Arah Pengembangan Pendidikan Indonesia
Arah Pengembangan Pendidikan Indonesia
Arah Pengembangan Pendidikan Indonesia
A. Latar Belakang
Bangkit atau mundurnya suatu negara dapat dilihat dari tingkat (kualitas)
pendidikan di negara tersebut. Karena tanpa pendidikan, manusia tidak dapat
berkembang bahkan manusia dapat mengalami kemunduran di dalam kehidupan. Karena
di dalam pendidikan terdapat proses perubahan pola fikir (pemahaman), sehingga
berubah pula pola sikap (tingkah laku). Pada proses pendidikan untuk mempermudah
pembelajaran maka perlu adanya arah, yang mengantarkan pendidikan pada keberhasilan
yang dituju yakni kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai keberhasilan
dalam Pendidikan, sekaligus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.1
Berjalannya suatu Pendidikan berdasarkan implementasi kurikulum yang tepat, guna
mencapai keberhasilan tersebut. Kurikulum juga sebagai cerminan bangsa, kearah mana
dan bagaimana kehidupan masyarakat nantinya bergantung kepada kurikulum
Pendidikan yang ada. Berubahnya nilai-nilai sosial diakibatkan oleh kebutuhan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang sudah sangat maju. Sehingga
kebijakan-kebijakan Pendidikan terus cenderung berubah-ubah menyesuaikan dengan
kondisi masyarakatnya.
Dalam makalah ini, pemakalah akan berusaha memaparkan Arah Pengembangan
Pendidikan melalui Kurikulum 2013.
B. Pembahasan
1. Pengertian Pendidikan dan Kurikulum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.2
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan,
1
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2014), h. 51-52.
2
Peraturan Mentrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia, Nomor 63 Tahun 2013.
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.3
Tujuan Pendidikan mengandung aspek kematangan karakter, kepribadian, atau
moral. Namun sekolah belum berhasil mengembangkan murid menjadi manusia yang
bermoral, faktanya di lapangan masih saja ditemukan tawuran antar murid, kekerasan di
sekolah, seks bebas, dan membolos. Ini menunjukan bahwa tujuan Pendidikan belum
tercapai, yaitu perubahan kognitif, efektif, dan psikomotik murid. Sehingga sekolah
didirikan tidak hanya untuk mencerdaskan tetapi mengembangkan efektif dan moral.
Dan sekolah diharapkan untuk dapat mematangkan intelektual, emosi, dan spiritual
murid.
“Education should teach children to restrain and control themselves” Miller dan
Seller (1985:47).
Berbagai macam jenis-jenis pendidikan yang ada, baik Pendidikan formal,
Pendidikan informal, dan juga Pendidikan non-formal. Pendidikan formal seperti
sekolah atau madrasah yang ketika tamat belajar mereka akan mendapatkan Ijzah.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan lingkungan dan keluarga, seperti
pendidikan anak pertama kali sebelum sekolah atau juga seperti homeschooling.
Sedangkan pendidikan non-formal adalah pandidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang seperti kursus dan pelatihan.4
Suatu pendidikan formal tidak bisa beridiri tanpa adanya alat untuk menjadi
petunjuk arah demi mencapai keberhasilan dalam Pendidikan, maka kurikulum hadir
sebagai jalan atau koridor untuk mencapai keberhasilan, sebagaimana yang tercantum
dalam peraturan Kemendikbud.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata perkembangan berarti perihal
tumbuh. Kata Kurikulum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat mata
pelajaran yang diajarkan pada Lembaga Pendidikan.5 Sedangkan menurut undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
3
Peraturan Mentrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia, Nomor 63 Tahun 2013.
4
https://edukasi.kompas.com/read/2017/10/10/17374411/pendidikan-informal-untuk-penguatan-
pembelajaran-di-daerah-tertinggal?page=all
5
Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Balai Pustaka,
1992).
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan.6
Ada juga yang menyatakan dalam pandangan modern, kurikulum sebagai rencana
pelajaran, yang meliputi segala sesuatu yang secara nyata terjadi dalam proses
pendidikan yang merupakan pengalaman belajar bagi peserta didik. Karena semua
kegiatan yang dilakukan peserta didik memberikan pengalaman belajar, maka apa yang
disebut kurikulum itu tidak hanya terbatas pada mata pelajaran saja.7
Sedangkan menurut Addamardasy dan Munir Kamil menyatakan bahwa
kurikulim adalah sejumlah pengalaman, pendidikan, budaya, sosial, olah raga dan seni
yang disediakan oleh sekolah untuk para murid di dalam maupun di luar sekolah,
karena kegiatan yang dilakukan peserta didik memberikan pengalaman, sehingga
kurikulum tidak hanya terbatas pada matapelajaran saja.8
Pada umumnya kurikulum ini terbagi menjadi dua, kurikulum yang dirancang dan
kurikulum yang tidak dirancang (tersembunyi). Kurikulum yang dirancang sudah
diarahkan sebagai upaya untuk mempengaruhi prilaku siswa, yaitu dalam bentuk resmi
dikenal dengan kurikuler dan ekstra kurikuler. Kurikulum yang tidak dirancang
(tersembunyi) ini, walau tidak diajarkan tetapi masih dapat berpengaruh bagi para
siswa, ini dapat berbagai bentuk yang tidak sengaja diperuntukan untuk mereka tetapi
karena ada rasa ketertarikan maka mereka meniru, atau karena ada teman-teman yang
menyukai hal tersebut sehingga mereka ikut-ikutan, meski hal ini tidak direncanakan
oleh sekolah tetap saja karena telah menjadi bagaian dari hasil siswa belajar. 9
Kurikulum tersembunyi ini bisa berasal dari orang-orang yang berada disekolah, baik
Kepada sekolah, guru, staf tata usaha, atau teman-teman sendiri. Maka muncullah
istilah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.”
Sehingga bisa dikatakan bahwa kurikulum adalah program, sedangkan
pendidikan adalah implementasinya. Jika kurikulum teorinya, maka pembelajaran
adalah praktiknya. Walau keduanya memiliki makna yang berbeda tetapi keduanya
tidak dapat dipisahkan sebagai kesatuan, tidak akan berjalan suatu pendidikan apabila
tidak memiliki program atau suatu ideal, dan begitu juga sebaliknya, apa artinya suatu
6
Peraturan Mentrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia, Nomor 63 Tahun 2013.
7
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 53
8
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 53
9
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 9-10.
kurikulum yang telah direncanakan dengan baik, jika tidak ada proses
pembelajarannya. Jadi keduanya memiliki hubungan yang erat satu sama lain.
2. Kurikulum di Indonesia
Seiring dengan perkembangan era Globalisasi kini, maka tentu kita perlu
memperhatikan perubahan-perubahan sistem pembelajaran dalam hal ini kurikulum,
sebab kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.
Kurikulum mencerminkan falsafah hidup suatu bangsa, ke arah mana dan
bagaimana bentuk kehidupan, ini ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh
bangsa. Nilai sosial dan tuntutan masyarakat selalu mengalami perubahan antara lain
akibat terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana penulis
paparkan sebelumnya di atas.
Di Indonesia terjadi beberapa kali perubahan mendasar tentang kurikulum, yang
harus sejalan dengan perkembangan zaman tentunya, lalu memikirkan bagaimana arah
pendidikan sebaiknya, pemerintah telah bebebrapa kali membuat peruabah kurikulum
mulai zaman Orde Lama, Orde Baru sampai zaman Reformasi saat ini.10
Kurikulum yang pernah digunakan oleh pendidikan Indonesia antara lain:
Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum
1984, Kurikulum 1994, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013.
Perubahan dan tujuan pendidikan bergantung pada Peraturan Sistem Pendidikan
Nasional, yang dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat, antara lain Pokok-pokok Sisdiknas PP 19/1965:
• Pendidikan Nasional Indonesia, ialah pendidikan yang baik materiil maupun spiritual
membina manusia dan Bangsa Sosialis Indonesia yang berjiwa
Pancasila-Manipol/Usdek sanggup menyelesaikan ketiga kerangka tujuan revolusi
Indonesia sesuai dengan Manipol, yaitu:
• Kesatu: Pembentukan satu Negara Republik Indonesia yang berbentuk Negara-
Kesatuan dan Negara-Kebangsaan, yang demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari
Sabang sampai Merauke.
• Kedua: Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu.
10
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 65-66.
• Ketiga: Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan
semua negara didunia terutama sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar
hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar kerja sama membentuk satu Dunia
yang bersih dari imperialisme dan kolonialisme, menuju kepada Perdamaian Dunia
yang sempurna.
Ada juga pokok-pokok UUSPN (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional)
Nomor 2/1989 antara lain:
• Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan budi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsaan
Dan berubah lagi pada UU Sisdiknas Nomor 20/2003 antara lain pokok
bahasanya:
• Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menjadi faktor dominan bagi pembaruan pendidikan di
Indonesia. Kurikulum ini lahir bukan untuk melengkapi kurikulum sebelumnya yang
dipakai, dan juga sebagai pelengkap untuk melengkapi kekurang yang ada pada
kurikulum-kurikulum sebelumnya dengan mengedepankan kualitas, inovasi dan
pendidikan karakter. Kurikulum 2013 merupakan produk intelektual anak bangsa
untuk menghadapi dan menjawab tantangan pendidikan yang makin dinamis,
kompleks, dan kompetitif di masa kini dan masa yang akan datang.11
Norman Cousins mengingatkan bahwa masyarakat akan segera terbelakang bila
tidak senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial, politik, dan ekonomi.
Dalam era globalisasi yang serba transparan oleh berbagai informasi karena teknologi
canggih, perubahaan terjadi dengan cepat, dan bahkan sulit untuk ditebak. Maka selalu
ada kecaman, “kurikulum selalu ketinggalan zamannya.”12 Kehidupan masyarakat yang
cenderung berubah akibat tuntutan zaman dan pola kunsumsi, masyarakat berubah
menjadi masyarakat industri yang menyesuaikan dengan kehidupannya dengan
perputaran mesin di pabrik dan polusi udara yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Perputaran yang dialami berubah menjadi kehidupan yang penuh dengan
ketergesaan dan resiko ekonomi yang sesuai dengan kecepatan mesi dan pasar.
11
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 66-67.
12
S. Nasution, Asas-asas kurikulum (Bumi Aksara, Jakarta, 2011).
13
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 67.
individu sebagai makhluk politik (zoon politic) dan juga sesuai dengna kebutuhan
peserta didik itu sendiri.14
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
14
Jujun Musfah, Manajemen Pendidikan; Teori, Kebijakan, dan Praktik (Jakarta: Prenadamedia, 2015),
h. 49.
15
Liat Permendikbud Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat
terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999
juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS
dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang
ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum
Indonesia.16
16
Lihat Permendikbud Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013.
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik.
17
Kompri, Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 157-158.
DAFTAR PUSTAKA