LAPORAN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL REFLEKSI TOPIK YANG DIBAHAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif II di SD
Dosen Pengampu: Nurhaedah, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
Septiarini Syarif
229022485025
PGSD 002

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Laporan Hasil Refleksi Topik yang Dibahas Topik yang Dibahas” ini tepat pada
waktunya. Tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif di SD II. Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca dan juga bagi
penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurhaedah,
S.Pd, M.pd selaku dosen pengampu mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen
yang Efektif di SD II yang telah memberikan tugas laporan ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni
ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dibutuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.

Maros, 11 Mei 2023

Penulis

\
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah teaching at the right level (TaRL) sebetulnya dikenalkan pertama kali
oleh organisasi inovasi pembelajaran asal India. Mereka melakukan penelitian
karena tergerak melihat banyak anak yang sekolah tetapi hanya sedikit darinya yang
betul-betul belajar. Hasil penelitian tersebut mengungkap bahwa bagian literasi dan
numerasi siswa masih kurang. Negara-negara lain juga telah mengembangkan
konsep ini meski dengan nama berbeda. Negara tersebut diantaranya Amerika,
Zambia, Bostwana, Ghana, Nigeria, Madagaskar, dan Uganda. TaRL (teaching at
the right level) adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan terjadinya proses
tingkatan level yang sesuai dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh peserta
didik. Dalam proses pembelajaran TaRL peserta didik dituntut harus lebih aktif
sehingga lebih menekankan proses pembelajaran yang berpusat kepada peserta
didik (Meishanti et al, 2022).
Sampai detik ini, pendidikan di Indonesia dikelompokkan berdasarkan usia
peserta didik. Padahal, jika kita ketahui lebih lagi pertambahan usia tak sejajar
dengan perkembangan belajar. Setiap perkembangan peserta didik memiliki
pendekatan yang berbeda. Pendekatan TaRL memberikan fleksibilitas dalam
mengajar sesuai dengan kapasitas muridnya. Pendekatan ini dibuat dengan
menyesuaikan capaian, tingkatan kemampuan, serta kebutuhan peserta didik.
Peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan
kemampuan peserta didik yang sama. Dalam setiap kelas tentu guru pernah
menjumpai peserta didik yang sangat cepat belajar dan ada juga yang lambat
memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah
karena level siswa tersebut belum tepat dengan level atau capaian belajar yang
ditetapkan. Dalam melaksanakan konsep teaching at the right level (TaRL), pertama
guru perlu lebih dulu melakukan asesmen. Asesmen ini berfungsi untuk mengetahui
karakteristik, potensi, dan kebutuhan siswa. Sehingga guru tahu sampai mana tahap
perkembangan dan capaian belajar siswa.
Berdasarkan hasil asesmen diagnostik yang dilakukan di kelas III SDN 1
Pakalu I ditemukan peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengikuti
pelajaran, tidak antusias, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Ketika guru
mengajukan pertanyaan hanya satu atau dua orang yang menjawab. Hal tersebut
mengindikasikan motivasi belajar peserta didik tergolong rendah. Hal tersebut
dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya berpusat pada
peserta didik yang dapat menyebabkan peserta didik merasa bosan dan jenuh.
Selain itu, sebelum merancang dan melaksanakan pembelajaran tidak dilakukan
asesmen diagnostik untuk mengetahui karakteristik, gaya belajar, minat dan
kebutuhan peserta didik. Sementara karakteristik peserta didik kelas III SDN 1
Pakalu I adalah senang bermain dan senang berkompetisi. Salah satu model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tersebut adalah model Teams Games
Tournament (TGT).
Dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran, dapat meningkatkan
keaktifan siswa di dalam kelas. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) merupakan solusi atas permasalahan yang terjadi
di dalam kelas. Hal ini didukung oleh pendapat Faizah (Syukur, dkk, 2014:311),
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dapat menggunakan model
pembelajaran TGT karena model TGT merupakan pembelajaran kooperatif yang
efektif. Selaras dengan pendapat Slavin (Syukur, dkk, 2014:311) bahwa model
pembelajaran TGT akan membuat siswa menikmati suasana permainan dan
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

B. Tujuan Kegiatan
1. Untuk mengetahui implementasi TaRL melalui penerapan model Teams
Games Tournmaent (TGT) pada pembelajaran tematik terpadu di kelas III
SDN 1 Pakalu I.
2. Untuk mengetahui dampak implementasi TaRL melalui penerapan model
Teams Games Tournmaent (TGT) pada pembelajaran tematik terpadu di
kelas III SDN 1 Pakalu I.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT)


Model Teams Games Tournament (TGT) merupakan prosedur pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berkompetisi dengan
kelompok lain sehingga siswa bergairah belajar (Slavin, 2015). Berkat adanya
games dan turnamen yang menjadi karakteristik TGT membuat siswa antusias
selama proses pembelajaran karena siswa ingin membuktikan bahwa dirinya pintar
dan menjadi yang terbaik. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
memberikan peluang kepada siswa untuk belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan
belajar (Multyaningsih, 2014).
Ada beberapa langkah dalam penggunaan model pembelajaran TGT yang
perlu diperhatikan. Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran TGT.
Menurut Slavin (2015) langkah-langkah yang termasuk siklus reguler TGT adalah
(1) Penyajian kelas. Digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui
pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Presentasi kelas juga
dimanfaatkan guru untuk menyampaikan teknik pembelajaran yang akan
digunakan, sehingga siswa dapat melaksanakan setiap kegiatan dalam langkah-
langkah TGT dengan baik. (2) Kelompok (team). Tim atau kelompok terdiri dari 4
sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari kemampuan
akademik siswa, jenis kelamin, dan etnis. Fungsi utama dari tim ini yaitu
memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar. (3) Games. Games
terdiri dari pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
diperoleh siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. (4) Turnamen.
Turnamen dilakukan setiap satu satuan materi pelajaran telah selesai dilaksanakan.
Siswa melakukan permainan akademik yaitu dengan cara berkompetisi dengan
anggota tim yang memiliki. (5) Rekognisi Tim. Tim yang menunjukan kinerja
paling baik akan mendapat penghargaan. Seperti layaknya lomba, tim yang paling
banyak mengumpulkan poin/ skor akan mendapat predikat juara umum, kemudian
juara berikutnya berurutan sesuai dengan jumlah poin / skor yang berhasil
diraihnya.
Penerapan model Teams Games Tournament (TGT) yang telah dilaksanakan
di kelas III SDN 1 Pakalu I sesuai langkah-langkah penerapan model TGT sesuai
dengan pendapat Slavin (2015) di atas adalah (1) penyajian materi oleh guru yang
terdiri dari 3 kegiatan yakni (a) guru menyajikan materi lamanya suatu kegiatan
menggunakan media PPT, (b) guru bersama peserta didik melakukan tanya jawab
materi yang telah disajikan, dan (c) guru memberi contoh soal yang diselesaikan
secara individu. (2) Team, terdiri dari 4 kegiatan, yaitu (a) guru membagi peserta
didik menjadi 4 kelompok secara heterogen, (b) guru membagikan LKPD kepada
masing-masing kelompok, (c) guru membimbing kelompok menyelesaikan
LKPD, dan (d) guru meminta masing-masing kelompok menuliskan jawaban di
papan tulis. (3) Games, terdiri dari empat kegiatan, yaitu (a) guru meminta peserta
didik menentukan pemain ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4, (b) guru membacakan aturan
permainan, (c) guru memandu jalannya permainan, dan (d) guru mengumumkan
kelompok pemenang dalam permainan. (4) Tournament (akan dilaksanakan pada
setiap akhir pekan).

B. Dampak Implementasi
Dampak dari rangkaian aksi implementasi model Teams Games Tournament
(TGT), sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, hal tersebut
terlihat saat peserta didik memperhatikan penjelasan guru, hal tersebut
disebabkan karena mereka akan menjawab pertanyaan saat bermain sehingga
harus memahami materi yang diberikan, Motivasi muncul terlihat saat mereka
aktif mengerjakan LKPD, semangat dan antusias mengikuti games.
2. Bagi guru, meningkatkan semangat dan rasa puas dalam mengajar melihat
antusias dan motivasi belajar siswa juga meningkat. Selain itu, sebagai bentuk
kegiatan inovasi dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik atau teaching at the right level
(TaRL).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktik pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan Teaching at
The Right Level (TaRL) melalui penerapan model Teams Games Tournament (TGT)
yang sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik kelas III SDN 1 Pakalu I.
Tujuan pembelajaran juga disesuaikan dengan fase dan tingkat kemampuan peserta
didik. Sebelum diterapkan model TGT terlebih dahulu dilakukan asesmen
diagnostik. Selanjutnya melakukan perencanaan pembelajaran menggunakan
pendekatan TaRL dengan pemilihan model yang sesuai karakteristik peserta didik,
yaitu model TGT. Setelah penerapan model TGT dilakukan evaluasi dan refleksi
penerapan model tersebut.

B. Saran
Setelah melaksanakan praktik pembelajaran dengan menggunakan TaRL,
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Melakukan asesmen diagnostik untuk dijadikan sebagai acuan dalam
merancang pembelajaran.
2. Dalam merancang pembelajaran sebaiknya menggunakan pendekatan TaRL.
3. Pemahaman dalam melaksanakan pembelajaran TaRL harus ditingkatkan oleh
guru.
DAFTAR PUSTAKA

Meishanti, O. P. Y., & Fitri, N. A. R. A. (2022). Pengembangan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Inspiratif Pendekatan TaRL Berbasis PjBL
MELALUI PEMBELAJARAN LITERASI SAINS MATERI VIRUS.
EDUSCOPE: Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan Teknologi, 8(1), 1-13.
Multyaningsih, Endang. (2014). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
Slavin, R.E. (2015). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Syukur, Imam Abdul, dkk. (2014), Pengaruh model pembelajaran teams games
tournament termodifikasi berbasis outbound terhadap prestasi belajar fisika
ditinjau dari motivasi belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Volume.
20, No. 3, 310-327.

Anda mungkin juga menyukai