0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
61 tayangan12 halaman

Makalah Harga Diri Rendah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ HARGA DIRI RENDAH”


(HDR)

DISUSUN OLEH :

NAMA : CAHYA FARHANI ALIAS


NIM : P0020217006

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2019
A. Definisi
Harga diri rendah adalah gangguan konsep diri di mana harga diri merasa
gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negative, dan merasa dirinya
lebih rendah di bandingkan orang lain.
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu dalam dirinya, perasaan
sadar atau tidak sadar dan presepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh ( Kusumawati
2010 ) :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan di mana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negative mengenai diri dalam
berespon terhadap suatu kejadian ( kehilangan, perubahan )
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan di mana individu mengalami evaluasi
diri yang negative mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
B. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tangguang jawab personal, ketergantungan
terhadap orang lain, dan idealdiri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran
Di masyarakat umumya peran seseorang di sesuaikan dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seorang wanita di anggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang objektif dan rasional. Sedangkan pria di anggap kurang
sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif di bandingkan wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya
maka akan menimbulkan konflik diri maupun hubungan social.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur
social. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan mengakibatkan anak
menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan di hantui
rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang tua yang berat
pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci pada orang tua. Teman
sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi dalam identitas. Remaja ingin
di terima, di butuhkan dan di akui oleh kelompoknya.
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormone
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotrasmeter
di otak, contoh kadar setolinin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah
kronis semakin besar karna klien lebih di kuasai oleh pikiran-pikiran negative
dan tidak berdaya.
b. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri di sebabkan oleh setiap situasi yang di
hadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri
adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan oprasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, prosedur tindakan
dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan
ideal diri adalah penolakan dan kuran pengahargaan diri dari orang tua dan orang
yang berarti, pola asu yang tidak tepat misalnya selalu di tuntut, di turuti,
persaingan dengan sodara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak
terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
Stersor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal :
1) Trauma seperti penganiyaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang di harapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi
Ada tiga jenis transisi peran :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termaksut tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, srta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicentuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh, perubhan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponem konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri, peran dan harga diri.
C. Tanda dan gejala
1. Mengejek dan mengkritik diri
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
3. Mengalami gejala fisik : misalnya tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
4. Menunda keputusan
5. Sulit bergaul
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
7. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
8. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien mengakhiri hidup
9. Merusak atau melukai orang lain
10. Prasaan tak mampu
11. Pandangan hidup yang pesimis
12. Tidak menerima pujian
13. Penurunan produktivitas
14. Penolakan terhadap kemampuan diri
15. Kurang memperhatikan perawatan diri
16. Berpakaian tidak rapi
17. Berkurang selera makan\
18. Tidak berani menatap lawan bicara
19. Lebih banyak menuduh
20. Bicara lambat dengan nada suara lemah
D. Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang
sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. Gangguan
harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui
tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri
yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah D &
Iskandar, 2012)
b. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D
& Iskandar, 2012)
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertaahanan tersebut
mencakup berikut ini :
a. Jangka pendek :
1. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas)
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan
fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk ). (Stuart,2006)
F. Penatalaksaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi
dari pada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan
senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk
antipsikotik). (Hawari,2001)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang
ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5
joule/detik. (Maramis, 2005)
G. Proses terjadinya masalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak di selesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak perna mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya
bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negative
untuk mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor ( krisis). Individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sihingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau mersa gagal menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.
Rentang respon konsep diri :

Respon adaptif Respon maladaptif


Aktualisas Konsep diri Harga diri Kerancuan depersonalisasi
i diri positif rendah identitas

H. Pohon masalah

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

I. Askep
1. Pengkajian
Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat menangani pasien yang
mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan
pendekatan secara individu ataupun kelompok. Tahap pertama pengkajian
meliputi faktor predisposisi seperti: psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan
mekanisme koping klien.
2. Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup
3. Format pengkajian pasien harga diri rendah:
a) Keluhan utama:
b) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
c) Konsep diri:
1) Gambaran diri
2) Ideal diri
3) Harga diri
4) Identitas
5) Peran
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
a. Alam perasaan:
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) gembira berlebih
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
b. Interaksi selama wawancara:
( ) bermusuhan ( ) tidak kooperatif
( ) mudah tersinggung ( ) kontak mata kurang
( ) defensif ( ) curiga
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
c. Penampilan:
Jelaskan:
Masalah keperawatan:

J. Diagnosa keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
K. Tindakan keperawatan pada pasiem
1. Tindakan Keperawatan pada pasien
a. Tujuan keperawatan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
5) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
2. Tindakan keperawatan
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
1. Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan dirumah, adanyan
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2. Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
b. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara berikut:
1. Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
2. Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan
diri.
c. Perlihatkan respons yang kondusif dan upayaka menjadi pendengar yang aktif
1. Membantu pasien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang akan
dilatih.
d. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih
1. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat dilakukan mandiri
e. Latih kemampuan yang dipilih pasien
1. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
3. Beri dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
f. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
2. Beri pujian atas segala kegiatan yang dapat dilakukan pasien setia hari
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
4. Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Stategi Pelaksanaan pada Pasien
a. Sp1 :
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih
5. Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah di latih dalam rencana
harian
b. Sp 2 :
1. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien
2. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan
dilatih.
3. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien.
c. Sp 3

L. Tindakan keperawatan pada keluarga


1. Tujuan keperawatan
a. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien
b. Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
c. Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan membri pujian
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien
c. Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien dan puji
pasien
d. Jelaskan cara merawat pasien harga diri rendah

DAFTAR PUSTAKA
1. Fitria Nita .Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Keperawatan.
Jakarta:EGC
2. Kusumawati, F.2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
3. Carpenito, L.J., 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
EGC, Jakarta
4. Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai