Laporan Tutor Kasus 2
Laporan Tutor Kasus 2
Laporan Tutor Kasus 2
KASUS 2
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Seorang perempuan Ny. M usia 62 tahun pendidikan SMP seorang janda dibawa ke IGD
RS Maju Mundul pada tanggal 21 Desember 2019 pukul 01.30 dengan keluhan sesak,
bengkak pada kaki dan tangan, lemas sejak 1 hari yang lalu disertai mual muntah.
Keluarga mengatakan bahwa klien sebelumnya sudah dibawa ke Puskesmas namun tidak
ada perubahan dank lien bertambah sesak dan bengkak. Klien sudah menderita kencing
manis sejak 5 tahun yang lalu disertai dengan hipertensi. Klien mengatakan bahwa
awalnya dia hanya tahu kalau dirinya menderita kencing manis namun tidak tahu ternyata
juga menderita penyakit gagal ginjal, klien mengatakan bahwa dirinya jarang
memeriksaan kesehatannya di RS, karena takut kalau tambah banyak pikiran dan cemas
kalau tahu tentang penyakitnya.Klien mendapatkan diit uremia rendah garam dan nasi
lunak selama di RS, namun porsi tidak habis karena merasa mual dan nafsu makan tidak
ada. Klien mengatakan sering ke kamar mandi untuk BAK ketika di rumah. Hasil
pemeriksaan TTV di dapatkan TD 200/10 mmHg, Nadi 70x/menit, RR 29x/menit, suhu
37oC. Pola aktivitas dan latihan klien semua dibantu oleh orang lain, klien mendapatkan
terpai okigen. Klien mengatakan takut kalau diminta untuk melakukan cuci darah, karena
akan mengganggu aktivitasnya. Hasil pengkajian fisik diperoleh pernafasan bentuk dada
simetris, pernapsan ireguler, terdapat alat bantu nasal kanul 2 lpm, Tingkat kesadaran
compos mentis GCS 15, terapasang kateter urin dengan produksi urin 1600 ml/24 jam,
terdapat edema pada ektremitas atas dan bawah derajat 2, turgor> 2 detik dan CRT> 2
detik. Hasil pemeriksaan penunjang HGB 8,3 gr/dl, RBC 2,46.106 /uL, HCT 21 %, WBC
8,99.103/uL., BUN 90 mg/dl, creatinine 5,99 gr/dl, Na 137 mmol/l, K 4,9 mmol/l, Cl 101
mmol/l, GDS 172 mg/dl. Klien mendapatkan terapi infus NaCl, Amlodipin, Candesartan,
Furosemid, Omeprazole, ASpilet, CPG, ISDN.
Gagal ginjal
Kateter urine
Creatinine
GDS
Aspilet
CPG
Amlodipin
Furosemide
Omeprazole
1. Kencing manis
Rutin berolahraga
Gejala awal diabetes adalah penderita merasa lemas, tidak bertenaga, ingin
makanan yangmanis, sering buang air kecil, dan mudah sekali merasa haus. Dan
setelah jangka panjangtanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi
kronis, seperti:
1. Gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan
2. Gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginja
Tanda dan gejala kencing manis yaitu: Sering merasa haus, Sering
buang air kecil, terutama di malam hari, Sering merasa sangat lapar, Turunnya
berat badan tanpa sebab yang jelas, Berkurangnya massa otot, Terdapat keton
dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat
tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energy, Lemas,
Pandangan kabur, Luka yang sulit sembuh, Sering mengalami infeksi,
misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih. Kharroubi, A. Darwish
H. (2015).
Gejala Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa
minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak
penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes
selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-
ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
i. Sering merasa haus.
vi. Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan
otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai
sumber energi.
vii. Lemas.
x. Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran
kemih.
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes,
antara lain:
i. Mulut kering.
iii. Gatal-gatal.
v. Mudah tersinggung.
2. Gagal ginjal
Penyebab gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang dideritai
oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal
adapun beberapa penyakit yang sering kali yang menyebabkan gagal ginjal yaitu
- Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal
itu sendiri (polycystic kidney disease)
- Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau
dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai
glomerulonephritis.
- Kehilangan cairan serta penyakit paru. Katzung, B.G, Master, S.B. and
Trevor, A.J 2014.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi diamana dimana ginjal tidak dapat
menjalakan fungsinya secara normal. Penyakit gagal ginjal juga merupakan penyakit
dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu
berkerja sama sekali dalam dalam hal penyaringan itu sendiri. Smeltzer, Suzanne C
dan Brenda G Bare. ( 2007).
Gagal ginjal akut atau acute kidney injury kondisi ketika ginjal berhenti
berfungsi secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa disebabkan oleh gangguan aliran darah ke
ginjal, gangguan pada ginjal, atau masalah sumbatan pada saluran urine.
Moyer, N. Healthline (2019). How to Prevent Kidney Failure
c. Apa akibat fatal dari ginjal?
Tanda dan gejala pada gagal ginjal yaitu : bengkak pada mata dan kaki, nyeri
pinggang hebat, kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah/darah, sering
kencing. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. ( 2007).
Gejala gagal ginjal akut bisa muncul dalam hitungan hari atau bahkan jam
setelah gangguan pada ginjal terjadi. Gejalanya berupa:
Jumlah dan frekuensi urine berkurang
Sesak napas
Demam
Tremor di tangan
Kejang
Koma.
Moyer, N. Healthline (2019). How to Prevent Kidney Failure
3. Diit uremia rendah garam
Diit uremia rendah garam yaitu diet yang dianjurkan pada penderita hipertensi
yang bertujaun untuk membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan
tubun dan menurunkan tekanan darah pada pasien tekanan darah ( Almatsier 2010).
4. Terapi oksigen cuci darah
Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa upaya pengobatan
dengan pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau memerbaiki hipoksia jaringan
dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara
meningkatkan masukan oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya
angkut oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi
oksigen (O2) ke jaringan. Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi Oksigen terhadap
Perubahan Saturasi Oksigen melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark
Miokard Akut (IM-A). Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. 2014
3. Adakah efek samping terapi oksigen ?
Efek samping terapi oksigen. Terapi oksigen memiliki risiko dan efek
samping yang Anda perlu pertimbangkan matang-matang, sebelum menjalaninya.
Berikut adalah efek samping risiko terapi oksigen yang mungkin bisa dirasakan:
o Kegelisahan
o Merasa cemas
o Paru-paru kolaps
Selain itu, organ tubuh seperti mata, gigi, paru-paru hingga telinga berpotensi
merasakan sakit atau cereda akibat perawatan ini. Sebelum melakukan terapi oksigen,
bicarakan dengan dokter terkait mengenai rencana terapi oksigen yang akan Anda
jalani. Biasanya dokter akan mengetahui jumlah spesifik terapi yang harus Anda
jalani, serta pengobatan lain yang mampu mendukung efektivitas dari terapi oksigen
hiperbarik. Healthline. https://www.healthline.com/health/oxygen-
therapy#safetyconsiderations Diakses 13 Maret 2020
Efek Samping Pemberian Terapi Oksigen (O2) Seperti halnya terapi dengan
obat, pemberian terapi oksigen (O2) juga dapat menimbulkan efek samping, terutama
terhadap sistem pernapasan, susunan saraf pusat dan mata, terutama pada bayi
prematur. Efek samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap sistem pernapasan,
di antaranya dapat menyebabkan terjadinya depresi napas, keracunan oksigen (O2)
dan nyeri substernal. Depresi napas dapat terjadi pada pasien yang menderita penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) dengan hipoksia dan hiperkarbia kronis. Pada
penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kendali pusat napas bukan oleh
karena kondisi hiperkarbia seperti pada keadaan normal, tetapi oleh kondisi hipoksia
sehingga pabila kada oksigen (O2) dalam darah meningkat maka akan dapat
menimbulkan depresi napas. Pada penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
terapi oksigen (O2) dianjurkan dilakukan dengan sistem aliran rendah dan diberikan
secara intermiten. Keracunan oksigen (O2) terjadi apabila pemberian oksigen (O2)
dengan konsentrasi tinggi (di atas 60%) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan
menimbulkan perubahan pada paru dalam bentuk kongesti paru, penebalan membran
alveoli, edema, konsolidasi dan atelektasis. Pada keadaan hipoksia berat, pemberian
terapi oksigen dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang mencapai 100% dalam waktu
6-12 jam untuk penyelamatan hidup seperti misalnya pada saat resusitasi masih
dianjurkan namun apabila keadaan kritis sudah teratasi maka fraksi oksigen (O2)
(FiO2) harus segera di turunkan. Nyeri substernal dapat terjadi akibat iritasi pada
trakea yang menimbulkan trakeitis. Hal ini terjadi pada pemberian oksigen (O2)
konsentrasi tinggi dan keluhan tersebut biasanya akan diperpa-rah ketika oksigen
(O2) yang diberikan kering atau tanpa humidifikasi. Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi
Oksigen terhadap Perubahan Saturasi Oksigen melalui Pemeriksaan Oksimetri pada
Pasien Infark Miokard Akut (IM-A). Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa
Tengah. 2014
5. Nasal kanul 2lpm
Nasal kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan
sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul terdiri dari sepasang tube
dengan panjang + dua cm yang dipasangkan pada lubang hidung pasien dan tube
dihubungkan secara langsung menuju oxygen flow meter. Alat ini dapat menjadi
alternatif bila tidak terdapat sungkup muka, terutama bagi pasien yang membutuhkan
konsentrasi oksigen (O2) rendah oleh karena tergolong sebagai alat yang sederhana,
murah dan mudah dalam pemakaiannya. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical
Physiology. Edisi XI. Philadel-phia. W. B. Saunders Company. 2006.
2. Apa tujuan pemasangan nasal kanul?
Nasal kanul berfungsi sebagai alat bantu pada proses pernapsan . . Saunders
Company. 2006.
6. Kateter urine
Akibat atau efek yang Didapat Dari Pemasangan Kateter urine yaitu Iritasi
ataupun trauma pada uretra .Penggunaan kateter yang ukurannya tidak tepat dapat
mengiritasi uretra, sehingga kemungkinan terjadinya trauma pun meningkat. Selain
itu, kurangnya penggunaan lubrikasi dapat melukai jaringan sekitar uretra pada saat
penyisipan. Trauma pada jaringan uretra pun dapat terjadi apabila penyisipan letak
kateter belum tepat pada saat balon retensi pada kateter dikembangkan. Fiksasi
kateter yang kurang tepat dapat menambah gerakan yang menyebabkan regangan atau
tarikan pada uretra atau yang membuat kateter terlepas tanpa sengaja. Manipulasi
kateter paling sering menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada
pasien yang mendapat kateterisasi (Brunner & Suddarth, 2006).
Urin yang banyak mengandung urea yang memproduksi bakteri seperti Proteus
mirabilis, yang meningkatkan pH urin memicu terbentuknya krusta pada kateter.
Lumen kateter tersumbat oleh kristal yang berasal dari campuran ph urin yang tinggi,
bakteri dan ion kalsium maupun ion magnesium (Mandigan et all, 2006).
Pembentukan krusta yang berasal dari garam urin dapat menjadi sumber
pembentukan batu.Asupan cairan yang bebas dan peningkatan halauran urin harus
dipastikan untuk mengirigasi kateter dan mengencerkan zat-zat dalam urin yang dapat
membentuk krusta.Pemakaian katetersilicon secara signifikan jarang menimbulkan
pembentukan krusta (Brunner & Suddarth, 2006). Terjadi blocking( Tersumbat, tidak
mengalir dengan lancar ) . Kerusakan pada kateter yang disebabkan oleh krusta yang
menutupi area lumen kateter (Mandigan et al, 2006).
7. Creatinine
Kreatinin adalah molekul limbah kimia hasil metabolisme otot serta konsumsi
daging yang terbentuk dari kreatin, molekul penting untuk produksi energi otot. Zat
yang mengalir melalui pembuluh darah ini disaring oleh ginjal untuk kemudian
dibuang bersama urine. Mayo Clinic (2017). Tests & Procedures. Creatinine test
Efek sampingn creatinine?
8. GDS
Menurut Rudi (2013) hasil pemeriksaan kadar gula darah dikatakan normal bila :
1. Gula darah sewaktu : < 110 mg/dL
9. Aspilet
obat yang membantu menjaga darah mengalir lancar di dalam tubuh. . Ellison,
et al. (2018).
b. Apa itu CPG?
Efek samping yang umum termasuk sakit kepala, mual, mudah memar, gatal,
dan mulas. Reaksi alergi yang sangat serius terhadap obat ini jarang terjadi. Namun,
jika terjadi segera dapatkan bantuan medis jika mengalami gejala reaksi alergi yang
serius, termasuk : ruam, gatal / bengkak (terutama wajah / lidah / tenggorokan),
pusing parah, atau sulit bernafas. Cancer Center (2019).
11. Amlodipin
1. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Keberadaan oksigenasi merupakan
salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari
atmosfer. Oksegen (O2) untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan
oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara
permanen.. Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan
kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel
membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel
tubuh agar berfungsi secara optimal. Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau
memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21
% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Anatomi
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang
hidung dan kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan
menjad rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang
mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia Fungsi hidung, terdiri dari
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari
paru-paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini
berkurang sejalandengan pertambahan usia. Gambar 2 Struktur
Saluran Pernapasan Atas
b. Tekak = Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring Faring dibagi menjadi
tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius
dan digestif
c. Laring (Pangkal Tenggorokan)
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea Laring sering disebut sebagai kotak
suara dan terdiri atas: Epiglotis Adalah daun katup kartilago yang
menutupi ostium ke arah laring selama menelan Glotis adalah ostium
antara pita suara dalam laring Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada
trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam's apple)
Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring (terletak di bawah kartilago tiroid) Kartilago aritenoid : digunakan
dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid Pita suara : ligamen yang
dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara
melekat pada lumen laring) Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi Laring juga berfungsi melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu.
3. Proses Oksigenasi
Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi). Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru
dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan,
diafragma, isi abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada
keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara 12-15 kali per menit. Proses
bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
4. Ventilasi Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-
paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung
pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi,
dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
5. Difusi Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus
dan kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang
lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan
pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi. Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada
masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi.
Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang
memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler dara
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
6. Transpor Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh
dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan
dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke
dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
e. Keadaan pembuluh darah Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
A. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit
kronik seperti TBC paru.
B. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
C. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
D. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut. Perubahan-perubahan fungsi
jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi :
1. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
2. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada
pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi
darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke miokardium.
Hipoventilasi/
hiperventilasi
Di alveolus
II. PENGKAJIAN
B. Identitas Pasien
Umur : 62 tahun
Pendidikan : SMP
Status : janda
B. Status Kesehatan
2). Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Ny. M usia 62 tahundengan keluhan sesak, bengkak pada kaki dan tangan, lemas sejak 1 hari
yang lalu disertai mual muntah. Keluarga mengatakan bahwa klien sebelumnya sudah dibawa
ke Puskesmas namun tidak ada perubahan dan klien bertambah sesak dan bengkak sehingga
dibawa ke IGD RS Maju Mundul pada tanggal 21 Desember 2019 pukul 01.30.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
Klien sudah menderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu disertai dengan hipertensi
Sebelum sakit :-
Saat sakit : Klien mendapatkan diit uremia rendah garam dan nasi lunak
selama
di RS, namun porsi tidak habis karena merasa mual dan nafsu makan
tidak ada
c. Pola Eliminasi
1) BAB
sebelum sakit : -
Saat sakit :-
2) BAK
Sebelum sakit :-
Saat sakit : Klien mengatakan sering ke kamar mandi untuk BAK ketika di rumah
c. Pola aktivitas dan latihan
KemampuanPerawatanDir 0 1 2 3 4
i
Makan
Minum
Kekamarmandi
0: mandiri, 1: Alatbantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain danalat, 4: tergantung total
d. Pola kognitif dan Persepsi : Klien mengatakan takut kalau diminta untuk melakukan cuci
darah, karena akan mengganggu aktivitasnya.
e. Pola Persepsi-Konsep diri : -
f. Pola Tidur dan Istirahat :
Sebelumsakit :-
Saat sakit :-
g. Pola Peran-Hubungan : -
h. Pola Seksual-Reproduksi : -
Sebelumsakit :-
Saat sakit :-
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum :
Tingkat kesadaran : composmetis
GCS : 15
Tanda-tanda Vital :
Hasil pemeriksaan TTV di dapatkan TD 200/10 mmHg, Nadi 70x/menit, RR 29x/menit, suhu
37oC
turgor> 2 detik dan CRT> 2 detik
Keadaan fisik
e. Kepala dan leher :
Hidung :terdapat alat bantu nasal kanul 2 lpm
f. Dada : simetris
Pernapasan : ireguler
g. Reproduksi :
terapasang kateter urin dengan produksi urin 1600 ml/24 jam
h. Ekstremitas :
Terdapat edema pada ektremitas atas dan bawah derajat 2
Pemeriksaan Penunjang
2. Data laboratorium yang berhubungan
HGB 8,3 gr/dl, RBC 2,46.106 /uL, HCT 21 %, WBC 8,99.103/uL., BUN 90 mg/dl,
creatinine 5,99 gr/dl, Na 137 mmol/l, K 4,9 mmol/l, Cl 101 mmol/l, GDS 172 mg/dl.
Diagnosa medis dan theraphy
Klien mendapatkan terapi infus NaCl, Amlodipin, Candesartan, Furosemid, Omeprazole,
ASpilet, CPG, ISDN.
ANALISA DATA
DO :
-TTV : Kompensasi tubuh untuk
TD 200/10 mmHg, Nadi 70x/menit, RR meningkatkan suplai O2
29x/menit, suhu 37oC dengan meningkatkan
-klien mendapatkan terapi okigen upaya bernapas
- pernapsan ireguler
-terdapat alat bantu nasal kanul 2 lpm
- terdapat suara nafas tamabahan Peningkatan Respirasi
- klien cemas
- klien mengalami mual muntah
Hiperventilasi
Sesak napas
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan pasien merasa sesak,RR
29x/menit, pernapsan ireguler dan terdapat alat bantu nasal kanul 2 lpm
INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN
KRITERIA HASIL
melakukan
fisioterapi dada P : lanjutkan
intervensi :
memberikan oksigen
Observasi
menganjurkan
Monitor pola
asupan
napas
cairan2000ml/hari
(frekuensi,kedala
mengajarkan teknik
man,usaha napas)
batuk efekif
Monitor bunyi
berkolaborasi
napas tambahan
pemberian
Monitor sputum
bronkodilator,ekspek
Terapeutik
toran,mukolitik bila
perlu Pertahankan
kepatenan jalan
napas
Posisikan semi
fowler atau
fowler
Lakukan
fisioterapi dada
Berikan oksigen
Edukasi
Anjurkan asupan
cairan2000ml/hai
Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,eks
pektoran,mukoliti
k bila perlu