mengumpulkan dan mengolah data untuk pencatatan dan
statistik insiden

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam melakukan pelaporan insiden dan penyakit akibat kerja
4.2 Teliti dalam melakukan pencatatan dan perhitungan statistik insiden
4.3 Disiplin dalam mendokumentasikan hasil laporan dan pencatatan
insiden

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam melakukan pelaporan dan pencatatan insiden
5.2 Ketepatan dalam melakukan pelaporan dan pencatatan penyakit
akibat kerja
5.3 Kecermatan dalam melakukan perhitungan statistik insiden

48
KODE UNIT : B.06KKK00.009.3
JUDUL UNIT : Mengoperasikan Alat Uji Gas di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
penerapan prosedur pengoperasian alat uji gas sesuai
standar dan prosedur yang berlaku.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menentukan jenis alat 1.1 Hazardous area diidentifikasi sesuai


uji gas lokasinya.
1.2 Alat uji gas dipilih sesuai kondisi lokasi
kerja.
1.3 Alat uji gas disiapkan sesuai jenis dan
kegunaannya.
2. Menggunakan alat uji 2.1 Alat pelindung diri dipakai sesuai risiko
gas pekerjaan.
2.2 Deteksi dan pengukuran gas dilakukan
sesuai prosedur.
2.3 Hasil pengukuran gas dicatat dalam
format baku yang tersedia.
3. Menindaklanjuti hasil 3.1 Hasil deteksi dan pengukuran gas
deteksi dan pengukuran dilaporkan sesuai prosedur.
gas 3.2 Hasil deteksi dan pengukuran gas
didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan jenis, menggunakan
alat uji gas dan menindaklanjuti hasil deteksi dan pengukuran gas
yang berlaku di seluruh sektor kegiatan migas.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Explosimeter
2.1.2 Toxic gas detector
2.1.3 Oxygen analyzer
2.1.4 Multi gas detector

49
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Instruction Manual Explosimeter
2.2.2 Instruction Manual Toxic Gas Detector
2.2.3 Instruction Manual Oxygen Analyzer
2.2.4 Instruction Manual Multi Gas Detector

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja
3.2 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

50
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Karakteristik gas berbahaya dan Nilai Ambang Batas (NAB)
3.1.2 Menggunakan gas detektor
3.1.3 Klasifikasi area berbahaya di industri migas
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menentukan jenis alat uji gas yang akan digunakan.
3.2.2 Mengoperasikan alat uji gas

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam mengidentifikasi bahaya di tempat kerja
4.2 Disiplin dalam menerapkan prosedur penggunaan gas detektor
4.3 Cepat tanggap dalam menghadapi situasi bahaya gas di tempat kerja
4.4 Akurat menginterpretasikan hasil pengukuran dengan gas detektor

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam memilih alat uji gas sesuai kondisi lokasi kerja
5.2 Kecermatan dalam melakukan deteksi dan pengukuran gas
berbahaya

51
KODE UNIT : B.09KKK00.010.3
JUDUL UNIT : Mengoperasikan Sound Level Meter
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mempersiapkan sound level meter,
mengukur intensitas kebisingan, dan memelihara
sound level meter.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Mempersiapkan sound 1.1 Bagian-bagian sound level meter
level meter dijelaskan sesuai fungsinya.
1.2 Prosedur pengoperasian sound level
meter dijelaskan sesuai kegunaannya.

2. Mengukur intensitas 2.1 Sound level meter digunakan sesuai


kebisingan prosedur.
2.2 Titik pengukuran intensitas kebisingan
ditentukan sesuai prosedur.
2.3 Data hasil pengukuran intensitas
kebisingan dituangkan dalam format
baku.

3. Memelihara sound level 3.1 Perawatan sound level meter dilakukan


meter sesuai prosedur.
3.2 Laporan hasil perawatan
didokumentasikan sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mempersiapkan sound level
meter, mengukur intensitas kebisingan dan memelihara sound level
meter yang berlaku untuk seluruh sektor migas dalam rangka
mengoperasikan sound level meter.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Sound level meter
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Ear plug atau ear muff

52
2.2.2 Kalkulator
2.2.3 Format pencatatan hasil pengukuran

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, wawancara dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Teori kebisingan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Mengimplementasikan teknik sampling kebisingan
3.2.2 Melakukan perhitungan hasil pengukuran

53
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Tepat dalam menentukan titik pengukuran intensitas kebisingan
4.2 Akurat dalam menuangkan hasil pengukuran

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menentukan titik pengukuran intensitas
kebisingan

54
KODE UNIT : B.09KKK00.011.3
JUDUL UNIT : Menganalisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam menentukan lingkup analisis
risiko K3, mengidentifikasi bahaya, menilai risiko
K3, mengendalikan risiko K3, dan menindaklanjuti
hasil analisis risiko K3 di industri migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Menentukan lingkup 1.1 Prosedur analisis risiko K3 ditetapkan
analisis risiko K3 di sesuai konteks dan persyaratan K3
tempat kerja sesuai ketentuan.
1.2 Program analisis risiko K3 yang bersifat
proaktif dibuat secara berkala sesuai
prosedur.
1.3 Metode identifikasi bahaya dan
penilaian risiko K3 dipilih sesuai
konteks.
2. Mengidentifikasi bahaya 1. Kelompok kegiatan dan jenis pekerjaan
di tempat kerja di tempat kerja ditentukan dalam
program analisis risiko K3 sesuai
ketentuan.
1. Bahaya potensial di tempat kerja
diidentifikasi sesuai metode yang
berlaku.
3. Menilai risiko K3 3.1 Bahaya yang teridentifikasi kemudian
dianalisa berdasarkan kemungkinan
(probability) dan keparahan
(consequency) dari kasus yang terjadi.
3.2 Hasil analisis bahaya dievaluasi tingkat
risikonya sesuai prosedur.
3.3 Hasil evaluasi risiko dijadikan
keputusan untuk menentukan pilihan
mengelola risiko.

55
4. Mengendalikan risiko K3 1. Pengendalian risiko K3 ditentukan
sesuai hirarki pengendalian risiko K3
yang relevan.
1. Prinsip As Low As Reasonably
Practicable (ALARP) digunakan dalam
merekomendasikan pengendalian
risiko.
1. Risiko sisa (residual risk) tetap
dilakukan pengendalian sesuai
peraturan dan persyaratan yang
berlaku.
5. Menindaklanjuti hasil 1. Hasil analisis risiko K3 dilaporkan
analisis risiko K3 kepada pihak terkait.
1. Rekomendasi pengendalian risiko
dijadikan justifikasi program kerja atau
eksekusi pekerjaan.
1. Daftar risiko dan hasil kegiatan analisis
risiko K3 didokumentasikan sesuai
prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan lingkup analisis
risiko K3, mengidentifikasi bahaya, menilai risiko K3, mengendalikan
risiko K3, dan menindaklanjuti hasil analisis risiko K3 yang berlaku
untuk seluruh sektor kegiatan migas dalam rangka menganalisis
risiko K3 di industri migas.
1.2 Mengelola risiko dalam hal ini adalah setiap aktivitas mengelola
ketidakpastinan dengan maksud untuk mencapai
keberhasilan/sasaran kinerja perusahaan sedemikian rupa sehingga
akibat risiko yang terjadi masih dalam batas penerimaan/toleransi
manejemen.
1.2.1 Keputusan untuk menolak risiko (non acceptable risk) adalah
sikap tidak ada toleransi untuk status kegiatan atau
pekerjaan yang memiliki risiko tinggi sehingga risiko tersebut
harus dihindari (risk avoidance).

56
1.2.2 Keputusan untuk menerima risiko (acceptable risk) untuk
status kegiatan atau pekerjaan yang memiliki risiko rendah
dengan tetap mematuhi peraturan dan persyaratan K3.

1.3. As Low As Reasonably Practicable (ALARP) dalam hal ini adalah


tindakan yang diambil berdasarkan tingkat risikonya untuk
mengurangi dan mengendalikan potensi risiko tersebut serendah
mungkin dan yang dapat diterapkan.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Identifikasi Bahaya
Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko (IBPPR)
2.2.2 Format atau worksheet Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko
dan Pengendalian Risiko (IBPPR)
2.2.3 Daftar pekerjaan berisiko (risk register)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.2 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
(Tidak ada.)

57
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Sistem Manajemen Keselamatan Migas (SMKM)
3.1.2 Sistem Manajemen Keselamatan Proses (SMKP)
3.1.3 Analisa bahaya proses
3.1.4 Kualitatif dan kuantitatif penilaian risiko
3.2 Keterampilan
3.2.1 Melakukan identifikasi bahaya
3.2.2 Melakukan penilaian risiko

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam mengidentifikasi bahaya pekerjaan
4.2 Teliti dalam melakukan penilaian risiko
4.3 Akurat dalam menentukan pengendalian risiko
4.4 Disiplin dalam melaksanakan pengendalian risiko

5. Aspek kritis
5.1 Ketelitian dalam mengidentifikasi bahaya potensial di tempat kerja
5.2 Kecermatan dalam menganalisa bahaya yang teridentifikasi
5.3 Kecermatan dalam melakukan penilaian risiko
5.4 Ketepatan dalam menentukan pengendalian risiko K3

58
KODE UNIT : B.09KKK00.012.3
JUDUL UNIT : Menerapkan Hazard and Operability Studies
(HAZOPs) di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti
hasil studi HAZOPs di tempat kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Merencanakan studi 1.1 Unit proses yang akan di studi HAZOPs


HAZOPs diidentifikasi sesuai kebutuhan.
1.2 Tim pelaksana studi HAZOPs ditunjuk
sesuai kebutuhan studi.
1.3 Lingkup dan sasaran studi HAZOPs
ditentukan.
1.4 Dokumen data input untuk studi
HAZOPs disiapkan.
1.5 Jadwal pelaksanaan studi HAZOPs
disusun sesuai lingkup studi dan titik
studi (node).
2. Melaksanakan studi 2.1 Anggota tim dipastikan paham deskripsi
HAZOPs unit proses dan mekanisme studi
HAZOPs.
2.2 Bahaya proses di setiap parameter
operasi diidentifikasi dengan bantuan
kata pedoman (guide-word).
2.3 Protection layer/safeguard dikaji ulang
efektifitasnya.
2.4 Bahaya yang teridentifikasi dinilai
risikonya sesuai prosedur.
2.5 Rekomendasi studi HAZOPs dibuat
berdasarkan ketiadaan atau kelemahan
safeguard yang sudah ada.
2.6 Laporan hasil studi HAZOPs dibuat
sesuai format baku.
3. Menindaklanjuti hasil 3.1 Studi HAZOPs dilaporkan ke pihak
studi HAZOPs terkait.
3.2 Perbaikan keselamatan proses operasi
dilakukan sesuai rekomendasi hasil
studi HAZOPs.
3.3 Progres perbaikan keselamatan proses
dipantau status pelaksanaannya.

59
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
3.4 Hasil studi HAZOPs dan
tindaklanjutnya didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk merencanakan, melaksanakan
studi HAZOPs, dan menindaklanjuti hasil studi HAZOPs yang
berlaku di seluruh sektor kegiatan migas dalam rangka menerapkan
HAZOPs di tempat kerja.
1.2 Data input untuk studi HAZOPs, dalam hal ini yaitu:
1.2.1 Prasyarat berbentuk data/informasi yang dibutuhkan agar
studi HAZOPs dapat dilaksanakan secara efektif.
1.2.2 Data input mencakup (namun tidak terbatas pada) antara
lain sebagai berikut:
a. Deskripsi proses yang menjelaskan parameter operasi,
kapasitas, laju alir (flow rates), pressure, temperature,
level, termasuk ikhtisar singkat bagaimana fungsi atau
prinsip kerja setiap item proses.
b. Plant layout diagrams.
c. Process Flow Diagram (PFD).
d. Piping and Instrument Diagram (P&ID).
e. Tabel sebab dan akibat (cause & effect charts) yang
mengatur mekanisme operasi dan trip dari sistem kontrol.
f. Rincian paket dari vendor.
3. Guide-word yang digunakan dalam studi HAZOPs dalam hal ini yaitu:
1.3.1 Kata kunci dalam prosedur HAZOPs yang membantu
menjelaskan status berbagai design intention dari suatu
desain rancangan unit proses, dimana intention suatu desain
menjelaskan bagaimana proses diharapkan berlangsung.
1.3.2 Daftar guide-word yang dipakai dalam studi HAZOPs, yaitu:
a. No
b. More
c. Less

60
d. As well as
e. Part of
f. Reverse
g. Other than

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat display
2.1.2 Alat pengolah data
2.1.3 Alat pencetak laporan
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Kertas kerja (worksheet) Hazard and Operability studies
(HAZOPs)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeksaan Keselamatan dan
Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.2 Standar
4.2.1 American Petroleum Institute (API) Recommended Practices 750
Management of Process Hazards

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.

61
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Proses safety concepts and design philosophy
3.1.2 Proses hazard analysis
3.1.3 Protection layers and safeguards
3.1.4 Barriers prevention and mitigations
3.1.5 Piping and Instrument Drawing (P & ID) and logic process
diagram
3.2 Keterampilan
3.2.1 Melakukan brainstorming
3.2.2 Melakukan analisa bahaya proses dan menilai risiko

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam menentukan ruang lingkup pekerjaan yang akan di studi
4.2 Akurat dalam membaca Piping and Instrument Drawing (P & ID) dan
Process Flow Diagram (PFD)

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menyiapkan data input studi HAZOPs
5.2 Kecermatan dalam menilai risiko bahaya yang teridentifikasi
5.3 Ketepatan dalam membuat rekomendasi studi HAZOPs

62
KODE UNIT : B.09KKK00.013.1
JUDUL UNIT : Membuat Program Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mempersiapkan rencana mitigasi
risiko dan peluang K3, menetapkan sasaran dan target
kinerja K3 dan menetapkan program kerja K3.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan 1.1 Semua risiko dan peluang K3


rencana mitigasi risiko diperhitungkan (taked into account).
dan peluang K3 1.2 Daftar risiko dan peluang K3 dinilai.
1.3 Profil mitigasi risiko dan peluang K3
ditetapkan.
1.4 Peraturan perundangan dan persyaratan
K3 diidentifikasi.
1.5 Masukan dan saran dari para pihak
dijadikan pertimbangan untuk
penyusunan program K3.
2. Menetapkan sasaran 2.1 Visi - misi dan rencana strategis
dan target kinerja K3 perusahaan dipastikan.
2.2 Sasaran dan target kinerja K3 dibahas
dengan pihak terkait.
2.3 Sasaran dan target kinerja K3 disusun
sesuai visi - misi dan rencana strategis
perusahaan berdasarkan hasil
pembahasan.
2.4 Sasaran dan target kinerja K3
dimintakan persetujuan pimpinan
tertinggi.
2.5 Program K3 dan rencana monitoringnya
didokumentasikan.
3. Menetapkan program 3.1 Program kerja K3 sesuai sasaran dan
kerja K3 target kinerja K3 didiskusikan dengan
pihak terkait untuk memperoleh umpan
balik (feedback).
3.2 Program kerja K3 disusun sesuai
kebutuhan.
3.3 Program kerja K3 dimintakan
persetujuan pimpinan tertinggi.

63
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
3.4 Monitoring evaluasi program kerja K3
direncanakan.
3.5 Program K3 dan rencana monitoringnya
didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mempersiapkan rencana mitigasi
risiko dan peluang K3, menetapkan sasaran dan target kinerja K3
dan menetapkan program kerja K3 yang berlaku untuk seluruh
sektor kegiatan migas dalam rangka membuat program kerja K3.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Format Program Kerja K3

3. Peraturan yang diperlukan


(Tidak ada.)

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.1.2 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
4.2.1 Sistem Manajemen Integrasi (ISO 9001, ISO 14001 dan ISO
45001) – Integrated Management System (IMS)
4.2.2 Occupational Health and Safety (OHS) Management System
ISO 45001 :2018

64
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode uji tes lisan,
tertulis, wawancara, demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Manajemen risiko
3.1.2 Perencanaan kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Dapat menganalisis risiko
3.2.2 Dapat menyusun program kerja

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Cermat dalam menganalisis risiko
4.2 Akurat dalam menyusun program kerja

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menyusun sasaran dan target kinerja K3

65
KODE UNIT : B.09KKK00.014.3
JUDUL UNIT : Melaksanakan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
merencanakan program, melakukan inspeksi K3,
melaporkan dan menindaklanjuti hasil inspeksi K3.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Merencanakan program 1.1 Tujuan inspeksi K3 ditentukan sesuai
Inspeksi K3 peraturan K3.
1.2 Program inspeksi disusun secara berkala.
1.3 Lingkup dan jadwal inspeksi ditentukan.
1.4 Format dan ceklis inspeksi disiapkan.
2. Melakukan inspeksi K3 2.1 Ceklis inspeksi diisi berdasarkan hasil
pengamatan atau pemeriksaan.
2.2 Data dan hasil inspeksi dicatat.
2.3 Temuan anomaly atau penyimpangan
diklasifikasikan potensi bahayanya.
2.4 Hasil inspeksi yang kritikal
dikomunikasikan segera untuk tindakan
pencegahan.

3. Melaporkan hasil 3.1 Hasil inspeksi K3 disusun sesuai format


inspeksi K3 baku.
3.2 Hasil inspeksi dlaporkan kepada pejabat
berwenang.
3.3 Hasil inspeksi dikomunikasikan kepada
penanggung jawab lokasi yang diinspeksi
sebagai umpan balik (feedback).

4. Menindaklanjuti hasil 4.1 Tindakan perbaikan dilaksanakan


inspeksi K3 sesuai rekomendasi hasil inspeksi.
4.2 Progress tindakan perbaikan dipantau
status realisasi pelaksanaannya.
4.3 Hasil inspeksi dan tindaklanjutnya
didokumentasikan sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk merencanakan program,
melaksanakan dan melaporkan hasil inspeksi K3 yang berlaku untuk

66
seluruh sektor migas dalam rangka mengawasi penerapan inspeksi
K3.
1.2 Anomaly atau penyimpangan dalam hal ini adalah adanya:
1.2.1 Perilaku yang tidak aman.
1.2.2 Peralatan dan perlengkapan yang tidak aman atau rusak.
1.2.3 Bahaya dari lingkungan kerja.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
(Tidak ada.)
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Bagan organisasi
2.2.2 Uraian tugas
2.2.3 Process flow diagram
2.2.4 Panduan keadaan darurat (emergency response plan)
2.2.5 Ceklis inspeksi

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
3.2 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.2 Standar
4.2.1 National Fire Protection Association (NFPA)-25 Standard for the
Inspection, Testing, and Maintenance of Water-Based Fire
Protection Systems

67
4.2.2 National Fire Protection Association (NFPA)-1911 Standard
for the Inspection, Maintenance, Testing, and Retirement of
In - Service Automotive Fire Apparatus
4.2.3 National Fire Protection Association (NFPA)-1962 Standard
for the Inspection, Care, and Use of Fire Hose, Couplings,
and Nozzles and the Service Testing of Fire Hose
4.2.4 International Sustainable Rating System (ISRS)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Jenis-jenis inspeksi
3.1.2 Bahaya-bahaya di industri migas
3.1.3 Pelaksanaan inspeksi K3
3.1.4 Pelaksanaan inspeksi manajemen (management walktrough)
3.2 Keterampilan
3.2.1 Merencanakan program inspeksi K3 di perusahaan
3.2.2 Melaksanakan inspeksi K3 di perusahaan
3.2.3 Melaporkan hasil inspeksi K3 di perusahaan

4. Sikap kerja yang diperlukan


Teliti dalam melakukan inspeksi K3 di tempat kerja

68
5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengisi ceklis inspeksi berdasarkan hasil
pengamatan
5.2 Ketepatan dalam mengklasifikasi temuan anomaly atau
penyimpangan

69
KODE UNIT : B.09KKK00.015.3
JUDUL UNIT : Memastikan Pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan Migas (SMKM)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
mempersiapkan perangkat, mengevaluasi pelaksanaan
dan meningkatkan kinerja pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan Migas (SMKM).

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan 1.1 Tujuan dan sasaran Keselamatan dan


perangkat Sistem Kesehatan Kerja (K3) perusahaan
Manajemen dipastikan.
Keselamatan Migas 1.2 Ketersediaan program K3 dipastikan.
(SMKM) 1.3 Dokumen pelaksanaan dipastikan.
1.4 Sumber daya pelaksanaan dipastikan.
2. Mengevaluasi 2.1 Kesesuaian pelaksanaan diperiksa.
pelaksanaan Sistem 2.2 Ketidaksesuaian pelaksanaan SMKM
Manajemen diinventarisir.
Keselamatan Migas 2.3 Hasil evaluasi pelaksanaan divalidasi.
(SMKM) 2.4 Hasil validasi pelaksanaan dilaporkan
kepada pejabat berwenang.
3. Meningkatkan kinerja 3.1 Penyusunan rencana tindakan
pelaksanaan Sistem perbaikan dipastikan.
Manajemen 3.2 Pelaksanaan tindakan perbaikan
Keselamatan Migas dipantau.
(SMKM) 3.3 Benchmark untuk peningkatan kinerja
dilakukan.
3.4 Hasil tindakan perbaikan
didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk dalam mempersiapkan perangkat,
mengevaluasi pelaksanaan dan meningkatkan kinerja pelaksanaan
dalam rangka memastikan pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan Migas (SMKM).
1.2 Sumber daya pelaksanaan SMKM mencakup:

70
1.2.1 Sumber daya manusia sebagai pelaku SMKM harus
memenuhi kualifikasi dan kompetensi teknis pekerjaan dan
aspek K3 sesuai lingkup tugas dan risiko yang dihadapi.
1.2.2 Sumber daya keuangan berupa dana anggaran yang
dialokasikan untuk program SMKM dan pengadaan
peralatan, perlengkapan, fasilitas K3 harus menjadi bagian
yang terpadu dengan biaya operasional perusahaan.
1.2.3 Sumber daya waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan
SMKM merupakan faktor kunci yang menunjukkan bahwa
aspek K3 diperlakukan sama (equal priority) dengan faktor
lainnya dalam proses bisnis, yang direpresentasikan sebagai
rentang waktu yang dibutuhkan untuk upaya SMKM meliputi
tahapan: konsep desain – desain engineering – engineering ,
pengadaan, konstruksi – komisioning dan start up –
operasional dan pemeliharaan – dekomisioning.
1.2.4 Sumber daya teknologi untuk pelaksanaan SMKM yaitu
berupa peralatan sistematis dan bantuan teknik (systematic
tools and technical assistance) untuk mengidentifikasi,
menganalisis dan mengendalikan risiko.
1.2.5 Sumber daya infrastruktur untuk pelaksanaan SMKM
merupakan hal yang sangat vital dalam menentukan pilihan
dan efektifitasnya bagi program pengendalian bahaya,
meliputi: Sistem proteksi aktif dan pasif, peralatan
keselamatan, peralatan untuk peringatan, Alat Pelindung Diri
(APD), peralatan dan perlengkapan keamanan, peralatan dan
fasilitas pengelolaan lingkungan dan penanggulangan
pencemaran, peralatan dan fasilitas penanggulangan
keadaan darurat, perlengkapan dan fasilitas untuk layanan
medis, perlengkapan dan fasilitas komunikasi, dan sarana
transportasi.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data

71
2.1.2 Alat pencetak laporan
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan
Lingkungan (K3LL) perusahaan
2.2.2 Prosedur K3LL perusahaan

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Pemeriksaaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan
pada Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
3.2 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi
selaku Kepala Inspeksi Minyak dan Gas Bumi Nomor
0916.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas
3.3 Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 140 Tahun 2018 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Aktivitas Arsitektur dan Keinsyinyuran; Analisis Uji Teknis Bidang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
4.2.1 Sistem Manajemen Terpadu (ISO 9001, ISO 14001 dan ISO
45001) – Integrated Management System (IMS)
4.2.2 Occupational Health and Safety (OHS) Management System
ISO 45001:2018
4.2.3 American Petroleum Institute (API) RP 750 Management of
Process Hazard

72
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Tahapan siklus kegiatan sesuai proses bisnis migas (hulu dan
hilir):
a. Tahapan kegiatan eksplorasi
b. Tahapan kegiatan rancang bangun & konstruksi
c. Tahapan kegiatan komisioning dan operasi
d. Transportasi migas (pipa, kapal dan lain-lain)
3.1.2 Identifikasi bahaya besar (major hazard)
3.1.3 Sejarah dari berbagai kecelakaan besar (major hazard)
industri migas diseluruh dunia dan indonesia
3.1.4 Hirarki pengendalian bahaya
3.1.5 Evaluasi risiko dan menentukan pengendaliannya.
3.1.6 Sistem manajemen K3LL terpadu (sistem manajemen
berbasis risiko).
3.2 Keterampilan
3.2.1 Kepemimpinan (leadership)
3.2.2 Melaksanakan teknik identifikasi bahaya sesuai dengan
tahapan kegiatan
3.2.3 Mengkomunikasikan informasi dan dampak bahaya

73
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Cepat tanggap dalam mengenali potensi bahaya
4.2 Akurat dalam mencatat dampak bahaya
4.3 Tanggung jawab dalam melaporkan dokumentasi SMKM

5. Aspek kritis
5.1 Ketelitian dalam menginventarisir ketidaksesuaian pelaksanaan
SMKM
5.2 Ketepatan dalam memastikan penyusunan rencana tindakan
perbaikan SMKM

74
KODE UNIT : B.09KKK00.016.1
JUDUL UNIT : Menerapkan Investigasi Insiden
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mempersiapkan program,
merencanakan, melaksanakan, melaporkan
investigasi insiden, dan menindaklanjuti hasil
investigasi insiden.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan 1.1 Prosedur investigasi insiden ditetapkan


program investigasi sesuai kebutuhan dan persyaratan K3.
insiden 1.2 Program investigasi insiden dibuat
secara berkala.
2. Merencanakan 2.1 Penanganan insiden dan investigasi
investigasi insiden awal dilakukan oleh penanggung
jawab/pengawas setempat.
2.2 Personel investigasi (investigator)
ditugaskan berdasarkan notifikasi
insiden yang terjadi.
2.3 Rencana investigasi dibuat sebelum
tiba di lokasi kejadian.
3. Melaksanakan 3.1 Fakta/bukti di lokasi kejadian diambil
investigasi insiden (gathering evidences) sesuai prosedur.
3.2 Deskripsi kejadian dan fakta/bukti
dirangkum sebagai bahan analisa lebih
lanjut.
3.3 Kemungkinan penyebab-penyebab
insiden dianalisa menggunakan
metode bantu analisa sesuai prosedur.
3.4 Laporan awal investigasi (preliminary
report) disampaikan ke penanggung
jawab insiden.
4. Melaporkan investigasi 4.1 Rekomendasi tindakan perbaikan
insiden ditentukan dari hasil analisa.
4.2 Laporan hasil investigasi disampaikan
kepada penanggung jawab insiden dan
manajemen perusahaan.
5. Menindaklanjuti hasil 5.1 Resume hasil investigasi
investigasi insiden dikomunikasikan kepada pihak terkait
sebagai pembelajaran (lesson learned).

75
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
5.2 Tindakan perbaikan dari rekomendasi
investigasi dilaksanakan oleh
penanggung jawab insiden dan pihak
terkait.
5.3 Progress tindak lanjut hasil investigasi
dipantau oleh manajemen yang sesuai
untuk memastikan perbaikan kinerja
K3 terlaksana.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mempersiapkan program,
merencanakan, melaksanakan, melaporkan investigasi insiden dan
menindaklanjuti hasil investigasi insiden yang berlaku diseluruh
sektor migas dalam rangka menerapkan investigasi insiden.
1.2 Program investigasi insiden, dalam hal ini yaitu:
1.2.1 Program kegiatan yang menjadi akuntabilitas pimpinan
perusahaan yang didelegasikan pelaksanaannya kepada
salah satu fungsi sebagai pemrakarsa yang bertanggung
jawab menyusun program investigasi insiden.
1.2.2 Program investigasi insiden, mencakup kegiatan sebagai
berikut:
a. Menunjuk dan menetapkan personel yang akan menjadi
pelaksana investigasi (investigator).
b. Melakukan pembinaan dan upskilling terhadap investigator
guna meningkatkan kompetensinya dalam menjalankan
tugas.
c. Melakukan update ketersediaan personel investigator.
d. Melakukan update ketersediaan perlengkapan investigasi
(investigation toolkit).
e. Melakukan reviu prosedur investigasi insiden untuk
disesuaikan dengan kebutuhan dan atau perubahan
organisasi.

76
1.3 Notifikasi insiden adalah penyampaian informasi tentang kasus
insiden yang diolah dari laporan insiden untuk menentukan
langkah-langkah yang tepat dan cepat, mencakup tindakan berikut:
1.3.1 Melakukan penanggulangan dan pemulihan (recovery) kasus
insiden yang terjadi.
1.3.2 Menyampaikan pelaporan insiden secara formal dan
berjenjang sesuai peraturan yang berlaku.
1.3.3 Mendokumentasi laporan insiden sebagai data perusahaan.
1.3.4 Menentukan penanggung jawab insiden dan menugaskan
investigator pada tingkatan (level) yang tepat sesuai prosedur.
1.4 Rencana investigasi (investigation plan) adalah rencana kegiatan
investigasi yang dibuat oleh penanggung jawab insiden bersama
investigator atau tim investigasi yang ditugaskan.
1.4.1 Rencana investigasi mencakup hal-hal berikut:
a. Tingkatan (level) investigasi berdasarkan notifikasi insiden.
b. Menugaskan investigator, apabila dalam bentuk tim maka
ditentukan komposisinya berdasarkan kebutuhan dan
kompetensi yang sesuai dengan kasus yang terjadi.
c. Menyusun synopsis atau term of references dari kasus
insiden yang terjadi ditinjau dari proses kegiatan, potensi
bahaya, analisa risiko, dan simulasi mitigasi atau barrier
risiko yang kemungkinan gagal (fail) atau tidak ada
(missing).
d. Menentukan jadwal kegiatan investigasi dan rencana
perjalanan investigator.
e. Menyiapkan kebutuhan perlengkapan investigasi, yang
perlu dibawa investigator dan yang tersedia di lokasi
kejadian.
f. Memastikan investigator merencanakan kegiatan
pengambilan bukti/fakta di lokasi kejadian.
g. Memastikan investigator menyusun jadwal pertemuan
untuk kegiatan analisa penyebab, menyusun rekomendasi,
dan membuat laporan sesuai tahapan atau proses
investigasi.

77
h. Mengalokasi sumber daya investigasi dan meminta
dukungan atasan dari investigator yang bertugas.
i. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (internal
maupun eksternal perusahaan) terkait proses investigasi.
1.5 Metode bantu analisa (tools of analysis) adalah metode yang
digunakan untuk menganalisa penyebab-penyebab insiden yang
tidak berdasarkan pendapat/opini pribadi investigator, namun
berdasarkan fakta/data yang memang menjadi prasyarat yang
diminta dalam metode bantu analisa:
1.5.1 Beberapa contoh metode bantu analisa yang umumnya
digunakan dalam investigasi insiden, antara lain:
a. Fish Bone Analysis
b. (5) Why Tree Analysis
c. Fault Tree Analysis (FTA)
d. Comprehensive List of Causes (CLC)
e. Root Cause Analysis (RCA) with Causal Factor Chart (CFC)
f. Systematic Cause Analysis Technique (SCAT)
g. Tripod – Beta Analysis
h. Bow Tie Analysis

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengambil data (investigation tool kits)
2.1.2 Alat pengolah data
2.1.3 Alat pencetak laporan
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat pelindung diri
2.2.2 Ceklis analisa
2.2.3 Format laporan kecelakaan dan nearmiss
2.2.4 Format laporan investigasi kecelakaan/insiden

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER03/MEN/1998 tentang
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

78
3.2 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan
Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.2 Standar
4.2.1 Standar ISO 45001 : 2018 Occupational Health and Safety
Management Systems

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Etiologi sebab – akibat insiden (Loss Causation Model)
3.1.2 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Migas
(HSE Management System/standar ISO 45001 : 2018)
3.1.3 Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko
Hazard Identification Risk Assesment and Determining Control
(HIRADC)
3.1.4 Proses dan mekanisme investigasi kecelakaan/insiden

79
3.2 Keterampilan
3.2.1 Investigasi di lokasi kejadian untuk pengambilan data/bukti
(gathering evidences) menggunakan metode People, Parts,
Place, and Paper (4P)
3.2.2 Analisa penyebab-penyebab dasar (root causes analysis)
menggunakan metode bantu analisa
3.2.3 Problem solving and decision making

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam mengumpulkan data investigasi
4.2 Disiplin dalam mendokumentasikan laporan hasil investigasi
kecelakaan

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengambil fakta/bukti di lokasi kejadian
5.2 Kecermatan dalam menganalisa kemungkinan penyebab - penyebab
insiden

80
KODE UNIT : B.09KKK00.017.3
JUDUL UNIT : Mengelola Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
mempersiapkan, melaksanakan, melaporkan dan
menindaklanjuti hasil audit K3.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan audit 1.1 Prosedur dan program audit


K3 dipastikan kelengkapannya.
1.2 Lingkup, sasaran, dan kriteria masing-
masing jenis audit didefinisikan sesuai
kebutuhan.
1.3 Rencana audit disusun sesuai standar.
1.4 Lingkup dan jadwal pelaksanaan audit
dikomunikasikan kepada auditee sesuai
ketentuan.
1.5 Informasi terdokumentasi terkait
persiapan untuk audit ditinjau oleh
auditor sesuai prosedur.
2. Melaksanakan audit K3 2.1 Pertemuan pembuka diselenggarakan
sesuai prosedur.
2.2 Audit K3 di lokasi audit dilakukan
sesuai metode.
2.3 Data dan temuan audit diverifikasi
kesesuaiannya dengan kriteria audit
sesuai ketentuan.
2.4 Kesimpulan hasil audit ditentukan
sesuai prosedur.
2.5 Pertemuan penutup diselenggarakan
sesuai prosedur.
3. Melaporkan hasil audit 3.1 Laporan hasil audit disusun sesuai
K3 format baku.
3.2 Laporan hasil audit disampaikan
kepada auditee dan pihak terkait sesuai
ketentuan.
4. Menindaklanjuti hasil 4.1 Tindakan perbaikan dilaksanakan
audit K3 sesuai rekomendasi hasil audit.
4.2 Progress tindakan perbaikan dipantau
status realisasi pelaksanaannya sesuai
ketentuan.

81
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
4.3 Dokumen audit dan tindaklanjutnya
dilaporkan sebagai masukan tinjauan
manajemen sesuai ketentuan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mempersiapkan, melaksanakan
audit K3, melaporkan, dan menindaklanjuti hasil audit K3 yang
berlaku di seluruh sektor migas dalam rangka mengelola audit K3 di
industri migas.
1.2 Program audit (audit programme) adalah:
1.2.1 Kegiatan audit yang direncanakan perusahaan dalam periode
tertentu, baik audit internal maupun audit eksternal.
1.3 Rencana audit (audit plan) adalah:
1.3.1 Rencana kegiatan untuk satu jenis audit yang akan
dilaksanakan sesuai program audit.
1.3.2 Rencana audit mencakup hal-hal berikut:
a. Tujuan audit.
b. Ruang lingkup audit, termasuk identifikasi organisasi dan
fungsinya, serta prosesnya untuk diaudit.
c. Kriteria audit dan setiap referensi informasi yang
terdokumentasi.
d. Lokasi (fisik dan virtual), tanggal, waktu yang diharapkan
dan durasi kegiatan audit yang akan dilakukan, termasuk
pertemuan dengan manajemen pihak yang diaudit.
e. Perlunya tim audit untuk membiasakan diri dengan
fasilitas dan proses auditee (misalnya melakukan tur
lokasi fisik, atau meninjau teknologi informasi dan
komunikasi).
f. Metode audit yang akan digunakan, termasuk sejauh
mana pengambilan sampel audit diperlukan untuk
memperoleh bukti audit yang memadai.

82
g. Peran dan tanggung jawab anggota tim audit, serta
pemandu dan pengamat atau penerjemah (jika
diperlukan).
h. Alokasi sumber daya yang tepat berdasarkan
pertimbangan risiko dan peluang terkait dengan kegiatan
yang akan diaudit.
1.4 Informasi terdokumentasi untuk audit, mencakup namun tidak
terbatas pada:
1.4.1 Daftar periksa (checklist) dalam bentuk fisik atau digital.
1.4.2 Pengambilan sampel audit yang rinci (audit sampling details).
1.4.3 Informasi audio visual.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengambil gambar dan rekaman
2.1.2 Alat pengolah data
2.1.3 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat pelindung diri
2.2.2 Ceklis audit
2.2.3 Format laporan audit

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
3.2 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Budaya kerja organisasi

83
4.2 Standar
4.2.1 Standar ISO 19011 : 2018 Guidelines for Auditing Management
Systems
4.2.2 Standar ISO 45001 : 2018 Occupational Health and Safety
Management Systems
4.2.3 American Petroleum Institute (API) Recommended Practices 750
Management of Process Hazards

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Prinsip dan teknik audit sistem manajemen
3.1.2 Sistem manajemen K3 sesuai PP 50 tahun 2012
3.1.3 Manajemen Risiko
3.1.4 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Migas (SMKM)
3.1.5 Proses safety management
3.1.6 Standar ISO terintegrasi (9001, 14001, 45001)
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menyusun rencana audit K3 sesuai lingkup dan sasarannya
3.2.2 Membuat checklist audit K3 sesuai kriteria audit
3.2.3 Melakukan audit menggunakan metode reviu dan verifikasi
dokumen, wawancara, observasi lapangan, sampling
3.2.4 Melakukan inspeksi untuk observasi barriers mitigasi risiko

84
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Teliti dalam melakukan audit

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam memverifikasi data dan temuan audit

85
KODE UNIT : B.09KKK00.018.1
JUDUL UNIT : Menerapkan Budaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam merencanakan dan melaksanakan program
pembudayaan K3, mengevaluasi perkembangan budaya
K3 di industri migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Merencanakan program 1.1 Penerapan program pembudayaan K3


pembudayaan K3 ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
1.2 Kajian awal level budaya K3 dilakukan
melalui survei budaya K3.
1.3 Ekspektasi dan roadmap pengembangan
budaya K3 ditentukan dari hasil survei.
1.4 Ekspektasi dan roadmap pembudayaan
K3 disosialisasikan.
2. Melaksanakan program 2.1 K3 sebagai tata nilai inti (core values)
pembudayaan K3 dibagikan ke seluruh jajaran pekerja.
2.2 Sistem manajemen dan prosedur K3
diintegrasikan dalam proses operasional
perusahaan.
2.3 Champion transformasi budaya
ditunjuk sebagai agen perubahan
budaya K3.
2.4 Tindakan K3 oleh setiap individu
dipraktekkan dalam kegiatan kerja
sehari-hari.
3. Mengevaluasi 3.1 Peningkatan budaya K3 dipantau
perkembangan budaya secara kontinu.
K3 3.2 Hasil (outcomes) pembudayaan K3 dinilai
dalam interval waktu tertentu.
3.3 Posisi perkembangan budaya K3 direkam
dalam dokumen rencana jangka panjang
perusahaan.

86
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk merencanakan dan
melaksanakan program pembudayaan K3, mengevaluasi
perkembangan budaya K3 yang berlaku untuk seluruh sektor
kegiatan migas dalam rangka penerapan budaya K3 di industri
migas.
1.2 Champion transformasi budaya K3 adalah personel yang ditunjuk
sebagai agen untuk mengkomunikasikan, menggerakkan, dan
menjadi panutan (role model) pembudayaan K3 yang mewakili semua
fungsi organisasi dari berbagai tingkatan jabatan.
1.3 Budaya K3 adalah kombinasi dari sikap-sikap, nilai-nilai, keyakinan-
keyakinan, norma-norma dan persepsi dari para pekerja dalam
sebuah organisasi, yang memiliki keterkaitan secara bersama
terhadap K3, perilaku selamat, dan penerapannya secara praktis
dalam proses bisnis.
1.4 Peningkatan budaya K3 adalah tahapan status maturity level budaya
K3.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak laporan
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Kebijakan K3 perusahaan
2.2.2 Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) perusahaan
2.2.3 Prosedur K3 perusahaan
2.2.4 Format survei dan penilaian budaya K3

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Nomor
0196.K/18/DMT/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Sistem Manajemen Keselamatan Migas

87
4. Norma dan standar
4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.1.2 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode uji tes lisan,
tertulis, wawancara, demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Behaviour Based Safety
3.1.2 Safety Culture Maturity Level (SCML)
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menginisiasi survei dan penilaian budaya
3.2.2 Mengkomunikasikan program kerja K3
3.2.3 Memberikan contoh atau panutan agar budaya K3 tampak
atau nyata dilakukan sehari-hari

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Disiplin dalam melakukan budaya K3
4.2 Cepat tanggap dalam mengenali potensi bahaya
4.3 Akurat dalam mencatat potensi bahaya

88
4.4 Tanggung jawab dalam melaporkan dokumentasi budaya K3

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam melakukan kajian awal level budaya K3
5.2 Ketepatan dalam menentukan ekspetasi dan roadmap
pengembangan budaya K3
5.3 Kedisiplinan dalam mempraktikkan tindakan K3 oleh setiap individu
dalam kegiatan kerja sehari-hari

89
KODE UNIT : B.09KKK00.019.1
JUDUL UNIT : Menerapkan Pengelolaan Perubahan (Management
Of Change) di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mengintegrasikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) ke dalam seluruh pendekatan
manajemen, mengidentifikasi dampak dari rencana
perubahan di tempat kerja dan mengelola dampak K3
dari semua perubahan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengintegrasikan 1.1 Semua dampak K3 diidentifikasi agar


Keselamatan dan mampu mengimplementasikan strategi
Kesehatan Kerja (K3) ke perubahan.
dalam seluruh 1.2 Strategi perubahan untuk menangani
pendekatan manajemen dampak K3 ditentukan.
1.3 Jenis-jenis perubahan yang mempunyai
potensi dampak K3 ditentukan sesuai
persyaratan.
2. Mengidentifikasi dampak 2.1 Potensi bahaya dan dampak K3 dari
dari rencana perubahan suatu perubahan di tempat kerja
di tempat kerja diidentifikasi dengan
mempertimbangkan sumber-sumber
informasi.
2.2 Risiko dan peringkatnya dievaluasi.
2.3 Saran pengendalian risiko
ditindaklanjuti sesuai dengan lingkup
tanggung jawabnya.
3. Mengelola dampak K3 3.1 Prosedur pengelolaan perubahan
dari semua perubahan ditetapkan.
3.2 Narasumber (Subject Matter Expert)
diidentifikasi sesuai kebutuhan.
3.3 Rencana aksi dikonsultasikan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan.
3.4 Penanggung jawab perubahan
ditetapkan sesuai prosedur perusahaan.
3.5 Perubahan dikonsultasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
3.6 Kegiatan perubahan dilakukan.
3.7 Hasil perubahan dikaji ulang sesuai
prosedur.

90
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
3.8 Hasil pengelolaan perubahan
didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengintegrasikan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) ke dalam seluruh pendekatan manajemen,
mengidentifikasi dampak dari rencana perubahan, mengelola
dampak K3 dari semua perubahan yang berlaku di seluruh sektor
kegiatan migas.
1.2 Persyaratan jenis-jenis perubahan mencakup:
1.2.1 Peraturan Perundangan-Undangan K3 tentang pelaporan dan
pemeliharaan catatan kejadian berkaitan dengan bahaya
tertentu, seperti catatan bahan kimia dan Material Safety
Data Sheet (MSDS).
1.2.2 Peraturan perusahaan
1.2.3 Prosedur organisasi
1.3 Sumber informasi dan data K3 mencakup:
1.3.1 Peraturan Perundangan-Undangan K3 dan sumber lainnya
yang relevan
1.3.2 Pekerja
1.3.3 Spesialis K3
1.3.4 Konsultan
1.3.5 Instansi Pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan K3
seperti Kementerian Ketanagakerjaan atau instansi teknis
lainnya
1.3.6 Surat kabar, jurnal, publikasi industri dan lain-lain
1.3.7 Portal internal
1.3.8 Jaringan industri dan asosiasi
1.3.9 Data teknis
1.3.10 Panduan industri dan spesifikasi
1.4 Narasumber mencakup:
1.4.1 Ergonomist

91
1.4.2 Industrial Higienist
1.4.3 Safety Engineer
1.4.4 Dokter kesehatan kerja
1.4.5 Fire Engineer
1.4.6 Perawat kesehatan kerja
1.4.7 Teknisi (seperti perancang, mekanik, ahli listrik dan lain-lain)
1.4.8 Praktisi hukum
1.4.9 Instruktur, pelatihan atau auditor
1.5 Fungsi operasi:
1.5.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), hubungan
perburuhan dan lain-lain
1.5.2 Fungsi pengadaan
1.5.3 Fungsi logistik
1.5.4 Fungsi pemeliharaan
1.5.5 Fungsi informasi dan teknologi
1.5.6 Fungsi keuangan dan audit
1.5.7 Fungsi manajemen lingkungan
1.5.8 Fungsi manajemen mutu
1.6 Jenis perubahan mencakup:
1.6.1 Pembelian/penambahan/pengembangan instalasi dan
peralatan
1.6.2 Pembelian material
1.6.3 Perubahan proses kerja dan sistem
1.6.4 Perubahan lingkungan kerja
1.6.5 Perubahan praktik kerja
1.6.6 Perubahan manajemen/organisasi
1.6.7 Introduksi pengaturan kontrak atau perubahan lainnya
dalam kerja perusahaan
1.6.8 Introduksi/penerapan teknologi baru
1.6.9 Perubahan tenaga kerja, dan lainnya
1.7 Pihak-pihak berkepentingan mencakup:
1.7.1 Para manajer
1.7.2 Para penyelia
1.7.3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

92
1.7.4 Komite K3
1.7.5 Pekerja
1.7.6 Kontraktor
1.7.7 Pemasok
1.7.8 Masyarakat sekitar

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak laporan
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Kebijakan K3 perusahaan
2.2.2 Prosedur K3 perusahaan
2.2.3 Ceklis identifikasi bahaya dan penilaian risiko

3. Peraturan yang diperlukan


(Tidak ada.)

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Budaya kerja organisasi
4.2 Standar
4.2.1 American Petroleum Institute (API) RP 750 Management of
Process Hazard
4.2.2 Standar ISO 45001:2018 Occupational Health and Safety
Management Systems

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode uji tes lisan,
tertulis, wawancara, demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.

93
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Manajemen risiko
3.1.2 Manajemen perubahan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Dapat melaksanakan teknik identifikasi bahaya
3.2.2 Dapat mengkomunikasikan informasi dan dampak bahaya K3
3.2.3 Dapat melakukan perubahan sesuai prosedur pengelolaan
perubahan

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Kecepatan dalam mengenali potensi bahaya pada setiap rencana
perubahan
4.2 Keakuratan dalam mencatat dampak bahaya K3
4.3 Tanggung jawab dalam melaksanakan pengelolaan perubahan

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengidentifikasi potensi bahaya dan dampak K3
dari suatu perubahan
5.2 Ketepatan dalam menentukan jenis-jenis perubahan yang
mempunyai potensi dampak K3

94
KODE UNIT : B.09KKK00.020.1
JUDUL UNIT : Mengkaji Klasifikasi Area Berbahaya di Industri
Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mengidentifikasi klasifikasi area
berbahaya, mengevaluasi rancangan jaringan
kelistrikan dan sistem pengendalian dan
mengendalikan risiko terhadap aktifitas kerja di area
berbahaya pada instalasi migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengidentifikasi 1.1 Standar yang diacu untuk klasifikasi


klasifikasi area area berbahaya dipastikan sesuai
berbahaya pada instalasi ketentuan.
migas 1.2 Area berbahaya pada instalasi migas
dipetakan dalam bentuk gambar lokasi
atau plot plant sesuai prosedur.
1.3 Klasifikasi area berbahaya dipetakan
sesuai prosedur.
1.4 Tanda peringatan area berbahaya
(warning sign) dipasang.
2. Mengevaluasi rancangan 2.1 Jaringan kelistrikan dan sistem
jaringan kelistrikan dan pengendalian diperiksa sesuai
sistem pengendalian di peruntukannya.
area berbahaya pada 2.2 Jaringan kelistrikan dan sistem
instalasi migas pengendalian dipastikan terpasang
sesuai persyaratan.
2.3 Jaringan kelistrikan dan sistem
pengendalian dipastikan
pemeliharaannya sesuai prosedur.
3. Mengendalikan risiko 3.1 Rencana aktifitas kerja di area
terhadap aktifitas kerja berbahaya dikaji risikonya sesuai
di area berbahaya pada prosedur.
instalasi Migas 3.2 Uji coba pengendalian risiko untuk
pekerjaan rutin operasional dilakukan
sesuai pengendalian engineering dan
Standar Operasi Prosedur (SOP) yang
relevan.
3.3 Uji coba pengendalian risiko untuk
pekerjaan non rutin dan Simultaneuous
Operations (SIMOPs) dilakukan sesuai

95
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
prioritas hierarki pengendalian risiko
dan izin kerja (work permit) yang
relevan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengidentifikasi, mengevaluasi
dan mengendalikan risiko terhadap aktifitas kerja seluruh sektor
kegiatan migas dalam rangka mengidentifikasi klasifikasi area
berbahaya, mengevaluasi rancangan jaringan kelistrikan dan sistem
pengendalian dan mengendalikan risiko terhadap aktifitas kerja di
area berbahaya pada instalasi migas.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data

2.2 Perlengkapan
2.2.1 Prosedur kerja atau Standar Operasi Prosedur (SOP)
2.2.2 Log sheet operasi
2.2.3 Surat izin kerja (work permit)
2.2.4 Gambar layout lokasi kebakaran

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharan
3.2 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 14 Tahun
2018 tentang Kegiatan Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan
Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi

96
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 American Petroleum Institute (API) RP 500, Recommended
Practice for Classification of Locations for Electrical Installations
at Petroleum Facilities, provides guidelines for classifying
locations at petroleum refineries, production and drilling areas,
and pipeline transportation facilities for the selection and
installation of electrical equipment.
4.2.2 British Standard (BS) 5345, HSE Guidance (UK)
4.2.3 National Fire Protection Association (NFPA) 70 National
Electrical Code, NFPA 70E Standard for Electrical Safety in the
Workplace
4.2.4 International Electrotechnical Commission (IEC) 79-10 Part 10:
Classification of Hazardous Areas, Electrical Apparatus for
Explosive Gas Atmosphere.

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Flammable and combustible liquids

97
3.1.2 Hazardous Area Classification
3.1.3 Standar dan spesifikasi kelistrikan
3.1.4 Surat izin kerja (permit to work)

3.2 Keterampilan
3.2.1 Dapat mengkaji gambar layout/plot plant instalasi migas
3.2.2 Dapat memetakan klasifikasi area berbahaya untuk instalasi
migas
3.2.3 Dapat mengawasi proses penerbitan surat izin kerja (permit to
work) untuk pekerjaan di area berbahaya
3.2.4 Dapat menentukan tindakan pengendalian dan pencegahan
untuk pekerjaan yang berisiko K3 di area berbahaya

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam membuat pemetaan klasifikasi area berbahaya

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam memetakan klasifikasi area berbahaya

98
KODE UNIT : B.09KKK00.021.3
JUDUL UNIT : Merencanakan Sistem Deteksi Kebakaran di Industri
Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menentukan alat dan merancang sistem deteksi
kebakaran.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menentukan alat deteksi 1.1. Jenis alat deteksi kebakaran


kebakaran diidentifikasi sesuai standar.
1.2. Penempatan alat deteksi kebakaran
ditetapkan lokasinya sesuai kebutuhan.
1.3. Jumlah kebutuhan alat deteksi
kebakaran dihitung sesuai standar.
2. Merancang sistem 2.1 Fungsi peruntukan sistem deteksi
deteksi kebakaran kebakaran ditentukan sesuai prosedur.
2.2 Konfigurasi sistem deteksi kebakaran
ditentukan sesuai standar.
2.3 Kerangka Acuan Kerja (KAK) sistem
deteksi kebakaran disusun sesuai
ketentuan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan alat dan merancang
sistem deteksi kebakaran yang berlaku untuk seluruh sektor
kegiatan migas dalam rangka merencanakan sistem deteksi
kebakaran di industri migas.

1.2 Jenis alat deteksi kebakaran mencakup:


1.2.1 Smoke Detector
1.2.2 Heat Detector
1.2.3 Flame Detector
1.3 Yang dimaksud dengan fungsi peruntukan sistem deteksi kebakaran
adalah sebagai early warning system atau sekaligus sebagai pemicu
(piloted) aktivasi sistem pemadam tetap.

99
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Format kerangka acuan kerja
2.2.2 Gambar layout instalasi/bangunan

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik
3.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)

4.2 Standar
4.2.1 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 72
standard for Fire Alarm and Signaling Code

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

100
2. Persyaratan Kompetensi
(tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Proses pembakaran (combustion process)
3.1.2 Deteksi dan alarm kebakaran
3.2 Keterampilan
3.2.1 Mengoperasikan sistem deteksi kebakaran
3.2.2 Menghitung jumlah kebutuhan detektor kebakaran

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Cermat dalam merancang sistem deteksi kebakaran

5. Aspek kritis
5.1 Keakurasian dalam menentukan fungsi peruntukan sistem deteksi
kebakaran

101
KODE UNIT : B.09KKK00.022.3
JUDUL UNIT : Merencanakan Sistem Penyaluran Air Pemadam
Kebakaran di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menentukan kebutuhan dan merancang sistem
penyaluran air pemadam kebakaran.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Menentukan 1.1 Skenario kebakaran terburuk (worst-
kebutuhan sistem case scenario) diidentifikasi sebagai
penyaluran air dasar kebutuhan air pemadam
pemadam kebakaran kebakaran sesuai prosedur.
1.2 Kebutuhan air pemadam kebakaran
dihitung berdasarkan jenis sistem
pemadam kebakaran berbasis air dan
standar desain instalasi migas.
1.3 Sumber air pemadam kebakaran (fire
water resources) dipastikan
ketersediaannya sesuai prosedur.
2. Merancang sistem 2.1 Penempatan fasilitas sistem pemadam
penyaluran air kebakaran berbasis air ditentukan
pemadam kebakaran dalam gambar lokasi (plot plant).
2.2 Jenis dan kapasitas pompa pemadam
kebakaran ditentukan sesuai standar.
2.3 Konfigurasi sistem penyaluran air
pemadam kebakaran ditentukan sesuai
standar.
2.4 Kerangka Acuan Kerja (KAK) sistem
penyaluran air pemadam kebakaran
sesuai area disusun.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan kebutuhan dan
merancang sistem penyaluran air pemadam kebakaran yang berlaku
diseluruh sektor migas dalam rangka merencanakan sistem
penyaluran air pemadam kebakaran di industri migas.

102
1.2 Sumber air mencakup:
1.2.1 Sumber air yang tidak terbatas (unlimited resources).
1.2.2 Sarana penyimpan air yang terbatas (limited resources).

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Format kerangka acuan kerja
2.2.2 Gambar layout instalasi/bangunan

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas
Instalasi, Peralatan dan Teknik yang digunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber
Daya Panas Bumi
3.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 11
standard for Low-, Medium-, and High-Expansion Foam.
4.2.2 National Fire Prevention Association (NFPA) – 13 standard for
the Installation of Sprinkler Systems.
4.2.3 National Fire Prevention Association (NFPA) -16 Standard for
the Installation of Foam-Water Sprinkler and Foam-Water
Spray Systems.

103
4.2.4 National Fire Prevention Association (NFPA) - 1961 Standard on
Fire Hose
4.2.5 National Fire Prevention Association (NFPA) - 1963 Standard for
Fire Hose Connections
4.2.6 National Fire Prevention Association (NFPA) - 1965 Standard for
Fire Hose Appliances
4.2.7 National Fire Prevention Association (NFPA) - 20 Standard for
Installation for Stationary Pump for Fire Protection
4.2.8 National Fire Prevention Association (NFPA) - 24 Standard for
The Installation of Private Fire Service Mains and Their
Appurtenances

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pompa pemadam kebakaran
3.1.2 Fire hydrant
3.1.3 Hidrolika pemadaman kebakaran
3.1.4 Sistem pemadam busa
3.1.5 Water sprinklers
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menghitung kebutuhan air pemadam kebakaran

104
3.2.2 Menghitung kebutuhan bahan busa mekanik
3.2.3 Menghitung kebutuhan peralatan sistem penyalur air
pemadam

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Cermat dalam merancang sistem penyaluran air pemadam
kebakaran

5. Aspek kritis
5.1 Ketelitian dalam menghitung kebutuhan air pemadam

105
KODE UNIT : B.09KKK00.023.3
JUDUL UNIT : Merencanakan Sistem Pemadam Kebakaran Tetap di
Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam menentukan dan merancang sistem
pemadam kebakaran tetap.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menentukan sistem 1.1 Sistem pemadam kebakaran tetap


pemadam kebakaran diidentifikasi kebutuhannya.
tetap 1.2 Jenis media pemadam kebakaran tetap
dipilih sesuai klasifikasi kebakaran.
1.3 Sistem pemadam kebakaran tetap
ditempatkan sesuai peruntukannya.
2. Merancang sistem 2.1 Penempatan fasilitas sistem pemadam
pemadam kebakaran kebakaran tetap ditentukan dalam
tetap gambar lokasi (plot plant).
2.2 Kapasitas discharge media pemadam
kebakaran dihitung sesuai standar.
2.3 Konfigurasi sistem pemadam
kebakaran tetap ditentukan sesuai
standar.
2.4 Kerangka Acuan Kerja (KAK) sistem
pemadam kebakaran tetap disusun.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan dan merancang
sistem pemadam kebakaran tetap yang berlaku diseluruh sektor
migas dalam rangka merencanakan sistem pemadam kebakaran
tetap di lokasi kerja.
1.2 Peruntukan sistem pemadam kebakaran tetap mencakup:
1.2.1 Total flooding
1.2.2 Local application

106
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Checklist inspeksi
2.2.2 Format standar
2.2.3 Gambar layout instalasi/bangunan

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas
Instalasi, Peralatan dan Teknik yang digunakan dalam Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 11
standard for Low-, Medium-, and High-Expansion Foam
4.2.2 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard - 12
Standard on Carbon Dioxide Extinguishing Systems. National
Fire Prevention Association (NFPA) – 13 standard for the
Installation of Sprinkler Systems
4.2.3 National Fire Prevention Association (NFPA) -16 Standard for
the Installation of Foam-Water Sprinkler and Foam-Water
Spray Systems
4.2.4 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard - 17
Standard for Dry Chemical Extinguishing Systems

107
4.2.5 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 72
standard for Fire Alarm and Signaling Code

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Teknik pemadam kebakaran
3.1.2 Klasifikasi kebakaran dan media pemadam kebakaran
3.1.3 Sistem penyaluran air pemadam kebakaran
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menghitung kebutuhan media pemadam

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam menghitung kebutuhan media pemadam

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menentukan konfigurasi sistem pemadam
kebakaran tetap

108
KODE UNIT : B.09KKK00.024.3
JUDUL UNIT : Memastikan Ketersediaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menentukan dan menempatkan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) di tempat kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menentukan alat 1.1 Jenis alat pemadam api ringan dipilih


pemadam api ringan sesuai klasifikasi kebakaran.
1.2 Alat pemadam api ringan yang tersedia
dipastikan rating nya.
1.3 Lokasi penempatan APAR ditentukan
berdasarkan tingkat bahaya
kebakaran dari bangunan atau area
yang diproteksi.
2. Menempatkan alat 2.1 Penempatan APAR dipastikan sesuai
pemadam api ringan peraturan yang berlaku.
2.2 Lokasi APAR diberi tanda sesuai
peraturan yang berlaku.
2.3 Penyebaran penempatan APAR
dipastikan sesuai standar persyaratan.
2.4 APAR yang tersedia dipastikan siap
pakai.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan dan menempatkan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang berlaku untuk seluruh sektor
kegiatan migas dalam rangka memastikan ketersediaan alat
pemadam api ringan di tempat kerja.
1.2 Yang dimaksud dengan rating APAR adalah kemampuan yang
dimiliki oleh suatu unit APAR berdasarkan pengujian (testing) yang
dikembangkan oleh Underwriters Laboratories (UL), yang disebut
standar ANSI/UL 711: Rating and Fire Testing of Fire Extinguisher.
Petunjuk Rating APAR hanya untuk :

109
1.2.1 Klas A Kebakaran
1.2.2 Klas B Kebakaran
1.3 Yang dimaksud dengan tingkat bahaya kebakaran adalah pembagian
bahaya terhadap risiko kebakaran berdasarkan peruntukan hunian
(occupancy) suatu ruangan atau bangunan yang umumnya dibagi
dalam 3 kategori yaitu:
1.3.1 Tingkat bahaya rendah (Low hazard occupancy)
1.3.2 Tingkat bahaya sedang (Moderate hazard occupancy)
1.3.3 Tingkat bahaya tinggi (High hazard occupancy)
1.4 Standar persyaratan mencakup:
1.4.1 Tingkat bahaya kebakaran
1.4.2 Luas lantai maksimum yg mampu dicakup (sesuai rating)
1.4.3 Jarak tempuh maksimum

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2.1.2 Alat ukur jarak
2.1.3 Alat pengolah data
2.1.4 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Form pencatatan penempatan alat pemadam api ringan
(APAR)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)

110
4.2 Standar
4.2.1 National Fire Protection Association (NFPA)-10 Standard for
Portable Fire Extinguishers

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Klasifikasi kebakaran dan media pemadam kebakaran
3.1.2 Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menentukan ketersediaan APAR berdasarkan ratingmya
3.2.2 Menghitung jumlah kebutuhan APAR di lokasi kerja
3.2.3 Menempatkan APAR berdasarkan lokasi dan penyebarannya

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Tepat dalam menempatkan APAR di lokasi kerja sesuai standar
persyaratannya

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menentukan lokasi penempatan APAR

111
KODE UNIT : B.09KKK00.025.3
JUDUL UNIT : Mengoperasikan Peralatan Pemadam Kebakaran di
Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menyiapkan peralatan dan melaksanakan pemadaman
kebakaran.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan peralatan 1.1 Jenis kebakaran yang terjadi


pemadam kebakaran diidentifikasi untuk menentukan
peralatan pemadam kebakaran yang
sesuai.
1.2 Konstruksi dan prinsip kerja peralatan
pemadam kebakaran dipastikan.
1.3 Jumlah media pemadam dan peralatan
pemadam kebakaran ditentukan sesuai
risiko kebakaran yang terjadi.
1.4 Media pemadam dan peralatan pemadam
kebakaran dipastikan tersedia di lokasi
kebakaran.
2. Melaksanakan 2.1 Penggelaran (size up dan layout)
pemadaman kebakaran peralatan pemadam kebakaran
dipastikan terlaksana cepat dan benar.
2.2 Tindakan pemadaman kebakaran
dilakukan sesuai prosedur.
2.3 Tindakan mengemas (make up) peralatan
pemadam kebakaran setelah selesai
pemadaman dilakukan sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menyiapkan peralatan dan
melaksanakan pemadaman kebakaran yang berlaku untuk seluruh
sektor migas dalam rangka mengoperasikan peralatan pemadam
kebakaran di industri migas.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan

112
2.1.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2.1.2 Alat Pemadam Api Berat (APAB)
2.1.3 Selang dan perlengkapannya
2.1.4 Nozzle/monitor
2.1.5 Pompa pemadam
2.1.6 Fire Truck
2.1.7 Peralatan penyalur busa
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat pelindung diri personel pemadam kebakaran
2.2.2 Alat pengangkut

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.186/MEN/Tahun 1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 10
standard for Portable Fire Extinguisher
4.2.2 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 11
standard for Low-, Medium-, and High-Expansion Foam
4.2.3 National Fire Prevention Association (NFPA) – 14 standard for
the Installation of Standpipe and Hose Systems
4.2.4 National Fire Prevention Association (NFPA) – 15 standard for
Water Spray Fixed System for Fire Protection
4.2.5 National Fire Prevention Association (NFPA) -16 Standard for
the Installation of Foam-Water Sprinkler and Foam-Water
Spray Systems.
4.2.6 National Fire Prevention Association (NFPA) - 20 Standard for
Installation for stationary Pump for Fire Protection

113
4.2.7 National Fire Prevention Association (NFPA) – 24 Standard for
The Installation of private Fire Service Mains and Their
Appurtenances

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Prinsip pemadaman kebakaran
3.1.2 Klasifikasi dan media pemadam kebakaran
3.1.3 Strategi dan taktik pemadam kebakaran
3.1.4 Forcible Entry
3.1.5 Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
3.1.6 Sistem pemadam kebakaran tetap
3.1.7 Prosedur tanggap darurat
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APAR
3.2.2 Menggunakan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)
3.2.3 Melakukan latihan pemadaman kebakaran (fire drill)
3.2.4 Melakukan simulasi tanggap darurat

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Disiplin dalam mengoperasikan peralatan pemadam kebakaran

114
5. Aspek kritis
5.1 Kehandalan dalam melakukan tindakan pemadaman kebakaran

115
KODE UNIT : B.09KKK00.026.3
JUDUL UNIT : Menjaga Kesiap-siagaan Peralatan Pemadam
Kebakaran di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
mempersiapkan prosedur, menilai, dan menjamin
perawatan untuk meningkatkan level kesiapsiagaan
peralatan pemadam kebakaran di Industri migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan 1.1 Prosedur kesiap-siagaan peralatan


prosedur kesiap-siagaan pemadam kebakaran dipastikan sesuai
peralatan pemadam standar proteksi kebakaran.
kebakaran 1.2 Personel inspektor pemadam
kebakaran dan teknisi perawatan
pemadam kebakaran ditunjuk sesuai
fungsi penugasannya.
1.3 Personel inspektor pemadam
kebakaran dan teknisi perawatan
pemadam kebakaran dilatih untuk
meningkatkan kompetensi.
1.4 Program dan jadwal penilaian peralatan
pemadam kebakaran disusun secara
berkala.
2. Menilai (assess) kesiap- 2.1 Peralatan pemadam kebakaran
siagaan peralatan diinspeksi sesuai peraturan dan
pemadam kebakaran persyaratan proteksi kebakaran.
2.2 Kinerja peralatan dan media pemadam
kebakaran tertentu dinilai sesuai
prosedur.
2.3 Kesiap-siagaan peralatan pemadam
dipetakan untuk merencanakan
tindakan perbaikan dan peningkatan
kehandalannya.
2.4 Hasil pemetaan kesiap-siagaan
peralatan pemadam dilaporkan kepada
fungsi terkait dan pejabat berwenang.
2.5 Program dan jadwal perawatan
peralatan pemadam kebakaran
ditetapkan.
3. Menjamin perawatan 3.1 Program dan jadwal perawatan
untuk meningkatkan (maintenance) peralatan pemadam
level kesiap-siagaan kebakaran dipastikan.
3.2 Perawatan perbaikan (corrective
maintenance) peralatan pemadam

116
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
peralatan pemadam kebakaran yang tidak laik dipastikan
kebakaran sesuai prosedur.
3.3 Perawatan pencegahan (preventive
maintenance) untuk memelihara kinerja
peralatan pemadam kebakaran
dipastikan sesuai prosedur.
3.4 Riwayat pengoperasian dan perawatan
peralatan pemadam kebakaran
didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mempersiapkan prosedur,
menilai, dan menjamin perawatan untuk meningkatkan level
kesiapsiagaan peralatan pemadam kebakaran yang berlaku
diseluruh sektor migas dalam rangka menjaga kesiapsiagaan
peralatan pemadam kebakaran di industri migas.
1.2 Peralatan pemadam kebakaran tertentu adalah pompa pemadam
kebakaran yang sangat mempengaruhi keberhasilan operasional
sarana pemadam kebakaran berbasis air.
1.3 Media pemadam kebakaran tertentu adalah busa pemadam
kebakaran yang menjadi andalan utama untuk memadamkan
kebakaran pada instalasi migas.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengukur aliran, tekanan, dan foam test kit
2.1.2 Alat pengolah data
2.1.3 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Checklist inspeksi
2.2.2 Format status kesiapsiagaan peralatan pemadam kebakaran

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas

117
Instalasi, Peralatan dan Teknik yang digunakan dalam Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.2 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun
2021 tentang Inspeksi Teknis dan Pemeriksaan Keselamatan Instalasi
dan Peralatan Pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi diterapkan
di Tempat Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)

4.2 Standar
4.2.1 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 10
standard for Portable Fire Extinguisher
4.2.2 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 11
standard for Low-, Medium-, and High-Expansion Foam
4.2.3 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 12
standard on Carbon Dioxide Extinguishing System
4.2.4 National Fire Prevention Association (NFPA) – 13 standard for
the Installation of Sprinkler Systems.
4.2.5 National Fire Prevention Association (NFPA) – 14 standard for
the Installation of Standpipe and Hose Systems
4.2.6 National Fire Prevention Association (NFPA) – 15 standard for
Water Spray Fixed System for Fire Protection
4.2.7 National Fire Prevention Association (NFPA) -16 Standard for
the Installation of Foam-Water Sprinkler and Foam-Water
Spray Systems.
4.2.8 National Fire Prevention Association (NFPA) -17 Standard for
Dry Chemical Extinguishing Systems
4.2.9 National Fire Prevention Association (NFPA) - 20 Standard for
Installation for stationary Pump for Fire Protection
4.2.10 National Fire Prevention Association (NFPA) - 25 Standard for
the Inspection, Testing, and Maintenance of Water-Based Fire
Protection

118
4.2.11 Fire Protection Systems; Inspection, Testing & Maintenance
Manual - National Fire Prevention Association (NFPA)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Konstruksi dan standar perawatan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
3.1.2 Karakteristik dan standar inspeksi, testing dan perawatan
pompa pemadam kebakaran
3.1.3 Karakteristik dan standar inspeksi, testing dan perawatan
sistem deteksi dan alarm kebakaran
3.1.4 Karakteristik dan standar inspeksi, testing dan perawatan
sistem pemadam kebakaran portable, semi-tetap, tetap, dan
bergerak (mobile).
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menilai kinerja peralatan pemadam kebakaran
3.2.2 Merawat Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
3.2.3 Merawat peralatan deteksi dan alarm kebakaran
3.2.4 Merawat peralatan pemadam kebakaran portable
3.2.5 Merawat peralatan pemadam kebakaran tetap
3.2.6 Merawat peralatan pemadam kebakaran bergerak

119
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Cermat dalam menilai kesiapsiagaan peralatan pemadam kebakaran
4.2 Teliti dalam merawat perawatan peralatan pemadam kebakaran

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam menilai kinerja peralatan dan media pemadam
kebakaran tertentu

120
KODE UNIT : B.09KKK00.027.3
JUDUL UNIT : Menerapkan Strategi dan Taktik Pemadaman
Kebakaran di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menyusun strategi dan taktik pemadaman kebakaran
serta melakukan taktik pemadaman kebakaran.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyusun strategi dan 1.1 Risiko dan nature of fire diidentifikasi


taktik pemadaman untuk pembuatan pre fire planning.
kebakaran 1.2 Strategi pemadaman kebakaran dibuat
sebagai bagian dari pre fire planning.
1.3 Strategi pemadaman kebakaran
dideskripsikan dalam bentuk skenario
pemadaman kebakaran.
1.4 Skenario pemadaman kebakaran
dituangkan dalam taktik pemadaman
kebakaran yang berupa langkah-
langkah pelaksanaan.
2. Melakukan taktik 2.1 Strategi dan skenario pemadaman
pemadaman kebakaran kebakaran disampaikan kepada
komandan pemadam kebakaran
lapangan (on scene commander).
2.2 Taktik pemadaman kebakaran
dikomunikasikan kepada para petugas
pemadam kebakaran (fire fighter) sesuai
pembagian perannya.
2.3 Tindakan pemadaman kebakaran
dilaksanakan sesuai taktik.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menyusun strategi dan taktik
pemadaman kebakaran serta melakukan taktik pemadaman
kebakaran yang berlaku diseluruh sektor migas dalam rangka
menerapkan strategi dan taktik pemadam kebakaran di industri
migas.

121
1.2 Nature of Fire adalah bentuk dan karakteristik kebakaran yang
antara lain mencakup: pool fires, jet fires, flash fires, three
dimensional fires, explosion.
1.3 Pre Fire Planning adalah dokumen yang dikembangkan dengan
mengumpulkan data umum dan rinci yang digunakan untuk
menentukan sumber daya dan tindakan yang diperlukan untuk
tanggap darurat kebakaran yang diantisipasi di fasilitas tertentu.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Alat pencetak data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Checklist inventarisasi kebutuhan peralatan pemadam
kebakaran
2.2.2 Skenario rencana pemadaman kebakaran
2.2.3 Daftar sumber daya untuk pemadaman kebakaran (fire risk
card)
2.2.4 Gambar layout lokasi kebakaran

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 National Fire Prevention Association (NFPA) Standard – 1620
Recommended Practice for Pre Incident Planning
4.2.2 American Petroleum Institute (API) Recommended Practice 2001
– Fire Protection in Refineries

122
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Klasifikasi kebakaran dan media pemadam kebakaran
3.1.2 Sifat dan karakterisktik minyak dan gas bumi
3.1.3 Jenis dan prinsip kerja peralatan pemadam kebakaran
3.1.4 Rencana tanggap darurat; termasuk mutual aid response
3.1.5 Komando Penanggulangan Insiden (Incident Command
System)
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menghitung dampak kebakaran untuk tindakan pemadaman
kebakaran
3.2.2 Menghitung kebutuhan air pemadam kebakaran
3.2.3 Menghitung kebutuhan bahan busa mekanik
3.2.4 Menghitung kebutuhan peralatan sistem penyalur air
pemadam
3.2.5 Menghitung kebutuhan personel pemadam kebakaran
3.2.6 Memimpin tindakan pemadaman kebakaran
3.2.7 Melakukan latihan pemadam kebakaran (fire drill)
3.2.8 Melakukan simulasi tanggap darurat (table top and drill
simulation)

123
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Cermat dalam menyusun strategi pemadaman kebakaran
4.2 Handal dalam mengkomunikasikan taktik pemadaman kebakaran
terhadap para petugas pemadam kebakaran

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam membuat strategi pemadaman kebakaran

124
KODE UNIT : B.09KKK00.028.1
JUDUL UNIT : Menanggulangi Tumpahan Minyak di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menyiapkan peralatan dan mengimplementasikan
penanggulangan tumpahan minyak di kegiatan tempat
kerja baik di laut (offshore) maupun di darat (onshore).

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan peralatan 1.1 Peralatan disiapkan sesuai kebutuhan.


untuk penanggulangan 1.2 Jenis peralatan dan bahan
tumpahan minyak diinformasikan sesuai fungsi dan
kegunaaannya.
1.3 Alat pelindung diri disiapkan sesuai
hasil kajian risiko.
2. Mengimplementasikan 2.1 Tumpahan minyak dikaji potensi risiko
penanggulangan dan eskalasinya.
tumpahan minyak 2.2 Teknik penanggulangan tumpahan
minyak dipastikan sesuai kondisi dan
lokasi tumpahan minyak di laut
(offshore) atau di darat (onshore).
2.3 Peralatan penanggulangan tumpahan
minyak dioperasikan sesuai prosedur.
2.4 Alat pelindung diri digunakan sesuai
prosedur.
2.5 Peralatan penanggulangan tumpahan
minyak dirawat sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menyiapkan peralatan dan
mengimplementasikan penanggulangan tumpahan minyak dalam
situasi dimana pekerja bertugas secara kelompok maupun individu
mampu melakukan penanggulangan tumpahan minyak dengan
benar, baik di laut (offshore) maupun di darat (onshore).
1.2 Tingkatan ekskalasi tumpahan minyak:
1.2.1 Tier-1 adalah kategorisasi penanggulangan keadaan darurat
tumpahan minyak yang terjadi di dalam atau di luar Daerah

125
Lingkungan Kepentingan (DLKp) dan Daerah Lingkungan
Kerja (DLKr) Pelabuhan, atau unit pengusahaan minyak dan
gas bumi atau unit kegiatan lain, yang mampu ditangani oleh
sarana, prasarana, dan personel yang tersedia pada
pelabuhan atau unit pengusahaan minyak dan gas bumi atau
unit kegiatan lain.
1.2.2 Tier-2 adalah kategorisasi penanggulangan keadaan darurat
tumpahan minyak yang terjadi di dalam atau di luar DLKp
dan DLKr Pelabuhan, atau unit pengusahaan minyak dan gas
bumi atau unit kegiatan lain, yang tidak mampu ditangani
oleh sarana, prasarana dan personel yang tersedia pada
pelabuhan atau unit pengusahaan minyak dan gas bumi atau
unit kegiatan lain berdasarkan tingkatan tier 1.
1.2.3 Tier-3 adalah kategorisasi penanggulangan keadaan darurat
tumpahan minyak yang terjadi di dalam atau di luar DLKp
dan DLKr Pelabuhan atau unit pengusahaan minyak dan gas
bumi atau unit kegiatan lain, yang tidak mampu ditangani
oleh sarana, prasarana dan personel yang tersedia di suatu
wilayah berdasarkan tingkatan tier 2, atau menyebar
melintasi batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.3 Pusat Komando dan Pengendali Nasional Operasi Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut, yang selanjutnya
disebut PUSKODALNAS, adalah pusat komando dan pengendalian
operasi dalam penanggulangan tumpahan minyak di laut dan
penanggulangan dampak lingkungan akibat tumpahan minyak di
laut.
1.4 Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Pelabuhan adalah wilayah
perairan dan daratan pada pelabuhan umum yang dipergunakan
secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan.
1.5 Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah wilayah perairan di
sekeliling daerah lingkungan kerja (DLKr) perairan pelabuhan
umum yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.

126
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat penanggulangan tumpahan minyak di laut (offshore) dan
di darat (onshore)
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat Pelindung Diri (APD)
2.2.2 Bahan (dispersant) untuk penanggulangan tumpahan minyak
di laut (offshore)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 58 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.2 Standar
4.2.1 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut
(United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS III)
Tahun 1982

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

127
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Taktik dan strategi penanggulangan tumpahan minyak di laut
(offshore) dan di darat (onshore)
3.1.2 Penanggulangan keadaan darurat
3.1.3 Alat penanggulangan tumpahan minyak di laut (offshore) dan
di darat (onshore)
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan alat penanggulangan tumpahan minyak di laut
(offshore) dan di darat (onshore)
3.2.2 Menyimpan dan merawat peralatan penanggulangan
tumpahan minyak

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam menggunakan alat
4.2 Disiplin mengikuti prosedur
4.3 Cepat tanggap menganalisis risiko
4.4 Akurat melakukan penanggulangan

5. Aspek kritis
5.1 Kehandalan dalam memastikan teknik penanggulangan tumpahan
minyak

128
KODE UNIT : B.09KKK00.029.3
JUDUL UNIT : Merencanakan Tanggap Darurat di Industri Migas
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam menyiapkan rencana,
melaksanakan kesiapsiagaan dan tanggap darurat
serta membuat laporan hasil kesiapsiagaan dan
tanggap darurat.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan rencana 1.1 Pekerjaan yang berisiko tinggi dianalisa


tanggap darurat dan menggunakan metode yang sesuai.
krisis 1.2 Skenario keadaan darurat dan krisis
diidentifikasi.
1.3 Organisasi dan prosedur untuk
merespon keadaan darurat dibuat.
1.4 Institusi lain terkait diidentifikasi.
1.5 Personel yang terlibat dalam meresponse
keadaan darurat diidentifikasi.
1.6 Kompetensi personil yang terlibat dalam
merespons keadaan darurat
diidentifikasi.
1.7 Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan
untuk merespons kondisi keadaan
darurat ditentukan.
1.8 Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan
untuk merespons kondisi keadaan
darurat diper.
1.9 Institusi lain terkait bantuan tanggap
darurat diidentifikasi.
2. Melaksanakan 2.1 Semua langkah-langkah dalam
kesiapsiagaan tanggap prosedur kerja dikaji ulang.
darurat 2.2 Prosedur tanggap darurat
dikonfirmasikan.
2.3 Prosedur tanggap darurat di uji coba
sesuai dengan skenario.
2.4 Organisasi tanggap darurat diperbarui
di update agar selalu terkini.
2.5 Personil tanggap darurat dipelihara
kompetensinya secara periodik.
2.6 Kesiapsiagaan dan rencana tanggap
darurat dan krisis dilakukan.

129
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3. Membuat laporan hasil 3.1 Hasil uji coba pelaksanaan


kesiapsiagaan tanggap kesiapsiagaan dan tanggap darurat
darurat untuk tindakan penanggulangan
dievaluasi.
3.2 Hasil evaluasi pelaksanaan
kesiapsiagaan dan tanggap darurat
dilaporkan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menyiapkan rencana,
melaksanakan kesiapan dan penanggulangan keadaan darurat serta
membuat laporan hasil penanggulangan keadaan darurat dan krisis
yang berlaku di seluruh sektor kegiatan migas.
1.2 Skenario keadaan darurat dan krisis adalah:
1.2.1 Bencana alam
1.2.2 Bencana industri (major accident hazard)
1.2.3 Huru hara, gangguan public dan massa
1.2.4 Pandemi
1.2.5 Sakit massal (keracunan dan lain sebagainya)
1.2.6 Kecelakaan industri (kebakaran, kebocoran bahan berbahaya
dan beracun, tumpahan minyak bumi dan pelepasan gas)
1.2.7 Ancaman terorisme (bom threat, penyanderaan)
1.3 Institusi lain terkait dalam merespon keadaan darurat, yang
mungkin dibutuhkan:
1.3.1 Pemadam kebakaran (damkar) dari instansi pemerintah atau
kawasan industri.
1.3.2 Tim tanggap darurat dari Perusahaan/institusi terdekat
1.3.3 Aparat keamanan dari Kepolisian dan/atau TNI
1.3.4 Rumah Sakit/Poliklinik/PMI terdekat/Jasa Medevac
1.3.5 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)/Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)/Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS)
1.3.6 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas)

130
1.3.7 Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas)
1.3.8 Pihak ketiga penyedia jasa khusus dengan kemampuan
personil dan peralatan khusus

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 Pengendali dan komunikasi (termasuk paging announcement
system)
2.1.3 Peralatan evakuasi, peralatan bantuan hidup (life saving
equipment)
2.1.4 Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)
2.1.5 Peralatan pemadam

2.2 Perlengkapan
2.2.1 Perlengkapan persiapan
2.2.2 Format laporan

3. Peraturan yang diperlukan


(Tidak ada.)

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks Penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.

131
1.2 Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode uji tes lisan,
tertulis, wawancara, demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
3.1.2 Komunikasi dan koordinasi dalam keadaan darurat
3.1.3 Penanggulangan keadaan darurat sesui dengan skenario
3.1.4 Rescue dan salvage
3.1.5 Manajemen Krisis dan Business Continuity Plan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan peralatan dan sarana penanggulangan
keadaan darurat
3.2.2 Menggunakan alat pelindung diri
3.2.3 Berkomunikasi, berkoordinasi dan bekerja sama dengan
pihak terkait
3.2.4 Memimpin tindakan tanggap darurat (incident commander)
3.2.5 Melakukan latihan komunikasi dan koordinasi (table top)
3.2.6 Melakukan simulasi tanggap darurat (emergency drill
simulation)

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam menyiapkan rencana tanggap darurat
4.2 Disiplin dalam melaksanakan latihan /simulasi tanggap darurat
4.3 Cepat tanggap dalam melaksanakan kerjasana dengan pihak lain
yang membantu (mutual and response)

132
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam membuat prosedur dan menyusun organisasi
tanggap darurat
5.2 Kecermatan dalam melakukan kesiapsiagaan dan tanggap darurat

133
KODE UNIT : B.09KKK00.030.3
JUDUL UNIT : Menangani Pertolongan Pertama Pada Korban
Kecelakaan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap, yang dibutuhkan dalam
mengenali kondisi korban, menentukan jenis
pertolongan dan melaksanakan pertolongan pada
korban.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengenali kondisi 1.1 Kondisi korban diidentifikasi jenis


korban kecelakaannya.
1.2 Pemberian pertolongan pada korban
disiapkan sesuai jenis kecelakaannya.
2. Menentukan jenis 2.1 Metode pemberian pertolongan dipilih
pertolongan pada sesuai kondisi korban.
korban 2.2 Metode tindakan Resusitasi Jantung
Paru (RJP) dipilih sesuai kondisi
korban.
3. Melakukan pertolongan 3.1 Pertolongan pada korban dilakukan
pada korban sesuai jenis kondisi korban.
3.2 Tanda-tanda keberhasilan pertolongan
tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
diidentifikasi sesuai perkembangan
kondisi korban.
3.3 Pertolongan pada korban diakhiri sesuai
perkembangan kondisi korban.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengenali kondisi korban,
menentukan jenis pertolongan dan melaksanakan pertolongan pada
korban dalam melakukan pertolongan pertama pada korban
kecelakaan.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Peralatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

134
2.1.2 Manekin set
2.2 Perlengkapan
(Tidak ada.)

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.15/Men/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja
3.2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika komunikasi
4.2 Standar
4.2.1 American Heart Association (AHA) 2015 (pembaruan pedoman
American Heart Assosiation 2010 untuk CPR dan ECC)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
3.1.2 Basic Life Support

135
3.2 Keterampilan
3.2.1 Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam mengenali kondisi korban
4.2 Cepat tanggap menentukan jenis pertolongan
4.3 Akurat dalam memberikan pertolongan
4.4 Tanggung jawab dalam mengakhiri pertolongan

5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menentukan metode pemberian pertolongan pada
korban

136
KODE UNIT : B.09KKK00.031.3
JUDUL UNIT : Menerapkan Kegiatan Forcible Entry
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan forcible
entry.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan kegiatan 1.1 Kegiatan forcible entry diidentifikasi


forcible entry untuk kebutuhan pemadaman atau
penyelamatan (rescue).
1.2 Jenis dan teknik penggunaan peralatan
forcible entry dipastikan.
1.3 Jenis bangunan, pintu, jendela dan
fasilitas yang menjadi obyek forcible entry
dipastikan karakteristiknya.
1.4 Alat pelindung diri dan alat bantu
pernafasan (self contained breathing
apparatus) dipastikan ketersediaannya.
2. Melaksanakan kegiatan 2.1 Alat pelindung diri dan alat bantu
forcible entry pernafasan (self contained breathing
apparatus) dipakai dalam kegiatan
Forcible entry.
2.2 Kegiatan forcibe entry dilakukan sesuai
prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mempersiapkan dan
melaksanakan kegiatan forcible entry yang berlaku untuk seluruh
sektor migas dalam rangka menerapkan kegiatan forcible entry.
1.2 Yang dimaksud dengan forcible entry adalah teknik pemadaman
kebakaran/penyelamatan dengan cara memasuki lokasi kebakaran
secara paksa.
1.3 Peralatan forcible entry mencakup :
1.3.1 Kapak
1.3.2 Pengungkit

137
1.3.3 Pengait
1.3.4 Gergaji

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Peralatan forcible entry
2.1.2 Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat pelindung diri personil pemadam kebakaran

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

4. Norma dan standar


4.1 Norma
4.1.1 Etika berkoordinasi
4.2 Standar
4.2.1 International Fire Service Training Association (IFSTA)
Standard

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, wawancara,
demonstrasi/praktik, dan/atau simulasi.
1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja,
dan/atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)

138
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Bahaya pernafasan dan SCBA
3.1.2 Teknik forcibel entry (SCBA dan Rescue)
3.1.3 Teknik rescue
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan peralatan forcible entry
3.2.2 Menggunakan SCBA

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Handal dalam memakai alat pelindung diri dan alat bantu
pernafasan (SCBA)

5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam memastikan jenis dan teknik penggunaan
peralatan forcible entry

139

Anda mungkin juga menyukai