Bahan Tayang Pelatihan Btcls - 2023
Bahan Tayang Pelatihan Btcls - 2023
Bahan Tayang Pelatihan Btcls - 2023
Materi 3
Disampaikan pada:
PELATIHAN
Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)
Konsep Jalan Nafas dan
Pernafasan
PROSES PERNAPASAN
1. VENTILASI : PERGERAKAN UDARA
Dipengaruhi: Gerakan diafragma, perbedaan tekanan rongga
pleura-intrapulmonal-udara luar, kepatenan jalan napas, dan
surfaktan
Lidah jatuh
kebelakang
Gejala – Gejala :
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan
batuk terutama pada malam atau dini hari.
KGD dan Manajemen
Bencana,Pusdik SDM kemenkes
RI, 2016
Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut
yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius
dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Dahlan, 2014).
Ditandai dengan :
sesak napas, suara napas mengi, batuk
disertai atau tanpa dahak, dan nyeri dada
akut.
Pemeriksaan fisik didapatkan : pasien bernapas dengan bibir
setengah terkatup mencucu (pursed lips breathing), barrel chest
(bentuk dada seperti tong), sela iga melebar, fremitus melemah,
hipersonor pada perkusi paru, dan suara napas vesikuler normal atau
melemah dengan ekspirasi memanjang.( Perhimpunan dokter paru
indonesia)
PENGKAJIAN AIRWAY & BREATHING
• AIRWAY
• Ada tidaknya sumbatan jalan napas
• Sumbatan oleh benda padat Stridor
• Sumbatan oleh benda cair Gurgling
• Kemungkinan fraktur servikal
• BREATHING
• Lakukan LOOK, LISTEN & FEEL
PENGKAJIAN AIRWAY & BREATHING (Lanjutan…)
Prioritas Utama
1. Buka dan pertahankan jalan napas yang paten
2. Pertahankan pola napas
3. Pertahankan pertukaran gas adekuat
DENGAN ALAT
4. Pengisapan benda cair: Suctioning
5. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka: Oro-Pharingeal
Airway, Naso-Pharingeal Airway, Laringeal Mask Airway (LMA),
Endotracheal Tube (ETT)
6. Membuka jalan napas: Krikotiroidotomi
PENATALAKSANAAN AIRWAY (Lanjutan ..)
Back blow
Heimlick Manuveur
Manuveur heimlich pada korban sadar dengan posisi
berdiri atau duduk
Magill forcep
Mempertahankan jalan napas dengan
oro- pharingial airway (OPA)
Tujuan
Menahan palatum tidak
menempel ke epiglotis yang
dapat menutup jalan napas
akibat pasien tidak sadar
Mempertahankan jalan napas dengan
Laringeal Mask Airway (LMA)
GANGGUAN AIRWAY
1. BERDASARKAN LOKASI
LOKASI PENYEBAB TINDAKAN
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien; restrain, sedatif,
oksigenisasi yang adekuat vital
3. Persiapan keluarga; penjelasan
4. Informed concent oral/tertulis
Perawatan Post Intubasi
1. Pemasangan balon/cuff kaji ketepatan:
1. Auskultasi suara pernapasan kedua paru suara napas
(+)
2. Cek pergerakan dada
2. Jaga keamanan plester di wajah (ETT)
3. Cegah komplikasi:
1. Aspirasi muntahan, sekret
2. Erosi/nekrosis laring atau trakhea tekanan maksimal
20 – 25 mm Hg
3. Pemasangan lama trakheostomi
4. Berikan oksigen adekuat cegah keracunan
oksigen
Membuka jalan napas dengan Krikotiroidotomi
• Krikotiroidotomi menggunakan
jarum besar No. 14-16
• Krikotiroidotomi dengan
pembedahan menggunakan
pisau
PENATALAKSANAAN BREATHING
Tambahan:
• PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
• Pressure/Volume Support
Disampaikan pada:
PELATIHAN
BASIC TRAUMA AND CARDIAC LIFE SUPPORT
Update 2022
Pokok Bahasan
• Pendahuluan
• Penyebab henti jantung
• Indikasi dan tujuan resusitasi jantung
paru (RJP)
• Peluang keberhasilan RJP
• Langkah-Langkah RJP
• Langkah-Langkah penggunaan AED
• Monitoring dan evaluasi pasca henti
jantung
• Data terkait prevalensi henti jantung di Indonesia belum
tercatat secara maksimal
• Akan tetapi angka kejadian henti jantung dapat
meningkat seiring dengan peningkatan angka kejadian
penyakit jantung koroner (PJK)
• Berdasarkan RISKESDAS 2018 kelompok usia yang
rentan mengalami kejadian PJK adalah termuda 25 – 34
tahun, tertua >75 tahun, jenis kelamin perempuan, dan
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan
(KEMKES, 2018)
Henti jantung dapat disebabkan oleh:
Pemakaian obat-obatan
Keracunan obat
1 menit 98 %
3 menit 50 %
10 menit 1%
D R S C A B
Pastikan keamanan
3 Aman (3A):
– Aman Penolong
– Aman Lingkungan
– Aman Pasien
Menilai Respon Pasien
Tepuk bahu dan teriak “Buka mata
Pak/Bu!”
• Alert
A
• Verbal
V
• Pain
P
• Unresponsive
U
Hati-hati kemungkinan trauma
leher !!!
Memeriksa respon pasien dengan menepuk bahu
pasien atau dengan rangsang nyeri
Jika pasien tidak
memberikan respon,
segera panggil bantuan
dengan cara berteriak
“Tolong! ada orang tidak
sadar” untuk mengaktifkan
emergency medical
service (EMS) dan
meminta AED.
Head tilt
3 4
Pastikan 3A
AED datang
STOP !!!
1
• Kaku Mayat
2
• Lebam Mayat
DNR (Do Not Tanda • Pupil Lebar
Kematian
3
Resuscitation) • Refleks Cahaya (-)
4
Akibat Bantuan Napas Akibat Kompresi
Regurgitasi Pneumothorak
Hemothoraks
Kontusio Paru
Emboli lemak
HIGH
QUALITY
CPR
1 2 3 4 5
POINT ONE
Monitoring dan Evaluasi Pasca
Henti Jantung
Kelola parameter
hemodinamika
Manajemen berkelanjutan
Referensi
• American Heart Association (AHA). 2020. Highlights of the
2020 American Heart Association Guideline for CPR and ECC.
Available at https://cpr.heart.org/-/media/CPR-Files/CPR-
Guidelines-
Files/Highlights/Hghlghts_2020_ECC_Guidelines_English.pdf
• KEMKES. 2018. Hasil Utama RISKESDAS.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f
00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Disampaikan pada :
Pelatihan
Basic Trauma and Cardiac Life Support
Update 2022
• Prevalensi
• Definisi sindrom koroner akut (SKA)
• Pengkajian SKA
– Nyeri Dada
– EKG
– Enzim Jantung
• Klasifikasi SKA
• Penatalaksanaan awal
Prevalensi
(PERKI, 2018)
Nyeri Dada (Lanjutan ...)
(PERKI, 2018)
No Lokasi Lead
Saat aliran darah ke miokard
menurun akibat oklusi arteri koroner,
1. Septal V1 – V2 akan terjadi tiga kondisi (iskemia,
2. Anterior V3 – V4 injuri, infark)
3. Lateral V5, V6, I, aVL
4. Inferior II , III, aVF
Iskemia
Perubahan
repolarisasi
T terbalik
Injuri
Elevasi ST
cedera miokard
Infark
Tidak terjadi
depolarisasi
pada sel
nekrotik
gelombang Q
patologis
Evolusi EKG (Lanjutan...)
Septal Anterior
Lateral Inferior
3. Enzim Jantung
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T
merupakan biomarka nekrosis miosit jantung dan menjadi
biomarka untuk diagnosis infark miokard.
(PERKI, 2018)
Penatalaksanaan awal terapi yang diberikan pada pasien
dengan kemungkinan SKA atau SKA atas dasar keluhan
angina di IGD. Sebelum ada hasil pemeriksaan EKG
dan/atau biomarka jantung.
M • Morfin
O • Oksigen
N • Nitrogliserin
A • Antiplatelet
(PERKI, 2018)
Penatalaksanaan Awal
M • Morfin
O • Oksigen
N • Nitrogliserin
A • Antiplatelet
MONAlisa
Tidak diberikan dengan urutan MONA tapi dengan urutan
OANM
Oksigen Tujuan
Pemberian
• Diberikan 2 - 4 L/menit
Pertimbangan
Pemberian
Pertimbangan
Pemberian
• Spray/tablet sublingual
• Tablet sublingual 0,4 mg dapat diulang setiap
5 menit sampai maksimal 3 kali
Pertimbangan
• NTG intravena dapat diberikan jika pasien tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual
• Jika tidak tersedia NTG, ISDN dapat digunakan sebagai
pengganti
• Pantau TD, HR dan RR
• Kontraindikasi jika TD <90 mmHg, bradikardia (<50
x/menit), takikardia
(PERKI, 2018)
Morfin Tujuan
Pemberian
Pertimbangan
• Diberikan jika nyeri tidak reda dengan
terapi 3 dosis NTG sublingual
• Hati-hati hipotensi
• Monitor fungsi dan upaya napas
• Kaji penurunan nyeri
Kementerian Kesehatan (KEMKES). 2018. Hasil Utama RISKESDAS.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/f
iles/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2018.
Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut edisi keempat.
https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Buku-ACS-2018.pdf
Materi 6
Disampaikan pada:
PELATIHAN
BASIC TRAUMA AND CARDIAC LIFE SUPPORT
(BTCLS)
2022
INDIKATOR PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan materi ini
peserta mampu melakukan
menginterpretasikan gambaran EKG.
Elektro
(Aktivitas listrik jantung)
Kardio (Jantung)
I V1
Dada (Prekordial)
Bipolar II V2
Ekstremitas
III V3
Unipolar
aVR V4
Unipolar aVL V5
aVF V6
SADAPAN EKSTREMITAS
aVR aVL
aVF
Lead ekstremitas memotret jantung dengan ARAH VERTIKAL
SADAPAN DADA (PREKORDIAL)
Posisi Pemasangan Lead Dada:
V1 : ICS IV sternal kanan
V2 : ICS IV sternal kiri
V3 : antara V2 dan V4
V4 : ICS V midklavikular kiri
V5 : ICS V aksilaris anterior kiri
V6 : ICS V aksilaris media kiri
Lead dada
memotret
jantung
dengan
ARAH
HORIZONTAL
• SA Nodal (60-100 x/menit)
Terletak di muara vena kava
superior
R R R R
Teratur reguler
Tidak teratur ireguler
2. MENGHITUNG HEART RATE
𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
HR = ∑ 𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲 𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂 𝑹𝑹
HR = ∑ 𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲 𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂 𝑹𝑹
Jika irama tidak teratur: 𝐇𝐇𝐇𝐇 = � 𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌 𝑸𝑸𝑸𝑸𝑸𝑸 𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅 𝟔𝟔 𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅 × 𝟏𝟏𝟏𝟏
3. MENENTUKAN GELOMBANG P
𝑷𝑷
𝑷𝑷
𝑸𝑸
NORMAL ≤ 5 Kotak Kecil (KK)
Lebar = 0,12 - 0,20 detik (< 5 KK dari awal P sampai awal Q)
Kepentingan : Kelainan sistem konduksi
5. MENENTUKAN GELOMBANG Q
Langkah-langkah:
1.Tentukan tinggi R dari 𝑹𝑹
dasar garis isoelektris 𝟏𝟏�
2.Tinggi R dibagi 3 𝟑𝟑
3.Tentukan dalam Q
dari dasar garis 𝟏𝟏�
𝟑𝟑
isoelektris
4.Dalam Q tidak boleh 𝟏𝟏�
𝟑𝟑
lebih dari 1/3 tinggi R
Normal ≤ 1/3 R 𝑸𝑸
Lebar: < 0.04 detik
Dalam: Q ≤ 1/3 Tinggi R
Kepentingan : Menunjukkan adanya nekrosis miokard, disebut
Q patologis
6. MENENTUKAN KOMPLEKS QRS
𝑸𝑸 𝒔𝒔
Normal ≤ 3 Kotak Kecil (KK)
Lebar : 0,06 - 0,12 detik (dari awal Q sampai akhir S)
7. MENENTUKAN SEGMEN ST
𝑻𝑻
𝒔𝒔
Normal: Isoelektris Kepentingan :
Segaris Isoelektris Elevasi : injuri/infark akut
(dari akhir S (titik J) sampai awal T) Depresi: Iskemia,efek digitalis
8. MENENTUKAN GELOMBANG T
T Tinggi
𝑻𝑻
T Inverted
Sinus Bradikardia
Sinus Takikardia
Sinus Aritmia
Sinus Arrest
Sinus Blok
Junctional Ritme
Idioventrikuler Ritme
Sinus Ritme dengan Atrial Ekstrasistol
Asistole
Disampaikan pada :
Pelatihan
Basic Trauma and Cardiac Life Support
Update 2022
INDIKATOR PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti materi ini:
peserta mampu memahami tindakan terapi obat
dan listrik pada henti jantung
1. RJP
2. Terapi obat
3. Terapi listrik
ARITMIA LETHAL
2. AMIODARON
• Indikasi : Anti-aritmia yg mengancam jiwa
VF atau VT tanpa nadi setelah dilakukan DC shock
Dosis :
Dosis pertama 300 mg IV push (flush NaCl 0,9 % 20 cc)
Dosis kedua 150 mg IV push (flush NaCl 0,9 % 20 cc)
TERAPI OBAT (lanjutan...)
3. LIDOKAIN
• Indikasi : anti-aritmia, VF, VT tanpa nadi (jika
tidak tersedia amiodaron)
• Dosis: Dosis pertama 1 – 1.5 mg/KgBB
Dosis kedua 0.5 – 0.75 mg/KgBB
KESIMPULAN
Hipovolemik
Obstruktif
Distributif Kardiogenik
Sepsis
Neurogenik
Anafilaktik
Tahap Syok (the stages of shock)
• Pelepasan aldosteron:
↓ output urin (<30
menit)
• ↑ frekuensi jantung
• ↑ kadar glukosa
1. Syok Hipovolemik
Hangat
Kulit Dingin (Dingin pd Dingin Dingin
syok berat)
CRT Lambat Lambat Lambat Lambat
Diagnosis Keperawatan pada Syok
Penanganan Lanjut
• Pertahankan patensi airway
• Pertahankan oksigen sesuai kebutuhan pasien
• Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanik
(jika perlu), kebanyakan tidak perlu.
• Pertahankan kateter IV. Akses vena sentral jika
memungkinkan
• Beri cairan sesuai order (kristaloid, koloid,
produk darah)
• Beri posisi syok (modified Tredelenburg)
Pemberian Posisi Pada Syok
• Angkat kaki pasien lebih
tinggi dari jantung
(kurang lebih 30 cm)
untuk meningkatkan
aliran darah ke organ
vital
• Kontraindikasi pada
trauma servikal
Sumber: ACEP 2014
Intervensi Keperawatan (lanjutan ...)
• Monitor:
- Status kardiopulmonal : HR dan irama; RR; TD;
MAP; warna, suhu, kelembapan kulit, CRT, bunyi
paru.
- Status oksigensi: oksimetri nadi, AGD
- Status cairan: I & O; BB harian, jumlah & tipe
drainage (chest tube, nasogastrik, luka).
- Status neurologis: tingkat kesadaran
- Nilai serum serial: Ht, Hb, aPTT
• Beri dukungan psikososial
• Monitor perkembangan komplikasi
Intervensi Keperawatan (lanjutan ...)
• Syok Hipovolemik
- Hentikan kehilangan cairan
- Kembalikan volume sirkulasi
- Resusitasi cairan
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)
• Syok Kardiogenik
- Perlu dinilai masalah utamanya: volume, pompa atau irama?
- Masalah volume : Beri cairan dan nilai kecukupan cairan
- Masalah pompa:
• Bila TDS > 100 mmHg vasodilator (nitrogliserin)
• Bila TDS 70-100 mmHg tanpa disertai gejala/tanda syok
inotropik (dobutamine)
• Bila TDS 70-100 mmHg disertai gejala/tanda syok vasopressor
(dopamine)
• Bila TDS < 70 mmHg disertai gejala/tanda syok vasopressor
kuat (norepinefrin)
- Masalah irama: disesuaikan takiaritmia atau bradiaritmia?
- Tatalaksana lanjutan setelah diatasi (pompa balon intra-aorta,
angiografi, intervensi kardiovaskuler perkutan, bedah).
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)
• Syok Sepsis
- Resusitasi cairan dalam jumlah banyak : 6 - 10 L
kristaloid dan 2 - 4 L koloid pada 6 jam pertama untuk
mencapai taget CVP 8 - 12 mmHg.
• Syok Anafilaksis
- Epinephrine vasokonstriksi perifer,
bronkhodilatasi dan menekan efek
histamine
- Diphenhydramine (Benadryl)
memblok pelepasan histamin akibat
reaksi alergi
- Pertahankan keadekuatan airway:
• Bronkodilator dengan nebulizer lebih efektif
• Intubasi endotrakeal atau
krikotiroidotomi (jika perlu)
Krikotiroidotomi
Intubasi Endotracheal
Sumber:http://razimaulana.files.wordpress.com
Sumber:http://www.amicusvisualsolutio
/2012/11/surgical1.png
ns.com/obrasky/05001_09X.jpg
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)
• Syok Neurogenik
- Stabilisasi spinal (misal cervical collar)
mencegah bertambahnya kerusakan
spinal cord
- Vasopressor (phenilephrine)
mempertahankan TD dan perfusi organ
- Atropine mengatasi bradikardia
- Hati-hati pemberian cairan karena
hipotensi bukan akibat kehilangan
cairan
- Pantau hipotermia akibat disfungsi
hipotalamus
- Methylprednisolone cegah
kerusakan sekunder spinal cord akibat
pelepasan mediator kimia
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)
• Syok Obstruktif
- Kenali sedini mungkin agar
obstruksi dapat diatasi segera
- Atasi penyebab obstruksi:
• Cardiac tamponade Pericardiosentesis
Sumber: http://img.webmd.boots.com
pericardiosentesis
• Tension pneumothorax needle
decompression atau chest tube
insertion
• Emboli paru terapi trombolitik
untuk mengembalikan sirkulasi paru
dan sisi kiri jantung
Needle decompression
Sumber:www.civiliandefenseforce.com
Kasus
• Seorang laki-laki berusia 24 tahun masuk IGD setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Tampak deformitas
pada femur dextra. Pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi nadi 124 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit,
tekanan darah 90/65 mmHg, CRT >2 detik, produksi
urine 10 mL/jam ekstremitas pucat, gelisah dan
kesadaran menurun, BB 50 kg.
Jenis Keterangan
Kristaloid Ringer lactate (RL) • Lebih Murah
Normal saline (NaCl) • Efek samping minimal
• Waktu paruh pendek
Koloid Gelofusine • Lebih mahal
Haemaccel • Efek samping lbh banyak
Dextran 70 • Waktu paruh 4-6 jam
Hetastarch
Plasma / albumin
Darah Whole blood
Packed red cell (PRC)
POIN PENTING
• Resusitasi cairan menggunakan prinsip 3:1 (3 ml
kristaloid untuk tiap 1 ml estimasi kehilangan
darah) TIDAK LAGI DISARANKAN karena berisiko
tinggi terjadi efek samping seperti edema paru
• Resusitasi cairan yang DISARANKAN adalah
pemberian kristaloid awal 1 liter (dewasa) dan 20
ml/KgBB untuk anak dengan BB < 40 Kg
• Selanjutnya pemberian cairan disesuaikan
dengan hasil respon pasien terhadap resusitasi
cairan: apakah perlu pemberian transfusi darah,
koloid, obat-obatan syok, dst
Estimasi
kehilangan Penggantian cairan
darah
(ATLS, 2018)
Eskar melingkar di
dada menghalangi
gerakan ekspansi
rongga toraks
% LUAS LUKA BAKAR (% LLB)
(ATLS, 2018)
Pemberian Cairan dan Target
Umur dan Berat Badan Cairan* Output Urine
Dewasa dan anak 2 ml RL x KgBB x % LLB 0.5 ml/KgBB/jam
remaja
(≥ 14 tahun) 30 – 50 ml/jam
Anak-anak (< 14 tahun) 3 ml RL x KgBB x % LLB 1 ml/KgBB/jam
Bayi (BB ≤ 30 Kg) 3 ml RL x KgBB x % LLB 1 ml/KgBB/jam
(ATLS, 2018)
Contoh
– Pasien dewasa, BB pasien 50 Kg, luas luka
bakar 40 %, maka kebutuhan cairan pasien
adalah:
2 x 50 x 40 = 4.000 ml
– Cara pemberian:
8 jam I diberikan : 2.000 ml
8 jam II diberikan : 1.000 ml
8 jam III diberikan : 1.000 ml
Referensi
Cherkas, D. (2011). Traumatic hemorrhagic shock: Advances in fluid
Management. Emergency Medicine Practice, 13, 11, 1-20.
Garrtson, S & Malberti, S. (2007). Understanding hypovoleamic, cardiogenic
and septic shock. Nursing Standard, 50,21, 46-55.
Hand, H (2001). Shock. Nursing Standard, 15, 48, 45-52.
Jordan, K.S. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum. USA:
Emergency Nurses Association.
Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., & Dirksen, S. R., O’Brien, P. G., & Bucher,
L. (2007). Medical surgical nursing: Assesment and management of
clinical Problems. Vol. 2. 7th Ed. St.Louis: Mosby Elsevier.
McSwain & Frame (2003). PHTLS, Basic and advanced prehospital
trauma life support. 5th Ed. USA: Mosby.
National Institute for Health and Care Excellence (NICE). 2016.
Intravenous Fluid Therapy
American College of Emergency Physicians (ACEP). 2014. First Aid
Manual
Advanced Trauma Life Support (ATLS). 2018. ATLS Student Course
Manual 10th Edition.
KEGAWATDARURATAN
CEDERA KEPALA &
TULANG BELAKANG
Disampaikan pada :
Pelatihan
Basic Trauma and Cardiac Life Support
Update 2022
Pokok Bahasan
• Prevalensi cedera kepala dan tulang
belakang
• Klasifikasi cedera kepala dan tulang
belakang
• Pengkajian dan penatalaksanaan primer
cedera kepala dan tulang belakang
• Prinsip intervensi cedera kepala dan
tulang belakang
Kegawatdaruratan pada
CEDERA KEPALA
PREVALENSI
Di Indonesia prevalensi cedera kepala
menempati posisi ketiga (11,9%) setelah
cedera pada anggota gerak bawah dan atas
Provinsi dengan prevalensi cedera kepala
tertinggi yaitu provinsi Gorontalo (17,9%)
Sebanyak 44,7% cedera terjadi di rumah dan
sekitarnya dan sebanyak 31.4% terjadi di
jalan raya
Sebanyak 72,7% penyebab cedera akibat
KLL adalah mengendarai sepeda motor
(KEMKES, 2018)
KLASIFIKASI
Berdasarkan Beratnya :
Ringan GCS 13 – 15
Sedang GCS 9 – 12
Berat GCS 3 – 8
Berdasarkan Morfologi :
Fraktur Tengkorak
Lesi Intrakranial
(ATLS, 2018)
PENGKAJIAN DAN
PENATALAKSANAAN PRIMER
1. APD dan keadaan umum dan tingkat kesadaran (AVPU)
A: Alert (sadar)
V: Verbal (berespon dg rangsang verbal)
P: Pain (berespon dg rangsang nyeri)
U: Unresponsive
2. AIRWAY + cervical-spinal control
Cek tanda trauma bagian atas klavikula, fraktur dasar
tengkorak
3. BREATHING + ventilation
Takipnea kussmaul breathing (kompensasi utk
mencegah PTIK)
4. CIRCULATION + kontrol perdarahan
1. Cek kemungkinan tanda-tanda perdarahan
2. Cek perfusi perifer: CRT, nadi, akral
Pengkajian dan Penatalaksanaan Primer (Lanjutan ....)
5. DISABILITY :
• Kaji GCS
• Kaji respon pupil
• Kaji kekuatan otot
Sentuhan lembut
Ukuran
Reaksi Bentuk
(CCSO, 2018)
Pemeriksaan Respon Pupil
Ukuran Bentuk
Reaksi
Pemeriksaan Kekuatan Otot
Langkah-Langkah:
1. Minta pasien mengangkat ekstremitas atas-
bawah, kanan-kiri secara bergantian
2. Jika tidak mampu (tidak sempurna) maka tidak
perlu mengkaji kekuatan otot menggunakan
tahanan
3. Jika mampu maka dapat menggunakan tahanan
untuk menentukan grading kekuatan otot
(CCSO, 2018)
Pemeriksaan Kekuatan Otot
Grade Deskripsi
5 Ekstremitas mampu melawan tahanan penuh
4 Ekstremitas mampu melawan tahanan sedang
3 Ekstremitas mampu melawan gravitasi (bergerak
vertikal)
2 Ekstremitas tidak mampu melawan gravitasi (bergerak
horizontal)
1 Ekstremitas/tonus otot kontraksi
0 Tidak ada pergerakan
(CCSO, 2018)
Pemeriksaan Kekuatan Otot (lanjutan…)
1. Penurunan kesadaran
2. Gelisah
3. Muntah proyektil
4. Pernafasan meningkat/menurun
5. Cushing syndrome: melebarnya tekanan
nadi tekanan sistolik meningkat – tekanan
diastolik menurun
6. Papil edema +
Tanda FRAKTUR DASAR TENGKORAK
PRINSIP INTERVENSI
Fokus utama dalam penanganan cedera
kepala adalah mencegah cedera otak
sekunder
Intervensi yang dilakukan bertujuan untuk:
1. Meningkatkan perfusi otak dan aliran
darah dengan menurunkan TIK
2. Menjaga volume intravaskular dan MAP
normal
3. Mengembalikan oksigenasi dan ventilasi
normal
(ATLS, 2018)
INTERVENSI
1. Managemen oksigenasi dan ventilasi, target:
• PaO2 ≥ 100 mmHg
• PaCO2 35 – 45 mmHg
• SaO2 ≥ 95%
2. Managemen cairan, target:
• TDS ≥ 100 mmHg (50 – 69 tahun)
• TDS ≥ 110 mmHg atau lebih (15 – 49
tahun atau 70 tahun ke atas)
3. Managemen pencegahan valsava manuver
4. Menjaga suhu tubuh 36 – 380C
(ATLS, 2018)
Managemen Cairan
Manitol 20%
• Dosis awal pada pasien dengan penurunan neurologi
akut adalah 1 g/KgBB bolus cepat (over 5 menit)
• Selanjutnya untuk mencegah peningkatan TIK
gunakan dosis 0,25 – 1 g/KgBB bolus setiap 4 – 6
jam (maksimal dosis 4 g/KgBB/hari)
• Pemberian manitol secara bolus intermiten lebih
efektif dibandingkan infus kontinue
• TDS < 90 mmHg harus dihindari
• Jaga osmolaritas < 320 mOsm
Furosemid
Efek sinergis bila dikombinasikan dengan
manitol penggunaannya harus
berhati-hati karena dapat menyebabkan
gangguan elektrolit berat
(Ainsworth, 2021)
Steroid
• Tidak disarankan lagi penggunaannya
untuk meningkatkan outcome atau
menurunkan TIK.
• Metilprednisolon kontraindikasi
untuk pasien cedera kepala berat
• Metilprednisolon dosis tinggi
berhubungan dengan peningkatan
angka kematian
(BTF, 2016)
Managemen Valsava Manuveur
• Hindari/atasi batuk, mengedan dan
penyedotan lendir pernafasan (suction)
berlebihan
• Penggunaan obat-obatan anti kejang pada
cedera kepala kontroversial
• Penggunaan obat anti kejang pada
minggu pertama cedera kepala bersifat
opsional
• Sebagai profilaksis obat anti kejang tidak
direkomendasikan penggunaannya > 7
hari
(Ainsworth, 2021)
Kegawatdaruratan pada
CEDERA TULANG
BELAKANG
KLASIFIKASI
Berdasarkan tipe :
Complete
Incomplete
Berdasarkan tubuh
yang terdampak :
Quadriplegia/
tetraplegia
Paraplegia
https://liamdownes.weebly.com/liams-injury.html
PENGKAJIAN DAN
PENATALAKSANAAN PRIMER
1. APD dan keadaan umum dan tingkat kesadaran (AVPU)
A: Alert (sadar)
V: Verbal (berespon dg rangsang verbal)
P: Pain (berespon dg rangsang nyeri)
U: Unresponsive
2. AIRWAY + c-spine immobilisation
Pra RS dengan long spine board/short, cervical
collar, head stabilizer (long spine board hanya
untuk evakuasi/transportasi tidak untuk bedrest)
3. BREATHING + ventilation
Kesulitan bernapas (C3/4/5); 15l/menit (NRM)
4. CIRCULATION + kontrol syok
Jika hipotensi: cek apakah syok hemoragik atau
neurogenik
Pengkajian dan Penatalaksanaan Primer (Lanjutan ....)
5. DISABILITY :
• Kaji GCS/respon pupil
• Kaji adanya kesemutan, hilang sensasi,
kelemahan pada ekstremitas
• Kaji adanya priapism dan inkontinensia
Disampaikan pada:
PELATIHAN BASIC TRAUMA AND CARDIAC LIFE SUPPORT Update 2022
Pokok Bahasan
Penatalaksanaan Pasien dengan Trauma
Sistem Muskuloskeletal ;
Pengertian
Tanda dan gejala
Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan
Monitoring
Sistem Muskuloskeletal
Terdiri dari:
• Tulang • Ligamen
• Otot • Sendi
• Tendon
Limb – threatening
proprofs.com
Klasifikasi Cedera
Cedera muskular (jaringan lunak):
– Sprain
– Strain
Cedera skeletal:
– Dislokasi
– Fraktur
– Amputasi
– Sindrom kompartemen
Klasifikasi Cedera
Terbuka
– Terjadi kerusakan kulit dan disertai perdarahan
Tertutup
– Tidak terjadi kerusakan kulit. Kemungkinan
terjadi perdarahan
5. DISABILITY
– Cek kesadaran
– Cek tanda laterasi
6. EXPOSURE
– Buka pakaian pasien tapi cegah hipotermia
– Cek seluruh permukaan tubuh
– Periksa DOTS:
D – deformity (deformitas) B – bentuk
O – open wounds (luka terbuka) T – tumor
T – tenderness (nyeri tekan) L – luka
S – swelling (bengkak) S – sakit
Survey Sekunder
(dilakukan setelah pasien stabil)
1. Pemeriksaan fisik head to toe + finger in orifice :
Pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai kaki dan periksa semua lubang
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital ;
Tekanan Darah, Respirasi, Nadi, Suhu, Saturasi O2
3. Anamnesa ;
a. SAMPLE / KOMPAK b. AIUEO
Sign/Symptomp Alcohol
Allergic
Insulin
Medication
Past Illness Uremia
Last Meal Epilepsi
Even Leading Over Dosis
4. Pemeriksaaan penunjang diagnostik :
Rontgen, CT-Scan, USG, Darah, Urine, dll.
5. Persiapan rujuk
Pasien Stabil, Infermed Consent, Petuigas, Ambulans, RS Rujukan
Luka
Rusaknya
Jenis Luka
Arteri Vena
• Keluar memancar • Keluar mengalir
• Warna merah segar • Warna merah tua
• Kaya O2, berbuih • Kaya CO2, tidak berbuih
Kapiler
• Keluar merembes
Luka Terbuka
Perlu diperhatikan pada Luka terbuka
1 2
3 4
Penanganan perdarahan
“4 T “ :
Tutup
Tekan
Tinggikan
Titik tekan
Teknik debridement
Membantu penyembuhan luka menghilangkan
jaringan nekrotik
– Teknik yang digunakan surgical debridement
Dislokasi
Keluarnya pangkal tulang dari permukaan artikular
Sangat nyeri
Bila terjadi pada sendi besar dpt menjadi darurat
jepitan neurovaskuler dpt menyebabkan amputasi
penting untuk menilai PMS
Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2nd ed, Mosby, 2005
Cedera Jaringan Lunak Tertutup, Dislokasi (Lanjutan...)
Tindakan :
Reposisi secara tertutup atau secara terbuka dengan
kontrol anastesi
Imobilisasi dengan pading (bantalan lunak) dan fiksasi
ekstremitas pada posisi yang nyaman
Kolaborasi untuk terapi analgetik
Fraktur
Definisi
Terputusnya Kontinuitas
Jenis Fraktur
a. FrakturTertutup
b. Fraktur Terbuka
Tipe Fraktur
Tanda dan Gejala Fraktur
a. Nyeri dan kemerahan.
b. Pembengkakan.
c. Deformitas perubahan posisi.
d. Krepitasi.
e. Keterbatasan gerak sendi.
f. Bone exposed pada fraktur terbuka
Perlu diperhatikan pada fraktur:
1. Mekanisme terjadinya cedera
2. Cedera lain : kepala, servikal, spine, thorak, abdomen,
ektremitas atas dan bawah.
3. Ketidakstabilan dan krepitasi pada pelvis hati-hati
4. Periksa ada tidaknya nyeri pada semua sendi
5. Periksa dan catat PMS (pulse, motoric, sensoric)
6. Kolaborasi dokter
Penatalaksanaan
Indikasi
Patah tulang terbuka / tertutup
Tujuan
Mencegah pergerakan tulang yang patah
Mengurangi nyeri
Mengurangi perdarahan
Mencegah cedera lebih lanjut
Mengistirahatkan daerah patah tulang
Jenis dan Teknik Pembidaian
Bidai kaku (rigit splint) : cardboard, plastik kaku, metal,
kayu, atau vacum splint
Bidai lunak (soft splint) : air splint, bantal sling
Sling dan bebat (sling and swathe) : anggota tubuh diikat
dan digantung ke anggota tubuh
Bidai tarik (traction splint) : alat khusus untuk fraktur femur,
dipakai untauk membidai sekaligus menarik (traksi) pada
kaki
Bidai anatomi (anatomy splint) : menggunakan LSB pada
multi fraktur
Bidai tubuh (body splint) : menggunakan sisi tubuh yang
sehat sebagai media pembidaian terutama saat tidak ada
alat.
Pembidaian (Lanjutan....)
Prinsip Pembidaian
Pastikan ABC aman
Kontrol perdarahan pada fraktur terbuka
Pada pasien sadar : informasikan adanya nyeri
Buka pakaian daerah yg akan dibidai
Ukur pada sisi yang sehat melewati minimal dua
sendi pada posisi fraktur di tengah tulang, melewati dua
tulang pada posisi fraktur di area persendian
Jika memakai pengikat, simpul harus sebelah luar
Periksa dan catat PMS (pulse, motoric, sensoric)
sebelum dan sesudah pembidaian
Prinsip Pembidaian (Lanjutan....)
b. Pembengkakan, nyeri
c. Keterbatasan gerak dalam 2-3 jam
d. Rongent untuk mengetahui kemungkinan fraktur
Cedera Jaringan Lunak Tertutup, Sprain (Lanjutan...)
Tindakan :
Tindakan awal dengan RICE ;
– Rest : Istirahatkan bagian yang cedera
– Ice : Kompres es
– Compression : Bebat dengan verban elastis.
– Elevation : Tinggikan bagian yang cedera
(ACEP, 2014)
Cedera Jaringan Lunak Tertutup (Lanjutan...)
B. Strain
Pereganganan pada otot dan
tendon yang berlebihan.
Tindakan :
1. Proteksi diri
2. Memar besar berikan kompres dingin
3. Perubahan warna kulit luas perdarahan luas
4. Memar sekepalan tangan hilang darah 10 %
5. Memar besar di kepala, dada dan perut perdarahan
di dalam.
6. Memar di atas anggota gerak kemungkinan fraktur
Sindroma Kompartemen
Ekstremitas bersisi jaringan otot dan
neurovaskuler dalam rongga yang
tertutup, dibatasi oleh suatu
membran yang yang kuat dan
kurang elastis
(ATLS, 2018)
Referensi
American College of Surgeon, Advanced Trauma Life Support (ATLS).
2018. ATLS Student Course Manual 10th Edition, USA
Amerian College of Emergency Physicians (ACEP) 2014. First Aid
Manual 5th Edition, USA
Campbell John E. et all,, International Trauma life Support (ITLS) 2018,
Amerian College of Emergency Physicians (ACEP), Alabama
National Association of Emergency Medical Technician, Pre Hospital
Trauma Life Supporrt (PHTLS) 2016, American College of Surgeon,
USA
Materi 12
INITIAL ASSESSMENT
PENGKAJIAN DAN PENANGANAN AWAL PASIEN TRAUMA
Update 2021
PENGERTIAN
INITIAL ASSESSMENT
Terdiri dari :
1. Primary Survey (Survei Primer)
2. Secondary Survey (Survei Sekunder)
Terapi Definitif
Sebelum Kontak dengan Pasien
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Pertimbangan pada pasien
trauma dengan curiga/
terkonfirmasi COVID-19
Snoring
• Head tilt -
Gurgling chin lift
Stridor • Miringkan • Jaw Trust
• Magyl /logroll • OPA
forcep • Suction • NPA
TINDAKAN PADA GANGGUAN AIRWAY
NPA
OPA
AIRWAY (Lanjutan)
TINDAKAN PADA GANGGUAN AIRWAY
OPA NPA
BREATHING
Pemeriksaan
• Inspeksi Ekspansi dada simetris?
• Palpasi Kelainan dinding dada
• Perkusi Udara/ darah?
• Auskultasi Vesikuler ?
BREATHING (Lanjutan)
Flail Chest
Hemothorax
BREATHING (Lanjutan)
SYOK
CIRCULATION (Lanjutan)
Tindakan
• Pasang IV line 2 jalur dengan RL yang
sudah dihangatkan
• Tinggikan ekstrimitas bawah (posisi syok)
• Tanda lateralisasi
- Pupil ( isokor )
- Tanda lateralisasi lainnya
EXPOSURE
G = Gastric tube
NGT untuk dekompresi lambung minimalkan
aspirasi
H = Heart Monitor
Monitor EKG untuk mengetahui adanya
gangguan irama jantung
SECONDARY SURVEY (Lanjutan)
FOTO RONTGEN
1. Servikal (Lateral)
2. Toraks (AP)
3. Pelvis ( AP)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan creatine kinase, elektrolit, dan
serum serta pemeriksaan urine.
X – RAY ( FOTO RUTIN )
1. Servikal (Lateral )
2. Toraks (AP)
3. Pelvis (AP)
PERSIAPAN
Pra RS & RS
PRIMARY SURVEY
APD & Cek Respon AVPU
AIRWAY and Cervical Spine Control
BREATHING & Ventilation Control
CIRCULATION & Bleeding Control SECONDARY SURVEY
DISABILITY GCS Head to Toe Examination
EKSPOSURE Px Tanda Vital
FOLLEY CATH Finger in Orificiae
GASTRIC TUBE R/ KOMPAK – AIUEO
HEART MONITOR Ro Foto
Lab
Terima Kasih
KEGAWATDARURATAN
TRAUMA DADA
Disampaikan pada:
PELATIHAN
BASIC TRAUMA AND CARDIAC LIFE SUPPORT
PENDAHULUAN
• Trauma dada menyebabkan hampir 25 % dari
semua kematian yang berhubungan dengan trauma
• Sering terjadi akibat trauma tumpul dan tembus
dada
• Sering terjadi juga akibat efek mekanisme cedera
dari tabrakan mobil dan terjatuh dari sepeda motor
AKIBAT:
• Fraktur kosta (iga)
• Flail chest
• Hemothoraks
• Tension Pneumothoraks
TRAUMA DINDING DADA
(FRAKTUR KOSTA)
Robekan
Fraktur parenkim
Kostovertebral paru
Flail chest
fraktur
kostokondral Fraktur
sternum
Fraktur
kondrosternal
FLAIL CHEST
Tanda/Gejala:
• Sesak napas
• Pernapasan
paradoksal
• Napas cepat disertai
nyeri, pneumotoraks,
hematotoraks dan
kontusio paru.
Penanganan Awal:
• Tutup luka pada 3 sisi
• Siapkan pemasangan pipa
dada (chest tube)
KEGAWATDARURATAN
TRAUMA ABDOMEN
Trauma Abdomen
• Tidak langsung
– Pengendara mobil terbentur dengan dash board mobil ketika
mobil mengalami tabrakan
Jenis Trauma Abdomen
a. Trauma Tajam
Penyebab
• Luka tusuk atau luka tembak (kecepatan rendah)
laserasi kerusakan jaringan
• Luka tembak kecepatan tinggi kerusakan organ
viscera
• Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus
halus (30%), diafragma (20%), dan colon (15%).
• Luka tembak tersering mengenai usus halus (50%),
colon (40%), hepar (30%), dan pembuluh darah
abdominal (25%).
Tampak Luar Tampak Dalam
b. Trauma Tumpul
Trauma di daerah abdomen yang tidak
menyebabkan perlukaan kulit /jaringan tetapi
dapat menyebabkan perdarahan akibat trauma
Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2nd ed, Mosby, 2005
Tanda dan Gejala Trauma
• Pecahnya organ solid (tdk berongga)
• Hepar atau lien yang pecah perdarahan
• Penderita tampak pucat
• Perdarahan gejala syok hemoragik
• Nyeri abdomen (ringan berat)
• Auskultasi bising usus menurun
• Nyeri tekan, terkadang nyeri lepas dan defans muskular
(kekakuan otot)
Tanda dan Gejala (Lanjutan ....)
3. Perkusi
4. Palpasi
• Nyeri pada kuadran kiri atas menyebar ke arah bahu
trauma limpa / diafragma.
• Nyeri abdomen berat, tegang dan spasme otot
(defans muskular) indikasi proses inflamasi
(peritonitis).
• Nyeri lepas (nyeri yg terjadi setelah tangan yg
menekan dilepas) peritonitis (terjadi akibat
kontaminasi isi usus)
• Tekan dengan hati-hati ada tidak krepitasi pada
pelvis.
Prinsip Penatalaksanaan
• Pasang IV line 2 jalur dengan cairan kristaloid
• Pasang kateter bila tidak ada kontra indikasi dan
monitoring intake dan out put
• Observasi tanda-tanda vital tiap jam
• Bila fraktur pelvis Fiksasi
• Bila terdapat benda asing tertancap
• Jangan dicabut tapi pasang bantalan kasa yang cukup
tebal selanjutnya pasien disiapkan untuk operasi
mencegah perdarahan hebat
• Bila usus keluar
• Jangan dimasukkan tp tutup kasa steril yang dibasahi
NaCl 0,9% atau aluminium foil pertahankan kelembaban
• Kolaborasi persiapan operasi bila syok berulang
Prinsip penatalaksanaan (Lanjutan ...)
Rencanakan gerakan
Gunakanlah paha, bukan punggung
Kuncinya Adalah
Garis Lurus dari Tulang Belakang
Cara Mengangkat yang Benar
Misalnya :
Kebakaran atau suatu keadaan yang
memungkinkan terjadinya kebakaran
Ledakan atau suatu keadaan yang
memungkinkan terjadinya ledakan,
dll
Bahaya terbesar dari pemindahan
darurat adalah menambah
cedera pada tulang belakang atau
memperparah keadaan
Multiple trauma
Adanya / perlukaan di atas klavikula
(tulang selangka)
Cedera kepala dengan penurunan
kesadaran
Biomekanika Trauma yg mendukung
(mechanism of injury)
Head Immobilizer
SISTEM
INFORMASI
Aplikasi yang memuat informasi data
SIRANAP
RAWAT INAP
kapasitas dan ketersediaan setiap
jenis tempat tidur RS
SISRUTE
Aplikasi yang memuat informasi
RS ONLINE data profile RS, Layanan dan SDM
Rumah sakit
ASPAK
Aplikasi yang memuat informasi
Sarana, Prasarana dan Alat
Kesehatan
Aplikasi yang memuat informasi
KOMDAT data profile PUSKESMAS dan SDM
Puskesmas
PERSIAPAN HARDWARE DAN JARINGAN ALAMAT APLIKASI SISRUTE
MINIMUM
AWAL IMPLEMENTASI SISRUTE
internet
Telkom Astinet
Provider lain
SISRUTE SEBAGAI ALAT INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN
Informasi Informasi
Sumber Ketersedia
Daya an Darah
Rumah
Sakit
(SDM,
ASPAK)
Informasi
Ketersedia
anTempat Monitoring
Tidur Ambulanc
e
Tujuan SPGDT
Dokter umum
- First responder
- Life safer
PASIEN AMBULANS PUSKESMAS RS.KLAS C RS. KLAS A/B
ANTAR RS
PENDANAAN
Penyelenggaraan SPGDT terdiri
dari :
1. Sistem komunikasi gawat darurat
2. system penanganan korban/ pasien gawat
darurat
3. Sistem transportasi gawat darurat
Sistem komunikasi gawat darurat
Sistem
komunikasi gawat darurat dikelola
oleh PUSAT KOMANDO NASIONAL
(NATIONAL COMMAND CENTER)
Pusat Komando Nasional
KERACUNAN
Disampaikan pada :
Pelatihan
Emergency Nursing – Intermediate Level
KERACUNAN
SEKUNDER
1. Kaji Riwayat:
a. Riwayat gigitan / sengatan serangga
b. Riwayat kontak / mengkonsumsi zat racun
2. Inspeksi kulit, tanda-tanda reaksi zat/gigitan beracun
3. Pemeriksaan Laboratorium
TANDA DAN GEJALA UMUM
JENIS
• Famili Elapidae: Ular welung,welang sendok, ular anang, ular
cabai
• Famili Crotalidae: Ular tanah, Ular hijau
• Famili hydropidae: Ular laut
• Famili Colubridae: Ular pohon
Apa yang harus dilakukan?
1. DRSABCD.
2. Yakinkan pasien dan mintalah agar tidak bergerak.
3. Pasang perban yang lebar ke tempat gigitan sesegera mungkin.
4. Pasang perban untu balut tekanan (perban elastis) mulai tepat di
atas jari tangan atau jari kaki yang digigit, dan naik ke atas pada
anggota badan sejauh yang bisa dicapai (termasuk gigitan ular). ikat
dengan kuat tanpa menghentikan suplai darah ke anggota tubuh.
5. Imobilisasi anggota badan yang dibalut dengan splints.
6. Pastikan pasien tidak bergerak.
7. Tuliskan waktu gigitan dan saat perban diaplikasikan. Tinggallah
bersama pasien.
8. Periksa secara teratur peredaran di jari tangan atau kaki.
9. Atur kejutan.
10. Pastikan ambulans telah dipanggi
Perhatian!
Famili 1. Muntah 1.
2.
A.B.C
Menetralkan bisa yg
2. Kolik
Viperids 3. Diare
masuk kesirkulasi
3. Mengatasi efek lokal
4. Perdarahan bekas gigitan 4. Monitor keseimbangan
5. Edema paru cairan
1. Golongan Depresan
Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative (
penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti
cemas ).
2. Golongan Stimulan
Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Kanabis,Jamur, aica aibon,bensin
TERAPI INTOKSIKASI OPIAT
• Pantau ABC
• Pasang IVFD
• Pantau TTV
• Naloxon Chalenge Test
• Diberikan 0,4– 0,8 mg / 0,01 mg/kg BB IV setiap 5
menit.
• Awasi ketat tanda withdrawel : dilatasi pupil,
takipnoe,lakrimasi,Rhinorrhea, berkeringat.
• Bila bereaksi, nalokson 0,4 mg/jam selama minimal
12 jam, pasien diobservasi minimal 24 jam
• Bila tetap tak ada reaksi, maka pemakaian opiat
dapat disingkirkan.
TERAPI INTOKSIKASI ATS
JENIS
• Dekontaminasi mata
• Dekontaminasi kulit
• Dekontaminasi saluran napas
• Dekontaminasi saluran cerna
DEKONTAMINASI
JENIS TEHNIK PERHATIAN
Dekonta Isi baskom Jangan berikan zalf
mata
Celupkan muka kebaskom
minasi Irigasi mata ± 15 mnt Konsul mata bila iritasi
Mata Teteskan anestesi lokal menetap dan ulkus
Suhu 15 –35 derajat Cs pada kornea
Disampaikan pada :
Pelatihan
Basic Cardiac Life Support
Update 2023
Pokok Bahasan
• Definisi triage
• Jenis triage
• Tujuan triage bencana
• Karakteristik triage bencana
• Zona bencana
• Triage bencana/kecelakaan masal: Simple
Triage and Rapid Treatment (START)
Definisi
• Triase adalah proses pengkajian dan
pengelompokkan pasien berdasarkan tingkat
urgensi
• Tingkat urgensi ditentukan berdasarkan
kondisi klinis pasien saat dilakukan triase
Prehospital Intrahospital
Tujuan Triage Prehospital
• Menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin
• Memberikan perawatan terbaik dengan
resources yang tersedia
1. Pernapasan (P)
• Spontan?
• Frekuensi?
MERAH: IMMEDIATE
• Korban dapat ditolong Masalah A-B-C, seperti:
dengan intervensi dan • Kesulitan bernapas,
transportasi segera • Cedera kepala berat,
• Memerlukan intervensi • Cedera tulang belakang,
medis segera (dalam 60 • Syok,
menit) untuk bertahan • Cedera multiple,
hidup • Trauma dada/abdomen
terbuka
Kategori (lanjutan...)
KUNING: DELAYED
• Transportasi korban dapat ditunda
• Kasus cedera serius (berpotensi mengancam nyawa)
tetapi tidak berisiko mengalami perburukan yang
signifikan dalam beberapa jam
Kategori (lanjutan...)
HIJAU: MINOR
HITAM: EXPECTANT
• Korban kemungkinan tidak akan selamat (berdasarkan
keparahan cidera, ketersediaan layanan atau keduanya)
• Palliative care dan pain relief harus diberikan
Langkah-langkah START
Ingat!!!
P-P-K/M
(lanjutan...)
Algoritme START
Ingat!!!
P-P-K/M
Latihan
Pasien A:
Seorang laki-laki tidak bergerak. Terlihat
perdarahan pada femur kiri. RR: 35x/menit,
CRT > 2 detik.
Latihan
Pasien B:
Seorang perempuan mengeluh kesakitan di
kedua kaki. Kaki terlihat bengkak dan tidak bisa
digerakkan. RR: 25x/menit, CRT < 2 detik,
mengikuti perintah
Latihan
Pasien C:
Seorang perempuan tidak sadarkan diri,
terdengar suara mengorok. Terlihat luka di
kepala, hidung dan telinga keluar darah. RR:
40x/menit, CRT > 2 detik.
“Set our PRIORITY right
So we can SAVE more lives”
sca-aware.org
Referensi