0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan12 halaman

Mti 390001690 090324074003

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 12

KONSEP DASAR DAN URGENSI MODERASI BERAGAMA

ANGGOTA KELOMPOK 1 :

AHMAD SOLIHIN RADINAL MOCHTAR


2281130281 2281130287

AHMAD MUHLISH MARZUQON


2281130262

ROHMATULLOH RIFAL SEPTIANA


2281130273 2281130290
TUGAS KELOMPOK 1
MATA KULIAH : PAI BERBASIS MODERASI BERAGAMA
Definisi, Pengertian, dan
Pentingnya Moderasi Beragama
- Definisi Moderasi Beragama:
Moderasi beragama adalah sikap tengah dalam memahami ajaran
agama, yang menekankan pada keseimbangan dalam hal keyakinan,
moral, dan watak sebagai ekspresi sikap keagamaan individu atau
kelompok tertentu. (Aceng Abdul Aziz, 2019 : 6)

- Pengertian Moderasi Beragama:


Dalam bahasa Inggris “moderation” (oxford, 2000, 820), moderation
berarti sikap sedang, tidak berlebih-lebihan, dan tidak memihak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moderasi berarti
mengacu kepada makna perilaku atau perbuatan yang wajar dan
tidak menyimpang, berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan
tengah, pandangannya cukup, dan mau mempertimbangkan
pandangan pihak lain.
Definisi, Pengertian, dan
Pentingnya Moderasi Beragama
- Pengertian Moderasi Beragama
❖ Istilah moderasi dalam Alquran dikenal dengan kata “wasathan”,
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
‫علَ ْي ُك ْم ش َِهيدًا‬
َ ‫سو ُل‬
ُ ‫الر‬ ِ َّ‫علَى الن‬
َ ‫اس َويَك‬
َّ ‫ُون‬ ُ ‫طا ِلتَكُونُوا‬
َ ‫ش َهدَا َء‬ َ ‫َو َكذَ ِل َك َجعَ ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬
ً ‫س‬
“Dan demikian (pula) kami menjadikan kalian (umat Islam), umat
penengah (adil dan pilihan), agar kamu menjadi saksi atas seluruh
manusia dan agar Rasul (Muhammad SAW) menjadi saksi atas
kamu.” (QS. Al-Baqarah;143).
❖ Istilah wasathiyah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
wasathan/wasathiyah yang terambil dari kata wasatha, wustha dan
memiliki makna tengah dan kemudian berubah jadi istilah wasith-
alwasith yang maknanya penengah (Usman, n.d, 2020: 1).

❖ Al-Asfahany dalam Ridho mengartikan “wasathan” dengan jalan


tengah di antara dua batas, keadilan, atau yang biasa-biasa saja.
Selain itu, wasathan juga bermakna menjaga diri dari bersikap
melampaui batas (Al-Asfahany, 2009).
Definisi, Pengertian, dan
Pentingnya Moderasi Beragama
❖ Ibnu ‘Asyur (1979) mendefinisikan kata ”wasath” dengan dua makna;
1. Etimologi, kata wasath berarti sesuatu yang ada di tengah, atau sesuatu yang
memiliki dua belah ujung yang ukurannyansebanding;
2. Terminologi bahasa, makna wasath adalah nilai-nilai Islam yang dibangun atas
dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan, tidak berlebihan dalam hal tertentu

❖ Menurut Azra dalam Kholis et al., (2020: 1), Islam wasathiyah adalah bahasa al-
Qur’an yang mengarah kepada moderasi dan merupakan jati diri Islam Indonesia

❖ Putra, dkk (2021 :212-222) menyimpulkan pendapat Azra tentang moderasi


beragama adalah mengaktualisasikan nilai-nilai moderasi yang telah ada dalam
al-Qur’an, mencapai kedamaian dan memberi sumbangsih terhadap peradaban
berkeadaban serta berkemajuan.
(
Prinsip-Prinsip Moderasi Beragama
Tawassuth (Mengambil Jalan Tengah)
• Pemahaman dan pengamalan agama yang tidak ifrāth, yakni berlebih-lebihan
dalam beragama dan tafrīth.
• Sikap tengah-tengah di antara dua sikap ekstrem: fundamentalis dan liberalis.
• Mengurangi ajaran agama dan menjaga keseimbangan antara dua sisi yang
berlawanan.
Tawāzun (Berkeseimbangan)
• Pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang yang meliputi semua
aspek kehidupan.
• Tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhirāf
(penyimpangan) dan ikhtilāf (perbedaan).
• Memberi sesuatu akan haknya tanpa ada penambahan dan pengurangan.
I'tidāl (Lurus dan Tegas)
• Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban secara proporsional.
• Keadilan yang diperintahkan Islam diterangkan oleh Allah supaya dilakukan
secara adil, yaitu bersifat tengah-tengah dan seimbang.
• Mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban.
Prinsip-Prinsip Moderasi Beragama
Tasāmuh (Toleransi)
• Kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka
ragam, meskipun tidak sependapat dengannya.
• Menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat, pandangan,
kepercayaan kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda dengan
pendiriannya.
• Erat kaitannya dengan masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia
dan tata kehidupan bermasyarakat.
Musāwah (Egaliter)
• Persamaan dan penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Allah.
• Semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama tanpa memandang
jenis kelamin, ras ataupun suku bangsa.
• Persamaan adalah buah dari keadilan dalam Islam.
Syurā (Musyawarah)
• Saling menjelaskan dan merundingkan atau saling meminta dan menukar
pendapat mengenai sesuatu perkara.
• Merupakan bentuk perintah Allah, musyawarah pada hakikatnya juga
dimaksudkan untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang demokratis.
• Pelaksanaan musyawarah juga merupakan bentuk penghargaan kepada tokoh
dan para pemimpin masyarakat untuk berpartisipasi dalam urusan dan
kepentingan bersama.
Konsep Moderasi Beragama
Pendekatan Tengah (Wasatiyyah):
Moderasi beragama mengedepankan prinsip mengambil jalan tengah,
menghindari ekstremisme, dan menjaga keseimbangan dalam praktik
keagamaan.
Toleransi dan Penghargaan Terhadap Perbedaan:
Moderasi beragama mendorong toleransi terhadap perbedaan
keyakinan dan menghargai keragaman dalam masyarakat.
Pendidikan dan Kesadaran:
Menekankan pentingnya pendidikan agama yang seimbang dan
obyektif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai moderasi.
Dialog Antaragama:
Mendorong dialog positif antar penganut agama untuk memahami dan
menghormati perbedaan keyakinan.
Keadilan dan Kesetaraan:
Menekankan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam perlakuan
terhadap individu berdasarkan keyakinan agama.
Urgensi Moderasi Beragama
Moderasi beragama menjadi sangat penting dalam konteks kehidupan sosial dan politik yang
semakin kompleks dan dinamis. Berikut adalah beberapa alasan mengapa moderasi beragama
menjadi urgensi:

• Menghindari Ekstremisme: Moderasi beragama bertujuan untuk mencegah ekstremisme, baik


dari sisi kiri (liberalisme) maupun kanan (radikalisme). Ekstremisme dapat mengakibatkan
konflik, kekerasan, dan kerusuhan yang merugikan seluruh masyarakat.
• Mendorong Toleransi dan Kebersamaan: Moderasi beragama mendorong toleransi dan
kebersamaan antar umat beragama. Dengan memahami dan menghormati perbedaan, kita
dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan inklusif.
• Mengurangi Radikalisme dan Kekerasan: Moderasi beragama berperan penting dalam
mengurangi radikalisme dan kekerasan. Dengan mempromosikan pemahaman yang
seimbang dan adil, kita dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan dan radikalisme.
• Menyediakan Dasar untuk Dialog dan Mediasi: Moderasi beragama menyediakan dasar untuk
dialog dan mediasi antar kelompok beragama. Dengan memahami dan menghormati
perbedaan, kita dapat menciptakan ruang dialog yang sehat dan konstruktif.
• Mengakomodasi Budaya Lokal: Moderasi beragama juga mengakomodasi budaya lokal,
memastikan bahwa ajaran agama tidak hanya berfungsi sebagai sistem hukum tetapi juga
sebagai bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
• Mendorong Keadilan Sosial: Moderasi beragama mendorong keadilan sosial, memastikan
bahwa semua individu memiliki hak dan kewajiban yang sama. Dengan memahami dan
menerapkan prinsip keadilan, kita dapat menciptakan masyarakat yang adil dan merata.
Urgensi Moderasi Beragama
• Mengurangi Konflik Sosial: Moderasi beragama bertujuan untuk mengurangi konflik sosial yang
mungkin terjadi akibat perbedaan paham dan keyakinan. Dengan memahami dan
menghormati perbedaan, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan inklusif.
• Mendorong Pembangunan Berkelanjutan: Moderasi beragama juga mendorong pembangunan
berkelanjutan, memastikan bahwa ajaran agama tidak hanya berfungsi sebagai sistem hukum
tetapi juga sebagai bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan.
• Mengurangi Diskriminasi: Moderasi beragama bertujuan untuk mengurangi diskriminasi,
memastikan bahwa semua individu dihormati dan diperlakukan secara adil dan merata.
Dengan memahami dan menghormati perbedaan, kita dapat menciptakan masyarakat yang
inklusif dan adil.
• Mendorong Kebhinekaan dan Pluralisme: Moderasi beragama mendorong kebhinekaan dan
pluralisme, memastikan bahwa semua individu memiliki kebebasan untuk mengekspresikan
keyakinan dan pandangan mereka. Dengan memahami dan menghormati perbedaan, kita
dapat menciptakan masyarakat yang beragam dan inklusif.

Dalam konteks ini, moderasi beragama menjadi urgensi karena dapat membantu menciptakan
masyarakat yang harmonis, inklusif, dan adil. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
moderasi beragama, kita dapat mengurangi konflik, kekerasan, dan radikalisme, serta mendorong
toleransi, kebersamaan, dan keadilan sosial.
Kesimpulan
Moderasi beragama menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, inklusif, dan
adil. Ini mencakup komitmen kebangsaan, toleransi, anti radikalisme dan kekerasan, serta
akomodatif terhadap budaya lokal. Prinsip-prinsip moderasi beragama, seperti Tawassuth,
Tawāzun, I'tidāl, Tasāmuh, Musāwah, dan Syurā, menjadi dasar dalam memahami dan menerapkan
moderasi beragama. Prinsip-prinsip ini mendorong keadilan, menghormati, dan memahami
realitas perbedaan dalam masyarakat.

Indikator utama moderasi beragama mencakup komitmen kebangsaan, toleransi, anti radikalisme
dan kekerasan, serta akomodatif terhadap budaya lokal. Pemahaman keagamaan yang
seimbang dan adil menjadi dasar dari moderasi beragama yang efektif. Ini menunjukkan
pentingnya moderasi beragama dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan inklusif,
serta dalam mengatasi tantangan seperti ekstremisme, konflik, dan kekerasan.

Moderasi beragama menjadi urgensi dalam mengatasi tantangan seperti ekstremisme, konflik,
dan kekerasan. Ini juga penting dalam mendorong toleransi, kebersamaan, dan keadilan sosial.
Solusi untuk tantangan moderasi beragama mencakup pribumisasi Islam, penerapan fiqh, dan
pemahaman keagamaan yang kontekstualis. Solusi-solusi ini membantu dalam menciptakan
masyarakat yang harmonis dan inklusif.
Daftar Pustaka
‘Âsyûr, Ibnu. Ushûl an-Nizhâm al-Ijtimâ‘î fi al-Islâm, Tunis: As-Sharikah at-Tûnisiyyah li at-Tauzî‘,1979.
Kholis, N., Azra, A., Hasan, N., Qodir, Z., Qibtyah, A., Sadzali, A., & Min Fadhli Robby, H. (2020). Islam Indonesia 2020.
UII Press Yogyakarta.
Putra,Andika., Homsatun, Atu., Jamhari., Setiani, Mefta., Nurhidayah, (2021), Pemikiran Islam Wasathiyah Azyumardi Azra
sebagai Jalan Moderasi Beragama, dalam Jurnal Jurnal Riset Agama Volume 1, Nomor 3
Ridho, Hilmi, (2021), Membangun Toleransi Beragama Berlandaskan Konsep Moderasi Dalam Al-Qur’an Dan Pancasila.
Dalam Jurnal An-Natiq: Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, Volume 01, Nomor 01
Usman, A. M. (n.d.), (2020). Islam Rahmah dan Wasathiyah (Paradigma Keberislaman Inklusif, Toleran dan Damai).
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 15(1), 18136.
Hornby A S, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Sixth Editiaon, Edited by Sally Wehmeier, New York: Oxford
University Press, 2000.
.Aziz, Aceng Abdul Dkk. Implementasi Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam, Jakarta, Kelompok Kerja
Implementasi Moderasi Beragama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia,2019
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai