Prosiding Semnalisa Ii 2022-257-265

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

STUDI KOMPARATIF POLA KALIMAT DASAR


BAHASA INDONESIA DAN BAHASA BALI

I Made Sudiana
Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional
made_sudiana@yahoo.com

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk membandingkan pola kalimat dasar bahasa Indonesia dan
bahasa Bali. Masalah dalam studi ini adalah (1) bagaimana pola kalimat dasar bahasa Indonesia;
(2) bagaimana pola kalimat dasar bahasa Bali; (3) adakah persamaan atau perbedaan antara pola
kalimat dasar bahasa Indonesia dan pola kalimat dasar bahasa Bali. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif. Data diambil berdasarkan pengamatan
peneliti dengan metode simak dengan teknik catat. Data bahasa yang dikumpulkan berupa kalimat
dasar bahasa Indonesia dan bahasa Bali yang bersumber dari buku-buku terpilih. Teori yang
digunakan adalah teori tipologi linguistik dan tata bahasa struktural. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pola kalimat dasar bahasa Indonesia terdiri atas enam tipe, yaitu (1) S-P, (2)
S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Pel, dan (6) S-P-O-Ket. Pola kalimat dasar bahasa Bali
yang berhasil ditemukan juga sama dengan pola dasar kalimat bahasa Indonesia. Berdasarkan
jenis predikatnya, kalimat dasar bahasa Indonesia dan bahasa Bali sama-sama bisa berpredikat
frasa verbal, adjektival, nominal (termasuk pronominal), numeral, dan preposisional.

Kata Kunci: studi komparatif, sintaksis, pola kalimat dasar, bahasa Indonesia, bahasa Bali

Pendahuluan
Berdasarkan tipologi linguistik, bahasa Indonesia dan bahasa Bali tergolong ke
dalam satu kelompok bahasa. Soeparno (2013) menyebutkan secara geneologis, bahasa
Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu) dan bahasa Bali masuk dalam kelompok-
kelompok bahasa Austris, yaitu kelompok bahasa Austronesia Barat (Hisperonesia).
Secara tipologi struktural, bahasa Indonesia dan bahasa Bali termasuk juga dalam tipologi
struktural klausal, yakni bahasa bertipe V-O (verba-objek).
Artawa dan Jufrizal (2018:103) menguraikan struktur dasar kalimat dalam bahasa
Indonesia. Disebutkan bahwa secara tipologis, bahasa Indonesia mempunyai dua tipe
struktur kalimat bila dilihat dari pengisi fungsi predikatnya. Kedua struktur itu adalah
kalimat verbal dan kalimat nonverbal. Hal senada juga disampaikan oleh Kridalaksana
(2005:128) dalam pembicaraan kelas klausa dan kalimat, yaitu klausa verbal dan klausa
nonverbal. Predikat klausa/kalimat verbal diisi oleh frasa verbal. Sedangkan predikat
klausa/ kalimat nonverbal diisi selain frasa verbal, yakni frasa nominal, adjektival,
preposisional, pronominal, numeral.

247
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

Sulaga (1996:339) menguraikan ciri kalimat dasar bahasa Bali. Kalimat dasar
bahasa Bali mempunyai beberapa ciri, yaitu (1) ciri tunggal (2) ciri pernyataan; (3) ciri
sempurna; (4) ciri aktif; dan (5) ciri afirmatif.
Berdasarkan pendapat Artawa dan Sulaga di atas, studi komparatif terhadap
bahasa Indonesia dan bahasa Bali menarik untuk dibahas. Ada anggapan yang
mengatakan bahwa struktur kalimat bahasa Indonesia berbeda dengan struktur kalimat
bahasa Bali. Anggapan ini sering diucapkan oleh pengguna kedua bahasa tersebut. Hal
ini menarik untuk ditelusuri dengan studi komparatif.
Sejauh penengetahuan peneliti, hal ini belum pernah dilakukan. Untuk itu studi
ini akan mencoba mengkomparasikan struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dengan
kalimat dasar bahasa Bali.
Masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana pola kalimat dasar bahasa
Indonesia; (2) bagaimana pola kalimat dasar bahasa Bali; (3) adakah persamaan atau
perbedaan antara pola kalimat dasar bahasa Indonesia dan pola kalimat dasar bahasa Bali.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pola kalimat dasar bahasa
Indonesia; (2) mengetahui pola kalimat dasar bahasa Bali; (3) membandingkan antara
pola kalimat dasar bahasa Indonesia dan pola kalimat dasar bahasa Bali.
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi masyarakat terutama dalam
penggunaan kalimat dasar bahasa Indonesia dan bahasa Bali.

Materi dan Metode


Dalam studi ini yang menjadi objek adalah pola kalimat dasar bahasa Indonesia
dan bahasa Bali. Data penelitian adalah kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Bali. Data penelitian diambil dari sumber tertulis berupa buku-buku terpilih. Data dari
sumber tertulis tersebut berupa kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Di
samping itu, data penelitian juga diambil dari buku tata bahasa, baik tata bahasa Indonesia
maupun tata bahasa Bali.
Data penelitian mengenai kalimat dasar dalam bahasa Indonesia yang akan
digunakan sebagai data sumber antara lain dari Parera (1988), Kridalaksana (2005),
Khairah dan Ridwan (2015), Moeliono (2017), Artawa dan Jufrizal (2018). Sementara
data penelitian mengenai kalimat dasar dalam bahasa Bali antara lain dari Bawa (1983),
Kersten (1984), Sulaga (2006), Keniten (2012), Santha (2013), dan Rida (2014).

248
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif.
Penelitian ini bermaksud membandingkan antara kalimat dasar bahasa Indonesia dan
kalimat dasar bahasa Bali. Pembandingan ini dilakukan dengan cara: pertama, melihat
pola kalimat dasar bahasa Indonesia dari perspektif fungsi; kedua, melihat pola kalimat
dasar bahasa Bali juga dari perspektif fungsi; dan ketiga membandingkan kedua pola
kalimat dasar tersebut.
Teori yang digunakan adalah teori tipologi linguistik dan tata bahasa sturuktural.
Teori yang digunakan adalah teori tipologi linguistik dan teori tata bahasa sturuktural
yang diangkat dari buku linguistik dan bahan pustaka yang relevan berkaitan dengan
tipologi linguistik sesuai dengan permasalahan penelitian ini. Tata bahasa yang
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah tata bahasa preskriptif.
Dalam penelitian kontrastif ini ada beberapa buku yang ditinjau dan dijadikan
acuan.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2017) oleh Moeliono dkk. Dalam bagian
pembicaraan kalimat, buku ini membicarakan kategori, fungsi, dan peran. Buku ini juga
memuat kalimat dasar bahasa Indonesia yang meliputi pola kalimat dasar dan konstituen
kalimat dasar.
Dalam pembahasan kategori, fungsi, dan peran dijelaskan bahwa suatu bentuk
kata yang tergolong dalam katagori tertentu dapat mempunyai fungsi sintaksis dan peran
semantik yang berbeda dalam kalimat. Hubungan antara bentuk, kategori, fungsi, dan
peran dijelaskan dengan tabel berikut.
bar
Bentuk ibu saya akan membeli baju untuk kami minggu depan
u

K Kata N Pron Adv V N Adj Prep N N N


a
t
e
g Frasa FN FV FN FPrep FN
o
r
i

Fungsi Subjek Predikat Objek Keterangan Keterangan

Peran Pelaku Predikator Sasaran Peruntung Waktu

Klausa ibu saya akan membeli baju baru untuk kami minggu lalu

249
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

Kalimat Ibu saya akan membeli baju baru untuk kami minggu lalu.

Dalam pembahasan kalimat dasar, dijelaskan tentang batasan kalimat dasar,


meliputi pola kalimat dasar dan konstituen kalimat dasar. Disebutkan bahwa kalimat
dasar adalah (1) kalimat yang terdiri atas satu klausa, (2) unsur-unsurnya lengkap, (3)
susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (4) tidak mengandung
pertanyaan, perintah, seruan, atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat dasar di sini
identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang unsur-unsurnya bersifat wajib
dan urutannya paling lazim, yaitu subjek + predikat + (objek) + (keterangan) +
(pelengkap) + (keterangan) --> S-P-(O)-(Pel)- (Ket).
Berkaitan dengan pola kalimat dasar, dijelaskan bahwa ada lima fungsi sintaksis
yang digunakan dalam pemerian kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi
sintaksis itu terisi. Paling tidak harus ada subjek dan konstituen pengisi predikat dalam
sebuah kalimat. Dalam kalimat, kehadiran konstituen lain ditentukan oleh predikat.
Berikut ini disajikan tabel pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia (Moeliono, 2017).

Fungsi
Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
Tipe

S-P Anak-anak sedang belajar.

Mereka bekerja.

Saya mahasiswa.
- - -
Anak itu cerdas.

Sawahnya lima hektare.

Anak-anak ke sekolah.

S-P-O Rani Mendapat hadiah. - -

S-P-Pel Beliu Menjadi - ketua -


koperasi.

Pancasila merupakan - dasar negara. -

S-P-Ket Kami Tinggal - - di Jakarta.

Pengunjuk Menuju - - ke kantor


rasa bupati.

S-P-O-Pel Dia mengirimi ibunya uang. -

250
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

Dian mengambilkan adiknya air minum. -

S-P-O-Ket Pak Raden memasukkan uang - ke bank.

Beliau memperlakukan kami - dengan baik.

Tata Bahasa Baku Bahasa Bali (1996) oleh Sulaga dkk. dalam pembahasan
kalimat, membicarakan kalimat berdasarkan pola urutan subjek predikat. Berdasar pola
urutan subjek predikat, kalimat dalam bahasa Bali dibedakan menjadi (1) kalimat normal:
kalimat yang berstruktur subjek predikat; (2) kalimat inversi: kalimat yang berkonstruksi
predikat mendahului subjek. Kalimat normal termasuk dalam pola kalimat dasar dalam
bahasa Bali. Sedangkan kalimat inversi merupakan kalimat turunan sehingga bukan
merupakan pola kalimat dasar dalam bahasa Bali.
Parera (1991) membicarakan tipe-tipe kalimat. Parera dalam buku ini
menyebutkan bahwa Bloomfield sebagai tokoh peletak patokan dasar kalimat,
membedakan kalimat dengan dua tipe kalimat yang utama, yaitu kalimat lengkap dan
kalimat minor. Parera juga membicarakan tentang pola dasar kalimat inti. Dalam analisis
pola dasar kalimat inti, Parera secara garis besar membedakan kelas kata atas empat kelas,
yakni nomina, adjektiva, verba, dan partikel.
Dalam bukunya, Parera menyusun satu pola dasar kalimat inti dalam bahasa
Indonesia secara sederhana, sebagai berikut.
(1) Frasa nominal + frasa nominal: Bapa bidan; Babi binatang; Bibi babu; Beta buruh.
(2) Frasa nominal + frasa adjektival: Bandung sunyi; Bajunya sempit; Bartol sakti.
(3) Frasa nominal + frasa verbal: Kakak berbaring; Petani mengeluh.
(4) Frasa nominal + frasa verbal + frasa nonimal: Petani mencangkul kebun; Kami
belajar linguistik; Kakak mengendong adik.
(5) Frasa nominal + frasa verbal + frasa nonimal + frasa nonimal: Ibu membelikan adik
boneka; Paman memberikan bibi rumah.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan data terpilih yang dapat dikumpulkan dari beberapa buku, ada
beberapa variasi kalimat dalam bahasa Bali. Berikut ini data kalimat dalam bahasa Bali.
(1) Cunguhipuné lanying.
‘Hidungnya mancung.’

251
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

Ia demen. ‘Beliau di Jepang.’


‘Dia senang.’ (5) Jegegné cara jepun.
(2) Ica Pranda Gdé. ‘Cantiknya seperti bunga
‘Tertawa Pranda Gde.’ komboja.’
(3) Ida Bagus Poléng ica. (6) Kurihara wastané.
Ida Bagus Poleng tertawa. ‘Kurihara namanya.’
(4) Ida ring Jepang.
Dari tujuh data yang ditampilkan di atas terdapat dua pola urutan subjek predikat,
yaitu kalimat normal dan kalimat inversi. Kalimat (1), (2), (4), (5), dan (6) adalah kalimat
dengan susunan subjek + predikat, kalimat normal. Sedangkan kalimat (3) dan (7) adalah
kalimat inversi. Dengan demikian, kalimat (3) dan (7) tidak tergolong kalimat dasar
dalam bahasa Bali. Kalimat (1), (2), (4), (5), dan (6) tergolong pola kalimat dasar dalam
bahasa Bali.
Berdasarkan kategori predikat kalimatnya, dari tujuh data di atas terdapat predikat
berkategori frasa verbal dan nonverbal. Kalimat (3) dan (4) berpredikat frasa verbal.
Sedangkan kalimat (1), (2), (5), (6), dan (7) berkategori frasa nonverbal. Kalimat (1) dan
(2) berkategori frasa adjektival. Kalimat (5) dan (6) berkategori frasa preposisional.
Kalimat (7) berkategori frasa nominal.
Dalam pola dasar kalimat bahasa Indonesia, kalimat (1--7) sama dengan dengan
tipe ke-1, yaitu berpola S-P.
Di atas telah disajikan data dengan pola subjek + predikat. Berikut ini disajikan
data dengan konstituen tambahan selain subjek dan predikat, yaitu objek, pelengkap, dan
keterangan.
(7) Ida Ayu Kartika dados guru.
‘Ida Ayu Kartika menjadi guru.’
(8) Ipun meliang adinné baju.
‘Dia membelikan adiknya baju.
(9) Luh Jepun nulungin méménné.
‘Luh Jepun membantu ibunya.
(10) Umahné marep kangin.
‘Rumahnya menghadap ke timur.’
(11) Wayan Yasa menékang tas ka
Hondanné.
‘Wayan Yasa menaikkan tas ka motor
Hondanya.

257
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

Kalimat (8)--(12) di atas dapat diuraikan berdasarkan atas kategori dan fungsi. Dalam
kesempatan ini peran semantik tidak diuraikan. Analisis kategori menguraikan kalimat
berdasarkan kelas kata yang mengisi konstituen di dalam kalimat. Analisis fungsi
menguraikan kalimat berdasarkan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan/atau
keterangan.
(8) Ida Ayu Kartika dados guru.
‘Ida Ayu Kartika menjadi guru.’
FN FV FN Katagori
S P Pel Fungsi
Kalimat (8) merupakan kalimat berpola S-P-Pel, kehadiran Pel adalah wajib
dalam kalimat (8). Kalimat (8) sepola dengan tipe ke-3 dalam pola kalimat dasar dalam
bahasa Indonesia, dengan contoh kalimat Beliau menjadi kepala koperasi. Dengan uraian
beliau (S), menjadi (P), dan kepala koperasi (Pel).
(9) Ipun meliang adinné baju.
‘Dia membelikan adiknya baju
.
FN FV FN FN Katagori
S P O Pel Fungsi
Kalimat (9) merupakan kalimat berpola S-P-O-Pel, kehadiran O dan Pel adalah
wajib dalam kalimat ini. Predikat meliang ‘membelikan’ membutuhkan tiga konstituen,
yaitu S, O, dan Pel. Kalimat (9) sepola dengan tipe ke-5 dalam pola kalimat dasar dalam
bahasa Indonesia, dengan contoh kalimat Dia mengirimi ibunya uang. Dengan uraian dia
(S), mengirimi (P), ibunya (O), dan uang (Pel).
(10) Luh Jepun nulungin méménné.
‘Luh Jepun membant ibunya.’
u
FN FV FN Katagori
S P O Fungsi
Kalimat (10) merupakan kalimat berpola S-P-O, kehadiran O adalah wajib dalam
kalimat ini. Predikat nulungin ‘membantu’ merupakan verba transitif yang
membutuhkan O. Verba nulungin membutuhkan dua konstituen, yaitu S dan O. Kalimat

258
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

(10) sepola dengan tipe ke-2 dalam pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia, dengan
contoh kalimat Rani mendapat hadiah. Dengan uraian Rani (S), mendapat (P), dan
hadiah (O).

(11) Umahné marep kangin.


‘Rumahny menghadap ke timur.’
a
FN FV FPrep Katagori
S P Ket Fungsi
Kalimat (11) merupakan kalimat berpola S-P-Ket, kehadiran Ket adalah wajib
dalam kalimat (11). Predikat marep ‘menghadap’ merupakan verba intransitif yang tidak
membutuhkan O. Konstituen yang bisa berada di sebelah kanan atau setelah verba
intransitif adalah Pel atau Ket. Verba marep membutuhkan dua konstituen, yaitu S dan
Ket. Kalimat (10) sepola dengan tipe ke-4 dalam pola kalimat dasar dalam bahasa
Indonesia, dengan contoh kalimat Kami tinggal di Jakarta. Dengan uraian kami (S),
tinggal (P), dan di Jakarta (Ket).
(12) Wayan Yasa menékang tas ka Hondanné.
‘Wayan menaikkan tas ke motor Hondanya
Yasa
FN FV FN FPrep Katagori
S P O Ket Fungsi

Kalimat (12) merupakan kalimat berpola S-P-O-Ket, kehadiran O dan Ket adalah
wajib dalam kalimat (12). Predikat menékang ‘menaikkan’ merupakan verba transitif
yang tidak membutuhkan O dan Ket. Verba menékang membutuhkan tiga konstituen,
yaitu S, O, dan Ket. Kalimat (12) sepola dengan tipe ke-6 dalam pola kalimat dasar dalam
bahasa Indonesia, dengan contoh kalimat Pak Raden memasukkan uang ke bank. Dengan
uraian Pak Raden (S), memasukkan (P), uang (O) dan ke bank (Ket).

Simpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut. Pola kalimat dasar bahasa Indonesia terdiri atas enam tipe, yaitu (1) S-P,
(2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Pel, dan (6) S-P-O-Ket. Pola kalimat dasar
bahasa Bali yang berhasil ditemukan juga sama dengan pola dasar kalimat bahasa

259
SEMINAR NASIONAL LINGUISTIK DAN SASTRA (SEMNALISA) DENPASAR,

Indonesia, yaitu (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-Ket, (5) S-P-O-Pel, dan (6) S-P-
O-Ket.
Berdasarkan jenis predikatnya, kalimat dasar bahasa Indonesia dan bahasa Bali
sama-sama bisa berpredikat frasa verbal, adjektival, nominal (termasuk pronominal),
numeral, dan preposisional dengan pola S-P.

Rujukan
Artawa, Ketut dan Jufrizal. (2018). Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Denpasar: Pustaka Larasan.
Bawa, I Wayan dkk. (1983). Sintaksis Bahasa Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Santha, IGG Djelantik. (2013). Benang-Benang Samben. Tabanan: Pustaka Ekpsresi.
Keniten, IBW Widiasa. (2012). Mekel Paris. Tabanan: Pustaka Ekpsresi.
Kersten. (1984). Bahasa Bali: Tata Bahasa dan Kamus Bahasa Lumrah. Ende: Nusa Indah.
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. (2015). Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.
Kridalaksana, Harimurti. (2005). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Moeliono, Anton M. dkk. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nala Antara, I Gde dkk. (2016). Kamus Bali—Indonesia Beraksara Latin dan Bali. Edisi II.
Denpasar: Badan Pembina Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Provinsi Bali.
Parera, Jos Daniel. (1988). Sintaksis. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Partami, Ni Luh dkk. (2016). Kamus Bali—Indonesia Edisi Ke-3. Denpasar: Balai Bahasa
Provinsi Bali.
Rida, I Ketut. (2014). Lawar Goak. Denpasar: Buku Arti (Arti Foundation).
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sulaga, I Nyoman dkk. (1996). Tata Bahasa Baku Bahasa Bali. Denpasar: Pemerintah Propinsi
Daerah Tingkat I Bali

260

Anda mungkin juga menyukai