069 - Lidia - Stase 1
069 - Lidia - Stase 1
069 - Lidia - Stase 1
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan Praktik
Kebidanan Fisiologis Holistik Remaja dan Pranikah yang berjudul Asuhan
Kebidanan Fisiologis Holistik Remaja Dan Pra Nikah Pada Nn. S Di UPT Puskesmas
Tanjung Hulu Tahun 2022 dalam kegiatan praktik klinik Program Profesi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Pontianak”.
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis menemukan berbagai
hambatan dan kesulitan. Namun penulis banyak mendapatkan bimbingan dari Ibu
Dessy Hidayati Fajrin, S.ST, M.Kes selaku Pembimbing yang telah memberikan
arahan, perhatian serta masukan kepada penulis.
Dengan terselesaikannya Laporan kasus ini, perkenankan pula penulis
untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Didik Hariyadi, S. Gz, M. Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Eko Budi Santoso, SKM.M.PH selaku Kepala UPT Puskesmas Tanjung
Hulu
3. Reny Susilawati Ningsih AMd. Keb selaku Clinical Instruktur UPT
Puskesmas Tanjung Hulu.
4. Dini Fitri Damayanti, S. SiT, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
5. Riska Regia Catur Putri,S.S.T.,M.K.M selaku Ketua Program Profesi Bidan
6. Keluarga dan suami yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, cinta serta
doa yang tulus dan ikhlas dalam menjalani pendidikan.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kasus ini berguna bagi pembaca
dan tenaga kesehatan umumnya serta penulis dan tenaga bidan khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa ini, pasangan calon pengantin yang akan menikah harus menyiapkan
banyak hal. Pasangan yang akan menikah sudah akrab dengan premarital test atau
tes kesehatan pranikah. Dimana pasangan calon pengantin akan melakukan tes
kesehatan dengan lengkap. Salah satu yang harus dipenuhi dan merupakan aturan
wajib dari pemerintah adalah imunisasi tetanus toksoid (TT). Calon pengantin yang
perduli akan kesehatan tentunya akan mendapatkan imunisasi tetanus toksoid.
Suntik ini direkomendasikan bagi calon pengantin wanita. Target pemberian vaksin
ini tidak hanya pada perempuan yang akan menikah saja, tetapi juga pada wanita
usia subur. Imunisasi ini dahulu ditujukan bagi kaum wanita di daerah pedesaan
dan terpencil. Namun demikian di lapangan justru kaum wanita pedesaan lebih
banyak untuk melakukan imunisasi dibandingkan di daerah perkotaan karena
beberapa wanita tidak mendapat suntik tetanus toksoid karena pernikahan yang
terpaksa (sedang dalam keadaan hamil) dan takut bahan berbahaya yang terdapat di
dalam vaksin tetanus toksoid tersebut (Permatasari & Mildiana, 2021).
Untuk pasien Nn. S yang datang ke Puskesmas Tanjung Hulu yang ingin
konsultasi dan dilakukan pemberian imunisasi TT sebagai salah satu syarat untuk
menikah yang dalam hal ini masih terdapat kesenjangan dari EBM dibawah ini.
Pelaksanaan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi calon pengantin
sebenarnya telah diatur pemerintah yaitu dalam ketetapan Departemen Agama:
No.2 Tahun 1989 No.1621/PD.0304. EI tanggal 6 maret 1989 tentang
pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi calon pengantin, yang secara subtansi
peraturan ini mengatur bahwa setiap calon pengantin harus sudah di imunisasi
tetanus toksoid sekurang – kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut
mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasarkan surat
keterangan imunisasi yang tertera dalam kartu imunisasi calon pengantin (CATIN)
dan merupakan persyaratan administratif yang sebenarnya harus dipernuhi oleh
setiap calon pengantin (Raidanti & Wahidin, 2019).
Program khusus bagi calon pengantin perempuan yang digalakkan oleh
pemerintah bekerjasama dengan Kementerian Agama yaitu pemberian imunisasi
TT. Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin atau melindungi calon ibu terhadap
infeksi tetanus. pemberian imunisasi TT pada calon pengantin juga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh untuk mempersiapkan kehamilan guna melindungi
janin hingga mampu menurunkan angka resiko terkena tetanus neonatorum.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi tetanus toxoid.
Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi tetanus toxoid dalam tubuhnya akan
membentuk antibodi tetanus. Didapatkan upaya mengendalikan infeksi tetanus
yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka
dilaksanakan program imunisasi tetanus toksoid difteri bagi wanita usia subur
(WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil
merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang usia perlindungan. Pelaksanaan
imunisasi TT bagi calon pengantin telah diatur dalam ketetapan Kementerian
Agama No. 2 Tahun 1989 tentang imunisasi TT calon pengantin bahwa setiap calon
pengantin sudah diimunisasi TT sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan
tersebut mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasarkan
surat keterangan imunisasi/kartu imunisasi calon pengantin (Santy, 2022).
Imunisasi merupakan pencegahan yang efektif, mudah dan murah untuk
mencegah terjadinya penyakit menular yang berbahaya. Melalui imunisasi,
seseorang akan menjadi kebal terhadap penyakit infeksi tertentu. Imunisasi
memberikan perlindungan, pencegahan, bahkan kekebalan dan memperkecil
kemungkinan penularan penyakit, sehingga anak dapat terhindar dari penyakit
tertentu yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Program imunisasi
dirasakan sangat penting bagi masyarakat, terutama bagi ibu hamil, bayi baru lahir,
anak sekolah, dan wanita usia subur, termasuk calon pengantin. Bayi dan anak
merupakan kelompok anak yang sangat rentan terhadap penyakit karena daya tahan
tubuhnya yang masih rendah. Oleh karena itu, pemerintah mewajibkan pemberian
imunisasi dasar pada bayi dan TT imunisasi kepada calon pengantin dan ibu (Marni
& Yanti, 2019).
dosis tunggal vaksin tetanus toksoid, pengurangan toksoid difteri, dan
pertusis aselular (Tdap) telah direkomendasikan oleh Komite Penasehat Praktik
Imunisasi (ACIP) untuk remaja dan dewasa. Setelah menerima Tdap, dosis booster
vaksin tetanus dan difteri toksoid (Td) direkomendasikan setiap 10 tahun atau bila
diindikasikan untuk manajemen luka. Selama pertemuan ACIP Oktober 2019,
organisasi memperbarui rekomendasinya untuk mengizinkan penggunaan Td atau
Tdap di mana sebelumnya hanya Td yang direkomendasikan. Situasi ini termasuk
dosis booster Td sepuluh tahun, profilaksis tetanus ketika diindikasikan untuk
manajemen luka pada orang yang sebelumnya telah menerima Tdap, dan untuk
beberapa dosis dalam jadwal imunisasi catch-up untuk orang berusia 7 tahun
dengan riwayat vaksinasi yang tidak lengkap atau tidak diketahui. Mengizinkan
Tdap atau Td digunakan dalam situasi di mana Td hanya sebelumnya
direkomendasikan meningkatkan fleksibilitas titik perawatan penyedia. Laporan ini
memperbarui rekomendasi dan panduan ACIP terkait penggunaan vaksin Tdap
(MD & dkk, 2020).
Perawatan kesehatan pranikah merupakan suatu upaya untuk menghindari
kesakitan kematian ibu. Meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat,
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) juga berdampak terhadap penurunan
angka kesakitan dan kematian ibu akibat kehamilan yang tidak direncanakan.
Upaya peningkatan pengetahuan pasangan calon pengantin perlu dilakukan upaya
promosi tentang pemeriksaan kesehatan pranikah dan sebelum meningkatkan
pengetahuan perlu kita teliti kebutuhan pasangan calon pengantin terhadap
pemeriksaan kesehatan pranikah (Anez & dkk, 2020).
Nn. S mendapatkan konsenling pranikah mengenai pengetahuan kesehatan
reproduksi, pengetahuan tentang kehamilan, penyakit yang harus diwaspadai,
kesehatan jiwa pada pengantin, dan imunisasi TT, tidak terdapat kesenjangan antara
tinjuan kasus dan tinjuan teori.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pengkajian data mengenai
asuhan kebidanan pada usia pranikah yaitu:
1. Berdasarkan data subjektif Nn “S” datang ke Puskesmas Tanjung
Hulu dengan alasan ingin berkonsultasi untuk suntik TT sebagai syarat
untuk mengurus pernikahan.
2. Berdasarkan data subjektif dan data objektif dapat dirumuskan diagnosa Nn
“S” usia pranikah dengan imunisasi TT
3. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada usia pranikah yang berdasarkan
manajemen asuhan kebidanan mengenai pada Nn. “S” di Puskesmas Tanjung
Hulu sesuai dengan Evidence Based Midwifery
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penulis dapat mengerti mengenai asuhan kebidanan usia
pranikah, mampu menganalisa keadaan pada usia pranikah dan mengerti
tindakan segera yang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan usia pranikah.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pelaksanan Asuhan
kebidanan pada usia pranikah sesuai standar pelayanan.
3. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Diharapkan dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai sumber referensi,
sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada usia pranikah
DAFTAR PUSTAKA
Nama : Lidia
Tempat Praktek : Puskesmas Tanjung Hulu
Pembimbing : Dessy Hidayati Fajrin, S.ST, M.Kes
Seberapa penting Penting agar dapat mengetahui pengetahuan dan sikap Wanita
hasil penelitian ini? usia subur terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid
Bukti :
RR = 1,49 artinya kemungkinan pengetahuan WUS terhadap
Imunisasi TT mengalami 1,49 kali dibanding sikap WUS
terhadap imunisasi TT
RRR = 0.33 artinya pengetahuan dan sikap dijadikan sebagai
prioritas, maka jumlah insiden yang tidak melakukan
Imunisasi TT dpt diturunkan sebesar 33% dari insidens
sebelumnya. Bila RRR> 50% menunjukan bermakna secara
klinis.
Seberapa tepat Tepat sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam jurnal
estimasi dari efek dibagian diskusi.
terapi? Diskusi : Penelitian sebelumnya menemukan bahwa ibu yang
mendengar tentang TT 1,54 kali lebih mungkin untuk
diimunisasi daripada yang tidak, sedangkan ibu yang
mengetahui penggunaan toksoid tetanus 2,15 kali lebih
mungkin untuk diimunisasi daripada yang tidak, dan mereka
yang tahu. setidaknya satu dari gejala tetanus adalah 1,86 kali
lebih mungkin telah diimunisasi daripada mereka yang tidak,
masing-masing mengendalikan variabel lain yang konstan.
Discussion : Previous study found mothers who heard of TT
were 1.54 more likely to have been immunized than those
who did not, while mothers who knew the use of tetanus
toxoid were 2.15 times more likely to have been immunized
than those who did not, and those who knew at least one of
the tetanus symptoms were 1.86 times more likely to have
been immunized than those who did not, respectively
controlling other variables constant.vegetables
Absolute Risk
Relative Risk Neumber Needed
Reduction
Reduction (RRR) to Treat (NNT)
(ARR)
CER EER CER-EER/CER CER-EER 1/ARR
0,32 0,41 0,21 0,09 11,1
95% CI
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?
Apakah hasilnya dapat Ya
diterapkan kepada pasien Alasan :
kita? Dapat diterapkan kepada pasien kita sesuai dengan karakteristik
pasien yang terdapat dalam tempat kerja kita.
Apakah karakteristik Tidak
pasien kita sangat Alasan :
berbeda dibandingkan Karakteristik pasien sama yaitu Wanita usia subur usia 21-35
pasien pada penelitian tahun
sehingga hasilnya tidak
dapat diterapkan?
Apakah hasilnya Ya
mungkin dikerjakan di Alasan :
tempat kerja kita? Dapat dikerjakan ditempat kerja kita sesuai dengan keadaan
lingkungan kita
Apa kemungkinan benefit Benefit : Dengan adanya telaah jurnal ini, kita mengetahui
dan harm dari terapi pentingnya pengetahuan imunisasi TT sebelum menikah
tersebut? Harm : Tidak ada konflik kepentingan.