0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
205 tayangan24 halaman

Makalah Konsep Pendidikan Seni Tari Drama Di SD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 24

MAKALAH

“KONSEP PENDIDIKAN SENI TARI-DRAMA


DAN PELAKSANAAN DI SD”
Disusun guna memenuhi tugas Pendidikan Seni Tari dan Drama di SD
Dosen Pengampu: Moh Salimi, M.Pd.

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
1. Khikmah Laelatul Utami (K7112124/ 06)
2. Lulu Atun Nafisah (K7112134/ 10)
3. Nila Megasari (K7112161/ 15)
4. Hikmah Hertantiani (K7112520/ 25)
5. Khoirum Radityawati (K7112527/ 32)
6. Mohamad Nur Azis (K7112522/36)
7. Nur Astuti (K7112533/38)
SEMESTER V B

PROGRAM STUDI S1 PGSD KAMPUS KEBUMEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

i
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabaraakatuh,


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah “Konsep Pendidikan Seni Tari-Drama”. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada,
1. Bapak Drs. Imam Suyanto, M.Pd., selaku ketua Program Studi S1 PGSD
Kampus Kebumen.
2. Bapak Moh Salimi, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Keterampilan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan karena
keterbatasan dan masih kurangnya pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Aamiin.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabaraakatuh.

Kebumen, September 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Seni Tari di SD........................................................... 3
B. Seni Tari-Drama sebagai Media Pendidikan di SD................ 3
C. Manfaat Seni Tari di SD......................................................... 5
D. Memahami Anak SD.............................................................. 10
E. Memahami Pengalaman Seni Tari Anak................................ 13
F. Profil Guru yang Dibutuhkan untuk Membimbing Seni Tari-
di SD....................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 19
B. Saran....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eksistensi pendidikan tidak dapat terlepas dari adanya lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia salah satunya adalah Sekolah Dasar (SD). Pendidikan
seni tari dan drama adalah salah satu materi yang termuat dalam mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan. Sebagai seorang calon pendidik maka diperlukan
pengetahuan tentang seni dan drama untuk anak usia SD. Keterampilan seorang
guru dalam memahami karakteristik, fase,dan perkembangan tugas anak usia SD
sangat diperlukan dalam menyampaikan materi ini.
Menurut PERMEN NO. 22,23, dan 24: 2006 yang menyatakan bahwa
“Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan disekolah karena keunikan,
kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta
didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan
berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,”
“belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peranan ini tidak bisa diberikan
oleh mata pelajaran lain.
Perlu dipahami bahwa karakteristik siswa SD berbeda-beda sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Perbedaan karakteristik siswa SD tersebut secara
global dibedakan antara siswa SD kelas satu dan dua, kelas tiga dan empat, serta
kelas lima dan enam. Kelompok tersebut mempunyai perbedaan yang tampak
sekali, yang dapat diamati pada kerakteristik gerak dan karakteristik
tarinya.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dalam makalah ini akan
membahas mengenai “Konsep Pendidikan Seni Tari-Drama dan Pelaksanaan di
Sekolah Dasar.

iv
B. RumusanMasalah
Adapun yang akan dibahas serta menjadi rumusan masalah dalam makalah
ini sebagai berikut:
1. Apalandasankonseptualbidangstudipendidikankesenian?
2. Bagaimanasenitari-drama sebagai media pendidikan diSekolahDasar?
3. Apafungsisenitari-drama di SekolahDasar?
4. BagaimanamemahamianakSekolahDasar?
5. Bagaimanamemahamipengalamansenitari-drama anak?
6. Bagaimanaprofil guru yang dibutuhkanuntukmembimbingsenitari-drama di
SekolahDasar?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah:
1. Untukmengetahuilandasankonseptualbidangstudipendidikankesenian.
2. Untukmengetahuisenitari-drama sebagai media pendidikandi SekolahDasar.
3. Untukmengetahuifungsisenitari-drama di sekolahdasar.
4. UntukmengetahuimemahamianakSekolahDasar.
5. Untukmengetahuimemahamipengalamansenitari-drama anak.
6. Untukmengetahuiprofil guru yang dibutuhkanuntukmembimbingsenitari-
drama di SekolahDasar.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi referensi dalam perkuliahan Pendidikan Seni Tari dan Drama
di SD
2. Bagi Guru
a. Sebagai referensi guru tentang pembelajaran seni tari-drama di SD
b. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan pembelajaran
mengenai seni tari-drama anak SD
BAB II

v
PEMBAHASAN

A. Landasan Konseptual Bidang Studi Pendidikan Kesenian


Dalam kurikulum PGSD 1995 seni merupakan media ekspresi kreatif dan
aspiratif yang dapat diwujudkan melalui garis, warna, bidang dan tekstur untuk
seni rupa, gerak dan peran untuk seni tari drama, serta suara dan bunyi untuk seni
musik, dalam tata susunan yang artistik dan estetis.
Pendidikan kesenian berperan untuk menumbuhkembangkan daya apresiasi
seni, kreativitas, kognisi, serta kepekaan indrawi dan emosi serta memelihara
keseimbangan mental peserta didik. Dengan demikian pendidikan kesenian
merupakan pendidikan ekspresi kreatif yang dapat mengembangkan kepekaan
apresiasi estetik, dan membentuk kepribadian manusia seutuhnya, seimbang baik
secara lahir maupun batin, jasmani maupun pribadi, berbudi luhur sesuai dengan
lingkungan dan konteks sossial budaya Indonesia. Oleh karena itu “pendidikan
melalui seni” cocok diterapkan di SD.
Dalam pelaksanaannya pendidikan kesenian dapat disajikan secara terpadu di
antara pokok bahasan yang tercakup di dalamnya (inter bidang studi), maupun
dengan bidang studi lainnya (antar bidang studi). Demikian pula pendidikan seni
tari-drama pelaksanaannya dapatdipadukan dengan seni rupa dan seni musik (inter
bidang studi) dan dengan IPA, Bahasa, Matematika, Olah raga dan Kesehatan
serta yang lain (antar bidang studi). Dalam pelaksanaanya pembelajaran terpadu
tersebut sangat terlihat bahwa konsep pendidikan melalui seni sangat mudah
untuk diterapkan. Bahkan melalui seni seluruh potensi siswa SD akan dapat
dikembangkan secara menyeluruh.

B. Seni Tari-Drama sebagai Media Pendidikan Sekolah Dasar


Hakekat paling dalam yang hendak dicapai melalui pendidikan adalah
perkembangan maksimal dari rohani dan jasmani anak. Untuk mencapainya salah
satu alat/media yang dapat dimanfaatkan adalah seni tari-drama. Seni tari-drama
hadir dalam kurikulum Sekolah Dasar sebagai bidang studi yang menyajikan
kesempatan pada siswa SD untuk memperoleh pengalaman-pengalaman seni.

vi
Pengalaman ini kemudian didayagunakan untuk menunjang usaha pendidikan.
Pengalaman ini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang ada dalam lingkup
kesadaran artistic, yaitu kesadaran seperti ketika seniman berkarya,kesadaran
menghayati seperti halnya apresiator seni meghayati seni yang dihadapi. Jadi apa
yang dilaksanakan oleh siswa Sekolah Dasar sama wataknya dengan kegiatan seni
yang nyata-nyata sebagai kegiatan yang dapat menjadi wadah peluang ekspresi
dan kreativitas.
Kemudian timbul suatu pertanyaan yang harus dijawab dengan benar oleh
guru,yaitu seni tari-drama yang mana yang dapat dibimbingkan kepada siswa –
siswa ditingkat Sekolah Dasar? Seni tari-drama yang modern atau seni tari-drama
yang tradisional atau yang lain? Hal tersebut dapat dijawab setelah anda mengenal
bahwa ada dua kubu yang ekstrim dalam pembelajaran seni yaitu pembelajaran
seni tari untuk pendidikan calon seniman tari dan ada pembelajaran seni tari yang
bersifat menunjang usaha pendewasaan anak didik.

1. PendidikanuntukCalonSeniman
Pembelajaran seni tari yang berfungsi mencetak seniman tari penuh
dengan norma-norma yang harus diikuti secara ketat. Latihan demi latihan
dilakukan secara terus menerus sampai memperoleh tingkat keterampilan
yang dapat dibanggakan. Gerakan demi gerakan dapat dilakukan dengan tepat
tanpa salah. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat di pulau Bali antara
tahun 70-80an. Disana dikenal pendidikan tari yang disistemkan secara
pewarisan. Istilah lainnyaa dalah “Parentl Succession” (menyerahkan warisan
orang tua). Dalam system ini orang tua yang memiliki keterampilan menari
mewariskan kecakapan menarinya kepada anak-anaknya. Sehingga semua
anak-anak di Bali waktu itu bisa menari dengan baik. Seiring berkembangnya
zaman, tradisi tersebut di Bali mulai luntur, namun tetap masih ada keluarga
yang melestarikan tradisi tersebut.
Ada sistem lain yang juga berkembang di sana, yaitu systemnyantrik
(appreatice). Sistem ini menunjukkan pemindahan kecakapan keseniman dari
seniman yang sudah matang (master) kepada generasi calon
seniman.Sistemnyantrik banyak kita temukan di daerah-daerah di Indonesia

vii
lainnya disamping Bali, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan daerah
lainnya. Biasanya seniman ini memiliki tempat untuk melatih siswa-
siswinya.Di Jawa Tengah yang terkenal dengan system pencantrikan adalah
di Padepokan Bagong Kussudiardjo.
Selanjutnya pendidikan seniman seni tari berkembang juga menjadi
pendidikan formal yang dikenal bersistem akademik. Bentuknya berupa
sekolah-sekolah tari atau akademi tari. Lewat pendidikan sekolah ini
dihasilkan seniman-seniman tari hasil swasta, seperti ISI, SMKI, dan IKJ.
Ketiga system diatas, semuanya dimaksudkan mencetak murid-muridnya
menjadi seni mantari yang dapat melakukan gerak-gerak tari dengan mahir.

2. PembelajaranSeniTari-DramauntukPendewasaanAnakDidik
Pembelajaran tari-drama yang kedua yang bersifat membantu
pendewasaan anak. Pendayagunaan seni tari-drama memiliki fungsi yang
bersifat edukatif. Dengan demikian konsep seni tari-drama sebagai
sarana/media pendidikan adalah konsep pendidikan yang paling sesuai bagi
anak-anak SD. Secara umum konsep seni tari-drama sebagai sarana
pendidikan berfungsi untuk:
a. Membantu perkembangan dan pertumbuhan anak.
b. Membina perkembangan estetika
c. Membantu menyempurnakan kehidupan
Fungsi-fungsi tersebut diatas tidak dimaksudkan membentuk anak
menjadi penari atau seniman tari, namun semata-mata untuk perkembangan
mental, fisik dan perasaan estetika . Secara khusus fungsi pendidikan seni tari
drama di SD akan diuraikan berikut ini.

C. Fungsi Seni Tari-Drama Di SD


Pendidikan seni tari-drama di SD mempunyai fungsi membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak, memberi perkembangan estetik, dan membantu
penyempurnaan kehidupan. Oleh karena itu pendidikan seni tari-drama di SD
tidak berupa latihan-latihan untuk menjadikan anak-anak SD, penari jaipong,

viii
penari topeng, atau penari-penari lain yang terkenal. Walaupun ada di antara anak-
anak SD yang memiliki bakat untuk menjadi penari yang baik, tetapi itu bukan
merupakan tujuan yang utama. Bakat itu dapat dibina tersendiri.

1. FungsiSeniTari-DramauntukMembantuPertumbuhan
danPerkembanganAnak
Pertumbuhan adalah proses berkelanjutan yang meliputi perkembangan
dari semua kecakapan dan potensi anak. Pengalaman seni tari-drama
memberikan kesempatan bagi kelangsungan proses tersebut. Peranan seni
tari-drama dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
dilihat antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan fisik, mental dan estetik,
memberi sumbangan ke arah sadar diri, membina imajinasi kreatif dan
memberi sumbangan ke arah pemecahan masalah.
a. Seni Tari-Drama Meningkatkan Pertumbuhan Fisik, Mental, dan Estetik
Jenis pengalaman seni untuk meningkatkan pertumbuhan fisik
ditunjukkan dengan perkembangan motorik anak dalam dalam gerak-
gerak bebas dalam menari. Kegiatan ini memberikan kesempatan fisik
untuk tumbuh sempurna dan secara langsung mental juga berkembang.
Karena kegiatan-kegiatan dalam melakukan gerak-gerak tari juga
melibatkan kesadaran estetik, maka pertumbuhan estetik juga mendapat
kesempatan untuk tumbuh. Misalnya kelas rendah melihat gerak-gerak
binatang contohnya kupu. Anak akan mencoba menirukan gerak sayap
kupu sedang bergerak terbang dengan caranya sendiri. Ada yang dengan
tangan terlentang digerakkan naik turun, ada yang ditekuk dan kemudian
digerakkan naik turun. Berlangsungnya kegiatan ini telah melibatkan
proses mental yaitu visualisasi hasil pengamatan yang sekaligus menjadi
pengalaman yang bersifat estetik.
b. Seni Tari-Drama Memberikan Sumbangan ke Arah Sadar Diri
Melalui kegiatan seni tari-drama keunikan anak akan terbina.
Karenanya anak dapat mengenali dirinya sendiri dengan baik. Dengan
demikian self anak akan berkembang, dan ini menyebabkan tumbuhnya

ix
inisiatif, kemampuan mengkritik, kepemimpinan dan kreasi. Anak
merasakan keberadaannyamemiliki arti. Terutama jika dia diberi peran
tertentu dalam suatu kegiatan artistik/estetik, misal dalam diskusi kecil
antar teman tentang sebuah gerak binatang berpasangan, mereka akan
aktif dan saling memberikan sumbangan pikiran. Anak juga merasakan
akibat-akibat dari perbuatannya sehingga inisiatif untuk mencari bentuk-
bentuk yang lain yang dirasakan lebih baik, akan selalu dilakukan. Proses
ini menjadi dasar untuk kemampuan mengkritik dan memimpin. Jika
awalnya anak-anak kelas rendah ke “aku”nya masih besar, maka pada
kelas tinggi hal tersebut makin hari makin akan menghilang, berubah
menjadi rasa sosial.
c. Seni Tari-Drama Membina Imajinasi Kreatif
Imajinasi kreaatif itu sangat vital bagi anak SD. Oleh karena itu
setiap usaha pendidikan ke arah menumbuh-kembangkan imajinasi
kreatifmerupakan usaha yang sangat baik. Contohnya seorang anak SD
akan selalu berkhayal bahwa dia akan menjadi tokoh yang kuat, disegani
sehingga dalam imajinasinya dia dapat mengalahkan musuh-musuhnya
dengan mudah. Gerak-gerak dan mimik yang dilakukan sangat
menggambarkan kuatnya suatu imajinasi tertentu. Jika diberi kesempatan
menirukan gerak binatang buas dia akan benar-benar berkhayal
seandainya aku menjadi harimau. Kegiatan-kegiatan bermain dalam
aneka gerak akan membina imajinasi mereka, sehingga secara langsung
akan berkembang.
d. Seni Tari-Drama Memberi Sumbangan ke Arah Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam pendidikan
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Seni tari-drama memberi
sumbangan terhadap perkembangan pemecahan masalah. Dalam aktivitas
seni tari-drama anak SD dapat memunculkan gagasan-gagasannya yang
menjadi benar-benar konkrit. Motivasi guru memang sangat diperlukan
agar anak selalu dapat menyelesaikan persoalan sendiri. Jika belum
dapat, dianjurkan agar diselesaikanantar teman sampai mempunyai

x
keputusan-keputusan tertentu. Manusia akan selalu menghadapi masalah,
sehingga melalui kegiatan-kegiatan tari-drama, siswa SD juga terlatih
untuk memecahkan masalah.
e. Seni Tari-Drama Memurnikan Cara Berfikir, Berbuat, dan Menilai
Melalui kegiatan seni tari-drama, kehidupan siswa SD dapat
diperkaya melalui proses penjelajahan tersebut, dibutuhkan penyusunan
pengalaman secara kreatif dan sensitif. Jika siswa SD bermain, aktivitas
mereka juga melibatkan pikiran. Jika mereka menirukan gerak alam atau
binatang mereka juga berpikir bahwa gerak-gerak yang dilakukan seperti
apa yang mereka amati. Aktivitas ini akan memberikan pertanyaan
“apakah gerakanku” baik. Keputusan yang diberikan tersebut akan
menjadi proses menilai yang bijaksana, sehingga dapat dipastikan mereka
akan melakukan pengubahan-pengubahan untuk sesuatu yang lebih baik.
f. Seni Tari-Drama Memberikan Sumbangan Kepada Perkembangan
Kepribadian
Usaha-usaha mematangkan kepribadian dalam senitari-drama dapat
dilakukan guru dengan cara membantu penyesuaian rasa emosional
peserta didik, membantu menghilangkan perasaan terikat, membantu
menghilangkan perasaan takut, membantu menekan kekecewaan,
memberikan kepercayaan, serta mendorong anak agar selalu berbuat
positif. Hal-hal tersebut dapat dilakukan lewat semua kegiatan
pembelajaran seni tari-drama. Sebagai contoh ada siswa anak SD yang
takut jika melakukan gerak. Halini perlu disiasati guru, agar siswa
tersebut tidak menjadi lebih takut, misalnya akibat diminta
memperagakan gerak tari di depan kelas. Tentu diperlukan siasat-siasat
tertentu untuk mengatasi hal itu. Misalnya memperagakan gerak dengan
temannya terlebih dahulu. Dalam perkembangannya dapat diungkap
disini bahwa kegiatan seni tari-drama yang dapat mengobati kekecewaan,
menghilangan rasa takut tersebut, akan dapat berfungsi sebagai sarana
penyembuh atau terapi. Pada perkemabangan berikutnya siswa kemudian
dapat menyesuaikan diri, dengan kepribadian yang makin matang.

xi
2. SeniTari-DramaMembinaPerkembanganEstetik
Perkembangan estetik dapat dibina melalui kegiatan seni seni tari-
drama yang berupa penghayatan, apresiasi, ekspresi dan kreasi. Melalui seni
tari-drama anak akan terlatih, penghayatan menjadi kuat dan keputusan visual
akan berkembang menjadi peka kritis. Cara melatih pancaindra dan seluruh
anggota tubuh harus melalui proses kegiatan tanpa paksaan, dengan
memperhitungkantiga faktor berikut ini:
a. Harus mengembangkan konsep-konsep baru.
b. Harus menciptakan situasi yang dapat memberikan dorongan untuk
memacu kegiatan dengan penuh ketelitian
c. Harus menjadi kesempatan belajar menilai terhadap apa yang dilakukan.
Seni tari-drama adalah proses mewujudkan perasaan dengan melibatkan
kesadaran estetik dan keputusan kritis. Orang yang telah berkembang
perasaan estetisnya akan sanggup mengapresiasi kualitas seni dan
pengalaman sehari-hari. Cara mengembangkan apresiasi dalam bentuk
melihat menurut pendidikan seni modern, dianggap belum sempurna,
sehingga harus dilengkapi dengan terlibatnya keputusan terhadap apa yang
dilihatnya. Untuk itu perlu diberikan kesempatan untuk membahas,
mengkritik, mendiskusilkan,dan menilai responsi seni dan lain-lain.
Ekspresi berkedudukan vital dalam pendidikan seni tari-drama, karena ia
memberikan kesempatan berkembangnya partisipasi individu di dalam
membentuk pendapat dan sikap sosial. Seni tari-drama memberi dorongan
terhadap kelangsungan ekspresi anak-anak karena setiap kegiatan seni selalu
menyajikan kesempatan bagi anak didik untuk untuk mempertahankan
kebebasan berekspresi.
Daya kreatif tetap terpendam di dalam diri tiap anak kalau tidak ditolong
pemunculannya. Daya kreatif berbeda dengan bakat dalam seni. Seni
disajikan bagi semua anak. Baik yang mempunyai bakat maupun tidak.
Tujuan pendidikan seni tari-drama di SD bukan untuk mengembangkan bakat

xii
seni tari-drama melainkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki anak.

3. SeniTari-DramaMembantuMenyempurnakanKehidupan
Unsur kehidupan yang mendorong ekspresi akan mendatangkan
pengetahuan bagi anak didik. Sebaiknya keinginan anak untuk mengetahui
kehidupan, akan menyempurnakan kehidupan anak. Oleh karena itulah seni
tari-drama dapat memberikan bantuan menyempurnakan kehidupan anak
didik yang antara lain ditunjukkan dengan kehidupan yang kreatif dan
kehidupan sosialyang baik.
Ekspresi seni tari-drama dapat berlangsung dalam kegiatan individu
maupun kegiatan kelompok. Dalam kegiatam kelompok siswa SD belajar
membagi pengalamannnya yaitu pengalaman dalam hal bahan, alat-alat dan
dalam hal menghargai kemampuan orang lain. Ini berarti kebiasaan sosial
dikembangkan secara baik, seperti kerja sama, tanggung jawab, percaya diri
sendiri dan inisiatif. Untuk maksud itu pendidikan seni tari-drama perlu
direncanakan dalam kegiatan-kegiatan yang meliputi kehidupan di rumah dan
dimasyarakat.
Kegiatan seni yang mengembangkan potensi indivual dan sosial akan
menjadikan anak-anak lebih sadar terhadap efisiensi secara ekonomis dalam
masyarakat. Bagi anak-anak berbakat, kegiatan seni memberikan kesempatan
untuk berlatih dalam seni tari-drama. Di samping kegiatan-kegiatan yang
ditentukan oleh jadwal sekolah, anak-anak mendapatkan kesempatan
menggunakan waktu senggangnya untuk latihan-latihan seni tari-drama
secara serius, sehingga terbuka horizon baru bagi hobi, bagi pekerjaan
sampingan dan pekerjaan kejujuran untuk sumber nafkah di kemudian hari.

D. Memahami Anak Sekolah Dasar


Di dalam mengembangkan pembelajaran seni yang memenuhi kebutuhan dan
minat murid perlu diketahui lebih banyak tentang aspek anak. Hal ini bisa didapat
lewat perhatian yang diberikan, antara lain : lewat pekerjaan yang dikerjakan, cara

xiii
menghayati, cara memperhatikan, cara meniru gerak, cara mengekspresikan
mimik, cara menirukan suara dan sebagainya.
Anak-anak mempunyai fase-fase perkembangan tertentu,walaupun tidak
semua anak sama.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
tersebut antara lain pengalaman sebelumnya, pembawaan minat, kebutuhan estetis
pribadi, watak emosional dan kapasitas rasa.
1. Memahami Siswa SD Kelas 1
Siswa SD kelas 1 mempunyai masalah pribadi yang berdasarkan
kebutuhan keamanan, segalanya masih asing, sehingga perlu mencari teman,
akan tetapi ke “aku” anya masih tinggi. Guru harus bisa menghadapi anak
dengan masalah pribadinya, seperti masalah emosional, halangan bicara,
halangan bergerak, halangan berhubungan dengan teman, halangan fisis
secara berusaha mencari sebab yang mendasarinya.
2. Memahami Siswa SD Kelas 2
Siswa SD kelas 2 sifatnya aktif bersemangat serta membutuhkan
istirahat dan relaks, bertentangan perhatiannya pendek (bekerja dengan tujuan
untuk segera dilihat,masih serung tidak memperhatikan guru, imajinasinya
aktif, mengakibatkan fakta dan fantasi sering campur aduk, peka dan mudah,
gugup bila disuruhmencotoh atau diikat ketentuan misalnya gerak-gerak tari
klasik yang sudah baku dan masalah individunya sedang berkembang).
Sebaiknya guru memilih kegiatan seni tari-drama yang dapat
diselesaikan menurut ukuran pelatihan mereka.
3. Memahami Siswa SD Kelas 3
Siswa SD kelas 3 seleranya mulai tumbuh, otot berkembang demikian
pula bentangan perhatiannya, mampu bersenang-senang dengan ide abstrak,
mulai membuat rencana di luar diri mereka, bersifat agresif, menikmati
pembuatan koleksi, cenderung mengembangkan persahabatan dengan kawan-
kawan sejenisnya, dan sangat berminat pada permainan atau kegiatan seni
secara berkelompok.

xiv
Dalam hal ini guru harus berhati-hati supaya murid-murid tidak
mengalami suasana kebosanan yang dapat mengakibatkan terhalangnya
perkembangan kreatif. Sedangkan kegiatan seni bisa kelompok atau individu.
4. Memahami Siswa SD Kelas 4
Siswa SD kelas 4 sifatnya sering mengembangkan cara-cara
menyembunyikan kepekaan mereka, takut ditertawakanorang lain, anak laki-
lakisering bermusuhan dengan anak perempuan, mampu merencanakan dan
memikirkan segala sesuatu sebelumnya untuk dirinya sendiri.
Di sini guru bisa menuntun menggunakan kepekaan konstruktif.
Sebagai perangsang edukatif, guru bisa menggunakan minat siswa SD
tersebut di atas dalam penemuan, pendewaan para pahlawan, mengumpulkan
benda-benda serta melakukan hal-hal yang disenangi. Guru juga harus
menyadari kebutuhan waktu serta memikirkan untuk menyatukan pelajaran-
pelajaran yang mereka terima.
5. Memahami Siswa SD Kelas 5
Siswa SD kelas 5 pada umumnya ingin mengetahui diri sendiri dan
dunia fisis, senang menyusun koleksi, pengalaman baru dan merealisasikan
sesuatu, sering bersifat ideal, mudah putus asa dan terangsang marah atau
mengasingkan diri, ketidaksamaan dan perkembangan fisis menyebabkan
gangguan emosional.
Di sini guru harus siap membantu, mendorong serta mengarahkan minat
mereka dalam pengalaman seni yang konstruktif.
6. Memahami Siswa SD Kelas 6
Siswa SD kelas 6 merupakan campuran antara anak praadolesen dan
adolesen awal. Dalam hal ini guru perlu bekerja sama dengan orang tua untuk
membantu anak menghadapi fakta secara jujur menetapkan nilai-nilai dan
mengenal sosial. Perlu ditunjuk betapa pentingnya suatu kerjasama. Guru
menggunakan ekspresi kreatif untuk membantu sadar diri, mengembangkan
selera yang unik, kesadaran jabatan yang baik, kesehatan serta proses-proses
sosial lainnya.

xv
E. Memahami Pengalaman Seni Tari-Drama Anak
Pada tahap-tahap tertentu anak akan terus maju ke arah pertumbuhan fisis,
mental, dan estetis. Pada umumnya bergantung pada umur dan minat masing-
masing anak pada pengalaman seni yang berbeda-beda. Akan tetapi kenyataan
yang ada tidaklah selalu demikian.
Dalam pendekatan terhadap seni tari-drama, ada anggapan bahwa anak-anak
terutama dilibatkan ke dalam dan memperoleh penguasaan motoris terhadap
bahan seni. Keterampilan yang dilakukan tanpa “rasa” tidak mempunyai
hubungan dengan pengalaman seni. Akan tetapi bergerak sambil bersuara dengan
menggunkan “rasa” meskipun tanpa keterampilan, sangat penting dalam
pengalaman seni. Jadi tidaklah benar, apabila pertumbuhan mental dan estetis
ditinjau dari penguasaan motoris si anak.
Guru sekolah dasar harus bisa mencari cara dan sikap tertentu demi kemajuan
siswa Sekolah Dasar dalam periode yang berbeda satu dengan yang lainnya itu.
Terutama gurulah yang akan terlibat dengan pengalaman seni tari-drama tiap
individu dalam hubungannya dengan minat dan kebutuhan siswa di tingkat
Sekolah Dasar. Beberapa pengalaman seni tari drama anak yang memunculkan
keunikan dapat diuraikan berikut ini.

1. SikapMenjelajahpadaAnak-anak
Sikap menjelajah adalah ingin tahu atau ingin mencoba. Sebelum anak
mengetahui atau mampu menggunakan suatu benda. Ia akan mencoba
memukul, mencoreng, mematahkan, atau merobek-robek sesuatu. Dari
kegiatan tersebut, ia akan menemukan sesuatu/ kemungkinan bahan baru.
Misalnya anak diberi plastik, karet, atau bahan lain yang belum dikenalnya.
Pertama kali mungkin anak tersebut akan mencoba merobek/ menggunakan
plastik tersebut serta mencoba mematahkan karet. Di sinilah guru bisa
membimbing ke dalam saluran yang kreatif, sehingga anak tahu bahwa
plastik bisa disobek dan karet bisa digerakkan dengan lentur. Demikian pula
jika diberi motivasi untuk mencipta gerak berdasarkan pengamatan terhadap
binatang kesayangan yang ada di rumahnya, maka pertama kali pasti akan

xvi
bermunculan gerak-gerak lucu yang erbeda satu dengan yang lainnya. Bahkan
tidak menutup kemungkinan anak bergerak sambil bersuara aatu berteriak
untuk mengekpresikan hasil pengmatannya.
Seperti diketahui bahwa anak sekolah berada dalam tingkat
perkembangan mental fisis, emosional, dan estetis. Di dalam pengalaman seni
mereka akan bertemu dengan elemen-elemen seni tari-drama yang sama.
Proses penjelajahan terhadap gerak atau irama inilah yang sangat berarti bagi
perkembangan estetis anak.

2. MasaAnak-anakadalahMasaUmurBerkhayal
Masa umur berkhayal anak merupakan masa-masa yang penuh dengan
kesenangan anak-anak akan gerak, kenikmatan akan bersuara, dan mengikuti
irama lagu. Pada waktu menjelajahi gerak, anak akan menemukan image
(bayangan) dalam gerakannya. Khayalan anak akan terus berkembang dalam
batas pengalamannya dimana fakta dan fantasinya makin lama makin
mengendap. Perkembangan rasa dan idea untuk berkhayal ini terus
berlangsung, sampai anak amat terlibat pada fakta pengalamannya. Dalam hal
ini guru dapat memusatkan perhatian pada bagian-bagian kecil, teknik dan
prosedur dalam seluruh kegiatan estetik yang dilakukan, jangan sampai
bersifat membahayakan. Image atau bayangan ini makin meningkat menjadi
lebih lengkap, namun tidak perlu lebih nyata.
Untuk mengembangkan imajinasi kreatif, harus diingat tujuan
pengalaman seni dalam pendidikan. Perkembangan imajinasi kreatif yang
bebas jauh lebih penting dari pada hanya sanggup meniru gerak sesuatu yang
bisa dikenal, meniru gerak burung, dan sebagainya. Jika anak didorong, maka
dimana-mana merupakan dunia imajinasinya. Ia juga akan bekerja tanpa
melihat kesadaran diri seperti seniman matang. Di sinilah guru harus berhati-
hati, agar anak berkembang dalam patranya sendiri, sebagai seorang yang
ekspresif dan bukan seorang perekam fakta-fakta visual. Karena hal inilah
yang justru akan terikat erat dengan fungsi pendidikan seni tari-drama secara
utuh di tingkat Sekolah Dasar.

xvii
3. ProsesPenemuanFakta (fact finding) padaAnak-anak
Suatu saat akan demikian terlibat dengan fakta. Ia menjadi kritis
terhadap gerak atau tari yang ia ciptakan. Ia ingin membuat gerak sesuai
dengan kenyataan, serta menjadi tidak sabar karena tak dapat menggunakan
semua fakta yang telah ia temukan di dalam pengalaman seninya. Mereka
sering menjadi kecewa dan kacau karena banyak kegiatan yang membutuhkan
adanya pengetahuan faktual. Misalnya untuk membuatnya menjadi tokoh
raksasa dibutuhkan adanya informasi faktual tentang bagaimana bentuk dan
perkiraan watak raksasa. Atau ingin mengungkapkan gerak harimau tentu ada
keinginan untuk melihat harimau secra sesungguhnya bukan hanya dari
gambar saja.
Guru harus bisa membimbing anak untuk menilai segi kualitas rasa,
bukan isi faktualnya. Mereka bebas berekspresi secara kreatif sesuai dengan
batas-batas yang mereka miliki.

4. BelajarmelaluiKegiatanBerekspresidalamSeni
Kegiatan belajar akan lebih efektif jika anak mengekspresikan idea dan
rasa yang sempurna lebih dari bagian yang terpisah-pisah. Pengalaman seni
merupakan pengalaman menyeluruh yang menjadi tak berarti jika diambil
secara terpisah. Sebagai contoh, guru bisa menganalisa gerak lemah dengan
irama lembut, kemudian gerak tegang dengan irama cepat dan keras. Akan
tetapi guru akan mendapatkan watak keseluruhan apabila gerak tersebut
dipadukan.
Adapun mempelajari bagaimana anak-anak itu maju di dalam hal
ekspresinya merupakan jalan yang terbaik untuk mengenal anak. Misalnya
pada waktu anak bekerja akan tampak kepribadiannya, halangan
emosionalnya, sifat malu, ragu-ragu, sifat agresif, dan sebagainya. Sehingga
guru akan mengetahui bagaimana sebaiknya membimbing anak.

xviii
F. Profil Guru yang Dibutuhkan untuk Membimbing Pengalaman Seni
Tari-Drama di SD
Sikap guru yang diharapkan dapat membimbing pengalaman seni tari-drama
anak tingkat Sekolah Dasar adalah guru yang bersikap sebagai seorang teman.
Guru yang dengan sikap demikian kepada siswanya akan mengembangkan
kondisi memberi dan menerima yang sehat dan mendorong sikap berbagi-bagi
pengalaman. Jika guru mempunyai antusiasme yang tinggi dalam proses
pembelajaran, maka ia tidak akan kekurangan inspirasi termasuk dalam
menghadapi siswanya. Guru yang kreatif, sensitif (peka), akan menemukan
banyak hal dalam pengalaman mengajarnya dan menjadikan setiap saat menarik,
merangsang keinganan anak untuk belajar, dan tidak membosankan bagi anak-
anak. Jika perlu, guru harus mengkhayalkan sesuatu yang lebih baik, lebih
menarik atau lebih memuaskan. Guru yang matang secara emosial dan
intelektualnya akan dapat mengembangkan semua kecakapannya dalam belajar
berekspresi melalui berbagai cara.
Melalui latar belakang pendidikan itu guru berusaha memahami anak,
bagaimana mereka tumbuh escara biologis, bagaimana mereka berkembang secara
psikologis. Jadi ia mengenal proses belajar secara teotritis dan melalui
pengalaman. Penampilan guru yang kreatif dapat dilihat jelas pada minatnya
terhadap kualitas seni. Guru perlu menyenangi benda-benda yang baik,
berpenampilan rapi dan penuh perhatian terhadap pengalaman seni yang
dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya maupun oleh anak didiknya.
Kemampuan yang dibutuhkan guru Sekolah Dasar untuk dapat
melaksanakan kegiatan seni
Guru harus mempunyai kemampuan untuk menilai segala sesuatu yang
dilakukan murid dan mendorong mereka agar selalu antusias terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan.
Guru yang menyadari kualitas seni dan segala sesuatu, akan membawa ke
dalam kelas benda-benda yang secara visual akan memberikan rangsangan kepada
anak. Guru juga akan membawa objek bentuk, warna dan teksturnya yang telah
menyatu dengan dirinya dan yang ingin dibagikan kepada siswanya. Guru dapat

xix
membangun suasana yang merangsang kualitas seni melalui dorongan antusiasme
kepada siswanya dan dengan cara menyediakan rangsangan visual di dalam kelas
agar kretivitas siswanya bisa berkembang.
Semangat guru tidak boleh kendor karena peralatan dan bahan tidak terpenuhi
secara menyeluruh. Bahan-bahan alam yang tersedia di sekitar tempat belajar
dapat menjadi bahan seni. Dalam kegitan seni guru mempunyai sumber-sumber
sekolah, masyarakat, buku petunjuk, dan kekayaan bahan-bahan visual yang bisa
diperoleh dalam buku, majalah terkenal, dan benda-benda cetakan.
Guru harus berhati-hati menangani ruang yang penuh dengan anak-anak yang
sedang sibuk dengan pengalaman studionya. Tidak boleh ada kata-kata dari guru,
yang nantinya akan menjadikan siswa SD rendah diri, menjadi tidak percaya diri
lagi, atau takut melakukan suatu gerakan tari. Di belakang setiap kegiatan seni
tari-drama yang berhasil, terletak perencanaan yang dilakukan dengan hati-hati
oleh guru. Dalam hal ini yang diperlukan adalah adanya kerja sama antara guru
dengan siswa, guru yang satu dengan guru lain, guru dengan pengurus, atau
bahkan orang tua siswa.
Guru juga harus mengetahui bahwa kelas harus disiapkan sebelumnya
sehingga ruangan dan peralatan yang bisa memenuhi kebutuhan siswa tidak harus
dicari ketika pelajaran mulai berlangsung. Akan tetapi kadang-kadang siswa juga
perlu dilibatkan dalam pemenuhan kebutuhan akan peralatan tersebut.
Keputusan, pemilihan dan pertimbangan yang matang sangat diperlukan oleh
guru dalam melaksanakan pengalaman seni. Jika tidak maka guru akan tenggelam
dalam kekaburan. Jika guru tidak merencanakan kegiatan, kemungkinan besar
siswa akan jemudalam melaksanakan suatu kegiatan seni tari-drama. Untuk itu
maka guru perlu merencanaan kesempatan untuk pengalaman seni yang
kreatif.Guru perlu mengenal kehidupan siswa yang nyata dan yang khayal, yang
mendorong kemurnian siswa serta kemampuan untuk menemukan gerakan atau
nyanyian, dan menguatkannya.
Guru kelas adalah orang di sekolah yang paling mengerti bagaimana
mendorong anak agar kreatif. Guru mempunyai kesempatan untuk mengamati
anak dalam berbagai situasi dan mengenal anak secara akrab, sehingga dapat

xx
mendorong anak untuk merespon secara menyeluruh terhadap situasi kehidupan
di sekitarnya. Guru juga mempunyai kesempatan untuk mempelajari antusiasme
anak, ketakutan, suasana hati, kesehatan berekspresi ego, dorongan, kebutuhan,
ambisi, keinginan, kemampuan bernyanyi, kemampuan bergerak, dan sebagainya.
Masalah pembimbingan anak adalah suatu tes harian terhadap kemampuan
guru. Hal tersebut merupakan proses yang akan terus menerus terjadi, dan dengan
demikian memerlukan koordinasi dari usaha guru, orang tua, dan masyarakat
untuk membimbing anak-anak ke arah kedewasaan dengan cara yang semestinya.
Membimbing anak dalam kegiatan seni meliputi kesadaran terhadap situasi belajar
yang baik, kesempatan untuk mencipta dan menilai.
Kebutuhan untuk memasukkan orang tua ke dalam kehidupan sekolah telah
ditekankan sebelumnya, dan dengan demikian sebaiknya dan bila mungkin guru
mengadakan pembicaraan dengan orang tua. Bimbingan terhadap anak terletak di
tangan orang tua dan guru. Membimbing potensi ekspresi anak merupakan proses
terus menerus dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Sejak lahir hampir semua
anak mengekspresikan kesenangan dan ketidaksenanganya terhadap sesuatu.
Sambil tumbuh dan berkembang anak berusaha mengekspresikan responsinya
terhadap kehidupan melalui banyak cara.
Bermain bebas dengan imajinasi yang kreatif adalah dasar dari segala
kegiatan oleh seni. Maka dari itu sangat perlu untuk mengenal ciri-ciri atau
karakteristik anak-anak.

xxi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Landasan konseptual bidang studi pendidikan kesenian yaitu dalamkurikulum
PGSD 1995, seni merupakan media ekspresi kreatif dan aspiratif yang dapat
diwujudkan melalui garis, warna, bidang dan tekstur untuk seni rupa,gerak
dan peran untuk seni tari drama, serta suara dan bunyi untuk seni musik,
dalam tata susunan yang artistik dan estetis.
2. Seni tari-drama sebagai media pendidikandi Sekolah Dasar menyajikan
kesempatan pada siswa SD untuk memperoleh pengalaman-pengalaman seni,
sebagai suatu kegiatan yang ada dalam lingkup kesadaran artistik.
3. Fungsi seni tari-drama di Sekolah Dasar yakni untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak, membina perkembangan estetik, dan membantu
memyempurnakan kehidupan.
4. Memahami anak Sekolah Dasar dapat diperoleh melalui perhatian yang
diberikan kepada anak serta menyesuaikan rencana pengalaman seni tari-
drama dengan tahap perkembangan yang dicapai anak.
5. Dalam memahami pengalaman seni tari-drama anak, umumnya bergantung
pada umur dan minat masing-masing anak pada pengalaman seni yang
berbeda-beda. Pengalaman seni tari drama anak yang memunculkan keunikan
meliputi sikap menjelajah pada anak-anak, masa anak-anak adalah masa umur
berkhayal, proses penemuan fakta, dan belajar melalui kegiatan berekspresi
dalam seni.
6. Profil guru yang dibutuhkan untuk membimbing seni tari-drama di sekolah
dasar adalah guru yang bersikap sebagai seorang teman, guru yang kreatif dan
sensitif (peka), sertaguru yang matang secara emosial dan intelektualnya.

xxii
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan saran atau rekomendasi
untuk:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil penulisan
makalah ini guna menjawab beberapa pertanyaan atau permasalahan yang
muncul ketika penulisan makalah ini berlangsung.
2. Dalam pembelajaran Pendidikan Seni Tari-Drama di SD, mengenai konsep
seni tari-drama, memahami anak SD, serta profil guru merupakan hal yang
penting untuk dapat dipelajari. Sebagai pembaca khususnya bagi calon
pendidik dan guru, hendaknya menjadi figur yang kreatif dan sensitif (peka),
serta guru yang matang secara emosial dan intelektualnya sehingga
pembelajaran menjadi lebih menarik.

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Purwatiningsih dan Ninik Harini. 2002. Pendidikan Seni Tari-Drama SD. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Setjoatmodjo, P. 1985. Bacaan Pilihan tentang Estetika. Jakarta: Depdikbud.
Soehardjo, A.J. 1974. Menuju ke Pendidikan Seni. Malang: IKIP Malang.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai