Makalah Linda
Makalah Linda
Makalah Linda
TAKHRIJ AL – HADIST
Disusun Oleh :
Erlianda Widyaningrum
2321508017
FAKULTAS SYARIAH
(UINSI) SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................3
BAB II TAKHRIJ AL HADIST........................................................4
A. Hadist yang menjadi objek takhrij...............................................4
B. Metode.........................................................................................4
C. Penelusuran Hadist Dari Kitab-Kitab Sumber.............................5
D. Skema Sanad................................................................................9
1. Sanad Imam Bukhari................................................................9
2. Sanad Imam Muslim...............................................................10
3. Sanad Imam Abu Daud...........................................................11
E. Penggabungan Sanad.................................................................12
F. Dirosah Haditsiyyah..................................................................13
G. Perbandingan Matan..................................................................23
F. Hasil Pengkajian Takhrij............................................................24
G. Istinbath (Penetapan) Hukum....................................................25
BAB III PENUTUP...........................................................................25
A. Kesimpulan................................................................................25
B. Kritik dan Saran.........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua
setelah Al-qur'an. Di dalam Al-qur'an tentunya tidak ada
permasalahan yang signifikan, hal ini dikarenakan Al-qur'an
merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan Allah untuk nabi
Muhammad Saw. Berbeda dengan hadits, di dalam memahami
hadits tentunya banyak persoalan yang perlu dikaji, baik dari
segi periwayatannya (sanad) atau pun isi hadits tersebut. Dan
hal ini perlu adanya penelitian di dalam menentukan kualitas
hadits yang sahih.
Takhrij hadits adalah metode yang digunakan untuk
mengetahui asal usul riwayat hadits yang akan diteliti, untuk
mengetahui seluruh riwayat hadits yang akan diteliti, dan untuk
mengetahui apakah ada atau tidak "syahid" dan "mutabi" dalam
sanad yang diteliti. Ketika satu sanad diteliti, mungkin ada
periwayat lain yang mendukung sanad yang sedang diteliti.
Dukungan ini disebut sebagai "corroboration" jika terletak pada
tingkat periwayat pertama, yaitu tingkat sahabat Nabi, dan
disebut sebagai "mutabi" jika terdapat di tingkat periwayat
bukan sahabat. Hal ini penting agar dapat diketahui bahwa
hadits tersebut berasal dari Nabi saw. Urgensi dalam
mempelajari takhrij hadits juga adalah untuk memberikan
1
kemudahan bagi orang yang ingin mengamalkannya setelah
mengetahui bahwa hadits tersebut adalah hadits maqbul.1
Pernikahan adalah suatu perintah agama yang diatur oleh
syariat Islam dan merupakan satu-satunya cara yang diakui oleh
agama Islam untuk memenuhi kebutuhan seksual. Dalam
perspektif ini, ketika seseorang menikah, ia tidak hanya
memiliki keinginan untuk mematuhi perintah agama (syariat),
tetapi juga memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya yang secara alami harus dipenuhi. 2Akan tetapi
Dalam pernikahan tidak boleh mengumpulkan saudara yang
masih dalam kategori mahrom, dalam hal selain Al-Qur’an,
Hadist juga menegaskan akan hal ini.
Dalam makalah ini kami di amanahkan oleh dosen
pengampu kami untuk mentakhrij hadist mengenai larangan
menikahi perempuan dalam kategori mahrom
1
Muhammad et al., “Metode Takhrij Hadits Dalam Menakar Hadits Nabi,”
Studi Keislaman 11, no. 2 (2016): 23-34.,
https://jurnal.staibsllg.ac.id/index.php/el-ghiroh.
2
Ahmad Atabik and Koridatul Mudhiiah, “Pernikahan Dan Hikmahnya
Perspektif Hukum Islam,” Yudisia 5, no. 2 (2014): 293–94.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa hadist yang menjadi objek takhrij?
2. Apa metode yang digunakan dalam men-takhrij hadist
tersebut
3. Bagaimana penelusuran hadist di kitab-kitab di sumber
ditemukannya?
4. Bagaimana skema sanad dari hadist tersebut
5. Bagaimana pemabsahan dirosah hadistiyyah terhadap hadist
tersebut?
6. Bagaimana perbandingan matan dari hadist-hadist yang
serupa?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata
kuliah Ulumul Hadist tentang praktik mentakhrij hadist
mengenai larangan menikahi perempuan mahrom
2. Untuk bisa mempraktekkannya kembali di lain kesempatan
3. Untuk bisa mengetahui bagaimana keadaan perawi dan bisa
menentukan status suatu hadist
4. Agar bisa mengetahui istinbhat hukum dari hadist tersebut
dan bagaimana kehujjahannya
3
BAB II
TAKHRIJ AL HADIST
B. Metode
Sebenarnya, dalam penyusunan makalah Takhrijul
Hadits ini kami sebagai penyusun menggunakan software
aplikasi dari perangkat PC (Personal Computer) yakni
Ensiklopedi Hadist 9 Imam, sehingga memudahkan kami
dalam penyelesaiannya. Dan juga, dalam proses pengerjaan
makalah ini, metode Takhrijul Hadits yang dipakai adalah
metode Al-Fazh ( َ)انفبظ. Metode ini dengan cara menentukan
lafazh tertentu
sebagai langkah penelusuran. Kami
َخ َل َمل َأ ُة
menggunakan lafazh و ا ُت َه ا ا ْرdalam mentakhrij kan hadits :
4
َن َه ى الَّن بُّي صَّل ى ُهللا عليه وسَّل م أْن ُت ْن َك َح
Hadist I
5
َح َّد َث َن َع ْب ُد َّل ْب ُن ُي ُس َف َأ ْخ َب َر َن َم ٌك َع ْن َأ
ِب ي ا اِل و ال ِه ا
ال َن ا َع ْن اَأْل ْع َر َع ْن َأ ي ُه َر ْي َر َة َر َي الَّل ُه َع ْنُه
ِض ِب ِج ِّز ِد
َأ َّن َر ُس وَل الَّل َص َّل ى الَّل ُه َع َل ْي َو َس َّل َم َق اَل اَل ُي ْج َم ُع
ِه ِه
َب ْي َن اَمْلْر َأ ِة َو َع َّم ِت َه ا َو اَل َب ْي َن اَمْلْر َأ ِة َو َخ اَل ِت اَه
Sunan Imam Bukhari 4718 : "Seorang wanita dan bibi dari pihak ayah
tidak boleh menikah dengan pria yang sama; dan demikian pula
seorang wanita dan bibi dari pihak ibu tidak boleh menikah dengan
pria yang sama.
Hadist II
6
َح َّد َث َن ا َع ْب ُد الَّل ْب ُن َم ْس َل َم َة اْل َق ْع َن ُّي َح َّد َث َن ا َم ا ٌك
ِل ِب ِه
َع ْن َأ ي ال َن اِد َع ْن اَأْل ْع َر َع ْن َأ ي ُه َر ْي َر َة َق اَل
ِب ِج ِب ِّز
َق اَل َر ُس وُل الَّل َص َّل ى الَّل ُه َع َل ْي َو َس َّل َم اَل ُي ْج َم ُع َب ْي َن
ِه ِه
اَمْلْر َأ ِة َو َع َّم ِت َه ا َو اَل َب ْي َن اَمْلْر َأ ِة َو َخ اَل ِت اَه
Sunan Imam Muslim 2514 : Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Shalih, telah menceritakan kepada kami 'Anbasah,
telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab, telah
mengabarkan kepadaku Qabishah bin Dzuaib bahwa ia
mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah ﷺmelarang
menggabungkan (dalam satu perkawinan) antara seorang wanita
dengan bibi (saudara wanita ibu) serta seorang wanita dengan
bibi (saudara wanita ayah).
Hadist III
7
َح َّد َث َن ا َأ ْح َم ُد ْب ُن َص اِل َح َّد َث َن ا َع ْن َب َس ُة َأ ْخ َب َر ِن ي ُي وُن ُس
ٍح
َع ْن اْب َه ا َأ ْخ َب َر ي َق يَص ُة ْب ُن ُذ َؤ ْي َأ َّنُه َس َع
ِم ٍب ِن ِب ِن ِش ٍب
َأ َب ا ُه َر ْي َر َة َي ُق وُل
َن َه ى َر ُس وُل الَّل َص َّل ى الَّل ُه َع َل ْي َو َس َّل َم َأ ْن ُي ْج َم َع َب ْي َن
ِه ِه
اَمْلْر َأ ِة َو َخ اَل ِت َه ا َو َب ْي َن اَمْلْر َأ ِة َو َع َّم ِت اَه
Sunan Abu Daud 1769 : Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Shalih, telah menceritakan kepada kami 'Anbasah,
telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab, telah
mengabarkan kepadaku Qabishah bin Dzuaib bahwa ia
mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah ﷺmelarang
menggabungkan (dalam satu perkawinan) antara seorang wanita
dengan bibi (saudara wanita ibu) serta seorang wanita dengan
bibi (saudara wanita ayah).
8
D. Skema Sanad
9
2. Sanad Imam Muslim
10
11
3. Sanad Imam Abu Daud
12
E. Penggabungan Sanad
Rasulullah
Rasulullah
Muhammad bin Muslim Abdur Rahman bin
bin Ubaidillah bin Hurmuz
abdullah bin syihab
Kitab Sunan Abu Daud Kitab Shahih Bukhari Kitab Shahih Muslim
13
F. Keterangan Warna Sanad
G. Dirosah Haditsiyyah
Karena keterbatasan software yang ada, kami hanya
menemukan sedikit biografi yang tidak begitu lengkap
mengenai jalur periwayatan hadits tersebut, sehingga kami
hanya bisa menampilkan biografi tersebut seadanya yang
tersedia pada aplikasi software. Alhasil kami hanya bisa
menampilkan bagaimana komentar dari para Penta’dil
14
mengenai hadits tersebut. Kami menggunakan tiga hadits
dalam proses penta’dilan ini,
1. Hadist pertama dari kitab Imam Bukhari, hadist nomor
4718, dalam Fathul Bari, bab Seorang wanita tidak boleh
dimadu dengan bibinya
2. Hadist kedua dari kitab Imam Muslim, hadist nomor
2514, dalam Syarh Shahih Muslim, bab larangan
menikahi wanita dengan mempoligami bibinya
3. Hadist ketiga dari kitab Imam Abu Daud, hadist nomor
1769, dalam kitab Baitul Afkar Ad Dauliah, bab wanita
dilarang untuk disatukan dalam satu perkawinan
Kalangan : Shahabat
Tahun Wafat : 57 H
Ulama Komentar
Ibnu Hajar al’Asqalani Shahabat
15
Kuniyah : Abu Daud
Negeri : Madinah
Ulama Komentar
Ibnu Sa’d Tsiqah
Ibnul Madini Tsiqah
Al ‘Ajli Tsiqah
Abu Zur’ah Tsiqah
Ibnu Kharasy Tsiqah
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqat
Ibnu Hajar al’Asqalani Tsiqah tsabah
Ulama Komentar
Ahmad bin Hambal Tsiqah
Abu Zur’ah Tsiqah
Yahya bin Ma’in Tsiqah
Al ‘Ajli Tsiqah
Abu Hatim Tsiqah, Faqih
16
As Saji Tsiqah
An Nasa’i Tsiqah
Ath Thabrani Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Ibnu Hajar Al Atsqalani Tsiqah, Faqih
Adz Dzahabi Tsiqah Tsabat
Ulama Komentar
Yahya bin Ma’in Tsiqah
Muhammad bin Sa’d Tsiqah Ma’mun
Ulama Komentar
Al ‘Ajli Tsiqah
17
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Ibnu Hajar Tsiqah
Adz Dzahabi Hafizh
Kalangan : Shahabat
Tahun Wafat : 57 H
Ulama Komentar
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Shahabat
Ulama Komentar
Ibnu Sa’d Tsiqah
Ibnul Madini Tsiqah
18
Al ‘Ajli Tsiqah
Abu Zur’ah Tsiqah
Ibnu Kharasy Tsiqah
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Tsiqah tsabat
Ulaman Komentar
Ahmad bin Hambal Tsiqah
Abu Zur’ah Tsiqah
Yahya bin Ma’in Tsiqah
Al ‘Ajli Tsiqah
Abu Hatim Tsiqah
As Saji Tsiqah, Faqih
An Nasa’i Tsiqah
Al ‘Ajli Tsiqah
Ath Thabrani Tsiqah
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Ibnu Hajar Al Atsqalani Tsiqah, Faqih
Adz Dzahabi Tsiqah tsabat
19
Malik bin Anas bin Malik bin Abi ‘Amir
Ulama Komentar
Yahya bin Ma’in Tsiqah
Muhammad bin Sa’d Tsiqah ma’mun
Ulama Komentar
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Ibnu Hajar Tsiqah ahli ibadah
Abu Hatim Tsiqah hujjah
Kalangan : Shahabat
20
Kuniyah : Abu Hurairah
Tahun Wafat : 57 H
Ulama Komentar
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Shahabat
Kalangan : Shahabat
Tahun Wafat : 86 H
Ulama Komentar
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Shahabat
Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdullah bin Syihab
Ulama Komentar
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Faqih hafidz mutqin
21
Adz Dzahabi Seorang tokoh
Ulama Komentar
Al ‘Ajli Tsiqah
An Nasa’i Tsiqah
Ya’kub bin Syaibah Shalihul Hadist
Abu Zur’ah La ba’sa bih
Ibnu Kharasy Shaduuq
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Tsiqah
Adz Dzahabi Tsiqah
Kuniyah :-
22
Ulama Komentar
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Shaduuq
Ulama Berkomentar
Ya’qub bin sufyan Hujjah
Al ‘Ajli Tsiqah
Abu Hatim Ar Rozy Tsiqah
An Nasa’i Laisa bi qowi
Ibnu Hajar al ‘Asqalani Tsiqah ma’mun
Adz Dzahabi Alhafidz
H. Perbandingan Matan
Dari hasil penelitian ketiga hadits tersebut, ditemukan
bahwa perbedaan diantara masing-masing hadits terletak pada
perawinya dan perbedaan beberapa kata antara hadits yang
diteliti dan hadits yang menjadi objek Takhrij yaitu :
23
َّل ْن ُت ْن َك َح َملْر َأ ُة َل ُهللا َن َه َّن ُّي َّل
ا عى ى ال ب ص ى عليه وس م أ
َع َّم ِت َه ا ،واَملْر َأ ُة وَخ اَل ُت اَه
Hadist I :
َع َل ْي َو َس َّل َم َق اَل اَل ُي ْج َم ُع َأ َّن َر ُس وَل الَّل َص َّل ى الَّل ُه
ِه ِه
اَمْلْر َأ ِة َو َخ اَل ِت اَه َب ْي َن اَمْلْر َأ َو َع َّم َه ا َو اَل َب ْي َن
ِت ِة
Hadist II :
24
Hadist III :
25
G. Istinbath (Penetapan) Hukum
Berdasarkan penelitian takhrij hadist, dapat di ambil
ketetapan hukum bahwa menikahi perempuan dalam kategori
mahram adalah haram dan dilarang dalam Islam. Bahkan
larangan ini juga diterangkan di dalam Al-Qur’an sehingga
larangan ini jelas dan tidak bisa diganggu gugat. Rasulullah
juga menyampaikan kepada sahabat lainnya bahwa dilarangnya
menikahi perempuan yang didalam mahram.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penyusunan makalah Takhrijul Hadist ini, kami
sebagai penyusun menggunakan software aplikasi Ensiklopedi
Hadist 9 Imam, sehingga memudahkan kami dalam
penyelesaian dan penelitian ini. Dan juga dalam proses
pengerjaan makalah ini, metode Takhrijul Hadist yang dipakai
adalah metode Al-Fazh ( َ ظ,, , , )انفب. Metode ini dengan cara
26
Rasulullah SAW. Bersabda : “Nabi melarang menikahi
perempuan perempuan bersertaan dengan budaknya atau
tantenya” (H.R. Al – Jama’ah; Al Muntaqa 2: 528)
27
tidak hanya ada di dalam hadist, akan tetapi di Al-Qur’an juga
di tegaskan tentang larangan tersebut sehingga tidak bisa di
ganggu gugat.
28
DAFTAR PUSTAKA
29