Tesis Nasrul

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 153

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDOEL


MADJID BATOE (RSUD HAMBA)
KABUPATEN BATANGHARI

TESIS

NASRUL
NIM P2F121019

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI
Jambi, Februari, 2023
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDOEL
MADJID BATOE (RSUD HAMBA)
KABUPATEN BATANGHARI

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
Pascasarjana Universitas Jambi

Oleh :
NASRUL
NIM P2F121019

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI
Jambi, Maret 2023
HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan
Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur unsur
plagiasi, saya bersedia tesis ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya
peroleh (Magister) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundamg
undangan yang berlaku (UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).

Jambi, Maret 2023

Nasrul

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Dengan ini pembimbing tesis, menyatakan bahwa penelitian tesis yang disusun
oleh :

Nama : NASRUL

Nomor Mahasiswa : P2F121019

Program Studi : Ilmu Lingkungan

Judul Tesis : Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit


Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD
HAMBA) Kabupaten Batanghari

Telah layak dan memenuhi syarat untuk diseminarkan sesuai dengan prosedur,
ketentuan dan kelaziman yang berlaku.

Jambi, Maret 2023

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Drs. Ilham, M.Kes Dr. Ir. Suryono, M.Si


NIP.196712311992031019 NIP.1963042419891001

ii
Universitas Jambi
HALAMAN PERSETUJUAN KETUA PROGRAM STUDI

Dengan ini Ketua Program studi, menyatakan bahwa:

Nama : NASRUL

Nomor Mahasiswa : P2F121019

Program Studi : Ilmu Lingkungan

Judul Tesis : Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit


Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD
HAMBA) Kabupaten Batanghari

Telah memenuhi persyaratan administrasi akademik dan keuangan, untuk


mencapai tahap seminar usulan penelitian tesis.

Jambi, Maret 2023


Ketua Program Studi,

Dr. Ir. Hutwan Syarifuddin, M.P


NIP. 196711101993031005

iii
Universitas Jambi
HALAMAN PENGESAHAN

Tesis dengan judul Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD HAMBA) Kabupaten
Batanghari, yang ditulis oleh Nasrul P2F121019 telah dipertahankan dihadapan
Tim/Dosen Penguji Ujian Naskah Tesis Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
pada:

Hari : Jum’at
Tanggal : 10 Maret 202
Jam : 16.00 Wib
Tempat : Lantai III Pascasarjana Universitas Jambi, Ruang Kuliah
Prodi Magister Ilmu Lingkungan

Susunan Tim /Dewan Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan

Penguji Ketua Dr. Marwoto, S.Hut, M.Si. ……………

Penguji Anggota Dr. Ade Octavia, S.E, M.M. ……………

Penguji Anggota Dr. Dwi Noerjoedianto, SKM, M.Kes, CIQar. ……………

Anggota Penguji 1 Dr. Drs. Ilham, M.Kes. ……………

Anggota Penguji 2 Dr. Ir. Suryono, M.Si. ……………

Mengesahkan Mengetahui
Direktur Pascasarjana Ketua Program studi

Prof. Dr. H. Haryadi, S.E, M.M.S Dr. Ir. Hutwan Syarifuddin, M.P
NIP. 196504011990031002 NIP. 196711101993031005

iv
Universitas Jambi
BIODATA PENULIS

Penulis, Nasrul, dilahirkan di Pematang Raman pada


tanggal 07 Oktober 1980. Buah hati dari pasangan Bapak
Ahmad dan ibu Rohana. Nasrul merupakan anak pertama
dari empat bersaudara yaitu Fatmawati, Rozi dan Tiwi
Prasetyawati, yang saat ini tinggal di Desa Pematang
Raman Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
Penulis menikah dengan Nuning Zuriati, S.St dan telah di
karuniai 2 orang anak yaitu Fakhri Khairan Anas (Sekolah
di SDIT Ahmad Dahlan Kota Jambi) dan Rizkya Khaira
Anas (Balita). Penulis beragama Islam dan bertempat tinggal di Jalan Gajah Mada
RT 16 Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
Masa kecil penulis dihabiskan di Desa Pematang Raman Kecamatan Kumpeh
dengan menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Nomor 67/I Pematang Raman
dari tahun 1987-1993, Pendidikan menengah pertama di MTS.S Nurul Hidayah
Desa Betung dari tahun 1993- 1996 dan pendidikan menegah atas di MAN 40 Olak
Kemang Kota Jambi tahun 1996-1999. Setelah tamat MAN tahun 1999 penulis
tidak langsung berkuliah dan pada tahun 2000 penulis berkuliah di Akademi
Keperawatan (AKPER) Muara Bulian lulus tahun 2003. Selanjutnya tahun 2007
melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Harapan Ibu
Jambi, Penulis memulai karir sebagai Pegawai Negeri Sipil tahun 2005 di
tempatkan di Puskesmas Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV dan pidak ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Batang Hari pada tahun 2012 di Seksi Perencanan dan
Program. Pada tahun 2017 pindah ke Bidang Pelayanan Kesehatan dan diangkat
menjadi Kepala Seksi Pelayana Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Kabupaten
Batanghari sampai tahun 2021. Pada tangagl 31 Desember tahun 2021 diangkat
menjadi Fungsional Andministrator Kesehatan pada Seksi Pelayanan Kesehatan
rujukan sampai saat ini.

vi
Univesitas Jambi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat-Nya sehingga Tesis yang berjudul “Analisis Pengolahan Limbah Medis
Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD
HAMBA) Kabupaten Batanghari” dapat diselesaikan.
Penulisan Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk lulus pada Program
Studi Pascasarjana (S2) Ilmu Lingkungan Universitas Jambi. Keberhasilan
penyusun tesis ini juga atas bantuan dari berbagai pihak, dengan kerendahan hati
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih disampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Sutrisno, M.Sc, Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Hariyadi, SE, MS selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Jambi
3. Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Jambi bapak
Dr. Ir. Hutwan Syarifuddin, MP atas segala saran, bimbingan dan motivasi
yang diberikan dalam penulisan ini.
4. Bapak Dr. Drs. Ilham, M.Kes dan Dr. Ir. Suryono, M.Si selaku Pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan ,
saran dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Dr. Marwoto, S. HUT, M.Si, Ibu Dr. Ade Octavia, SE, MM dan Bapak
Dr. Dwi Noerjoedianto, SKM, M.Kes, CIQAR selaku penguji tesis yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan tesis ini
6. Direktur RSUD HAMBA Muara Bulian Kabupaten Batanghari beserta staf
yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu memberikan informasi
dalam pelaksanaan penelitian.
7. Dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Jambi, atas
ilmunya selama kuliah.
8. Orang Tua, Istri dan anak tercinta yang memberikan motivasi, semangat dan
do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.

Universitas Jambi vii


9. Teman teman seperjuangan MIL IX atas dukungan dan semangat yang
diberikan, kalian luar biasa dan bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga
MIL IX.
10. Teman-teman di seksi pelayanan kesehatan rujukan Dinas Kesehatan
Kabupaten Batanghari yang memberikan motivasi dan support dalam
penelitian dan penyusunan tesis ini.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan tesis ini.
Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya
para mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Jambi. Penulis
menyadari bahwa penelitian ini masih perlu penyempurnaan. Untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan
penelitian ini. Atas semua kritik dan sarannya untuk penelitian ini kami ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jambi, Maret 2023

NASRUL

viii
Universitas Jambi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… iii
HALAMAN PESETUJUAN PROGRAM STUDI…………………….….. iv
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… v
BIODATA PENULIS………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….... ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………….... xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….... xiv
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………. xv
ABSTRAK…………………………………………………………………… xvi
ABSTRACT………………………………………………………………… xvii
RINGKASAN……………………………………………………………….. xviii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
1.1. Latar belakang………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………… 7
1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………. 7
1.4. Mamfaat Penelitian…………………………………………….. 8
BAB II TINJAUN PUSATAKA…………………………………………… 9
2.1. Rumah Sakit……………………………………………………. 9
2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit………………………………... 10
2.3. Limbah Medis………………………………………………….. 11
2.4. Jenis – Jenis Limbah…………………………………………… 12
2.5. Limbah Media Padat…………………………………………… 12
2.6. Limbah Medis Cair…………………………………………….. 14
2.7. Dampak dan Efek Limbah……………………………………... 15
2.8. Pengelolaan Limbah Medis Padat……………………………… 17

ix
Universitas Jambi
2.9. Pengelolaan Limbah berdasarkan Permen LHK Nomor :
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan
teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
fasilitas pelayanan Kesehatan………………………………….. 17
2.10.Pengelolaan Limbah berdasarkan KMK HK
01.07/MENKES/537/2020 tentang Pedoman Pengelolaan
Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Limbah dari
Kegiatn Isolasi atau Karantina Mandiri di Masyarakat dalam
Penanganan Covid-19………………………………………….. 29
2.11.Faktor-faktor yang Mendukung Pengelolaan Limbah Medis
Padat di Rumah Sakit………………………………………….. 32
2.12. Analisis SWOT………………………………………………… 34
2.13. Penelitian Terdahulu…………………………………………… 35
2.14. Kerangka Pemikiran………………………………………….... 37
2.15. Kerangka Konsep………………………………………………. 40
2.16. Hipotesis……………………………………………………….. 41
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………… 42
3.1. Pendekatan Penelitian………………………………………….. 42
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian…...……………………………... 42
3.3. Sumber Informan….…………………………………………… 42
3.4. Metode Pengumpulan Data…………………………………….. 43
3.5. Intrumen Penelitian…………………………………………….. 44
3.6. Metode Analisa Data…………………………………………… 45
3.7. Konsepsi Pengukuran…………………………………………… 46
3.8. Menganalisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari………………………………... 48
3.9. Analisis Strategi Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat…..... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………... 52
4.1. Gambaran Umum………………………………………………. 52
4.2. Analisi Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari………………………………………….. 56

x
Universitas Jambi
4.4. Strategi Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari…………………………………………. 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.. …………………………………... 81
5.1. Kesimpulan…….………………………………………………. 81
4.2. Saran……………………………………………………………. 82
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 83
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 87

xi
Universitas Jambi
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Kelompok, kode warna, simbol, wadah/kemasan dan pengelolaan
limbah medis……………………………………………………………... 19
2. Tingkat inaktivasi mikrobial…………………………………………….. 25
3. Baku Mutu Emisi Udara limbah B3…………………………………….. 28
4. Penelitian terdahulu……………………………………………………… 35
5. Informan yang diinginkan……………………………………………….. 43
6. Konsepsi Pengukuran……………………………………………………. 46
7. Matrik SWOT……………………………………………………………. 50
8. Jumlah tenaga di RSUD HAMBA berdasarkan jenis kelamin………….. 55
9. Karakteristik Informan…………………………………………………… 56
10. Limbah medis padat infeksius dan tajam tahun 2022…………………… 57
11. Kualifikasi SDM pengelola limbah medis padat………………………… 58
12. Penilaian kekuatan dan kelemahan internal……………………………… 73
13. Penilaian Peluang dan Ancaman External ……………………………… 75
14. Matriks Strategi Pengelolaan Limbah Medis Padat…………………….. 78

xii
Universitas Jambi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Tempat penyimpanan limbah B3…………………………………………. 21
2. Tong untuk limbah infeksius……………………………………………… 22
3. Wadah untuk limbah benda tajam………………………………………… 23
4. Troli pengumpulan limbah……………………………………………….. 24
5. Kerangka pemikiran sistem pengelolaan limbah medis padat rumah
sakit……………………………………………………………………….. 39
6. Kerangka konsep…………………………………………………………. 40
7. Komponen analisis data model interaktif………………………………… 45
8. Kuadran SWOT…………………………………………………………… 49
9. Letak Geografis RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari……………….. 52
10. Posisi Strategi Kuadran SWOT…………………………………………… 77

xiii
Universitas Jambi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Dokumen Penelitinan……………………………………………………. 87
2. Informed Consent……………………………………………………….. 92
3. Panduan Wawancara……………………………………………………. 93
4. Panduan Observasi……………………………………………………… 100
5. Kuesioner Analisis SWOT………………………………………………. 105
6. Rekapitulasi Analisis SWOT…………………………………………….. 107
7. Hasil Observasi………………………………………………………….. 108
8. Penyusunan Koding dan Katergori.……………………………………… 113
9. Interprestasi Hasil………………………………………………………… 126
10. Hasil Telaah Dokumen………………………………………………….. 128
11. Dokumentasi Kegiatan…………………………………………………… 132

xiv
Universitas Jambi
DAFTAR SINGKATAN

APD Alat Pelidung Diri


B3 Bahan Berbahaya dan Beracun
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BOD Biological Oxygen Demand
BOR Bed Occupancy Rate
CS Cleaning Service
Depkes Departemen Kesehatan
Dinkes Dinas Kesehatan
DLH Dinas Lingkungan Hidup
FASYANKES Fasilitas Pelayanan Kesehatan
HAMBA Haji Abdoel Madjid Batoe
ICU Intensive Care Unit
IGD Intalasi Gawat Darurat
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPCN Infection Prevention Control Nurse
Kg Kilogram
KMK Keptutsan Menteri Kesehatan
KLHK Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
LHK Lingkungan Hidup dan Kehutanan
LOS Lenght of stay
OK Operatie Kamer
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
Permen Peraturan Menteri
PP Peraturan Pemerintah
PPI Pencegahan Pengendalian Infeksi
PRT Perinatologi
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
SDM Sumber Daya Manusia
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMA Sekolah Menengah Atas
SOP Standar Operasional Prosedur
SWOT Strengehs, weakness, oppurtunities, threats
TPS Tempat Penyimpanan Sementara
VIP Very Important Person
WHO World Health Organization
WIB Waktu Indonesia Barat

xv
Universitas Jambi
ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD HAMBA) Kabupaten
Batanghari temasuk dalam sepuluh rumah sakit penghasil limbah medis padat tebanyak
pada tahun 2021. Pada tahun 2022 limbah yang dihasilkan sebanyak 115,781 Kg yang
terdiri dari limbah padat infeksius sebanyak 14,425 kg dan non infeksius sebanyak
101,356 kg. Apabila peningkatan limbah medis ini tidak ditanggulangi dan dikelola
dengan serius maka akan menyebabkan degradasi lingkungan yang massif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk manganalisis pengelolaan limbah medis padat (Pemilahan dan
Pewadahan, Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pengolahan) dan menyusun strategi
pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sesuai
dengan Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015. Proses pemilahan dan pewadahan sudah
dipisahkan langsung dari penghasil limbah, pengangkutan dan penyimpanan diangkut
oleh petugas khusus (Cleaning Service) dan disimpan di tempat penyimpanan sementara
(TPS) limbah B3. Pengolahan menggunakan insinerator sendiri yang telah memiliki izin.
Strategi pengelolaan limbah medis padat RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari dengan
analisis SWOT yaitu, menjalin kerja sama dengan rumah sakit lain dan puskesmas,
menyedikan anggaran pendidikan dan pelatihan petugas pengelola dan operator untuk
mendapatkan setifikasi kompetensi pengelolaan limbah B3.

Kata kunci : Rumah Sakit, Limbah Medis Padat, SWOT

xvi
ABSTRACT

Regional General Hospital Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD HAMBA) Batanghari
Regency is included in the ten hospitals that produce the most solid medical waste in
2021. In 2022, 115,781 kg of waste is generated, consisting of 14,425 kg of infectious
solid waste and 14,425 kg of non-infectious waste 101.356 kgs. If the increase in medical
waste is not addressed and managed seriously, it will cause massive environmental
degradation. The purpose of this research is to analyze the management of solid medical
waste (Sorting and Container, Transportation, Storage and Processing) and develop a
solid medical waste management strategy at HAMBA Hospital in Batanghari Regency
according to Minister of Environment and Forestry Regulation P.56/Menlhk-
Setjen/2015. The process of sorting and container has been separated directly from the
waste producer, transportation and storage are transported by special officers (Cleaning
Service) and stored in the temporary storage area (TPS) of B3 waste. Processing using its
own incinerator which already has a permit. The strategy for managing solid medical
waste at HAMBA Hospital in Batanghari Regency with a SWOT analysis, namely,
establishing cooperation with other hospitals and health centers, providing education and
training budgets for management officers and operators to obtain B3 waste management
competency certification.

Keywords : Hospital, Solid Medical Waste, SWOT

xvii
RINGKASAN

Nama Mahasiswa : NASRUL


Program Studi : Ilmu Lingkungan
Judul Tesis : Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD HAMBA)
Kabupaten Batanghari

Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara


keseluruhan yang terorganisasi dalam memberikan pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil
samping berupa limbah, baik limbah padat, cair dan gas yang mengandung patogen, zat
kimia serta alat kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun.
Penanganan limbah harus segera dibenahi demi menjamin kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja maupun orang lain yang berada dilingkungan rumah sakit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk manganalisis pengelolaan limbah medis padat
(Pemilahan dan Pewadahan, Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pengolahan) dan
menyusun strategi pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari sesuai dengan Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan limbah medis padat RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari sesuai dengan Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015
yaitu proses pemilahan, pewadahan, pengangkutan, pengolahan limbah medis padat di
RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari.
Strategi yang dapat digunakan yaitu menjadikan Permen LHK P.56/Menlhk-
Setjen/2015 sebagai dasar pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari. Menyedikan anggaran pendidikan dan pelatihan petugas
pengelola dan operator untuk mendapatkan setifikasi kompetensi pengelolaan limbah B3,
menyediakan dana untuk perbaikan sarana dan prasarana pengelolaan limbah medis
padat dan penambahan tengan atau SDM pengelola limbah di rumah sakit.

xviii
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan yang terorganisasi dalam memberikan pelayanan promotif (pembinaan
kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan), baik yang bersifat dasar, spesialistik, maupun
subspesialistik. Selain itu Rumah Sakit juga berfungsi sebagai tempat pendidikan
tenaga kesehatan dan tempat penelitian. Sebagai institusi pelayanan kesehatan
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik, dan nonmedik, Rumah Sakit menggunakan teknologi yang dapat
memengaruhi lingkungan disekitarnya (Adisasmito, 2007).
Rumah sakit yang sehat ditentukan melalui pencapaian standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang merupakan spesifikasi
teknis atau nilai yang dilakukan pada sarana lingkungan dan berdampak langsung
terhadap kesehatan masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit (Permenkes,
2019).
Berdasarkan PP No. 18 tahun 1999, limbah adalah sisa suatu kegiatan atau
usaha. Dalam pengertian lain tentang limbah merupakan buangan yang dihasilkan
dari aktivitas-aktivitas produksi, baik itu domestik atau pun non-domestic. Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia limbah merupakan benda yang tidak bernilai dan
tidak berharga, serta dapat juga diartikan sisa hasil buangan yang banyak dijumpai
pada kegiatan rumah tangga. Sedangkan limbah adalah sisa hasil buangan dari
kegiatan industri.
Limbah padat layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan
non medis. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang berbentuk padat, cair
dan gas yang berasal dari kegiatan medis maupun nonmedis. Limbah rumah sakit
terdiri dari limbah umum dan limbah berbahaya. Limbah berbahaya rumah sakit
dapat mengakibatkan penyakit atau cidera, yang berasal dari limbah yang
mengandung agen infeksius; mempunyai sifat genotoksik; beracun; bersifat
radioaktif; dan mengandung benda tajam. Semua orang yang berada di lingkungan

Univesitas Jambi
rumah sakit dapat menjadi orang yang beresiko, antara lain: dokter, perawat, bidan,
pegawai rumah sakit, pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan
masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan rumah sakit (Pruss, 2005).
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah kegiatan
pencegahan penurunan kualitas media lingkungan. Upaya peningkatan kualitas
media lingkungan di dalam lingkungan rumah sakit melalui penanganan secara
lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multidisiplin (Susilawati.2021).
Faktor kesehatan lingkungan diperkirakan juga memiliki andil dalam
timbulnya kejadian infeksi nosokomial. Personil atau petugas yang menangani
limbah ada kemungkinan tertular penyakit melalui limbah rumah sakit karena
kurangnya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalam limbahnya, maka limbah
medis harus dikelola secara saniter mulai dari tahap pemilahan, pengumpulan,
penampungan, pengangkutan dan pembuangan akhir (pemusnahan). Kesalahan
dalam penanganannya akan dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan
kesehatan baik pasien, petugas, maupun pengunjung (Depkes RI, 2004).
Limbah medis di Indonesia tergolong kedalam limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) yang pengelolaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan prinsip kewaspadaan
dan menggunakan metode pengelolaan limbah yang aman dan ramah lingkungan.
Dibutuhkan perlakuan dan fasilitas khusus sejak limbah itu dihasilkan (from
cradle) hingga dimusnahkan (to grave).
Limbah B3 yang dihasilkan fasyankes kurang lebih sebesar 10 – 20%,
sedangkan 75 – 90% sisanya merupakan Limbah non-B3 atau domestik. Meskipun
Limbah B3 yang dihasilkan lebih sedikit dari Limbah non B3, Limbah B3 dapat
memicu risiko terhadap kesehatan yang lebih besar apabila tidak dikelola sesuai
standar (Rachmawati dkk, 2018).
Apabila peningkatan limbah medis ini tidak ditanggulangi dan dikelola
dengan serius maka akan menyebabkan degradasi lingkungan yang masif di
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengelola limbah B3 maupun non B3
yang diakibatkan oleh adanya pandemi COVID-19 sesuai prosedur sehingga tidak

Univesitas Jambi
menimbulkan degradasi lingkungan, seperti pengelolaan limbah medis terutama
jenis B3 dengan prosedur Autoclave tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum,
gelombang mikro, iradiasi frekuensi radio dan insinerator (Prasetiawan, 2020).
Limbah medis padat rumah sakit dapat mencemari lingkungan dan
menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan limbah medis padat Rumah
Sakit adalah limbah infeksius yang mengandung berbagai mikroorganisme
pathogen, bahan kimia beracun dan bendabenda tajam yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan cidera. Partikel-partikel debu dalam limbah dapat
menimbulkan pencemaran udara yang akan menimbulkan penyakit dan
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan (Fattah, dkk. 2007).
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017), disebutkan bahwa jumlah
rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.090, dengan 121.996 tempat tidur. Hasil
kajian terhadap 100 rumah sakit di Pulau Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-
rata produksi limbah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh
menunjukkan produksi limbah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar
76,8 kg dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2 %. Diperkirakan secara Nasional
produksi limbah padat rumah sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air
limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Jumlah limbah medis padat yang timbul
betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan
menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Kemenkes 2017).
Hasil studi pengolahan limbah rumah sakit di Indonesia menunjukkan
hanya 53,4% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair dan dari
rumah sakit yang mengelola limbah tersebut 51,1% melakukan dengan instalasi
IPAL dan septic tank, dan sisanya hanya menggunakan septic tank. Untuk
pengelolaan limbah padat, sebagian besar ternyata telah melakukan pemisahan
antara limbah medis dan non-medis (80,7%), tetapi dalam masalah pewadahan
sekitar 20,5% yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan lambang
yang berbeda. Sementara itu, teknologi pemusnahan dan pembuangan akhir yang
dipakai, untuk limbah infeksius 62,5% dibakar dengan insinerator, 14,8% dengan
cara landfill, dan 22,7% dengan cara lain, untuk limbah toksik 51,1% dibakar
dengan insinerator, 15,9% dengan cara landfill dan 33,0% dengan cara lain, untuk
limbah radioaktif hanya 37,1% menyerahkan limbah radioaktif ke BATAN,

Univesitas Jambi
sisanya dengan menggunakan silo dan cara lainnya, sedangkan untuk limbah
domestik sebanyak 98,8%, rumah sakit melakukan pengelolaan limbah domestik
dengan cara landfill melalui kerja sama dengan dinas kebersihan setempat atau
dengan dibakar sendiri (Irawan. B. 2022)
Pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan, masih terdapat
beberapa kendala antara lain terbatasnya perusahaan pengolah limbah B3 yang
sudah mempunyai izin, yaitu baru terdapat 12 perusahaan yang berada di Pulau
Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Jumlah perusahaan tersebut sangat kurang jika
dibandingkan dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti
jumlah rumah sakit sebanyak 2.893 rumah sakit dan 9.993 Puskesmas serta
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Sementara itu timbunan limbah yang
dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit dan
Puskesmas sebesar 296,86 ton/hari, namun di sisi lain kapasitas pengolahan yang
dimiliki oleh pihak ketiga baru sebesar 151,6 ton/hari (Permenkes, 2020).
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021 menyebutkan bahwa total fasilitas
pelayanan kesehatan (Fasyankes) yang menyelenggarakan pengelolaan limbah
medis sesuai standar pada tahun 2021 yaitu 26,7% atau 3.421 fasyankes dari total
12.831 fasyankes, hal ini memperlihatkan terjadinya peningkatan dari tahun 2020
yang berjumlah 18,9% atau 2.431 fasyankes dari total 12.831 fasyankes.
Sedangkan di Provinsi Jambi hanya terdapat 13,2% atau 31 fasyankes yang
menyelenggarakan pengelolaan limbah medis sesuai standar pada tahun 2021 dari
total 235 fasyankes, jumlah tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari tahun
2020 yang berjumlah 4 fasyankes (Kemenkes, 2021).
Bedasarkan hasil penelitian pengelolaan limbah padat medis di rumah Sakit
telah melakukan proses pemilahan dan pewadahan terhadap limbah padat medis
dengan cara memisahkan limbah padat medis berdasarkan jenis dan karakteristik
limbah medis padat, fasilitas penyimpanan sementara untuk menyimpan limbah
padat medis sebelum di lakukan pembakaran dan hanya di letakan di luar ruang
pembakaran incinerator dan pembakaran limbah padat medis sudah memenuhi
syarat karena sudah memiliki ruang insinerator sendiri dan sudah memiliki izin
pengoperasian (Mulya, dkk. 2022).

Univesitas Jambi
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi pada tahun 2021, di Provinsi
Jambi terdapat 34 rumah sakit yang menghasilkan limbah medis padat, jumlah
limbah medis padat yang dihasilkan sebanyak 437,759.28 kg. Dalam sepuluh
rumah sakit terbanyak penghasil limbah medis padat yang pertama adalah RSUD
Abunjani Bangko yaitu sebanyak 47,331.87 kg atau 10,81 % Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUD HAMBA) Kabupaten Batanghari
berada pada urutan sembilan sebanyak 18,939.5 kg atau 4,33 % (Dinkes Provinsi
Jambi 2021).
Kabupaten Batanghari secara administratif terbagi menjadi 8 kecamatan
yang terdiri dari 124 desa / kelurahan termasuk unit pemukiman transmigrasi. Luas
Wilayah Kabupaten Batanghari adalah 804.83 Km2 atau sekitar 8,85 % dari luas
Provinsi Jambi. Secara Geografis, batas-batas wilayah Kabupaten Batanghari di
sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Muaro Jambi,
sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun serta disebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi (Dinkes Batanghari 2021).
Kabupaten Batanghari memiliki dua rumah sakit yaitu RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari merupakan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Batanghari
Type C dengan penilaian akreditasi paripurna dengan kapasitas 136 tempat tidur
dan Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari adalah rumah sakit swasta dengan
Type C dengan penilaian akreditasi perdana dengan kapasitas 105 tempat tidur.
Kementerian Kesehatan Tahun 2022 menyatakan bahwa indikator standar
pelayanan rumah sakit di pantau adalah nilai Bed Occupancy Rate (BOR). BOR
RSUD HAMBA berkisar 64,29% yang artinya pemanfaatan tempat tidur dalam
satu tahun sudah sesuai standar dengan rata-rata BOR 60-85% sedangkan untuk
rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien Lenght of stay (LOS) tahun 2022(3)
(Sistim Informasi Rumah Sakit /SIRS,2021).
Pada tahun 2022 limbah padat yang dihasilkan oleh RSUD HAMBA
sebanyak 115,781 Kg yang terdiri dari limbah padat infeksius sebanyak 14,425 kg
dan non infeksius sebanyak 101,356 kg. Limbah medis padat tesebut di hasilkan
dari ruangan pelayanan kesehatan yang paling tinggi adalah runagan OK yaitu
sebanyak 3,041 kg atau berkisar 21,08 %. Pengelolan limbah medis padat dengan

Univesitas Jambi
menggunakan insenerator yang di bakar setiap hari. Limbah cair yang dihasilkan
pada tahun 2022 sebanyak 1,453 M3 yang dilihat dari outlet. Pengelolaan limbah
cair dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), hasil
pengelolaan IPAL tersebut dilakukan pemeriksaan setiap bulan pada lembaga yang
sudah terakreditasi dan semua hasilnya masih di bawah ambang batas yang telah di
tetapkan (RSUD HAMBA 2022).
Berdasarkan suvey awal yang dilakukan di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari diketahui untuk pengelolaan limbah medis padat mulai dari proses
pemilahan dan pewadahan sudah dipisahkan langsung dari penghasil limbah oleh
petugas yang berjaga. Proses pemilahan sudah menggunakan tong yang berbeda
dan dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda. Pengangkutan dan penyimpanan
limbah medis padat diangkut oleh petugas khusus (Cleaning Service) yang
mengambil langsung dari ruangan penghasil limbah. Diangkut dengan
menggunakan tong sampah tertutup. Tempat penyimpanan limbah medis padat
disimpan di tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3. Pengolahan limbah
medis padat rumah sakit menggunakan insinerator sendiri yang telah memiliki izin
dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan hasil pembakaran dari
insinerator bekerja sama dengan pihak ketiga.
Hal lain yang ditemui limbah infeksius dan limbah tajam dikumpulkan
disuatu tempat diruang insinerator sebelum dilakukan pembakaran. Proses
pembakaran dengan insinerator dilakukan setiap hari antara pukul 14.00 WIB
samapai selesai. Namun belum diketahui secara teknis penggunaannya apakah telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.56/Menlhk-
Setjen/2015. Petugas pengelola dan operator dalam pengelolaan limbah medis
padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari belum memiliki setifikat
kompetesi pengelolaan limbah B3.
Dari informasi yang di dapat dilapangan belum pernah dilakukan
penelitian terhadap pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari.
Proses pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari mulai dari pemilahan dan pewadahan, pengangkutan, penyimpanan, dan
pengolahan apakah sudah sesuai atau tidak dengan Peraturan Menteri Lingkungan

Univesitas Jambi
Hidup dan Kehutanan P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang tata cara dan persyaratan
teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk meneliti dan
menganalisis pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabuapten
Batanghari dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan dan strategi
yang tepat dalam sistem pengelolaan limbah medis padat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latarbelakang yang dikemukakan diatas, berikut adalah rumusan
masalah yang dikemukakan sebagai berikut :
a. Apakah pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari sesuai dengan Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015
b. Bagaimana strategi pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari yang sesuai dengan Permen LHK P.56/Menlhk-
Setjen/2015.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini adalah untuk manganalisis pengelolaan limbah medis padat yang
bertujuan :
a. Menganalisis apakah pengelolaan limbah medis padat (Pemilahan dan
Pewadahan, Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pengolahan) di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari sesuai dengan Permen LHK P.56/Menlhk-
Setjen/2015
b. Menyusun strategi pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari sesuai dengan Permen LHK P.56/Menlhk-
Setjen/2015.

Univesitas Jambi
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini sebagaimana tertuang dalam tujuan penelitian
diharapkan akan bermanfaat antara lain :
a. Memberikan konstribusi untuk kepentingan ilmu pengetahuan sebagai
referensi dalam rangka mengkaji pengelolaan limbah padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari.
b. Memberikan bahan pertimbangan dan masukan bagi RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari dalam menentukan strategi pengelolaan limbah
medis padat sebagai pengelola dan pengambil kebijakan
c. Membantu memberikan sumbangan pemikiran praktis bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten Batanghari sebagai instansi yang melakukan
pengawasan sanitasi lingkungan.
d. Manfaat bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai data dasar dalam
penelitian berkaitan dengan pengelolaan limbah medis padat.

Univesitas Jambi
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), Rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit
berdasarkan kemampuan pelayanan, fasilitas kesehatan, sarana penunjang, dan
sumber daya manusia (PP Nomor 47 Tahun 202I).
Menurut Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2020 Rumah Sakit dapat berbentuk
dan di klasifikasinn menjadi :
1. Bentuk Rumah Sakit:
a. Rumah sakit statis,
Rumah sakit statis merupakan rumah sakit yang didirikan di suatu lokasi dan
bersifat permanen untuk jangka waktu lama dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.
b. Rumah sakit bergerak,
Rumah sakit bergerak merupakan rumah sakit yang siap guna dan bersifat
sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari satu lokasi
ke lokasi lain. Rumah sakit bergerak dapat berbentuk bus, pesawat, kapal laut,
karavan, gerbong kereta api, atau kontainer. Rumah sakit bergerak difungsikan
pada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah yang tidak mempunyai
rumah sakit, dan/atau kondisi bencana dan situasi darurat lainnya.
c. Rumah sakit lapangan
Rumah sakit lapangan merupakan rumah sakit yang didirikan di lokasi tertentu
dan bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa tanggap darurat

1
Univesitas Jambi
bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu. Rumah Sakit lapangan
dapat berbentuk tenda, kontainer, atau bangunan permanen yang difungsikan
sementara sebagai rumah sakit.
2. Klasifikasi Rumah Sakit
a. Rumah sakit umum kelas A
Rumah sakit umum kelas A merupakan rumah sakit umum yang memiliki
jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
b. Rumah sakit umum kelas B
Rumah sakit umum kelas B merupakan rumah sakit umum yang memiliki
jumlah tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) buah
c. Rumah sakit umum kelas C
Rumah sakit umum kelas C merupakan rumah sakit umum yang memiliki
jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
d. Rumah sakit umum kelas D
Rumah sakit umum kelas D merupakan rumah sakit umum yang memiliki
jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah.

2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan (Depkes, 2002).
Fungsi rumah sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 adalah :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Univesitas Jambi
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahun bidang kesehatan.
Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2020 dalam menyelenggarakan fungsinya,
maka rumah sakit umum menyelenggarakan kegiatan:
a. Pelayanan medik dan penunjang medik
 Pelayanan medik umum;
 Pelayanan medik spesialis; dan
 Pelayanan medik subspesialis.
b. Pelayanan kegawatdaruratan dan kebidanan
 Asuhan keperawatan generalis dan/atau
 Asuhan keperawatan spesialis, dan
 Asuhan kebidanan.
c. Pelayanan nonmedik
 Pelayanan farmasi,
 Pelayanan laundry/binatu,
 Pengolahan makanan/gizi,
 Pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan,
 Informasi dan komunikasi,
 Pemulasaran jenazah, dan
 Pelayanan nonmedik lainnya

2.3. Limbah Medis


Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan
gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Banyak sekali limbah
yang dihasilkan oleh rumah sakit. Sebagian besar dapat membahayakan siapa saja
yang kontak dengannya, karena itu perlu prosedur tertentu dalam pembuangannya
(Depkes RI. 2002).
Pada hasil penelitian Rachmawati, 2018 bahwa timbulan limbah medis
Rumah Sakit dapat membahayakan lingkungan sekitar karena adanya risiko infeksi

Univesitas Jambi
mikrobiologi dan virus. Rumah sakit yang telah melakukan pengelolaan limbah
medis padat dengan tepat dan sesuai masih sangat sedikit, sehingga memperbesar
risiko gangguan kesehatan baik bagi pasien, petugas dan masyarakat yang berada
di sekitar lingkungan rumah sakit.
Sementara hasil penelitian Kasumayanti. E. 2017 menjelaskan bahwa
limbah medis padat di rumah sakit salah satunya dapat menjadi salah satu faktor
terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Petugas kesehatan merupakan adalah
yang rentan terhadap terpajan infeksi nosokomial terutama dari resiko pengelolaan
limbah medis padat dalam hal ini cleaning service.

2.4. Jenis – Jenis Limbah


Undang-Undang RI No. 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah
dijelaskan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses
alam yang berbentuk padat. Sampah atau limbah perlu untuk dikelola. Pengolahan
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Menurut Depkes RI tahun 2006 tentang pedoman penatalaksanaan
pengelolaan limbah padat dan cair limbah rumah sakit, menjelaskan bahwa limbah
rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah
sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah medis klinis dan non klinis
baik itu limbah padat maupun limbah cair.

2.5. Limbah medis padat


Limbah B3 medis padat adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan yang
tidak digunakan kembali yang berpotensi terkontaminasi oleh zat yang bersifat
infeksius atau kontak dengan pasien dan/atau petugas di Fasyankes yang
menangani pasien Covid-19, meliputi: masker bekas, sarung tangan bekas, perban
bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan
minuman, alat suntik bekas, set infus bekas, Alat pelindung diri bekas, sisa
makanan pasien dan lain-lain, berasal dari kegiatan pelayanan di UGD, ruang
isolasi, ruang ICU, ruang perawatan, dan ruang pelayanan lainnya. Sesuai dengan
edaran pemerintah (Kepmenkes,2019).

Univesitas Jambi
Penggolongan kategori limbah medis padat dapat diklasifikasikan
berdasarkan potensi bahaya yang tergantung di dalamnya, serta volume dan sifat
persistensinya yang menimbulkan masalah.
1. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif. Limbah benda tajam mempunyai
potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cidera karena
mengandung bahan kimia beracun atau radio aktif. potensi untuk menularkan
penyakit akan sangat besar bila benda tajam tadi digunakan untuk pengobatan
pasien infeksi atau penyakit infeksi.
2. Limbah infeksius, memiliki pengertian sebagai limbah yang berkaitan dengan
pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan
limbah laboratorium. Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif).
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan mikrobiologi dari Rumah
Sakit atau ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa
institusi memasukkan juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi
atau yang diduga terkontaminasi oleh organisme pathogen ke dalam
kelompok limbah infeksius.
3. Limbah patologi (jaringan tubuh) adalah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau autopsi.
4. Limbah sitotoksis adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksis selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksis dan harus dimusnahkan melalui insenerator pada
suhu lebih dari 1.000ºC. Tempat pengumpul sampah sitotoksis setelah
dikosongkan lalu dibersihkan dan didesinfeksi.

Univesitas Jambi
5. Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan
dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
6. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
Pembuangan limbah kimia ke dalam saluran air kotor dapat menimbulkan
korosi. Sementara bahan kimia lainnya dapat menimbulkan ledakan. Limbah
kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang bersama-sama dengan limbah
umum.
7. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat
berasal dari antara lain :
a. Tindakan kedokteran nuklir, radio immunoassay dan bacterilogis dapat
berbentuk cair, padat atau gas.
b. Penanganan, penyimpanan dan pembuangan bahan radioaktif harus
memenuhi peraturan yang berlaku.
Setelah dihasilkan dan penyimpanan merupakan prioritas akhir bila limbah
benar-benar tidak dapat langsung diolah. faktor penting dalam penyimpanan
melengkapi tempat penyimpanan dengan cover atau penutup, menjaga agar areal
penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis, membatasi
akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki area serta, lebeling dan
pemilihan tempat penyimpanan yang tepat dalam strategi. (Adisasmito, 2009)

2.6. Limbah Medis Cair


Limbah cair rumah sakit umumnya mengandung senyawa polutan organik
yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis,
baik yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis.
Sementara itu, untuk limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak
mengandung logam berat dan bila dialirkan ke dalam pengolahan secara biologis
akan menganggu proses pengelolaan. Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung

Univesitas Jambi
kemudian diolah secara kimia-fisika baru dialirkan bersama-sama dengan limbah
cairan lainnya dan diolah dengan pengelolaan biologis. Pengelolaan air limbah
dapat menggunakan teknologi pengelolaan secara biologis atau gabungan antara
proses biologis dengan proses kimia fisika. Proses secara biologis dapat dilakukan
secara aerobik (dengan udara) dan anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi antara
aerobik dan anaerobik. Proses biologis biasanya digunakan untuk pengelolaan air
limbah dengan BOD yang tidak terlalu besar (Aini, S. 2021)..
Pengelolaan limbah secara aerobik dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
rosesbiologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), biologis dengan
biakan melekat (attached culture) dan proses pengelolaan dengan sistem lagoon
atau kolam. Salah satu contoh proses pengelolaan menggunakan sistem lagoon
adalah dengan kolam aerasi kolam atau kolam stabilisasi (stabilization pond).
Contoh proses pengelolaan limbah cair proses biologis dengan biakan tersuspensi
yaitu proses lumpur aktif standar/konversional (standart activated sludge), step
aeration, oxidation, ditch (kolam oksidasi sistem parit). Untuk proses biologis
dengan biakan melekat dapat dilakukan dengan trickling filter atau 17 biofilter,
Rotating Biological Contactor (RBC), Contactor Aeration (CA). Teknologi
pengelolaan limbah cair yang sering digunakan di rumah sakit yaitu proses lumpur
aktif (activated sludge process), reaktor putar biologis (rotating biological
contactor/RBC), proses aerasi kontak (contact aeration process), proses pengolahan
dengan biofilter “Up Flow” dan pengelolaan dengan sistem biofilter anerobik-
aerobik (Aini, S. 2021)..

2.7. Dampak dan Efek Limbah


Limbah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit secara langsung maupun
tidak langsung dapat memberikan dampak dan efek bagi pengunjung maupun
petugas kesehatan. Dampak dari pengelolaan limbah ini juga terdiri dari dampak
positif dan dampak negatif yang dapat memberikan efek sebagai berikut :
1. Dampak Positif Pengelolaan Limbah Medis
a. Pengaruh baik dari pengelolaan limbah rumah sakit akan memberikan
dampak postif terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan dan rumah sakit
itu sendiri.

Univesitas Jambi
b. Meningkatkan pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi, juga
meningkatkan pengawasan pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit
sekaligus akan dapat mencegah penyebaran penyakit (infeksi nosokomial)
c. Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan
menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung rumah
sakit tersebut.
d. Keadaan lingkungan yang bersih juga mencerminkan keberadaan sosial
budaya masyarakat disekitar rumah sakit.
e. Dengan adanya pengelolaan limbah yang baik maka akan berkurang juga
tempat berkembang biaknya serangga dan tikus sehingga populasi
kepadatan vektor sebagai mata rantai penularan penyakit dapat dikurangi.
(Zuhriyani:2019)
2. Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Medis.
Kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit disamping
memberikan kesembuhan atau peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga
menghasilkan sejumlah hasil sampingan. Hasil sampingan tersebut berupa cairan,
dan gas yang banyak mengandung kuman phatogen, zat kimia, yang beracun,zat
radioaktif dan zat lain. Apabila pengelolaan bahan buangan tidak dilaksanakan
dengan baik secara sanitasi, maka akan menyebabkan gangguan terhadap kelompok
masyarakat disekitar rumah sakit serta lingkungan didalam dan di luar rumah sakit.
Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit
memasuki media lingkungan melalui air, (air kotor dan air minum), udara,
makanan, alat atau benda, serangga, tenaga kesehatan, dan media lainnya. Melalui
media ini agen penyakit tersebut akan dapat ditularkan kepada kelompok
masyarakat. Rumah sakit yang rentan, misalnya penderita yang dirawat, atau yang
berobat jalan, karyawan rumah sakit, pengunjung, atau pengantar orang sakit, serta
masyarakat di sekitar rumah sakit. Oleh karena itu, pengawasan terhadap mutu
media lingkungan ini terhadap kemungkinan akan adanya kontaminasi oleh agen
penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit,
hendaknya dipantau dengan cermat sehingga media tersebut bebas dari
kontaminasi. Dengan demikian, kelompok masyarakat di rumah sakit terhindar dari

Univesitas Jambi
kemungkinan untuk mendapatkan gangguan atau penyakit akibat buangan agen dari
masyarakat tersebut (Zuhriyani, 2019).

2.8. Pengelolaan Limbah Medis Padat


Dalam pengelolaan limbah betul-betul memperhatikan dari dari segala
aspek misalnya dari segi kesehatan khususnya lingkungan sekitar, fasilitas yang di
gunakan, tenaga kesehatan yang bertugas dalam hal ini serta meminimalisir resiko
terjadinya penyebaran penyakit dan kecelakaan kerja. Pada umumnya pengelolaan
limbah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antara
fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari pemilahan, pewadahan,
pengangkutan, tempat penampungan sementara dan pemusnahan (Yahar, 2011).
Proses pemilihan antara limbah medis padat yang tidak benar oleh petugas
perawat dapat berakibat pada kecelakaan kerja petugas cleaning service yang akan
melakukan pengangkutan dan pengumpulan limbah medis padat, karena limbah
medis padat yang tercampur antara limbah infeksius maupun limbah benda tajam
dan limbah lainnya dapat menimbulkan tertusuknya atau terpaparnya limbah medis
infeksius terhadap petugas cleaning service (Lestari dkk 2020).

2.9. Pengelolaan limbah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


dan Kehutanan Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang tata cara dan
persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
dari fasilitas pelayanan Kesehatan.
Pengelolaan limbah B3 berdasarkan PERMEN LHK Nomor :
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem
pengelolaan limbah terdiri dari :
1. Pengurangan dan pemilahan limbah B3
Proses pengurangan limbah rumah sakit dipusatkan terhadap eliminasi atau
pengurangan alur limbah medis (waste stream). Hal dapat dilakukan melalui
Langkah berikut :
a. Pengurangan pada sumber
Pengurangan pada sumber dengan melakukan penataan prosedur kerja
penanganan medis yang baik

Univesitas Jambi
b. Penggunaan kembali (reuse)
Dalam pemilihan produk, pemilihan untuk produk yang dapat dipakai
berulang-ulang sesuai fungsinya sangat disarankan.
c. Daur ulang ( recycling)
Daur ulang merupakan upaya pemanfaatan kemblai komponen yang
bermanfaat melalui proses tambahan secara kimia, fisika, dan/atau biologi yang
menghasilkan produk yang sama ataupun produk yang berbeda. ( kecuali
limbah terkontaminasi zat radioaktif)
d. Pemilahan
Pemilahan merupakan tahapan yang penting dalam pengelolaan limbah. Secara
umum pemilahan adalah proses pemisahan limbah dari sumbernya.
Berdasarkan Permenlhk Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang tata
cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
fasilitas pelayanan kesehatan, pemilahan yaitu pemisahan limbah bedasarkan jenis,
kelompok, dan karakteristik limbah tersebut. Pemilahan merupakan tahapan
penting dalam pengelolaan limbah.
Beberapa alasan penting untuk dilakukan pemilahan antara lain:
1) Pemilahan akan mengurangi jumlah limbah yang harus dikelola.
2) Pemilahan akan mengurangi limbah karena akan menghasilkan alur limbah
padat (solid waste stream) yang mudah, aman, efektif biaya untuk daur ulang,
pengomposan, atau pengelolaan selanjutnya.
3) Pemilahan akan mengurangi jumlah limbah medis yang terbuang bersama
limbah non medis ke media lingkungan.
4) Pemilahan akan memudahkan untuk dilakukannya penilaian terhadap jumlah
dan komposisi berbagai alur limbah (waste stream) sehingga memungkinkan
fasilitas pelayanan kesehatan memiliki basis data, mengidentifikasi dan
memilih upaya pengelolaan limbah sesuai biaya, dan melakukan penilaian
terhadap efektifitas strategi pengurangan limbah. Pemilahan pada sumber
(penghasil) limbah merupakan tanggung jawab penghasil limbah.
Pemilahan limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain :
a) Memisahkan limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik
limbah B3

10

Univesitas Jambi
b) Mewadahi limbah B3 sesuai kelompok limbah B3
Pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber limbah dan
harus tetap dilakukan selama penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan.
Untuk efisiensi pemilahan limbah dan mengurangi penggunaan kemasan yang
tidak sesuai, penempatan dan pelabelan pada kemasan harus dilakukan secara
tepat. Penempatan kemasan secara bersisian untuk limbah noninfeksius dan limbah
infeksius akan menghasilkan pemilahan limbah yang lebih baik. Berdasarkan
Permen LHK Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan
teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan menjelaskan bahwa pemilahan limbah medis wajib dilakukan sesuai
dengan kelompok limbah seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Kelompok, kode warna, symbol, wadah/kemasan dan pengelolaan limbah medis.
Kode
No Kelompok Limbah Simbol Kemasan Pilih Pengelolaan
Warna
1. Limbah infeksius Kuning Kantong Desinfeksi (kimiawi)/
meliputi : limbah padat, plastik kuat autoklaf/ gelombang
limbah mikrobiologi & dan anti mikro dan
bioteknologi, limbah bocor, atau penghancuranpencaca
pakaian kotor dan kontainer ha
limbah patologis
2. Limbah benda tajam Kuning Kontainer Desinfeksi (kimiawi)
menimbulkan luka, baik plastik kuat autoklaf/ gelombang
yang telah digunakan dan anti mikro dan
atau belum bocor penghancuran/
pencacaha

3. Limbah bahan kimia Coklat Kantong Pengolahan kimiawi


kedaluwarsa, farmasi plastik atau dan dibuang ke
dan Limbah dengan kontainer saluran untuk limbah
kandungan logam berat cair dan ditimbun di
yang tinggi fasilitas penimbusan
akhir (landfill) untuk
limbah padat.
4. Limbah radioaktif Merah Kantong Dilakukan
boks timbal pengelolaan sesuai
(Pb) peraturan perundang-
dengan undangan di bidang
simbol ketenaga nukliran
radioaktif

11

Univesitas Jambi
Kode
No Kelompok Limbah Simbol Kemasan Pilih Pengelolaan
Warna
5. Limbah sitotoksik Ungu Kantong Insinerasi/ destruksi
plastik atau dan obat-obatan
kontainer ditimbun di fasilitas
plastik kuat penimbusan akhir
dan anti (landfill).
bocor

Tempat penampungan limbah medis minimal harus memenuhi syarat


sebagai berikut :
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2) Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah medi dan non medis
3) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila ¾ bagian telah
terisi limbah
4) Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman
5) Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfeksi
apabila akan digunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah
dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan
lagi (Permen LHK, 2015).
2. Penyimpanan limbah B3
Setelah pengumpulan dari sumber penghasil limbah kemudian di tempatkan
pada tempat penampungan sementara. Berdasarkan Permenlhk Nomor :
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tempat penyimpanan limbah B3 harus memiliki :
1) Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem
drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi.
2) Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.
3) Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
4) Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan
5) Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau mengangkut
limbah.

12

Univesitas Jambi
6) Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja.
7) Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan burung.
8) Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai.
9) Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan.
10) Peralatan pembersihan, pakaian pelindung, dan wadah atau kantong limbah
harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi fasilitas penyimpanan.
11) Dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam
keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai setiap hari.
Penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan
oleh Penghasil limbah B3 sebaiknya dilakukan pada bangunan terpisah dari
bangunan utama fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam hal tidak tersedia bangunan
terpisah, penyimpanan limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas atau ruangan
khusus yang berada di dalam bangunan fasilitas pelayanan kesehatan, apabila:
1) Kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan pembangunan tempat
penyimpanan secara terpisah dari bangunan utama fasilitas pelayanan
Kesehatan.
2) Akumulasi limbah yang dihasilkan dalam jumlah relaitf kecil
3) Limbah dilakukan yang pengolahan lebih lanjut dalam waktu kurang dari 48
jam sejak limbah dihasilkan.
Limbah infeksius, benda tajam, dan/atau patologis tidak boleh disimpan
lebih dari 2 (dua) hari untuk menghindari pertumbuhan bakteri, putrekasi dan bau.
Apabila disimpan lebih dari dua hari limbah harus dilakukan desinfeksi kimiawi
tau disimpan dalam refrigerator atau pendingin pada suhu 0ºC atau lebih rendah.
Gambar 2.1.
Tempat penyimpanan limbah B3

13

Univesitas Jambi
Limbah B3 harus disimpan dalam kemasan dengan simbol dan label yang
jelas. Terkecuali untuk limbah benda tajam dan limbah cairan, limbah B3 dari
kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan umumnya disimpan dalam kemasan plastik,
wadah yang telah diberi plastik limbah, atau kemasan dengan standar tertentu
seperti antibocor.
Cara yang paling tepat untuk mengidentifikasi limbah sesuai dengan
kategorinya adalah pemilahan limbah sesuai warna kemasan dan label dan
simbolnya.
Prinsip dasar penanganan (handling) limbah medis antara lain:
1) Limbah harus diletakkan dalam wadah atau kantong sesuai kategori limbah.
2) Volume paling tinggi limbah yang dimasukkan ke dalam wadah atau kantong
Limbah adalah 3/4 (tiga per empat) limbah dari volume, sebelum ditutup secara
aman dan dilakukan pengelolaan selanjutnya.
3) Penanganan (handling) limbah harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari tertusuk benda tajam, apabila limbah benda tajam tidak dibuang
dalam wadah atau kantong limbah sesuai kelompok limbah.
4) Pemadatan atau penekanan limbah dalam wadah atau kantong limbah dengan
tangan atau kaki harus dihindari secara mutlak.
5) Penanganan Limbah secara manual harus dihindari. Apabila hal tersebut harus
dilakukan, bagian atas kantong Limbah harus tertutup dan penangannya sejauh
mungkin dari tubuh.
6) Penggunaan wadah atau kantong Limbah ganda harus dilakukan, apabila
wadah atau kantong limbah bocor, robek atau tidak tertutup sempurna.
Gambar 2.3.
Tong untuk limbah infeksius

14

Univesitas Jambi
Gambar 2.4.
Wadah untuk limbah benda tajam

3. Pengangkutan limbah B3
Pengangkutan yang tepat merupakan bagian yang penting dalam
pengelolaan limbah dari kegiatan fasilitas pelayanan Kesehatan. Dalam
pelaksanaannya dan untuk mengurangi risiko terhadap personil pelaksana, maka
diperlukan pelibatan seluruh bagian meliputi : bagian perawatan dan pemeliharaan
fasilitas pengelolaan limbah fasilitas pelayanan kesehatan, bagian house keeping,
maupun kerjasama antar personil pelaksana.
Pengumpulan limbah, yang merupakan bagian dai kegiatan penyimpanan,
yang dilakukan oleh penghasil limbah sebaiknya dilakukan dari ruangan ke
ruangan pada setiap pergantian petugas jaga, atau sesering mungkin. Waktu
pengumpulan untuk setiap kategori limbah harus dimulai pada setiap dimulainya
tugas jaga yang baru.
a) Pengumpulan Setempat ( on-site)
Limbah harus dihindari terakumulasi pada tmepat dihasilkannya. Kantong
limbah harus ditutup atau diikat secara kuat apabila telah teisi ¾ ( tiga per empat)
dari volume maksimalnya.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh personil yang secara langsung
melakukan penanganan limbah antara lain :
1) Limbah yang harus dikumpulkan minimum setiap hari atau sesuai kebutuhan
dan diangkut kelokasi pengumpulan
2) Setiap kantong limbah harus dilengkapi dengan symbol dan label sesuai
kategori limbah, termasuk mengenai sumber limbah

15

Univesitas Jambi
3) Setiap pemindahan kantong atau wadah limbah harus segera diganti dnegan
kantong atau wadah limbah baru yang sama jenisnya
4) Kantong atau wadah limbah baru harus selalu tersedia pada setiap lokasi
dihasilkannya limbah.
5) Pengumpulan limbah radioaktif harus dilakukan sesuai peraturan
perundangundangan dibidang ketenaganuklira
b) Pengangkutan Insitu
Pengangkutan limbah pada lokasi fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menggunakan troli atau wadah beroda. Alat pengangkutan limbah harus memenuhi
spesifikasi :
1) Mudah dilakukan bongkar muat limbah
2) Troli atau wadah yang digunakan tahan goresan limbah benda tajam dan
3) Mudah dibersihkan
Alat pengangkutan limbah insitu harus dibersihkan dan dilakukan
desinfeksi setiap hari menggunakan desinfektan yang tepat seperti senyawa klorin,
formaldehida, fenolik dan asam.
Personil yang melakukan pengangkutan limbah harus dilengkapi dengan
pakaian yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.
Gambar 2.5.
Troli pengumpulan limbah

Pengumpulan dan pengangkutan limbah insitu harus dilakukan secara


efektif dan efisien dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1) Jadwal pengumpulan dapat dilakukan sesuai rute atau zona.
2) Penunjukan personil yang bertanggung jawab untuk setiap zona atau area.

16

Univesitas Jambi
3) Perencanaan rute yang logis, seperti menghindari area yang dilalui banyak
orang atau barang
4) Rute pengumpulan harus dimulai dari area yang paling jauh sampai dengan
yang paling dekat dengan lokasi pengumpulan limbah.
4. Pengelolaan limbah B3
Tujuan pengolahan limbah medis adalah mengubah karakteristik biologis
dan/atau kimia limbah sehingga potensi bahayanya terhadap manusia berkurang
atau tidak ada. Beberapa istilah yang digunakan dalam pengolahan limbah medis
dan menunjukkan tingkat pengolahannya antara lain: dekontaminasi, sterilisasi,
desinfeksi, membuat tidak berbahaya ( render harmless) dan dimatikan (kills).
Istilah-istilah tersebut tidak menunjukkan tingkat efisensi dari suatu proses
pengolahan limbah medis, sehingga untuk mengetahui tingkat efisiensi proses
pengolahan limbah medis ditetapkan berdasarkan tingkat destruksi mikrobial
dalam setiap proses pengolahan limbah medis.
Desinfeksi limbah medis berdasarkan tingkat inaktivasi mikrobial
ditetapkan dalam 4 (empat) tingkat pada tabel berikut:
Tabel 2.2.
Tingkat inaktivasi mikrobial
Tingkat 1 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, dan virus lipofilik sebesar 1 x
106 (satu kali sepuluh pangkat enam) atau lebih besar
Tingkat 2 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, virus lipofilik/hidrofilik,
parasit, dan mikobakteria sebesar 1 x 106 (satu kali sepuluh
pangkat enam) atau lebih besar
Tingkat 3 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, virus lipofilik/hidrofilik,
parasit, dan mikobakteria sebesar 1 x 106 (satu kali sepuluh
pangkat enam) atau lebih besar, dan inaktivasi spora Bacillus
stearothermophilus dan spora Bacillus subtilis sebesar 1 x 104
(satu kali sepuluh pangkat empat) atau lebih besar
Tingkat 4 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, virus lipofilik/hidrofilik,
parasit, mikobakteria, dan spora Bacillus stearothermophilus
sebesar 1 x 106 (satu kali sepuluh pangkat enam) atau lebih besar

Limbah infeksius yang telah dihilangkan karakteristik infeksiusnya dapat


dilakukan pengelolaannya lebih lanjut sebagai limbah non bahan berbahaya dan
beracun.

17

Univesitas Jambi
Dalam melakukan pengolahan limbah B3 menggunakan alat insinerator,
beberapa hal berikut perlu diperhatikan:
1) Dalam pengajuan permohonan izin pengolahan limbah B3 menggunakan
insinerator, beberapa data teknis berikut diperlukan meliputi:
a. Spesifikasi dan informasi insinerator yang meliputi :
1. Nama pabrik pembuat dan nomor model
2. Jenis insinerator
3. Dimensi internal dari unit insinerator termasuk luas penampang zona/ruang
proses pembakaran
4. Kapasitas udara penggerak utama (prime air mover)
5. Uraian mengenai sistem bahan bakar (jenis/umpan)
6. Spesifikasi teknis dan desain dari nozzle dan burner
7. Termperatur dan tekanan operasi di zona/ruang bakar
8. Waktu tinggal limbah dalam zona/ruang pembakaran
9. Kapasitas blower
10. Tinggi dan diameter cerobong
11. Uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan pemantauan
emisi cerobong (stack/chimney)
12. Tempat dan deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan, aliran dan alat-alat
pengontrol yang lain
13. Deskrikpsi sistem pemutus umpan limbah yang bekerja otomatis.
b. Temperatur ruang bakar utama (primary chamber) dan temperatur ruang bakar
kedua (secondary chamber).
c. Ketinggian cerobong.
d. Fasilitas pengambilan contoh uji emisi berupa lobang pengambilan contoh uji
yang memenuhi kaidah dan fasilitas penunjangnya (tangga, platform, dll)
2) Sebelum insinerator dioperasikan secara terus menerus atau kontinu,
diwajibkan melakukan uji coba pembakaran (trial burn test). Uji coba ini harus
mencakup semua peralatan utama dan peralatan penunjang termasuk peralatan
pengendalian pencemaran udara yang dipasang.
3) Pada saat pengoperasian diwajibkan melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengoperasian:

18

Univesitas Jambi
1. Memeriksa insinerator dan peralatan pembantu antara lain pompa,
conveyor, dan pipa secara berkala;
2. Menjaga tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau emisi sesaat;
3. Menggunakan sistem pemutus otomatis pengumpan limbah B3 jika
kondisi pengoperasian tidak memenuhi spesifikasi yang ditatapkan;
4. Memastikan bahwa DRE dari insinerator sama dengan atau lebih besar
dari baku mutu;
5. Mengendalikan peralatan yang berhubungan dengan pembakaran paling
tinggi selama 15-30 (lima belas sampai dengan tiga puluh) menit pada
saat start-up sebelum melakukan operasi pengolahan secara terus
menerus;
6. Pengecekan peralatan penglengkapan insinerator antar alin conveyor
dan pompa harus dilakukan setiap hari kerja.
7. Pengolah hanya boleh membakar limbah sesuai dengan izin yang
dipunyai; dan
8. Residu/abu dari proses pembakaran insinerator harus ditimbun di
fasilitas penimbunan saniter (sanitary landfill), Penimbunan terkontrol
(controlled landfill) dan Penimbusan akhir (landfill) Limbah B3.
b. Pemantauan:
a) Secara terus menerus mengukur dan mencatat.
b) Secara berkala mengukur dan mencatat konsentrasi POHCs, PCDDs,
PCDFs, PICs, dan logam berat dicerobong.
c) Memantau kualitas udara sekeliling dan kondisi meteorologi paling
sedikit 2 (dua) kali dalam sebulan.
c. Pelaporan:
a) Melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang telah dilakukan
selama 3 (tiga) bulan terakhir sejak digunakan dan dilakukan pengujian
kembali setiap 3 (tiga) tahun untuk menjaga nilai minimum DRE;
b) Konsentrasi paling tinggi untuk emisi sebagaimana tercantum dalam
Tabel 2.3. dan nilai paling rendah DRE. Pelaporan data-data diatas
dilakukan setiap 6 (enam) bulan kepada Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.

19

Univesitas Jambi
Tabel 2.3
Baku Mutu Emisi Udara limbah B3
Kadar Paling tinggi
No Parameter
(mg/Nm3)
1 Partikel 50
2 Sulfur dioksida (SO2) 250
3 Nitrogen diokaida (NO2) 300
4 Hidrogen floirida (HF) 10
5 Karbon monoksida (CO) 100
6 Hidrogen klorida (HCl) 70
7 Total hidrokarbon (sebagai CH4) 35
8 Arsen (As) 1
9 Kadmium (Cd) 0,2
10 Kromium (Cr) 1
11 Timbal (Pb) 5
12 Mercuri (Hg) 0,2
13 Talium (Tl) 0,2
14 Opasitas 10%
15 Dioksin dan furan 0,1 ng TEQ/Nm3

5. Penguburan limbah B3
Penguburan limbah B3 dilakukan oleh penghasil limbah B3 terhadap
limbah B3 yang dihasilkannya. Penguburan limbah B3 patologis dilakukan antara
lain sebagai berikut :
a) Menguburkan limbah B3 di fasilitas penguburan limbah B3 yang memenuhi
persyaratan loksi dan persyaratan teknis penguburan limbah B3
b) Mengisi kuburan limbah B3 dengan limbah B3 paling tinggi setengah dari
jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan paling rendah
50 cm sebelum ditutup dengan tanah.
c) Memberikan sekat tanah dengan ketebalan paling rendah 10 cm pada setiap
lapisan limbah B3 yang dikubur
d) Melakukan pencatatan limbah B3 yang dikubur
e) Melakukan perawatan, pengamanan dan pengawasan kuburan limbah B3.
Lokasi dan fasilitas penguburan limbah B3 harus memenuhi persyaratan
teknis antara lain :
a) Bebas Banjir

20

Univesitas Jambi
b) Berjarak paling rendah 20 m dari sumur dan/atau perumahan
c) Kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m
d) Diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan limbah B3
Penguburan limbah B3 harus memperoleh persetujuan penguburan limbah
B3 yang diterbitkan oleh Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
setelah berkoordinasi dengan isntansi yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan.
6. Penimbunan Limbah B3
Hasil dari pengolahan limbah medis berupa abu merupakan tahap akhir dari
pengelolaan limbah medis, biasanya dengan cara penimbunan (landfill). Tujuan
dari penimbunan limbah medis di tempat penimbunan adalah untuk menampung
dan mengisolasi limbah medis yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin
perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dalam jangka panjang.
Selain itu lokasi bekas pengolahan dan penimbunan limbah medis B3 pun harus
ditangani dengan baik untuk mencegah hal-hal yang tidak di inginkan. Tempat atau
lokasi yang diperuntukkan khusus sebagai tempat penimbunan (secure landfill)
limbah medis didesain sesuai dengan persyaratan penimbunan limbah B3. Tempat
penimbunan mempunyai sistem pengumpulan dan pengolahan lindi.

2.10. Pengelolaan Limbah berdasarkan KMK HK 01.07/MENKES/537/2020


tentang Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan Limbah dari Kegiatn Isolasi atau Karantina Mandiri di
Masyarakat dalam Penanganan Covid-19
Pada masa pandemi Covid-19 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mengeluarkan surat Edaran yang ditujukan kepada tim gugus tugas penanganan
Covid-19 nomor : SE.3/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2021 Tentang Pengelolaan
limbah B3 dan sampah dari penanganan corona virus disesase-19 (Covid19). Pada
surat edaran tersebut menjelaskan bahwa sistem pengelolaan limbah pada masa
pandemi Covid-19 berpedoman pada Permen LHK Nomor P.56 Tahun 2015 dan
KMK HK.01.07/MENKES/537/2020 tentang Pedoman pengelolaan limbah medis
fasilitas pelayanan kesehatan dan limbah kegiatan isolasi atau karantina mandiri di
masyarakat dalam penanganan Covid-19.

21

Univesitas Jambi
Langkah-langkah pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
medis padat di fasilitas pelayanan kesehatan penanganan Covid -19
1. Limbah B3 medis dimasukkan ke dalam wadah/bin yang dilapisi kantong
plastik warna kuning yang bersimbol “biohazard”.
2. Hanya limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat dimasukkan ke dalam
kantong plastik limbah B3 medis.
3. Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat
penampungan air limbah yang disediakan atau lubang di wastafel atau WC
yang mengalirkan ke dalam Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL).
4. Setelah ¾ penuh atau paling lama 12 jam, sampah/limbah B3 dikemas dan
diikat rapat dan dilakukan disinfeksi.
5. Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat setiap 24 jam harus diangkut, dicatat
dan disimpan pada Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 atau
tempat yang khusus.
6. Petugas wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.
7. Pengumpulan limbah B3 medis padat ke TPS Limbah B3 dilakukan dengan
menggunakan alat transportasi khusus limbah infeksius dan petugas
menggunakan APD.
8. Berikan simbol Infeksius dan label, serta keterangan “Limbah Sangat Infeksius.
Infeksius Khusus”.
9. Limbah B3 Medis yang telah diikat setiap 12 jam di dalam wadah/bin harus
diangkut dan disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus.
10. Pada TPS limbah B3 kemasan sampah/limbah B3 Covid-19 dilakukan
disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan (sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan) pada plastik sampah yang telah terikat.
11. Setelah selesai digunakan, wadah didisinfeksi dengan disinfektan seperti klorin
0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain.
12. Limbah B3 medis padat yang telah diikat, dilakukan disinfeksi menggunakan
disinfektan berbasis klorin konsentrasi 0,5% bila akan diangkut ke pengolah.
13. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat transportasi khusus limbah
dan petugas menggunakan APD.

22

Univesitas Jambi
14. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD dan segera mandi
dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir.
15. Dalam hal tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka limbah dapat
disimpan dengan menggunakan freezer/cold storage yang dapat diatur suhunya
di bawah 0oC di dalam TPS.
16. Melakukan disinfeksi dengan disinfektan klorin 0,5% pada TPS limbah B3
secara menyeluruh, sekurang-kurangnya sekali dalam sehari.
17. Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan insinerator/ autoklaf/
gelombang mikro. Dalam kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut
dikecualikan untuk memiliki izin.
18. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang menggunakan insinerator, abu/residu
insinerator agar dikemas dalam wadah yang kuat untuk dikirim ke penimbun
berizin. Bila tidak memungkinkan untuk dikirim ke penimbun berizin,
abu/residu insinerator dapat dikubur sesuai konstruksi yang ditetapkan pada
Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015.
19. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang menggunakan autoklaf/gelombang
mikro, residu agar dikemas dalam wadah yang kuat. Residu dapat dikubur
dengan konstruksi yang ditetapkan pada Permen LHK P.56/Menlhk-
Setjen/2015.
20. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki peralatan pengolah
limbah dan tidak ada pihak pengelola limbah B3 dapat langsung melakukan
penguburan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. limbah didisinfeksi
terlebih dahulu dengan disinfektan berbasis klor 0,5%, b. dikubur dengan
konstruksi yang ditetapkan pada Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015.
21. Konstruksi penguburan sesuai Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015.
22. Pengolahan juga dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan yang berizin,
dengan melakukan perjanjian kerjasama pengolahan.
23. Pengolahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 x 24 jam.
24. Timbulan/volume limbah B3 harus tercatat dalam logbook setiap hari.
25. Memiliki manifest limbah B3 yang telah diolah,
26. Melaporkan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait
jumlah limbah B3 medis yang dikelola, melalui Dinas Lingkungan Hidup

23

Univesitas Jambi
Provinsi/Kabupaten/Kota dan ditembuskan Dinas Kesehatan Provinsi/
Kabupaten/Kota.
27. Laporan terkait pengelolaan limbah medis dan limbah spesifik Covid-19 juga
disampaikan ke Kementerian Kesehatan secara online melalui link:
bit.ly/formulirlimbahcovid. Informasi yang dibutuhkan dalam link tersebut
adalah alamat email, nama provinsi/kabupaten/kota, nama fasilitas pelayanan
kesehatan, jumlah timbulan limbah Covid-19 (rata-rata kg/hari), jumlah
timbulan limbah medis (rata-rata kg/hari), pengolahan limbah Covid-19
,limbah medis dan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat (rata-rata pasien/hari).
28. Fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki alat pengolahan limbah dapat
menerima limbah B3 medis dari fasilitas pelayanan kesehatan sekitarnya

2.11. Faktor-faktor yang Mendukung Pengelolaan Limbah Medis Padat di


Rumah Sakit
Limbah medis yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan medis dapat
berupa limbah medis padat, cair dan gas yang dalam penanganannya memerlukan
suatu tatalaksana dan teknologi pengelolaan khusus ( Depkes RI.2006).
Beberapa faktor yang diperhatikan dalam mengelola limbah medis padat
Rumah Sakit antara lain :
a. Kebijakan Rumah Sakit
Dalam mengelola limbah medis padat pihak Rumah Sakit merujuk kepada
beberapa Kebijakan Pemerintah antara lain :
1) Permen LHK P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang persyaratan teknis dan tata
laksana pengelolaan limbah di fasilitas kesehatan
2) KMK HK.01.07/MENKES/537/2020 tentang pedoman pengelolaan limbah
medis fasilitas pelayanan kesehatan dan limbah kegiatan isolasi atau
karantina mandiri di masyarakat dalam penanganan Covid-19.
b. Sumber Daya Manusia
Ketersediaan tenaga yang cukup dan berkompeten sangat diperlukan dalam
mengelola limbah di rumah sakit, hal ini untuk mencegah penularan penyakit dari
limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit.

24

Univesitas Jambi
Tenaga kesehatan lingkungan di rumah sakit bertanggung jawab mengelola
kebersihan dan kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah medis B3, dan
pengelolaan limbah non medis. Sanitarian rumah sakit bertanggung jawab
memantau tenaga cleaning servis.
Pada pengelolaan limbah melalui proses insenerasi memerlukan operator
yang telah mendapatkan pelatihan dalam hal pengelolaan limbah B3 khususnya
limbah medis dan bagaimana pengoperasiannya ( Andhani,2018).
Pentingnya pelatihan pada petugas pengelola limbah bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan petugas dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis
padat guna meningkatkan perlindungan resiko terhadap penularan penyakit baik
pada petugas sendiri maupun lingkungan sekitar.
c. Dana/ Pembiayaan
Pembiayaa/dana sangat mempengaruhi pengelolaan limbah medis di
Rumah Sakit yang fokus terhadap kemampuan untuk memenuhi pembiayaan dalam
pengelolaan limbah medis di rumah sakit.
Dibutuhkan anggaran tersendiri untuk mengelola limbah di rumah sakit
yang bersumber dari dana operasional atau dari sumber lainnya. Biaya tersebut
termasuk biaya operasional, biaya pemeliharaan dan biaya tidak langsung
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana limbah medis meliputi tempat limbah medis dan
non medis, kantong plastik untuk penyimpanan limbah, tempat penampungan
sementara, sapu dan peralatan lainnya. Peralatan untuk pemilahan, pengumpulan
pengangkutan dan pemusnahan yang digunakan adalah tempat sampah berkode,
wadah plastik berwarna, safety box, wheelbi dan TPS. Sarana untuk pengangkutan
menggunakan troley khusus yang beroda sesuai dengan Permen LHK
P.56/Menlhk-Setjen/2015.
e. Pedoman Teknis
Dukungan dalam mengelola limbah membutuhkan dukungan manajerial
dalam hal ini Direktur Rumah Sakit sebagai pihak yang memiliki kebijakan dalam
pengelolaan limbah. Bentuk kebijakan yang dimaksud seperti tersedianya SOP
(Standard Operating Procedure) dan surat keputusan petugas pengelolaan
limbah serta peraturan terkait pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit.

25

Univesitas Jambi
2.12. Analisi SWOT
Manajemen strategis tidak terbatas pada bagaimana mengelola pelaksanaan
kegitan di dalam organisasi, tetapi juga bagaimana mengembangkan sikap baru
berkaitan dengan perubahan eksternal ( Laksono:2005).
Didalam menentukan strategi dalam pengelolaan limbah di rumah sakit
pemimpin perlu melakukan berbagai kegiatan yang menjadi strategi secara
sistematis. Sebelumnya dilakukan analisis pengelolaan limbah medis padat rumah
sakit yang memberi gambaran mengenai peluang dan ancaman. Langkah
selanjutnya adalah merumuskan strategi sesuai dengan kekuatan dan kelemahan
organisasi yang berada pada lingkungan yang mempunyai peluang atau ancaman.
Melaksanakan strategi merupakan bagian dari manajemen strategi.
Pelaksanaan tersebut akan dilakukan bersama dalam sistem pengendalian strategis
untuk menjamin tercapainya tujuan lembaga dalam hal ini sistem pengelolaan
limbah rumah sakit.
Manajemen rumah sakit bukan hanya bekerja untuk masa lampau dan hari ini
saja, tetapi perlu melihat jauh kedepan. Lingkungan rumah sakit baik eksternal
maupun internal terus mengalami perubahan, terutama dipicu oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi sumber daya rumah sakit, baik
sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya teknologi informasi
dan komunikasi, teknologi kedokteran dan sebagainya. Karena itu perlu manajemen
strategi rumah sakit diperlukan untuk memenangkan persaingan dimasa yang akan
datang.
Pada penelitian ini akan digunakan analisis Strenghts Weakness
Opportunity Threats (SWOT) untuk menyusun strategi-strategi pengelolaan
limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari. Alat yang dapat
digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategi adalah SWOT, matriks ini
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
(Kosmanto dkk, 2012).
Strengehs, weakness, oppurtunities, threats disingkat SWOT adalah analisa
faktor strategis saat ini untuk sebuah organisasi bisnis. Rumah sakit sebagai

26

Univesitas Jambi
organisasi amal usaha/bisnis perlu memotret atau menscan lingkungan eksternal
dan lingkungan internal ( Yanto, 2019 ).
Rencana Strategik (Renstra) adalah bagian dari manajemen strategik yang
menempati urutan ke dua setelah analisis lingkungan. Perencanaan strategi sering
disebut dengan formulasi strategi, yaitu perencanaan jangka panjang yang meliputi
menyusun alasan keberadaan rumah sakit (misi), apa hasil yang akan dicapai dan
kapan mencapainya (sasaran), rencana untuk mencapai misi dan sasaran, panduan
yang luas untuk pembuatan keputusan sebelum penrencanaan strategi
diimplementasikan (kebijakan).
Formulasi strategi menurut Wheelen and Hunger (2012) dalam buku
manajemen strategik ( Yanto, 2019 ) adalah membangun rencana jangka panjang
untuk mengelola secara efektif kesempatan dan ancaman dari lingkungan eksternal,
sesuai dengan kekuatan dan kelemahan korporasi (SWOT). Formulasi strategi atau
perencanaan strategi merupakan bagian dari manajemen strategi.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan suatu strategi. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakneses) serta lingkungan eksternal
peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan
faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).

2.13. Penelitian Terdahulu


Sejumlah penelitian yang telah mengkaji tentang pengelolaan limbah
medis padat antara lain :
No Peneliti Judul Metode Hasil
1 Zuhriyani Study pengelolaan Deskriftif Pemilahan belum 100%
limbah bahan Kualitatif berjalan dengan optimal,
berbahaya dan pengumpulan dan
beracun (B3) pengangkutan, untuk
berkelanjutan di pencucian wadah limbah dan
Rumah Sakit Umum troly belum menggunakan
Daerah Raden desinfektan, sarana pada
Mattaher Jambi lokasi tempat pengumpulan
sementara tidak dilengkapi
pintu dan terkunci, Pengisian
limbah pada wadah

27

Univesitas Jambi
No Peneliti Judul Metode Hasil
melebihi ¾ wadah, dan
troly pengangkutan juga diisi
terlalu penuh, tinggi limbah
melebihi tinggi troly sehingga
troly tidak bisa ditutup
2 St Gambaran Deskriftif Proses pengelolaan limbah
Hardianty pengelolaan limbah Kualitatif medis padat masih belum
Salam medis padat di memenuhi persyaratan baik
rumah sakit dari pewadahan,
Dr.Tadjuddin pengumpulan, pengangkutan,
Chalid Kota tempat penampungan
Makassar sementara sampai dengan
pemusnahan dengan
menggunakan insenerator
namun belum memiliki ijin
operasional
3 Putri Yani Sistem pengelolaan Deskriftif Factor yang mempengaruhi
br Sitepu, limbah medis padat pelaksanaan Pengelolaan
Nurmaini, dan cair serta Limbah Medis padat dan cair
Surya faktor-faktor yang di Rumah Sakit Kabanjahe
Dharma berkaitan dengan Kab. Karo diantaranya
pelaksanaan kebijakan Rumah Sakit,
pengelolaan limbah sumber daya manusia,dana,
medis padat dan cair sarana dan prasarana, serta
di rumah sakit pedoman teknis.
Kabanjahe
Kabupaten Karo
4 Aini. F Gambaran Deskriftif Lemahnya/ kurangnya
pelaksanaan Kualitatif kepedulian atau komitmen
pengelolaan sampah serta pemahaman pimpinan
medis rumah sakit rumah sakit dan jajaran
atau limbah B3 di manajerial atas pengelolaan
Sumatra Barat limbah B3 dan dampak
terhadap lingkungan serta
sangksi hukum yang akan
diterima atas pelanggaran
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5 Ria Maria Karakteristik limbah Deskriftif Proses pemilahan limbah
Come, medis padat dan Kualitatif medis padat di setiap ruangan
Zita. L. pengelolaannya di penghasil limbah medis setiap
Sarungallo Rumah Sakit Umum hari dikerjakan oleh perawat
, Daerah Manokwari atau petugas kesehatan yang
M.Meilan bertugas pada saat itu. Sistem
Lisangan pemilahan dilakukan
berdasarkan limbah medis dan
non medis. Tempat limbah

28

Univesitas Jambi
No Peneliti Judul Metode Hasil
diberikan label-label sehingga
perawat dan petugas
kebersihan/ Cleaning service
dapat membuang limbah
berdasarkan jenisnya
7 Sirait. Analisis pengelolaan Kualitatif Kualifikasi dan kompetensi
A.A.F.D, limbah medis di Survey sumberdaya manusia sangat
Mulyadi, Rumah Sakit Umum berperan penting dalam
A, Daerah (RSUD) pelaksanaan pekerjaan yang
Nazriati. E Gunung Tua diamanahkan kepada masing-
Kabupaten Padang masing tenaga kerja. Dari
Lawas Utara aspek pendidikan, sumberdaya
manusia yang melakukan
pengelolaan medis di rumah
sakit minimal memiliki
kualifikasi pendidikan jenjang
Diploma. Selain itu, tenaga
kerja yang ada perlu dilengkapi
dengan kompetensi yang
dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan yang kompeten
dalam bidangnya
7 Andrayani Analisis Sistem Deskriftif Proses penyimpaan limbah
.D pengelolaan limbah Kualitatif medis padat di Puskesmas
medis padat di terjadi penumpukan limbah
Puskesmas medis padat dan waktu
Kecamatan Bayung penyimpanan sampai 1 bulan
Lincir, Musi baru dilakukan pengolahan dan
Banyuasin TPS belum memiliki izin.

2.14. Kerangka Pemikiran


Berdasarkan kajian teori, pengalaman dan hasil penelitian sebelumnya,
terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung pengelolaan limbah medis padat di
rumah sakit. Limbah medis padat merupakan limbah infeksius yang harus
dikelelola dengan baik sesuai dengan pedoman Permen LHK Nomor
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pengelolaan limbah medis padat rumah sakit memerlukan perencanaan
dan perancangan yang baik, untuk menghindari dampak atau resiko yang

29

Univesitas Jambi
timbul sebagai akibat dari pengelolaan limbah yang tidak sesuai dengan aturan
yang ada.
Pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Bantanghari mulai dari proses pemilahan dan pewadahan sudah dipisahkan
lansung dari penghasil limbah oleh petugas yang berjaga dengan menggunakan
tong yang berbeda dan dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda. Untuk
pengangkutan dan penyimpana limbah medis padat tersbut diangkut oleh petugas
khusus yang mengambil langsung dari ruangan penghasil limbah dari jam 06.00
sampai 07.00 WIb dan diangkut dengan menggunakan tong sampah khusus melalui
jalur belakang dan di simpan di tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3.
Pengolahan limbah medis padat rumah sakit menggunakan insinerator sendiri yang
telah memiliki izin dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan hasil
dari pengolahanya bekerja sama dengan pihak ketiga.
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten
Batanghari untuk pengelolaan limbah medis padat sudah melaksanan pemilahan
dan pewadahan dengan tong dan kantong yang berbeda. Untuk pengangkutan
diangkut oleh petugas khusus dan penyimpanan di letakkan di tempat
penyimpanan sementara limbah B3. Pengelolaan limbah medis padat
menggunakan insinerator yang sudah memiliki izin dan hasil pengolahan bekerja
sama dengan pihak ketiga.
Menurut David R.F dalam buku manajemen strategic fungsi manajemen
dalam organisasi terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, penempatan karyawan dan pengendalian.
Manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan sasaran- sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber (Terry. 2008). Bedasarkan
beberpa teori faktor yang mendukung pengelolaan limbah medis padat antara
lain :
1. Sumber daya Manusia
2. Pembiayaan / dana
3. Sarana dan prasarana.

30

Univesitas Jambi
4. Pedoman Teknis.
Faktor tersebut berhubungan langsung dengan pengelolaan limbah seperti
pemilahan dan pewadahan, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan
pengolahan. Pengelolaan limbah dapat dilihat pada diagram alir pengelolaan limbah
di rumah sakit seperti pada bagan 2.1.
Bagan 2.1
Kerangka pemikiran pengelolaan limbah medis padat rumah sakit

Rumah Sakit Limbah Medis

Gas Cair Padat

Non medis Medis

Rumah Sakit Rumah Sakit  Limbah dapur  Infeksius


IPAL  Limbah  Patologi
Limbah Medis Limbah
perkantoran  Sitotoksis
Medis  Limbah taman  Kimia
dan halaman  Radioaktif
Rumah Sakit Rumah Sakit Rumah Sakit
Limbah Limbah Limbah
Medis Medis  SDM
Medis
Rumah Sakit  Dana/pembiayaan
 Sarana/prasarana
RumahPengelolaan
Sakit limbah:Limbah
1. Pemilahan dan  Pedoman teksnis
Rumah Sakit Limbah
Rumah Sakit
pewadahan
Medis
Limbah Medis
Limbah2.Medis
Pengangkutan
3. Penyimpanan
Gas Cair Padat Medis 4. Pengolahan
Gas Cair Padat
- Semua
Limbah yang - SemuaAnalisi pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit
berbntuk gas Limbah yang
Gastermasuk
Cair Gas Cairberbntuk
Padat gas Gas Cair Rumah Sakit
limbah
Padat hasil termasuk Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015
Padat
Gas Cair Padat Limbah Medis
pembakaran - Semualimbah hasil
- Semuapada : Limbah pembakaran
yang - Semua Gas Cair
Strategi SWOT pengelolaan limbah - Semua
medis padat
Limbah yang berbntuk gas pada : GasGas CairCairLimbah yang
Padat Padat
Limbah yang
- - incenerator
berbntuk termasuk Padat Gas
berbntukCair Padat
gas
Sumber : Permen Gas LHK Cair
P.56/Menlhk-Setjen/2015, Terry. 2008 berbntuk
- Semuagas
gas limbah - hasil
- incenerator - Semua termasuk
- - Dapur Padat - Semua Limbah termasuk
termasuk pembakaran - Semua
Limbah limbah hasil Limbah yang
yang
limbah hasil - Semua
- - Dapur Limbahyang
berbntuk yang berbntukberbntuk
pembakaran
gas
gas
limbah hasil
gas
- - Generator pada :
berbntuk termasuk pembakaran
limbah
pembakaran Limbah yang- - Generator termasukgaspada : termasuk
Semua - berbntuk
- incenerator termasukhasil pembakaran padahasil
limbah :
pada : limbah limbah hasil
pada : pembakaran
- - incenerator
limbah hasil 31
gas Semua limbah pembakaran - - incenerator
cair
- - termasuk - - Dapur pembakaran pada : Gas Cair Padat
Univesitas
dari : Jambi termasuk cair termasuk
pada :- -- incenerator
- Dapur
incenerator limbah hasil pada : - - Dapur
- - Generator - - incenerator - Semua Limbah
dari : - - incenerator - - Dapur
- --Dapur
WC/ toilet pembakaran - - Generator yang berbntuk
Semua limbah - - - - Generator
2.15. Kerangka Konsep
Pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari
yang terdiri dari proses pemilahan dan pewadahan, pengumpulan, penyimpanan,
pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan atau penguburan. Pengelolaan limbah
medis padat di rumah sakit dipengaruhi oleh faktor-faktor SDM, pembiayaan,
sarana dan prasarana, serta pedoman teknis. Pengolahan limbah medis padat
berpedoman Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tahun 2015 tentang
tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
dari fasilitas pelayanan kesehatan, terdiri dari tahapan pewadahan dan
pemilahan, pengangkutan, pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan.
Kerangka konsep pada penelitian ini seperti pada bagan 2.2.
Bagan 2.2.
Kerangka Konsep
Pengelolaan Limbah Medis Padat
RSUD Haji Abdoel Madjid Batoe

Tahapan Pengelolaan Limbah


Sumber Daya
1. Pemilahan dan
1. SDM
pewadahan
2. Dana/ Pembiayaan
2. Pengangkutan
3. Sarana dan Prasarana
3. Penyimpanan
4. Pedoman Teknis
4. Pengolahan

Pengelolaan Limbah Medis Padat Sesuai atau Tidak Sesuai


dengan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015

Strategi SWOT Pengelolaan Limbah Medis Padat sesuai


dengan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015

32

Univesitas Jambi
2.16. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian dapat dirumuskan sebagai
hipotesis, sebagai berikut yaitu : Pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di
RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sesuai dengan Permen LHK Nomor
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan.

33

Univesitas Jambi
3. METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
hasil deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. (Notoatmodjo, 2005).
Pendekatan kualitatif yaitu metode penelitan yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang -orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
presepsi, motifasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007).
Peneliti berharap dapat menemukan berbagai informasi yang mendukung
proses pengolahan limbah medis padat dari proses pemilahan, pewadahan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan. Selain itu juga alasan yang
mendorong peneliti menggunakan jenis penelitian deskiptif adalah peneliti ingin
mengkaji lebih dalam dan mendeskripsikan bagaimana proses pengolahan limbah
medis padat
Fokus penelitian ini adalah pengelolaan limbah medis padat di
RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari yang terdiri dari pemilahan dan
pewadahan, pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan.

3.2.Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan desember 2022 sampai januari
2023 di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten
Batanghari Jambi.

3.3. Sumber Informan


Sumber informasi dalam penelitian ini yaitu Kabid Penujang Medik
sebagai informasi kunci (key informan) Direktur Rumah Sakit, Kabag Tata Usaha,
Kabid Pelayanan medik dan keperawatan, Kabid persampahan, limbah B3 dan

42
Universitas Jambi
aktipitas lingkungan hidup (DLH), Kasi Kesling daa Kesjaor (Dinkes), Funsional
pengendali dampak lingkungan (DLH), kasi penunjang medik kasubbag
perencanan dan Keuangan, Kasubbag kepegawaian, Kepala ruangan, Kepala IPCN
petugas sanitasi, petugas pengelola limbah dan Cleaning service.
Tabel 3.1.
Informan yang di inginkan

No Informan Jumlah Keterangan


1 Direktur Rumah Sakit 1
2 Kabag Tata Usaha 1
3 Kabid pelayanan medik dan keperawatan 1
4 Kabid Penunjang Medik 1 Informan Kunci
Kabid persampahan, limbah B3 dan
5 1
aktipitas lingkungan hidup (DLH)
6 Kasi Kesling daa Kesjaor (Dinkes) 1
Funsional pengendali dampak lingkungan
7 1
(DLH)
8 Kasi Penunjang Medik 1
9 Kasubbag Kepegawaian 1
10 Kasubbag Perencanaan dan keuangan 1
11 Kepala Ruangan Anak 1
12 Kepala Ruangan Bedah 1
13 Kepala IPCN 1
14 Kepala Ruangan IGD 1
15 Kepala Ruangan Kebidanan 1
16 Kepala Ruangan Dalam 1
17 Kepala Ruangan Laboratorium 1
18 Kepala Ruangan PRT 1
19 Petugas Sanitasi 1
20 Petugas Pengelola Limbah 1
21 Cleaning Servive (CS) 2
Jumlah 22

3.4. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan melakukan
wawancara mendalam kepada informan terkait pengelolaan limbah medis padat
rumah sakit.
Adapun data primer yang dibutuhkan meliputi kondisi pelaksanaan
pengelolaan limbah medis padat saat dilakukan observasi lapangan yang
diperoleh melalui wawancara dengan informan terpilih untuk wawancara

43
Universitas Jambi
mendalam, serta pengisian daftar checklist yang telah disiapkan tentang proses
pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan dari proses pemilahan dan pewadahan,
pengangkutan, penyimpanan sampai dengan proses pengolahan yang dilakukan
sesuai dengan pada Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tahun 2015
tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Untuk menjawab apakah pengelolaan limbah medis padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari sesuai dengan Permen LHK Nomor
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan, maka peneliti akan membandingkan antara pelaksanaan yang dilakukan
pada tiap proses pengelolaan dengan peraturan yang ditetapkan. Untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan peraturan digunakan lembar checklist
berupa kegiatan setiap tahapan pelaksanaan yang terdiri dari pemilahan dan
pewadahan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan proses
penimbunan atau penguburan.
Data sekunder yang digunakan adalah data tentang sumber daya manusia
yang menangani pengolahan limbah medis padat, keuangan yang dianggarkan
untuk pengolahan limbah, metode yang dilakukan dalam pengolahan limbah,
sarana dan prasarana yang di gunakan dalam pengolahan limbah di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari yang diperoleh dari data laporan dan arsip-arsip.

3.5. Intrumen Penelitian


Dalam penelitian kualitatif instrumen pada penelitian ini adalah peneliti
sendiri pada saat wawancara digunakan instrumen pedoman wawancara. Pada saat
observasi yang digunakan instrumen observasi, untuk mengumpulkan informasi
tentang pengolahan limbah medis padat yang ada di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari dan informasi yang menunjang pengolahan limbah dan dokumentasi
dalam proses pengolahan limbah medis padat.

44
Universitas Jambi
3.6. Metode Analisa Data
Metode analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan model
Miles dan Hubermen dimana dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum terjun
kelapangan, observasi, selama pelaksanaan peneltian di lapangan setelah selesai
penelitian di lapangan. Data Penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasi
data yang diperoleh ke dalam sebuah katagori, menjabarkan data dalam unit-unit,
menganalisis data yang penting, menyajikan data yang sesuai dengan masalah
penelitian bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif menggunakan analisis content yang
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas,sehingga data sudah jenuh. Adapun model interaktif sebagai berikut :
Gambar 3.1
Komponen-kompenen analisis data model interaktif.

Pengumpulan Penyajian data


data

Reduksi data Kesimpulan

Sumber : Miler,Huberman dan Saldanana,2014

1. Reduksi data ( Data Reduction)


Informasi yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi oleh
peneliti di lapangan direduksi dengan meringkas, memilih dan memfokuskan
pada masalah yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada langkah ini, peneliti
mereduksi data dengan memilah, mengkategorikan, dan mengekstraksi dari
catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi.
2. Penyajian data (Data Display)
Informasi diberikan setelah informasi dikurangi atau dikompresi. Data yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis

45
Universitas Jambi
kemudian disajikan dalam bentuk Document Notes. Informasi yang disajikan
dalam bentuk catatan wawancara, catatan lapangan, dan catatan dokumentasi
untuk mengorganisasikan data agar peneliti dapat menganalisisnya dengan
cepat dan mudah.. Semua data kode dianalisis dalam bentuk reflektif dan
disajikan dalam format teks.
3. Kesimpulan, penarikan atau verifikasi (Conlusion Drawing/Verificatian).
Penarikan kesimpulan dari verifikasi. Data yang terlah direduksi dan disajikan,
peneliti membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada
tahap pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah
dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal.

3.7. Konsepsi Pengukuran


Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian system pengelolaan
limbah medis padat di Rumah Sakit. Kajian tersebut berhubungan dengan aspek-
aspek berikut ini dapat dilihat pada tabel :
Tabel 3.2
Konsepsi Pengukuran
Alat Cara
No Variabel Definisi Istilah Skala Hasil Ukur
Ukur Ukur
1. Pemilahan Kegiatan pemilahan Check list,Obsevasi Ordinal Sesuai
dan limbah medis padat kuisioner, lapangan Tidak sesuai
pewadahan Rumah Sakit kemudian panduan dan (untuk hasil
dikumpulkan dalam wawancara wawancara pengamatan
wadah yang telah dengan
ditentukan checklist)

2. Pengangkutan kegiatan pengangkutan Check list Observasi Ordinal Sesuai


yang dimulai dari setiap lapangan Tidak sesuai
bagian/ruangan yang dan (untuk hasil
menghasilkan limbah wawancara pengamatan
medis padat untuk dengan
diangkut ke TPS dengan checklist)
menggunakan troli
khusus.
3. Penyimpanan Kegiatan Penyimpanan Check list Observasi Ordinal Sesuai
Limbah medis padat lapangan Tidak sesuai
Rumah Sakit dan (untuk hasil
wawancara pengamatan
dengan
checklist)

46
Universitas Jambi
Alat Cara
No Variabel Definisi Istilah Skala Hasil Ukur
Ukur Ukur
4. Pengolahan Kegiatan Pengolahan Check list Observasi Ordinal Sesuai
Limbah medis padat lapangan Tidak sesuai
Rumah Sakit dan (untuk hasil
menggunakan wawancara pengamatan
incinerator dengan
checklist)
5. SDM Sumber daya manusia Panduan Wawancara
yang melakukan wawancara, dan
kegiatan pemilahan dan Lembar observasi
pengurangan, Observas
pengumpulan/
pengangkutan,
penyimpanan,
pengolahan,
penguburan atau
penimbunan
6. Dana/ Kemampuan untuk Panduan Wawancara
Pembiayaan memenuhi pembiayaan wawancara, , observasi
dalam pengurangan dan Lembar
pemilahan, Observasi
pengumpulan/
pengangkutan,
penyimpanan,
pengolahan,
penguburan atau
penimbunan
7. Sarana dan Peralatan yang Panduan Wawancara
Prasarana dibutuhkan dalam wawancara, , observasi
proses pengurangan dan lembar
pemilahan, observasi
pengumpulan/
pengangkutan,
penyimpanan,
pengolahan,
penguburan atau
penimbunan
8. Pedoman Panduan dalam proses Panduan Wawancara
Teknis pengolahan limbah wawancara, , observasi
medis padat dari proses lembar
pengurangan dan observasi
pemilahan,pengumpula dan check
n/ pengangkutan, list
penyimpanan,
pengolahan,
penguburan atau
penimbunan

47
Universitas Jambi
3.8. Menganalisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari
Pada proses pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari, memiliki tahapan dalam proses pengelolaannya yakni,
pemilahan dan pewadahan, pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan serta
penimbunan atau penguburan :
1. Pemilahan dan pewadahan, mengamati dan menganalisa proses pemilahan
dan pewadahan limbah dari sumbernya dimasing-masing unit ruangan
mengikuti ketetapan sesuai dengan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-
Setjen/2015 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Pada tahap pengangkutan sesuai dengan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-
Setjen/2015 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Penyimpanan mengamati dan menganalisa proses penyimpanan limbah
medis padat. Apakah penyimpanan dilakukan sesuai dengan Permen LHK
Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan
teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Pengolahan, Mengamati dan menganalisa proses Pengolahan limbah
medis padat menggunakan insinerator sesuai dengan Permen LHK Nomor
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan.

3.9. Analisis Strategi Pengelolaan Limbah Medis Padat


Untuk mengetahui strategi pengelolaan limbah medis padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis Strengehs, weakness, oppurtunities, threats (SWOT). Analisis SWOT
adalah identifikasi sebagai faktor untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

48
Universitas Jambi
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT
dalam penelitian ini dilakukan untuk merumuskan strategi pengelolaan
limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari (Rangkuti. 2006).
Kajian analisis SWOT dilakukan berdasarkan pembobotan terhadap
komponen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman berdasarkan urgensi
penanganan (Angriani, 2017). Lalu dilakukan identifikasi posisi strategi pada
diagram SWOT yang akan menghasilkan sumbu x (faktor internal) dan sumbu y
(faktor eksternal) yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3. 1
Kuadran SWOT

Sumber : Rangkuti (2006)

Hasil perbandingan atau posisi pada digram SWOT (Gambar 3.1)


memiliki interpretasi yaitu kuadran I (positif,positif apabila S > W dan O > T).
Menunjukkan bahwa situasi saat ini sangat menguntungkan, kekuatan dan
peluang yang dimiliki masing-masing indikator dapat terlaksana dengan baik.
Rekomendasi strategi yang diusulkan adalah dengan melakukan strategi
progresif. Kuadran II (positif, negatif apabila S > W dan O < T). Menunjukkan
bahwa strategi mempunyai kekuatan tetapi menghadapi ancaman yang tidak
menguntungkan. Rekomendasi strategi yang diusulkan adalah dengan
melakukan strategi diversifikasi. Kuadran III (negatif, positif apabila S < W dan
O > T). Menunjukkan bahwa strategi pengendalian saat ini tidak efektif namun
sangat berpeluang sehingga harus dilakukan perubahan strategi untuk

49
Universitas Jambi
meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang-peluang
yang ada. Rekomendasi strategi yang diusulkan adalah dengan melakukan
strategi korektif (turn-around). Kuadran IV (negatif, negatif apabila S < W dan
O < T). Menunjukkan bahwa strategi kondisi saat ini tidak menguntungkan.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi defensif.
Kemudian dilakukan perumusan strategi SWOT. Dalam
mengembangkan alternatif strategi digunakan matriks SWOT untuk membantu
dalam melakukan pencocokkan antar kekuatan dan peluang (strategi SO),
kekuatan dan ancaman (strategi ST), kelemahan dan peluang (strategi WO) serta
kelemahan dan ancaman(strategi WT) yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.3
Matriks SWOT
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
Faktor Internal (Tentukan faktor (Tentukan Faktor
kekuatan internal) kelemahan internal)
Faktor Ekternal

OPPORTUNITIES (O) Strategi SO Strategi WO


Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil
(Tentukan faktor peluang meraih keuntungan kelemahan dengan
eksternal) dari peluang yang ada memanfaatkan keuntungan
dari peluang yang ada
THREATS (T) Strategi ST Strategi WT
Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil
(Tentukan faktor menghindari ancaman kelemahan dan menghindari
ancaman eksternal) ancaman

Sumber: Rangkuti (2006)


Menurut Rangkuti (2006), strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT
dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu:
a) Strategi 1 (SO)
Strategi 1 adalah situasi yang paling menguntungkan karena mempunyai
peluang dan kekuatan (support an aggressive strategy). Strategi ini dibuat
berdasarkan jalan pikiran pemerintah atau pelaku penyedia data dan
perencana, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.

50
Universitas Jambi
b) Strategi 2 (ST)
Strategi ini mempunyai kekuatan tetapi menghadapi ancaman yang tidak
menguntungkan (support a diversification strategy). Strategi ini adalah strategi
dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki lembaga pemerintah untuk
mengatasi ancaman.
c) Strategi 3 (WO)
Strategi ini berarti sistem tersebut mempunyai peluang tetapi dihambat oleh
adanya kelemahan – kelemahan internal (support a turn-aro und oriented
strategy). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d) Strategi 4 (WT)
Strategi ini berarti sistem tersebut mengalami situasi yang paling tidak
menguntungkan yaitu mempunyai ancaman dan kelemahan internal (support
a defensive strategy). Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.

51
Universitas Jambi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum
4.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe terletak di Ibu kota
Kabupaten Batanghari, yaitu di Muara Bulian. Batas-batas RSUD HAMBA
Kabupaten Batang Hari yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan : Tanah Hak Masyarakat
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Jalan Umum
c. Sebelah Barat berbatasan dengan : Tanah Hak Masyarakat
d. Sebelah Timur berbatasan dengan : Tanah Hak Masyarakat
RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sebagai rumah sakit rujukan di
wilayah Kabupaten Batanghari. Letaknya yang strategis ditepi jalan lintas
sumatera, dan mudah dijangkau oleh masyarakat yang ingin mendapatkan
pelayanan kesehatan lanjutan.
Gambar 4.1
Letak geografis RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari.

Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Batanghari

52
Universitas Jambi
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe merupakan milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Batanghari yang diresmikan oleh Bapak Menteri
Kesehatan RI pada tanggal 15 Februari 1983. dengan Type Rumah Sakit Umum
Daerah Kelas D, dengan kapasitas 50 ( lima puluh ) tempat tidur.
Pada tanggal 4 april 2007, Bupati Batanghari meresmikan perubahan nama
Rumah Sakit dari Rumah Sakit Umum Daerah Muara Bulian menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batanghari yang dituangkan
dalam Peraturan Daerah Nomor : 6 tahun 2007, dengan kapasitas tempat tidur
sebanyak 136 Tempat Tidur. Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid
Batoe Kabupaten Batanghari menyediakan layanan berupa :
a. Pelayanan Gawat Darurat
b. Pelayanan rawat Jalan yang terdiri dari :
- Poliklinik Umum
- Poliklinik Penyakit Dalam
- Poliklinik Kesehatan Anak
- Poliklinik Bedah
- Poliklinik Kebidanan
- Poliklinik KIA/KB
- Poliklinik Gigi dan Bedah Mulut
- Poliklinik Mata
- Poliklinik THT
- Poliklinik syaraf
- Poliklinik Psikologi
- Poliklinik Paru
- Poliklinik Kesehatan Jiwa
- Poliklinik Jatung dan Pembuluh Darah
- Poliklinik Tumbang
- Poliklinik Bedah Mulut
c. Pelayanan Rawat Inap terdiri dari :
- Ruang perawatan VVIP
- Ruang Perawatan Penyakit Dalam
- Ruang Perawatan Anak

53

Universitas Jambi
- Ruang Perawatan HCU
- Ruang Perawatan Bedah
- Ruang Perawatan Kebidanan dan Kandungan
- Ruang Perawatan ICU
- Ruang Perawatan Perinatologi
d. Pelayanan Penunjang lain terdiri dari :
- Pelayanan Radiologi
- Pelayanan Labotratorium
- Pelayanan Farmasi/Apotek
- Pelayanan Fisisoterapi
- Pelayanan Kamar Bedah sentral
- Pelayanan Gizi
- Pelayanan Laondry
- Pelayanan IPSRS
- Pelayanan Ambulan/Mobil Jenazah
- Pelayanan CSSD
e. Pelayanan Administrasi dan Keuangan
f. Pelayanan Sanitasi dan Pemeliharaan Alat

4.1.2. Sarana dan prasarana


Sarana fisik bangunan RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari adalah
sebagai berikut :
a. Luas Tanah : 27.621 M2
b. Sarana Air Bersih : PDAM dan Sumur Gali
c. Listrik : PLN dan Genset
d. Pengolahan Limbah padat : Insinerator
e. Pengolahan Limbah Cair : IPAL
f. Kendaraan Roda empat 13 unit terdiri 8 unit Ambulan, 5 unit untuk Dokter dan
1 unit untuk Direktur
g. Telepon : 2 saluran
h. Luas Bangunan : 20.339,80 M2

54

Universitas Jambi
4.1.3. Ketenagaan
Tenaga yang bertugas pada RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari
berdasarkan jenis kelamain dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah tenaga di RSUD HAMBA berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Tenaga Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Pejabat Struktural 4 7 11
2 Dokter Spesialis 12 7 19
3 Dokter Umum 3 6 9
4 Dokter Gigi 0 3 3
5 Manajemen 41 46 87
6 Apoteker 2 7 9
7 Asisten Apoteker 1 8 9
8 Psikolog 0 1 1
9 Tenaga Laboratorium 0 11 11
10 Fisioterafi 0 2 2
11 Optisien Refraksionis 0 2 2
12 Perekam Medis 0 4 8
13 Perawat Gigi 0 6 6
14 Nutrisionis 1 5 6
15 Radiografer 2 3 5
16 Penata Anastesi 1 2 3
17 Perawat 29 129 158
18 Bidan 0 37 37
19 Kesehatan Lingkungan 0 1 1
20 Atem 1 0 1
Jumlah 97 287 384
Sumber : Data SDMK RSUD HAMBA
Dari tabel 4.1. diketahui bahwa data ketenagaan di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari terbesar adalah tenaga perawat sebanyak 158 orang
sementara yang dengan jumlah sedikit adalah psikolog, kesehatan lingkungan dan
atem dengan masing-masing berjumlah 1 orang. Berdasarkan jenis kelamin
sebagian besar karyawan di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari berjenis
kelamin perempuan berjumlah 287 orang atau 74,7%, sedangkan laki-laki
berjumlah 97 orang atau 25,3%.

55

Universitas Jambi
3.1. Analisi Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Andoel Madjid Batoe Kabupaten Batanghari
3.1.1. Karakteristik Informan
Sesuai dengan tujuan penelitian maka informan penelitian ini diambil
sebanyak 22 (dua puluh dua) yang terdiri dari Kabid Penujang Medik sebagai
informasi kunci (key informan) Direktur Rumah Sakit, Kabag Tata Usaha, Kabid
Pelayanan medik dan keperawatan, Kabid persampahan, limbah B3 dan aktipitas
Lingkungan Hidup (DLH), Kasi Keling Kesjaor (Dinkes), Fungsional pengendali
dampak lingkungan (DLH), Kasi penunjang medic, Kasubbag perencanan dan
keuangan, Kasubbag kepegawaian, kepala ruangan, petugas sanitasi, petugas
pengelola limbah dan Cleaning service. Informan adalah seseorang yang memiliki
informasi banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi
mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal
dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber. (Suyatna, 2005).
Tabel 4.2
Karakteristik Informan
Jenis
No Nama Informan Pendidikan Jabatan
Kelamin
1 Informan IRM Laki-Laki SI Direktur Rumah Sakit
2 Informan MR Laki-Laki SI Kabag Tata Usaha
Kabid pelayanan medik dan
3 Informan PY Perempuan SI
keperawatan
4 Informan SNA Perempua S2 Kabid Penunjang Medik
Kabid Persampahan,Limbah
5 Informan RZ Laki-Laki SI
B3 dan Aktiptas LH (DLH)
6 Informan MR Laki-Laki S2 Kasi Keling Kesjaor (Dinkes)
Pengendali Dampak
7 Informan FH Laki-Laki SI
Lingkungan (DLH)
8 Informan RD Perempuan D III Kasi Penunjang Medik
9 Informan NG Laki-Laki SI Kasubbag Kepegawaian
Kasubbag Perencanaan dan
10 Informan MI Laki-Laki SI
Keuangan
11 Informan YHY Perempuan SI Kepala Ruangan Anak
12 Informan SC Perempuan SI Kepala Ruangan Bedah
13 Informan ZH Perempuan SI Kepala IPCN
14 Informan NS Perempuan SI Kepala Ruangan IGD
15 Informan DN Perempuan D IV Kepala Ruangan Kebidanan
16 Informan MN Perempuan SI Kepala Ruangan Dalam
Kepala Ruangan
17 Informan RW Perempuan D III
Laboratorium
56

Universitas Jambi
Jenis
No Nama Informan Pendidikan Jabatan
Kelamin
18 Informan KNS Perempuan SI Kepala Ruangan PRT
19 Informan LS Perempuan SI Petugas Sanitasi
20 Informan AH Laki-laki SMP Petugas Pengelola Limbah
21 Informan RY Perempuan SMP Cleaning service
22 Informan MS Laki-laki SMK Cleaning service

3.1.2. Limbah Medis Padat


Limbah medis padat yang diahasilkan oleh RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari pada tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Limbah medis padat infeksius dan tajam tahun 2022
No Bulan Infeksi Tajam Jumlah
1 Januari 846.0 116.0 962.0
2 Februari 1,048.0 112.0 1,160.0
3 Maret 1,035.0 121.0 1,156.0
4 April 915.5 151.0 1,066.5
5 Mei 1,124.5 180.0 1,304.5
6 Juni 1,206.5 187.0 1,393.5
7 Juli 1,074.0 186.0 1,260.0
8 Agustus 1,120.0 205.0 1,325.0
9 September 1,031.0 201.0 1,232.0
10 Oktober 1,012.0 259.0 1,271.0
11 November 893.0 280.0 1,173.0
12 Desember 897.5 224.0 1,121.5
Jumlah (Kg) 11,704.0 2,222.0 14,425 .0
Sumber : Data limbah RSUD HAMBA
Dari tabel 4.3. dapat di ketahui bahwa jumlah limbah medis padat yang
dihasilkan oleh RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari tahun 2022 sebanyak
14,425 kg, limbah medis padat yang paling bayak dihasilkan pada bulan juni yaitu
1,393.5 kg sedangkan untuk limbah medis padat tanjam yang paling banyak pada
bulan november yaitu 280 kg.

3.1.3. Sumber Daya Manusia (SDM)


Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten
Batanghari dipimpin oleh seorang direktur yang bertugas sebagai direktur utama.
Pengelolaan limbah medis padat RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari di bawah
57

Universitas Jambi
bidang penunjang medik. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
pengelolaan limbah medis padat RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari dapat
dilihat dari tabel 4.4.
Tabel 4.4
Kualifikasi SDM pengelola limbah medis padat
No Petugas Jumlah Kulifikasi Pendidikan
1 Penaggung jawab 1 S 1 Kesmas
2 Pengoperasian Incenerator 1 SMP
3 Pengangkutan 1 SMA
Jumlah 3

Tenaga kerja dalam pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA


Kabupaten Batanghari sebanyak 3 (tiga) orang yang masing-masing bertugas
mencatat dan mengkoordinasikan limbah 1 (satu) orang, mengangkut limbah dari
ruangan ke TPS 1 (satu) orang dan pengoperasian incinerator 1 (satu) orang. Dari
tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tenaga kesling dalam pengelolaan limbah medis
padar di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari berjumlah 1 (satu) orang dengan
kualifikasi pendidikan S 1 Kesehatan Masyarakat, sementara 2 (dua) petugas tim
kesling laingnya dengan kualifikasi pendidikan SMP dan SMA sederajat.
Sumber daya manusia yang diperlukan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit terdiri atas tenaga kesehatan lingkungan atau tenaga lain
yang berkompeten dalam penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan.
Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D adalah
seorang tenaga yang memiliki latar belakang Pendidikan bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/teknik lingkungan/teknik penyehatan, minimal berijazah
Diploma 3 (D3). Jumlah tenaga kesehatan lingkungan di rumah sakit disesuaikan
dengan beban kerja dan tipe rumah sakit. (Permenkes RI.2020)
Munandar (2006) mengatakan bahwa pendidikan seseorang berpengaruh
terhadap pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan
kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan
terhadap pelatihan yang diberikan
Pada saat pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari menggunakan insinerator sendiri yang sudah memiliki izin dari

58

Universitas Jambi
Kementrina Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pengelolaan limbah padat yang
menggunakan incinerator dilakukan oleh satu orang petugas pada saat pembakaran.
Kewajiban pemegang persetujuan teknis di bidang Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 harus
memiliki tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi di bidang pengelolaan
limbah B3 (Permen LHK. 2021).
Dari hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa tenaga
kesling yang ada belum pernah mendapat pelatihan terkait dengan pengelolaan
limbah medis padat, namun sudah dilakukan edukasi oleh tenaga pencegahan,
penaggulangan infeksi kepada petugas pengelolah limbah dan petugas yang
melakukan pengangkutan dan petugas di ruangan.
Pertanyaan : “Apakah petugas pengelola limbah telah diberikan pelatihan atau
edukasi sebelumnya ? (jika ada, kapan dan berapa kali? )”
Informan 1 : Kalau edukasi ya, kalau pelatihan sih mungkin belum lah yaa, kalau
edukasi sudah ada kadang kita ee melakukan edukasi itu biasanya
setiap ruangan itu oleh kepala ruangannya masing-masing
dilakukan edukasi kepada tenaga kesehatannya, untuk bagaiman
limbah ini di pilah sebelum nanti diangkut dan diolah.
Informan 4 : Kalau sejauh ini untuk pegolahan limbah itu kita bedasarkan PPI
memberikan in house training, edukasi kepada seluruh ee karyawan
rumah sakit termasuk yang memang penaggung jawab atau
pengelola limbah itu sendiri yang membakar di incinerator, tapi
memenag kita belum ee memberikan pelatihan yang khusus, karena
ini membutuhkan dana dan itu baru mau kita usulkan di tahun ini.
Informan14 : Kalau pelatihan dasar keseluruhan, kalau untuk edukasi itu biasanya
petugas PPI mereview bisa satu minggu atau satu bulan sekali, itu
mereka turun ke setiap ruangan untuk me re kembali ee mengecek-
ngecek tong sampah dan cara pemilihannya.
Informan16 : Kalau untuk di ruang sini edukasi, edukasi langsung untuk dari
secara PPInya aja, yang ngasihkan edukasinya, sudah itu kan
setiap, ee setiap pegawai baru siap, apa kan langsung di ee
langsung dikasih dari PPI itu ada sudah misalnya cara pengolahan
ee apa untuk cuci tangan pengolahan limbah itu sudah termasuk
pengelolaan limbah juga dari PPI.

Berdasarkan wawancara informan mengatakan bahwa untuk pelatihan


khusus pada petugas pengelola limbah belum pernah diikutsertakan pelatihan
pengelolaan limbah. Sedangkan edukasi sering dilakukan oleh petugas PPI rumah
sakit kepada petugas pengelola limbah di masing-masing ruangan.

59

Universitas Jambi
Dari hasil wawancara dengan informan terkait kendala dalam pelaksanaan
pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit khususnya pada petugas atau
sumber daya manuasinya.
Pertanyaan : “Faktor apa saja yang menjadi kendala? Apakah faktor SDM, berapa
jumlah SDM dalam pengelolaan limbah rumah sakit?”
Informan 3 : Nah secara ini memang dia belum bersertifikat, tetapi kita sudah
melatih bekerja sama dengan K3 rumah sakit, kemudian PPI rumah
sakit untuk pelaksanaan alur, alur sop ee sudah kita berikan dan
kita bimbing ee untuk pelaksanaan kegiatan sehingga sampai saat
ini beliau, setelah kita cek kesehatannya Alhamdulillah sehat dan
normal tidak ada penyakit.
Informan 7 : Kendalanya paling ni kalau sekarang itu, tuh kan sekarang ini ada
ketentuan mengenai operator dan penanggung jawab untuk
pengolahan limbah B3, itu harus memiliki sertifikat dari badan
sertifikasi nasional, jadi apakah itu sudah ada atau belum. Kita
belum tahu juga nanti silahkan konfirmasi ke rumah sakit itu baru
tahun ini.

Hasil wawancara dengan informan mengatakan bahwa petugas pengelola


limbah belum mempunyai sertifikat dari badan setifikat nasional tehadap operator
dan penanggung jawab pengelolaan limbah B3.
Kualifikasi dan kompetensi sumberdaya manusia sangat berperan penting
dalam pelaksanaan pekerjaan yang diamanahkan kepada masing-masing tenaga
kerja. Dari aspek pendidikan, sumberdaya manusia yang melakukan pengelolaan
medis di rumah sakit minimal memiliki kualifikasi pendidikan jenjang Diploma.
Selain itu, tenaga kerja yang ada perlu dilengkapi dengan kompetensi yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan yang kompeten dalam bidangnya (Sirait,
2015).
Menurut Peraturan Menteri Lingkunagan Hidup dan Kehutan nomor 6
tahun 2021 tentang tata cara dan persyaratan pengelolaan limbah berbahaya dan
beracun bahwa kewajiban pemegang persetujuan teknis di bidang pengelolaan
limbah B3 untuk kegiatan pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan limbah B3
harus memiliki tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi di bidang
pengelolaan limbah B3.

60

Universitas Jambi
3.1.4. Sarana dan Prasaran
Hasil wawancara dengan informan di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari tentang sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit untuk kegiatan
pengelolaan limbah medis padat disediakan tempat penyimpanan sementara (TPS)
limbah B3, alat atau wadah pengumpulan limbah medis padat alat khusus untuk
kegiatan pemindahan / pengangkutan limbah medis padat, namun yang gunakan
oleh petugas pengangkut menggunakan troli yang dirasa lebih memudahkan
petugas dalam bekerja. Untuk pengolahan limbah medis padat rumah sakit
menyediakan incinerator sendiri yang telah memeiliki izin dari kemetrian
lingkungan hidup dan kehutanan.
Pertanyaan : “Faktor apa saja yang menjadi kendala? Untuk sarana dan
prasarananya bagaimana ? Menurut bapak/ibu apakah sarana dan prasarana yang
ada telah memenuhi dengan kebutuhan di rumah sakit ? jika tidak apa saja
kekurangannya?”
Informan 5 : Ada kendala yang, belum dipenuhi oleh rumah sakit itu, ee masalah
tempat limbahnya itu memang sudah bagus, dia lengkap dengan
tempat-tempat limbahnya sudah dilengkapi, tapi kendala yang ado
itu masalah kalau memang ado limbah padat itu yang akan
mencair, misalnya kan akan mencair di aliran-aliran dari itu
misalnya seperti pipa air turun, misal pengalirannya kemano
supaya jangan terjadi pencemaran lingkungan rumah sakit, nah itu
itu kemarin belum ada itu nampaknya, tapi dia bilang ado tapi tidak
memenuhi syarat, dari pengetahuan kami di bidang B3.
Informan 14 : Kalau untuk sarana seperti tong sampah itu sudah lengkap, di sini
ada lima ruangan itu sudah ada lengkap semua tong sampah untuk
infeksi sama non infeksinya sudah terpisah.
Informan 15 : Kalau sarana dan prasarana memenuhi syarat, cukup kalau
kantong-kantong di bagikan, tempat sampah ada di setiap ruangan
pasien, kemudian safety box cukup.
Informan 16 : Alhamdulillah sekarang belum ada kendala, semua sarana sudah
bagus, semua tong sampah anu apa namanya tuh kantong
kreseknya atau tempat spuet itu sudah semua.

Hasi dari wawancara dan obsevasi sarana dan prasarana pengelolaan


limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sudah lengkap dan
baik. Proses pemilahan dari ruangan sudah disediakan tong sampah yang berbeda
temapat samapah infeksi dan temapt sampah non infeksi dan sudah di sediakan
temapat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3. Untuk pengelolaan limbahnya

61

Universitas Jambi
RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sudah memiliki insenerator sendiriyang
mendapatkan izin dari kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Dari hasil wawancara dengan informan menjelaskan aliran pembuangan
limbah B3 yang akan mencair belum memenuhi syarat dalam Peraturan Menteri
Lingkunagan Hidup dan Kehutanan nomor 6 tahun 2021 tentang tata cara dan
persyaratan pengelolaan limbah berbahaya dan beracun menjelaskan fasilitas
penimbunan limbah B3 memiliki sistim pelapis yang dilengkapi dengan saluran
untuk pengaturan air permukaan, pengumpulan air lindi dan penelolahannya.

3.1.5. Regulasi dan Peraturan


Regulasi atau peraturan yang terkait dalam pengelolaan limbah medis padat
di RUSD HAMBA Kabupaten Batanghari berdasarkan hasil wawancara dan
observasi sebagai berikut :
Pertanyaan : “Pedoman apa yang digunakan oleh rumah sakit dalam kegiatan
pengelolaan limbah medis padat?”
Informan 1 : Undang-Undang, dari Permenkes kita baca lagi kan, Undang-undang
tentang rumah sakit dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup.
Informan 4 : Kalau pedoman itu ee kita sesuai kemarin tu apa ya PP nomor 22
tahun 2021, kemudian nanti ada kami juga ee rutin dapat visitasi
atau kunjugan dari LH dan Dinkes untuk monitoring limbahnya.
Informan 19 : Ada kalau sekarang ini kan, kalau tentang pengelolaan ini, kita kan
mengacu ke PMLHK nomor 6 tahun 2021 itu tentang pengelolaan
limbah medisnya gitu.

Dari hasil wawancara tersebut RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari


dalam pengelolaan limbah medis padat mengacu pada Peratururan Pemerintah
nomor 22 tahun 2021 dan Peraturan dari KLHK dan Kemenkes.
Pertanyaan : “Apakah ada regulasi atau peraturan yang dibuat oleh rumah sakit
untuk kegiatan pengelolaan limbah medis padat?”
Informan 3 : Ada kebijakan, panduan sanitasi, SOP-SOP tentang pengelolaan
limbah, ada juga panduan panduan, SOP-SOP dibuat oleh tim PPI.
Informan 4 : Adalah itukan berhubungan dengan SOP-SOP turunan dari regulasi
yang lebih tinggi sudah lengkap, ada SK penunjukan petugas samo
MOU, petugas sanitasi yang penanggung jawab sanitasi, jadi di
penaggung jawab sanitasi itu ada namanya ee pedoman
pengorganisasian ee sanitasi rumah sakit, nanti ada panduan
sanitasi rumah sakit, panduan pengelolaan limbah B3 baru turun ke
SPO-SPO.

62

Universitas Jambi
Informan13 : Ada pedoman, pedoman pengolahan limbah baik limbah medis
padat, tajam dan cairnya terus ada panduannya ada SPO dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah tersebut sudah lengkap.

Dari hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen juga diperoleh


informasi bahwa regulasi yang dimiliki oleh RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari terkait dengan pengelolaan limbah medis padat yaitu panduan sanitasi,
pedoman pengorganisasian sanitasi, pedoman pengelolaan limbah B3, SOP
pengelolaan limbah B3, SOP pengangkutan limbah B3 dan SOP penyimpanan
limbah B3.

3.1.6. Dana
Dari hasil wawancara dengan informan terkait dana pengelolaan limbah
medis padat di RSUD RSUD Kabupaten Batanghari diperoleh informasi sebagai
berikut :
Pertanyaan : “Faktor apa saja menjadi kendala? Untuk dana dalam pengelolaan
limbah di rumah sakit bagaimana? Sumber dana berasal darimana?”
Informan 1 : Biasanya cukuplah kitakan sudah ada rencana bisnis anggaran,
dari BLUD kita ada dan kita inilah sudah merencanakan itu semua,
untuk pemeriksaan, pemelihanraanya.
Informan 3 : Untuk pegelohan pembayaran limbah medis yang diambil pihak
ketiga itu kita menggunakan dana BLUD.
Informan 14 : Untuk sumber dana, mungkin karena kami rumah sakit sudah BLUD
bisa dari BLUD, bisa juga dari Pemerintah Daerah, itu pengaturan
manajemennya lagi
Informan 15 : Sebenanya kalau kami disini tidak begitu tahu dana pengelolaan
limbah, yang jelas sarana dan prasaran cukup, pada saat
pembakaran ee jalan berarti kesimpulan yang kita peroleh tidak
ada kendala.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dana pengelolaan limbah medis padat


di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari berasal dari dana BLUD rumah sakit
dan dari Pemerintah Daerah, dana yang di anggarkan tersebut sudah mencukupi
untuk pengelolaan limbah medis padat.
Anggaran yang di sediakan pada tahun 2022 dalam pengelolaan limbah
medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sebesa Rp.148.750.000,-
dan anggaran tersebut digunakan untuk pengangkutan limbah sebesar

63

Universitas Jambi
Rp.50.000.000,- uji kesehatan limbah Rp.25.000.000,-, pembelian tong sampah
Rp. 13.750.000,- dan kantong plastik sampah Rp.60.000.000,-.

3.1.7.Pemilahan dan Pewadahan


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan terkait proses
pemilahan dan pewadahan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari diperoleh informasi sebagai berikut :
Pertanyaan : “Bagaimana proses pemilahan dan pewadahan limbah medis padat
di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari”
Informan 1 : Kalau sepengetahuan saya proses pemilahan itu sudah ada ya, baik
di poli, di ruang rawat inap itu sudah ada tempat-tempatnya
Informan 3 : Oke setiap ruangan semua area unit keperawatan, unit penunjang
lain, ee sudah meng gunakan pemilahan limbah sesuai dengan jenis
limbah yang dilakukan, jenis limbah yang di dipilah ada beberapa
jenis limbah di setiap area yaitu limbah benda tajam, kemudian
menggunakan safety book, kemudian padat infeksius menggunakan
tong sampah warna dengan plastik warna kuning, non infeksius
warna hitam.
Informan 4 : Kalau di rumah sakit ini, Alhamdulillah sudah berjalan dengan baik
karna monitoringnya juga dilakukan selain oleh petugas limbah
dan IPCN, perawat IPCN atau perawat pencegahan infeksi, nah
disini ada monitoring-monitoring dalam kepatuhan dan dari
ruangan penghasil limbah sudah di pisah-pisah antara infeksius
dan non infeksius, benda tajam.
Informan 15: Untuk pemilahan kita sudah yang ini ni untuk di rumah sakit
HAMBA sudah berjalan, untuk pemilihan dari mulai unit kita sudah
melakukan pemilahan dan pewadahan dengan kantong yang
berbeda, infeksi kemudian untuk medis, non medis, kemudian untuk
di ruang ee pencampuran obat juga, untuk yang plastik sama yang
kaca itu juga pisahakan dan juga benda tajam juga di pisah, untuk
pewadahan untuk benda tajam kita pakai safety box sudah ada
aturan bahwa safety box di isinya hanya boleh 1/3, enggak boleh
dilakukan reheting oleh petugas langsung masukkan untuk
mencegah tertusuk jarum.
Informan 19 : Di sini kalau di rumah sakit ini sudah dilakukan pemisahan,
pemisahan antara limbah medis dan medis misalnya, kalau
misalnya limbah tajam itu ada tempat tersendiri safety box
misalnya haa kalau yang limbah medis biasa itu yang asoi kuning.
dan limbah non medis pake kantong hitam.
Informan 22 : Kalau pemilahanna itu udah dibagi-bagi setiap tong, itu udah
dikasih pemisahan tong kuning, ini kan itu yang plastic warna
kuning untuk infeksi, yang warna hitam untuk non infeksinya.

64

Universitas Jambi
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan terkait proses pemilahan
dan pewadahan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari
untuk pemilahan dari sumber telah dilakukan dengan memisahkan limbah infeksi,
non infeksi dan benda tajam sesuai dengan kantong yang digunakan. Limbah
infeksi kantong warna kuning, limbah non infeksi kantong warna hitam dan untuk
benda tanjam menggunakan safety box.
Proses pemilahan dan pewadahan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari, dari masing-masing penghasil limbah medis padat sudah
dilakukan oleh perawat atau petugas kesehatan yang bertugas pada saat itu.
Tempat-tempat penghasil limbah medis padat sudah di sediakan tong yang berbeda
dan dilapisi dengan kantong yang beberda dimana kantong warna kuning untuk
limbah infeksi, kantong warna hitam limbah non infeksi dan benda tanjam
menggunakan safety box.
Berdasarkan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tahun 2015
proses pemilahan yaitu pemisahan limbah bedasarkan jenis, kelompok, dan
karakteristik limbah tersebut. Pemilahan merupakan tahapan penting dalam
pengelolaan limbah. Pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber
limbah dan harus tetap dilakukan selama penyimpanan, pengumpulan, dan
pengangkutan.
Tempat penampungan limbah medis minimal harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
b. Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah medi dan non medis
c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila ¾ bagian telah
terisi limbah
d. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman
e. Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfeksi
apabila akan digunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah

65

Universitas Jambi
dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan
lagi.
Hasil penelitian yang dilakukan Come, R.M (2022) tentang karakteristik
limbah medis padat dan pengelolaannya di Rumah Sakit Umum Daerah
Manokwari. Proses pemilahan limbah medis padat di setiap ruangan penghasil
limbah medis setiap hari dikerjakan oleh perawat atau petugas kesehatan yang
bertugas pada saat itu. Sistem pemilahan dilakukan berdasarkan limbah medis dan
non medis. Tempat limbah diberikan label-label sehingga perawat dan petugas
kebersihan/ Cleaning service dapat membuang limbah berdasarkan jenisnya
Berdasarkan pedoman KMK No.HK 01.07/MENKES/537/2020 tentang
pedoman pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan dan limbah dari
kegiatan isolasi atau karantina mandiri di masyarakat dalam penanganan
coronavirus disease 2019 ( Covid-19), dijelaskan untuk proses pemilahan limbah
medis B3 dimasukkan ke dalam wadah/ bin yang dilapisis kantong pastik warna
kuning yang bersimbol “biohazard”.
Hasil analisis kegiatan pemilahan dan pewadahan pada limbah medis padat
di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari dari hasil wawancara dan observasi
lapangan diketahui bahwa tata cara yang memenuhi komponen pemilahan dan
pewadahan sudah sesuai dengan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015
tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.

3.1.8. Pengangkutan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan terkait proses
pengangkutan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari
diperoleh informasi sebagai berikut :
Pertanyaan : “Bagaimana proses pengangkutan limbah medis padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari”
Informan 2 : Kalau proses pengangkutan, sistem pengangkutan kalau misalnya
kayak limbah padat kayak B3, kalau B3 itu ada yang dari pihak
ketiga, ee dari sini kan ada pengangkutan oleh cleaning service
melalui wadah-wadah tertutup, mana yang Infeksi, mana yang non
infeksi itu ditempatkan di belakang di tempat pembuangan akhir.

66

Universitas Jambi
Informan 3 : Kami mengatur jadwal dalam pengangkutan limbah, ee infeksius
yaitu dilaksanakan sehari sekali yaitu pada pagi hari jam em 6.30
penghasil limbah meletakan di tempat limbah yang telah ditentukan
nanti pengangkut limbah mengangkat limbah ke tempat
penyimpanan limbah B3 di area belakang rumah sakit.
Informan 4 : Proses pengangkutan itu ee dilakukan oleh itu dilakukannya
sebelum ee jam pelayanan di mulai antara jam 6 sampe jam 7
dengan menggunakan APD dan kereta sampah, tong sampah yang
beredar yaa tertutup dibawa ke TPS.
Informan 15 : Untuk pengangkutan itu ada petugas khusus yang mengangkut dan
ada jam jam tertentu, jadi untuk limbah medis gitu mereka tidak
boleh mengangkut pada jam jam di luar yang ditentukan, biasanya
jam 6 pagi atau ada ketetapannya, 2 kali sehari dan mereka lewat
jalur belakang tidak boleh leawat jalur depan.
Informan 19 : Yang ada di rumah sakit di sini kan kalau langkah langkahnya yang
pertama itu kan kami kan sudah bekerja sama sama CS, bekerja
sama pihak ketiga kan ada cleaning servis, jadi dari cleaning
service itu yang mengangkut dari ruangan ruangan di angkutnya ke
itu sudah dipisah-pisahkan dari yang medis non medis jadi cleaning
service itu yang mengangkutnya ke TPS B3.

Hasil wawancara diatas proses pengangkutan limbah medis padat di RSUD


HAMBA Kabupaten Batanghari di angkut oleh cleaning service, dengan
menggunakan tong sampah tertutup. Pengangkutan limbah medis padat dari
ruangan-ruangan dan poli-poli tersebut dilakukan di luar jam pelayanan antara jam
06.00 sampai 07.00 WIB melalui jalur belakang dan di antar ke tempat
penyimpanan sementara limbah B3.
Menurut Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tahun 2015
proses pengangkutan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan limbah
dari kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mengurangi resiko terhadap
personil pelaksana, maka diperlukan keterlibatan seluruh bagian meliputi bagian
perawatan dan pemeliharaan fasilitas pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan
kesehatan, bagian house keeping, maupun kerjasama antar personil pelaksana.
Personil yang melakukan pengangkutan limbah harus dilengkapi dengan
pakaian yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh personil yang secara langsung
melakukan penanganan limbah antara lain :
a. Limbah yang harus dikumpulkan minimum setiap hari atau sesuai kebutuhan
dan diangkut kelokasi pengumpulan.

67

Universitas Jambi
b. Setiap kantong limbah harus dilengkapi dengan symbol dan label sesuai
kategori limbah.
c. Setiap pemindahan kantong atau wadah limbah harus segera diganti dnegan
kantong atau wadah limbah baru yang sama jenisnya
d. Kantong atau wadah limbah baru harus selalu tersedia pada setiap lokasi
dihasilkannya limbah.
Pengangkutan limbah pada lokasi fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menggunakan troli atau wadah beroda harus memenuhi spesifikasi Mudah
dilakukan bongkar muat limbah, troli atau wadah yang digunakan tahan goresan
limbah benda tajam dan mudah dibersihkan.
Menurut Nursamsi (2017) pengangkutan limbah yang harus dilakukan
adalah kantong-kantong dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup, kantong dipegang pada lehernya, petugas harus mengenakan pakaian
pelindung, jika terjadi kontaminasi diluar kantong diperlukan kantong baru yang
bersih, petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang
dapat mencederainya di dalam kantong yang salah. tidak ada seorang pun yang
boleh memasukkan tangannya ke dalam kantong limbah.
Berdasarkan hasil analisis penelitian bahwa sistem pengangkutan limbah
medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari, proses pengangkutan
limbah medis padat infeksi dan non infeksi sudah dipsahkan dari penghasil limbah
oleh perawat atau petugas kesehatan yang berjaga. Petugas pengangkut
menggunakan tong samapah tertutup di ambil dari penghasil limbah dengan waktu
yang sudah di tentukan mulai pukul 06.00 WIB samapi 07.00 WIB. Pengangkutan
limbah medis padat tersebut menggunakan jalur yang sudah di tentukan oleh pihak
rumah sakit dan diatar ke TPS limbah B3. Pengangkutan hasil pengolahan limbah
medis padat yang sudah di olah pihak rumah sakit bekerjasama dengan pihak
ketiga.

3.1.9. Penyimpanan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan terkait proses
Penyimpanan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari
diperoleh informasi sebagai berikut :

68

Universitas Jambi
Pertanyaan : “Bagaimana proses penyimpanan limbah medis padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari”
Informan 2 : Kalau sekarang, Alhamdulillah untuk limbah medis dan padat
cukup, dan tidak lama-lama di tempatkan di situ sudah berapa
sekian waktu itu cepat diambil tidak menunggu lama gitu.
Informan 3 : Sesuai dengan aturan yang berlaku, sudah berpedoman kepada
KLHK itu sudah sesuai standar dan kita juga sudah mendapat izin
dari LH Pusat dan LH Kabupaten untuk izin penggunaan TPS B3
yang ada di rumah sakit itu.
Informan 7 : Kalau untuk rumah sakit ini kan limbah infeksius itu masa
penyimpanannya 2 hari atau 2X24 jam atau 2 hari, ya untuk limbah
infeksius bila tidak disimpan dalam pendingin di bawah nol derajat
celcius, sedangkan bila dia memiliki lemari pendingin di bawah nol
derajat celcius maka penyimpanan limbah infeksius bisa mencapai
maksimum sampai dengan 90 hari sekitar 3 bulan lah gitu loh, jadi
untuk pastinya saya juga lupa nanti konfirmasikan aja, kalau nanti
yang di anu apakah manifesnya itu dalam satu tahun paling tidak
empat, empat kali, empat manifest per 3 bulan saya rasa itu saja
yang untuk kendalanya mungkin itu.
Informan 8 : Tempat penyimpanan ada di ruang khusus, boleh di lihat di situ
tempatnya sudah terpisah-pisah.
Informan 13 : Kalau penyimpanan, mungkin kita tidak menyimpan dalam waktu
yang lama jadi cuma sebentar di sini untuk transit cukup memadai.

Dari hasil wawancara diatas proses penyimpanan limbah medis pada di


RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari di tempat khusus yaitu tempat
penyimpanan sementara B3, pada tempat penyimpanan tersebut limbah medis
padat sudah dipisah-pisah dengan menggunakan kantong yang terpisah. Limbah
medis padat yang ada di tempat penyimpanan tidak terlalu lama kerana lansung di
proses pengolahannya dengan insinerator oleh petugas pengelola.
Hasil observasi dilakukan di TPS limbah B3 di temukan lemari pendingin
tempat penyimpanan limbah B3 lainya, dari informan menjelaskan “limbah
infeksius itu masa penyimpanannya 2 hari atau 2X24 jam atau 2 hari, ya untuk
limbah infeksius bila tidak disimpan dalam pendingin di bawah nol derajat celcius,
sedangkan bila dia memiliki lemari pendingin di bawah nol derajat celcius maka
penyimpanan limbah infeksius bisa mencapai maksimum sampai dengan 90 hari
sekitar 3 bulan”.
Sesuai dengan persyaratannya, limbah medis padat dikumpulkan dari
setiap ruangan yang menghasilkan limbah menggunakan troli khusus yang

69

Universitas Jambi
tertutup. Kemudian untuk penyimpanan limbah padat medis harus disesuaikan
dengan iklim tropis yakni paling lama 24 jam selama musim kemarau dan 48 jam
selama musim hujan. (Siregar, 2019).
Sesuai dengan teori yang dinyatakan WHO (2005), bahwa dalam
pelaksanaan pengolahan limbah medis perlu dilakukan tindakan. Penyimpanan
limbah dengan ketentuan : Kantong-kantong dengan warna harus dibuang jika
telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas.
Berdasarkan Permenlhk Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 tempat
penyimpanan limbah B3 harus memiliki :
a. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem
drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi.
b. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.
c. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
d. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan
e. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengangkut limbah.
f. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain.
g. Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan burung.
h. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai.
i. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan.
j. Peralatan pembersihan, pakaian pelindung, dan wadah atau kantong limbah
harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi fasilitas penyimpanan.
k. Dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam
keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai setiap hari.
Penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan
oleh penghasil limbah B3 sebaiknya dilakukan pada bangunan terpisah dari
bangunan utama fasilitas pelayanan kesehatan.
Dari hasil wawancara dan observasi disimpulkan untuk proses
penyimpanan limbah medis padat di RSUD HMABA Kabupaten Batanghari sudah
sesuai dengan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tahun 2015 tentang
tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
dari fasilitas pelayanan kesehatan.

70

Universitas Jambi
3.1.10. Pengolahan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan terkait proses
Pengolahan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari
diperoleh informasi sebagai berikut :
Pertanyaan : “Bagaimana proses pengolahan limbah medis padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari”
Informan 2 : Proses pengolahan kalau untuk yang limbah yang infeksi,
biasanya di bakar melalui incinerator.
Informan 4 : Limbah medis padat itu kita sudah sesuai dengan regulasi yang
berlaku, karena kita melakukan pembakaran sendiri dengan
incinerator, dimana incenerator sudah mempunyai izin kemudian
abunya kita bekerja sama dengan pihak ketiga.
Informan 8 : Kalau limbah padat kita pake incinerator nanti kalau abunya kita
kirim dengan pihak ketiga jadinya dia yang jemput.
Informan 12 : Biasanya kita ada alat incenerator itu jadi sampainya dimaksud itu
memang dibakar dengan suhu yang istilahnya itu memang suhu
yang tinggi gitu jadi tidak menganggu yang lain.
Informan 15 : Pengolahan limbah kita di tempat khusus kalau incenerator ada,
pengolahan limbah ada area belakang terus sudah ada izinnya,
ada bangunan khusus ada petugas khusu. Penguburan ngak jadi
kita limbah medis yang dibakar itu diangkat oleh pihak ketiga, ada
pihak ketiga yang mengankat di diginkan dulu nanti ada jadwal
tertentu diangkat oleh pihak ketiga.
Informan 17 : Pengolahan limbah medis pada rumah sakit kayak begitu baik ee
kami sudah rumah sakit sudah mempunyai insenerator tersendir.

Dari hasil wawancara dengan informan terkait dengan pengelolaan limbah


medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari, informasi yang didapat
pengelolaan limbah medis padat menggunakan insinerator. Proses pengolahan
dilakukan setiap hari mulai pukul 14.00 WIB sampai selesai. Hasil sisa
pembakaranya limbah medis padat bekerja sama dengan pihak ketiga.
Spesifikasi insinerator yang dimiliki RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari nama insinerator RI-02, kapasitas 20 kg/jam dengan temperatur ruang
bakar pertama 800ºC- 1.000ºC dan temperatur ruang bakar kedua 1.000ºC-
1.200ºC. Volume ruang bakar 0,48 M³ dengan tinggi cerobong 14,48 M dan
diameter cerobong 0,5 M dengan menggunakan bahan bakar solar.

71

Universitas Jambi
Pengelolaan limbah medis padat rumah sakit dapat ditunjang apabila rumah
sakit memiliki sumber daya yaitu tenaga pengelola limbah medis padat, dana
pengelolaan dan sarana serta prasarana. Dengan adanya sistem pengelolaan limbah
medis padat rumah sakit dapat melindungi kesehatan masyarakat sekitar dan juga
lingkungan, dengan mengikuti prosedur yang ada dalam manajemen pengelolaan
limbah rumah sakit, maka sekaligus akan membantu dalam mematuhi peraturan
perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif (Adisasmito, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan Andarnita (2012) di Banda Aceh yang
menemukan bahwa tindakan dalam pengolahan sampah medis di RSUD Zainal
Abidin Banda Aceh menemukan bahwa frekuensi yang terbesar dalam tindakan
pengolahan sampah medis di rumah sakit adalah pada faktor pemilahan,
pengumpulan, penampungan, pengangkutan, pemusnahan dan secara statistik
menemukan bahwa ada pengaruh antara pemilahan, pengumpulan, penampungan,
pengangkutan, pemusnahan terhadap pengolahan sampah medis.
Dari hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen, pengelolaan limbah
medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari dikelola sendiri dengan
menggunakan insinerator, hasil telaah dokumnen insinerator yang dimiliki oleh
rumah sakit sudah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Sisa hasil pembakaran dari insinerator pihak rumah sakit bekerja sama
dengan pihak ketiga.

3.2. Strategi pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten


Batanghari
Untuk menyusun strategi pengelolaan limbah medis padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari diperlukan analisis dengan metode SWOT
(Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis SWOT di peroleh dari
identifikasi kondisi, potensi dan permasalahan masing-masing komponen
pengelolaan limbah dan aspek-aspek lingkungan internal dan eksternal di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari.
Dari hasil analisis pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari dengan mengidentifikasi komponen (pewadahan dan

72

Universitas Jambi
pemilahan, pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan maka diperoleh hasil
analisis SWOT sebagai berikut:

3.2.1. Faktor Internal


Berdasarkan evaluasi identifikasi faktor internal pengelolaan limbah di
RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari maka diperoleh hasil sebagaimana dalam
tabel 4.5. berikut :
Tabel 4.5
Penilaian kekuatan dan kelemahan internal
No Penilaian Kekuatan (S) Bobot Rating Nilai NT
1 Tersedianya incenerator untuk
0,24 4,40 1,06 106,19
pengelolaan limbah medis padat
2 Adanya SOP dalam pengelolaan
0,26 4,60 1,18 117,58
limbah medis padat
3 Ketersediaan dana/ pembiayaan dalam
0,25 4,50 1,14 113,65
pengelolaan limbah
4 Tersedianya TPS 0,25 4,50 1,13 112,72
Jumlah 1 18 4,50 450,14
No Penilaian Kelemahan (W) Bobot Rating Nilai NT
1 Tingkat Pengetahuan Petugas 0,26 4,10 1,09 108,99
2 SDM yang belum terlatih/ belum 0,24 3,80 0,90 89,64
mempunyai sertifikat
3 Pengelolaan limbah medis yang belum 0,27 4,10 1,10 109,93
sempurna
4 Birokrasi pengajuan anggaran yang 0,23 3,50 0,81 80,55
lama untuk mengelola limbah
Jumlah 1 15,50 3,90 389,11
SELISIH (S-W) 61,03

Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa dalam Penilaian Kekuatan (S), faktor
kekuatan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit adalah tersedianya sarana
incenerator untuk pengelolaan limbah medis padat dengan nilai rata-rata sebesar
4,40 maka kekuatan sarana incinerator penting dalam pengelolaan limbah medis
padat dengan dilakukan pengelolaan sendiri. Kekuatan selanjutnya adalah adanya
SOP dalam pengelolaan limbah medis padat dengan nilai rata-rata 4,60 dimana
kekuatan SOP dalam pengelolaan limbah medis padat sangat penting supaya dapat
menjadi acuan petugas dapat menjalankan SOP tersebut.

73

Universitas Jambi
Faktor kekuatan berikutnya adalah ketersediaan dana / pembiayaan untuk
pengelolaan limbah dengan nilai 4,50 dimana ketersedian anggaran dalam
pengelolaan limbah sangat penting, dan kekuatan selajutnya adalah tersedianya
TPS dengan nilai 4,50 dimana nilai tesebut adalah sangat penting dalam
pengelolaan limbah medis padat. Dengan ketersediaan dana maka TPS limbah B3
di rumah sudah tersedia dan dapat digunakan dengan baik.
Dalam penilaian Kelemahan (W) ada beberapa faktor yang dirasakan
kurang oleh informan, antara lain tingkat pengetahuan petugas dengan nilai rata-
rata 4,10 dimana nilai tersebut menujukan sangat lemah dalam pengeolaan limbah.
Kelemahan selajutnya SDM yang belum terlatih atau mempunyai sertifikat
kompetensi dengan nilai 3,80 dimana nilai tersebut menunjukan cukup lemah
dalam pengelolaan limbah karena tenaganya belum terlatih dan belum memiliki
sertifikat kompetensi dalam pengelolaan limbah.
Faktor kelemahan selanjutnya adalah pengelolaan limbah medis belum
sempurna dengan nilai 4,10 menunjukan sangat lemah dalam pengelolaan limbah
karena tenaganya belum mempunyai sertifikat kompetensi pengelolaan limbah.
Untuk faktor birokrasi pengajuan anggaran yang lama untuk pengelolaan limbah
dengan nilai 3,50 dimana nilai tersebut menujukan cukup lemah dalam pengajuan
anggaran dalam pengelolaan limbah. Samapai sekarang belum ada tenaga
pengelola limbah yang memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan limbah medis
padat.
Berdasarkan skor total diketahui bahwa kekuatan berjumlah 450,14
sedangkan kelemahan sebesar 389,11. Selisih kekuatan dan kelemahan 61,03 yang
dapat diartikan faktor kekuatan lebih dominan daripada kelemahan yang dimiliki.

3.2.2. Faktor Eksternal


Berdasarkan evaluasi identifikasi faktor eksternal, maka diperoleh hasil
sebagaimana dalam tabel 4.6.

74

Universitas Jambi
Tabel 4.6
Penilaian Peluang dan Ancaman External
No Penilaian Peluang (O) Bobot Rating Nilai NT
1 Dukungan dari Dinas Kesehatan 0,20 4,20 0,85 84,51
2 Tersedianya peraturan tentang 0,21 4,30 0,88 88,01
pengelolaan limbah di fasyankes
3 Dukungan biaya dari pemerintah 0,20 4,20 0,86 85,96
dalam melengkapi fasilitas pengelolaan
limbah
4 Lokasi RSUD yang cukup luas dan 0,19 4,10 0,79 78,96
strategis
5 Kerjasama dengan instansi lain. 0,20 4,20 0,83 82,69
Jumlah 1 21,00 4,20 420,12
No Penilaian Ancaman (T) Bobot Rating Nilai NT
1 Kerusakan alat insinerator 0,34 4,50 1,53 152,62
2 Adanya pihak tertentu yang 0,34 4,60 1,56 156,02
mengambil keuntungan dari limbah
medis.
3 Jumlah pelanggan yang semakin 0,32 4,40 1,42 141,53
meningkat.
Jumlah 1 13,50 4,50 450,17
SELISIH (O-T) (30,07)

Dari Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa dalam Penilaian Peluang (O), faktor
peluang pengelolaan limbah medis padat rumah sakit adalah adanya dukungan dari
Dinas Kesehatan dengan nilai 4,20 dimana banyak peluang dukungan dari dinas
dengan melakukan monitoring setiap tiga bulan sekali terhadap pengelolaan
limbah. Pembinaan dan pengawasan dalam pengeloaan limbah medis padat di
rumah sakit dilakukan visitasi langsung bersama dengan Dinas Lingkungan Hidup.
Hasil penelitian Aini F, (2019) tentang Pengelolaan sampah medis rumah
sakit atau limbah B3 di Sumatra Barat. Lemahnya/kurangnya kepedulian atau
komitmen serta pemahaman pimpinan rumah sakit dan jajaran manajerial atas
pengelolaan limbah B3 dan dampak terhadap lingkungan serta sangksi hukum
yang akan diterima atas pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Faktor peluang selanjutnya adalah tersedianya peraturan tentang
pengelolaan limbah di fasyankes dengan nilai 4,30 dimana banyak peluang dalam
pengelolaan limbah. Kebijakan pengelolaan limbah di rumah sakit sudah tersedia
dalam bentuk panduan sanitasi, pedoman pengorganisasian sanitasi, pedoman

75

Universitas Jambi
pengelolaan limbah B3, SOP pengelolaan limbah B3, SOP Pengangkutan limbah
B3 dan SOP penyimpanan limbah B3.
Faktor peluang berikutnya dukungan biaya dalam pengelolaan limbah
medis padat. Faktor peluang ini dengan nilai 4,20 artinya banyak peluang untuk
dukungan anggaran pengelolaan limbah dengan menggunakan dana BLUD rumah
sakit. Peluang berikutnya lokasi RSUD yang cukup luas dan strategis dengan nilai
4,10 dan factor peluang berikutnya adalah kerja sama dengan instansi lain dengan
nilai 4,20 nilai ini juga membuat banyak peluang. Dengan dua faktor tersebut
banyak peluang untuk pengelolaan limbah medis padat dengan lokasi rumah sakit
di tengah kota dan mudah di jangkau maka dapat bekerja sama dengan rumah sakit
lain dan puskesmas dalam pengelolaan limbah medis padat.
Penilaian Ancaman (T), faktor ancaman pada pengelolaan limbah medis
padat rumah sakit adalah terjadinya kerusakan pada alat pengelolaan limbah medis
padat yaitu insinerator. Ancaman kerusakan insinerator dengan nilai rata-rata 4,50
nilai ini sangat mengancam dalam pengelolaan limbah medis padat.
Faktor ancaman berikutnya adalah adanya pihak tertentu yang mengambil
keuntungan dari limbah medis dengan nilai 4,60, nilai ini juga sangat mengancam
apabila pengelolaan limbah medis padat tidak di kelola dengan baik sesuai dengan
standar atau pedoman yang dibuat rumah sakit.
Faktor ancaman berikutnya adalah jumlah pengunjung yang semakin
meningkat dengan nilai 4,40 dimana nilai ini juga sangat mengancam. Dengan
peningkatan jumlah pengujung maka terjadi peningkatan jumlah limbah medis
padat di rumah sakit tersebut. Dengan demiki pihak rumah sakit menpersiapkan
sarana prasarana dengan terjadinya penambahan limbah medis padat tersebut.
Berdasarkan nilai total diketahui bahwa peluang berjumlah 420,12
sedangkan ancaman sebesar 450,17. Selisih peluang dan ancaman - 30,05, yang
dapat diartikan faktor ancaman lebih dominan dari pada faktor peluang.

3.2.3. Posisi Strategi dalam Analisis SWOT


Berdasarkan hasil penjumlahan skor faktor internal dan faktor eksternal
diatas, maka didapat sumbu x (faktor internal) 61,03 dan sumbu y (faktor

76

Universitas Jambi
eksternal) -30,05. Sehingga posisi strategi dalam analisis SWOT terlihat dalam
Gambar 4.1 berikut ini :
Gambar 4.1
Posisi Strategi Kuadran SWOT

Peluang
100
80
60
40
Kelemahan

20

Kekuatan
X
0
-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
-20
-40
Kuadran 2
-60 X (61,03), Y (-30,05)

-80
Y
-100
Ancaman

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa posisi penilaian faktor


internal dan eksternal berada pada kuadran 2 (positif, negatif) posisi ini
menunjukkan kekuatan dan ancaman memiliki nilai positif dan negatif artinya
posisi ini membuktikan RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari dalam pengelolaan
limbah medis padat mempunyai kekuatan, tapi akan mengadapi acaman yang
besar kalau pengelolaan limbahnya tidak sesuai dengan peraturan yang beralaku.

3.2.4. Strategi Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD HAMBA


Kabupaten Batanghari
Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam melakukan Pengelolaan
Limbah Medis Padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari agar optimal
terlihat dalam matriks SWOT berikut :

77

Universitas Jambi
Tabel 4.7
Matriks Strategi Pengelolaan Limbah Medis Padat
Kekuatan/ Kelemahan/
Strenght (S) Weakness (W)
Faktor Internal 1. Tersedianya sarana 1. Tingkat Pengetahuan
incinerator dalam Petugas.
pengelolaan limbah 2. SDM yang belum
medis padat. terlatih/mempunyai
2. Adanya Protap (SOP) sertifikat.
dalam pengelolaan 3. SDM yang masih
limbah. kurang.
3. Ketersediaan Dana / 4. Birokrasi pengajuan
Faktor Ekternal pembiayaan untuk anggaran yang lama
pengelolaan limbah. untuk mengelola
4. Tersedianya TPS limbah.
Peluang/
Strategi SO Strategi WO
Opportunity (O)
1. Dukungan dari Dinas 1. Menjalin kerjasam 1. Menjadikan Peraturan
Kesehatan. dengan fasilitas kesehtan Menteri Lingkungan
2. Tersedianya peraturan lain tentang pengelolaan Hidup dan Kehutanan
tentang pengelolaan limbah medis padat. Nomor P.56/Menlhk-
limbah di fasyankes. (S1.4,O6) Setjen/2015 Tahun
3. Dukungan biaya dari 2. Implementasi peraturan 2015 sebagai dasar
pemerintah dalam sebagai dasar untuk pengelolaan limbah
melengkapi fasilitas mencapai tujuan medis padat di rumah
pengelolaan limbah. pengelolaan limbah yang sakit. (W1.2, O2).
4. Lokasi RSUD yang memenuhi standar dalam 2. Memberikan
cukup luas dan pemenuhan sarana dan pendidikan dan pelatih
strategis prasarana (S1.2.4,O2) kepadan petugas
5. Jumlah pelanggan 3. Menyediakan dana dalam pengelola limbah
yang semakin pengelolaan limbah medis padat yang ada
meningkat. medis padat baik untuk dirumah sakit.
6. Kerjasama dengan sarana dan prasarana (W.1.2.3,4,O3)
instansi lain. maupun sumber daya
manusianya (S3,O3).
Ancaman/
Strategi ST Strategi WT
Threat (T)
1. Kerusakan alat 1. Ketersediaan anggaran 1. Menambah sumber
insinerator untuk perbaikan alat daya manusia
2. Adanya pihak tertentu pengolahan limbah. pengelola limbah
yang mengambil (S1.3,T1.3) (W3,T1.2).
keuntungan dari 2. Menjalankan SOP dan
limbah medis. peraturan tentang
3. Jumlah pelangan yang pengelolaan limbah
masih meningkat. (S2,T2).

78

Universitas Jambi
Berdasarkan hasil penilaian matriks analisis SWOT di atas, maka dapat
dirumuskan prioritas strategi agar pengelolaan limbah medis padat di RSUD
HAMBA Kabupaten Batanghari, diantaranya yaitu :
1. Menjalin kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain tentang pengelolaan limbah
medis padat. (S1.4,O6). Rumah sakit telah memiliki insinerator sendiri yang
sudah medapatkan izin dari kementrian lingkungan hidup begitu juga dengan
tempat pebuangan sementara limbah B3 sudah berizin juga maka dapat
menjalin kerja sama dengan fasilitas pelayananan kesehatan seperti rumah sakit
dan puskesmas dalam pengelolaan limbah medis padat dengan melengkapi
dokumen persyatatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Implementasi peraturan sebagai dasar untuk mencapai tujuan pengelolaan
limbah yang memenuhi standar dalam pemenuhan sarana dan prasarana
(S1.2.4,O2). Kebijakan pengelolaan limbah di rumah sakit tersedia dalam
bentuk panduan sanitasi, pedoman pengorganisasian sanitasi, pedoman
pengelolaan limbah B3, SOP pengelolaan limbah B3, SOP Pengangkutan
limbah B3 dan SOP penyimpanan limbah B3. Rumah sakit harus menjalankan
peraturan Permen LHK No. P.56/setjenklhk/2015, Permen LHK No. 6 Tahun
2021, pedoman pengelolaan limbah rumah sakit dan SOP yang sudah dibuat
dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaanya dengan rutin.
3. Menyediakan dana dalam pengelolaan limbah medis padat baik untuk sarana
dan prasarana maupun sumber daya manusianya (S3,O3). Berdasarkan hasil
wawancara terkait dana pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari berasal dari dana BLUD rumah sakit dan dari
Pemerintah Daerah. Dana yang di anggarkan untuk perbaikan sarana TPS
limbah B3, pendidikan dan pelatihan pengelola dan operator limbah B3.
4. Menjadikan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tahun 2015 sebagai dasar pengelolaan limbah
medis padat di rumah sakit. (W1.2, O2). Adanya pedoman pengelolaan
limbah berdasarkan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tahun
2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Rumah sakit dalam
pengelolan limbah medis padat berpedoman pada Permen LHK Nomor

79

Universitas Jambi
P.56/Menlhk-Setjen/2015 untuk mencegah dan mengurangi terjadinya
kontaminasi penyakit terhadap petugas pengleola limbah.
5. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas pengelola limbah medis
padat yang ada dirumah sakit. (W.1.2.3,O3). Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan nomor 6 tahun 2021 bahwa kewajiban pemegang
persetujuan teknis di bidang pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan
pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 harus memiliki tenaga
kerja yang memiliki sertifikat kompetensi di bidang pengelolaan limbah B3.
Rumah sakit memberikan pendidikan dan pelatihan petugas pengelola dan
operator untuk mendapatkan setifikat kompetesi pengelola limbah B3.
6. Ketersediaan anggaran untuk perbaikan alat pengolahan limbah. (S1.3,T1.3).
Rumah sakit mengalokasikan anggaran untuk perbaikan alat-alat pengelolaan
limbah medis padat seperti insinerator dan biaya operasional lainya dalam
melaksanakan pengelolaan limbah medis padat.
7. Menjalankan SOP dan peraturan tentang pengelolaan limbah (S2,T2). Dengan
adanya SOP pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit maka setiap
petugas dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis padat, dapat menjadi
acuan atau petunjuk dalam melaksanakan tugas dan mematuhi pedoman/
peraturan yang sudah dibuat oleh rumah sakit.
8. Menambah sumber daya manusia (SDM) pengelola limbah (W3,T2). Dalam
melaksanakan pengelolaan limbah yang baik diperlukan SDM yang mencukupi
di rumah sakit. Rumah sakit diharapkan dapat menambah SDM atau tenaga
yang terampil sesuai dengan kompetensi dalam pengelolaan limbah medis
padat.

80

Universitas Jambi
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengelolaan limbah medis padat di
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batanghari
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pemilahan dan pewadahan, pengangkutan, penyimpanan, dan
Pengolahan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari.
a. Proses pemilahan dan pewadahan limbah medis padat di RSUD HAMBA
Kabupaten Batanghari, dari masing-masing penghasil limbah medis padat
sudah dilakukan oleh perawat atau petugas kesehatan yang bertugas pada
saat itu. Tempat-tempat penghasil limbah medis padat sudah di sediakan
tong yang berbeda dan dilapisi dengan kantong yang beberda dimana
kantong warna kuning untuk limbah infeksi, kantong warna hitam limbah
non infeksi dan benda tanjam menggunakan safety box.
b. Pengangkutan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari limbah medis padat infeksi dan non infeksi sudah dipsahkan
dari penghasil limbah oleh petugas kesehatan yang berjaga. Pengangkut
menggunakan tong samapah tertutup di ambil dari penghasil limbah
dengan waktu yang sudah di tentukan mulai pukul 06.00 WIB samapi
07.00 WIB dengan menggunakan jalur yang sudah di tentukan oleh pihak
rumah sakit dan diatar ke TPS limbah B3.
c. Penyimpanan limbah medis pada di RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari di tempat khusus yaitu tempat penyimpanan sementara B3,
pada tempat penyimpanan tersebut limbah medis padat sudah dipisah-
pisah dengan menggunakan kantong yang terpisah. Limbah medis padat
yang ada di tempat penyimpanan tidak terlalu lama kerana lansung di
proses pengolahannya dengan insinerator oleh petugas pengelola.
d. Pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari
dikelola sendiri dengan menggunakan insinerator dan hasil pembakaran
dari insinerator bekerja sama dengan pihak ketiga.

81
Universitas Jambi
2. Strategi pengelolaan limbah medis padat RSUD HAMBA Kabupaten
Batanghari dengan analisis SWOT yaitu, menjalin kerja sama dengan rumah
sakit lain dan puskesmas dalam pengelolaan limbah medis padat. Menjalankan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56/Menlhk-
Setjen/2015 Tahun 2015 sebagai dasar pengelolaan limbah medis padat di
RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari, menyedikan anggaran pendidikan dan
pelatihan petugas pengelola dan operator untuk mendapatkan setifikasi
kompetensi pengelolaan limbah B3, menyediakan dana untuk perbaikan sarana
dan prasarana pengelolaan limbah medis padat dan penambahan tengan atau
SDM pengelola limbah di rumah sakit.

5.2. Saran
Pada permasalahan yang ditemukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batanghari maka disarankan :
1. Menyediakan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan petugas pengelola dan
operator limbah B3.
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pengelola dan operator limbah
B3 untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi pengelola limbah B3.
3. Menambah tenaga pengelola limbah B3 di rumah sakit sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
4. Menyediakan anggaran untuk perbaikan alat pengolahan (Insinerator) limbah
medis padat.
5. Menjalin kerja sama dalam pengolahan limbah medis padat dengan rumah
sakit lain dan puskesmas.
6. Memperbaiki sarana TPS limbah B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7. Menjalankan Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 sebagai dasar
dalam pengelolaan limbah B3.
8. Kepada penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang proses pemabakaran
limbah medis padat dengan menggunakan insinerator.

82

Universitas Jambi
DAFTAR PUSTAKA

Adhani. R. (2008). Pengelolaan limbah medis pelayanan kesehatan. Banjarmasin


Lambung Mangkurat University Press.

Adisasmito, W. (2014). Sistem manajemen lingkungan rumah sakit. Rajawali Pers.

Aini. S. (2021) Study Pengelolaan Limbh Medis Padat Alat Pelindung Diri (APD)
di Fasilitas Khusus Isolasi Covid-19 Rumah Sakit Umum Daerah Surya
Khairudin. Tesis. Pascasarjana. Jambi. Universita Jambi.

Aini. F. (2019), Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit


atau Limbah B3 di Sumatra Barat.

Andarnita (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengolahan limbah


medis di RSUD Zainul Abidin Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh.

Andrayani, D. (2021). Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat di


Puskesmas Kecamatan Bayung Lincir, Musi Banyuasin. Tesis.
Pascasarjana. Jambi: Universitas Jambi.

Angriani, N. 2017. Pemanfaatan Gas Metan Sampah Sebagai Energi Terbarukan


(Studi Kasus TPA Puwatu Kendari). Makassar: Universitas Hasanuddin.

Astuti, A. & Purnama, S.G. (2014). Kajian pengelolaan limbah di Rumah Sakit
Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Come. R.M, Sarungallo. Z.L, Lisangan, M.M, (2022) Karakteristik limbah medis
padat dan pengelolaannya di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari,
Program Pascasarjana Universitas Papua. Papua Barat.

Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman penatalaksanaan pengelolaan limbah


padat dan cair di rumah sakit. Jakarta. Bakti Husada. Jakarta. Direktorat
Jendral PPM & PPL dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Jambi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari. 2021. Profil Kesehatan Kabupaten


Batanghari Jambi.

Fattah, N., Mallongi, A., & Arman. (2007). Studi Tentang Pelaksanaan
Pengelolaan Sampah Medis Di Rumah Sakit. Makasar: Fakultas kedokteran
Universitas Hasanudin.

83
Kementerian Kesehatan. 2021. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021.

Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 Tahun 2020


Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan.2021. Sistim Informasi Rumah Sakit (SIRS). 2021

Kementerian LHK. Peraturan Menteri LHK Nomor P.56 tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Biro Hukum KLHK RI
(2015).

Kementerian LHK. Peraturan Menteri LHK Nomor 6 tahun 2021 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Biro Hukum KLHK RI (2021).

Kementerian LHK. Surat Edaran Menteri LHK Nomor


SE.3/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2021 tentang Pengelolaan limbah B3 dan
sampah dari penanganan Corona Virus Disease-19 (COVID-19).

Kosmanto, Y., Rohodin, Brata, B. (2012). Strategi Pengelolaan Sampah di Tempat


Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Bengkulu Selatan.

Laksono. T. (2005). Aspek strategis manajemen rumah sakit antara misi sosial dan
tekanan pasar. Yogyakarta.

Lestari.T.Y & Ernawati. E. (2020) Analisis Manajemen Pengelolaaan Limbah


Medis di Rumah Sakit TNI Al Samuel J. Moeda Kupang.

Mulya. W, Zulfikar. I, Rusba. K & Agus (2022) Analisis Pengelolaan Limbah


Padat Medis di Rumah Sakit dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Munandar, A. S. 2006. Pengantar Kuliah Psikologi Industri 1 Universitas Terbuka.


Jakarta: Komunika Jakarta.

Nursamsi, Thamrin, dan Efizon, D. (2017). Analisis Pengolahan Limbah Medis


Padat Puskesmas di Kabupaten Siak.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang


Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berbasis
Wilayah.

84
Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia. 2019. No. 7 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.

Pruss, G & Rushbrool. (2005). Pengelolaan aman limbah layanan kesehatan.


Jakarta: EGC.

Prasetiawan, T. (2020). Permasalahan Limbah Medis Covid-19 Indonesia. Info


Singkat, Vol. XII, No. 9/I/Puslit/Mei/2020.

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT: Teknik Pembedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe. (2021). Profil Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batanghari
Jambi.

Sirait,A.A.F.D, Mulyadi, A, Nazriati, E. (2015). Analisis Pengelolaan Limbah


Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara. Provinsi Sumatera Utara.

Siregar, Fadhilah Nabigha Salsabila Slawat. (2019). Analisis Sistem Pengolahan


Limbah Padat Medis Pada Puskesmas Rawat Inap Di Kota Medan Tahun
2019. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sitepu. P.Y, Nurmaini & Dharma.S. (2015). Sistem pengelolaan limbah medis
padat dan cair serta faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan limbah medis padat dan cair di rumah sakit kabanjahe
kabupaten karo.

Susilawati. (2021). Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Udara dengan Angka


Kuman Udara di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Abdoel Madjid
Batoe (HAMBA) Muara Bulian. Tesis. Pascasarjana. Jambi: Universitas
Jambi.

Terry, Goerge. R. (2008). Prinsip-prinsip manajemen. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan


Sampah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Unang. (2017). Studi komparasi pengelolaan limbah medis rumah sakit type c di
kabupaten merangin dan kabupaten sarolangun. Tesis. Pascasarjana. Jambi:
Universitas Jambi.

WHO. 2005. Pengolahan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

85
Yanto, E. (2020). Sistem pengelolaan limbah medis padat puskesmas berkelanjutan
di kabupaten tanjung jabung barat dengan studi kasus di puskesmas rawat
inap purwodadi, berdasarkan permen lhk no. p56 /setjen-klhk/2015. Tesis.
Pascasarjana. Jambi. Universitas Jambi.

Zuhriyani. (2018). Study Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Berkelanjutan di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
Tesis. Pascasarjana. Jambi: Universitas Jambi.

86
Lampiran 1

87
Universitas Jambi
88
Universitas Jambi
89
Universitas Jambi
90
Universitas Jambi
91
Universitas Jambi
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
( Lembar Persetujuan Informan )

TERIMAKASIH atas kesediaan memberikan waktu anda yang berharga kepada


saya untuk melaksanakan wawancara ini.

Perkenalkan nama saya Nasrul . Saya adalah mahasiswa pada Program Studi
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi. Saya ingin melakukan wawancara
dengan anda terkait ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDOEL MADJI BATOE.
HARAPAN kami, hasil dari wawancara ini dapat kami gunakan sebagai bahan
pelaksanaan penelitian saya.

Wawancara ini akan memakan waktu kira-kira satu sampai dengan dua jam . Saya
juga meminta izin kepada anda untuk merekam semua proses wawancara ini
karena saya tidak ingin kehilangan infomasi sedikitpun dari komentar-komentar
yang anda berikan nanti. Walaupun saya juga mengambil beberapa catatan secara
manual, namun saya tidak yakin dapat mencatatnya dengan cepat dan
menuliskannya secara lengkap di dalam catatan saya. Oleh karena wawancara ini
akan direkam, sehingga saya mohon agar anda dapat berbicara dengan cukup keras
serta jelas agar saya tidak melewatkan sedikitpun komentar dari anda.

Semua komentar yang anda berikan akan kami jaga kerahasiaanya. Hal ini artinya,
semua komentar anda hanya akan kami bagikan didalam penelitian ini dan kami
juga memberikan kepastian bahwa segala informasi terkait dengan laporan yang
kami buat tidak akan menyebutkan secara eksplisit bahwa anda adalah informan
dari penelitian ini.

Selama wawancara ini berlangsung, anda berhak untuk tidak menjawab pertanyaan
yang kami ajukan dan anda juga berhak unutk mengakhiri wawancara ini kapanpun
anda mau.

Apakah anda punya pertanyaan terkait dengan apa yang telah saya jelaskkan
sebelumnya?

Apakah anda bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini ?

Muara Bulian, 2022

(……………………… )

92
Universitas Jambi
Lampiran 3
Direktur dan Kabag TU

PANDUAN WAWANCARA
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDOEL MAJID BATOE

A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan :
B. DAFTAR PERTANYAAN :
1) Menurut bapak/ibu bagaimana pelaksanaan sistem pengelolaan limbah
medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe ?
(proses pemilahan dan pewadahan, pengangkutan, penyimpanan,
pengolahan serta penimbunan atau penguburan)

2) Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan system


pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit ?

3) Faktor apa saja menjadi kendala?


a. Apakah faktor SDM, berapa jumlah SDM dalam pengelolaan limbah
RS ?
b. Apakah petugas pengelola limbah telah diberikan pelatihan atau
edukasi sebelumnya ? (jika ada, kapan dan berapa kali? )
c. Apakah penggunaan APD oleh petugas kesehatan seperti Dokter,
Perawat dan Pengelola limbah, penggunaanya telah sesuai dengan
standar dan pedoman ? Apakah sebelumnya pernah dilakukan
sosialisasi oleh RS kepada petugas tentang penggunaan APD ?
d. Untuk sarana dan prasarananya bagaimana ? Menurut ibu apakah
Sarana dan Prasarana yang ada telah memenuhi dengan kebutuhan di
RS ? jika tidak apa saja kekurangannya?
e. Apakah untuk alat yang digunakan misalnya incinerator telah memiliki
sertifikasi dan ijin dalam penggunaan nya ?
f. Untuk dana dalam pengelolaan limbah di RS bagaimana? Sumber dana
berasal darimana?

4) Pedoman apa yang digunakan oleh rumah sakit dalam kegiatan pengelolaan
limbah medis padat?

5) Apakah ada regulasi atau peraturan yang dibuat oleh RS untuk kegiatan
pengelolaan limbah medis padat?

93
Universitas Jambi
6) Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kekurangan dalam sistem
pengelolaan limbah medis padat yang ada di RS ? bisa dijelaskan

7) Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kelebihan dalam sistem pengelolaan


limbah medis padat yang ada di RS?

8) Menurut bapak/ibu apa yang menjadi peluang dalam sistem pengelolaan


limbah medis padat yang ada di RS?

9) Menurut bapak/ibu apa yang menjadi ancaman dalam sistem pengelolaan


limbah medis padat yang ada di RS? baik dari luar maupun dari dalam
sebagai petugas kesehatan

94
Universitas Jambi
Lampiran 3
Kepala Ruangan

PANDUAN WAWANCARA
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDOEL MAJID BATOE

A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan :
B. DAFTAR PERTANYAAN :
1. Sebagai petugas yang bertugas dalam penanganan dan perawatan pasien,
pada saat melakukan visitasi pada pasien, APD apa saja yang Bapak/Ibu
gunakan ?

2. Menurut bapak/ibu bagaimana pelaksanaan sistem pengelolaan limbah


medis padat di RSUD HAMBA? (proses pemilahan dan pewadahan,
pengangkutan, penyimpanan, pengolahan serta penimbunan atau
penguburan)
a. Menurut bapak apakah tempat pemilahan dan pewadahan limbah sudah
terpisa ? Jika terpisah apakah di lapisi dengan kantong yang berbeda –
beda warnanya berdasarkan jenis limbahnya
b. Menurut bapak/ ibu bagaiman proses pengangkutan limbah medis
padat di rumah sakit ? Apakah ada jalur khusus
c. Menurut bapak/ibu apakah limbah medis padat dan limbah medis lain
di jadikan satu saat pembuangan akhir
d. Menurut bapak/ibu apakah tempat penyimpan limbah medis padat
mencukupi denagn jumlah yang dihasilakn di RS
e. Menurut bapak/ibu bagaiman Pengolahan limbah medis di RS
3. Menurut bapak /ibu apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan sistem
pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit ?

4. Faktor apa saja yang menjadi kendala?


a. Apakah faktor SDM, berapa jumlah SDM dalam pengelolaan limbah
RS ?
b. Apakah petugas pengelolaan limbah telah diberikan pelatihan atau
edukasi sebelumnya ? (jika ada, kapan dan berapa kali? )

95
Universitas Jambi
c. Apakah penggunaan APD oleh petugas kesehatan seperti dokter,
perawat dan pengelola limbah, penggunaanya telah sesuai dengan
standar dan pedoman ? Apakah sebelumnya pernah dilakukan
sosialisasi oleh RS kepada petugas tentang penggunaan APD ?
d. Untuk sarana dan prasarananya bagaimana ? Menurut bapak apakah
Sarana dan Prasarana yang ada telah memenuhi dengan kebutuhan di
RS ? jika tidak apa saja kekurangannya?
e. Apakah untuk alat yang digunakan misalnya incinerator telah memiliki
sertifikasi dan ijin dalam penggunaan nya ?
f. Untuk dana dalam pengelolaan Limbah di RS bagaimana? Sumber dana
berasal darimana?

5. Pedoman apa yang digunakan oleh rumah sakit dalam kegiatan pengelolaan
limbah medis padat?

6. Apakah ada regulasi atau peraturan yang dibuat oleh RS untuk kegiatan
pengelolaan limbah medis padat?

7. Apakah pedoman pengelolaan limbah dibentuk dalam SOP dan


disosialisasikan dan diberikan kepada seluruh pengelola limbah baik
sanitarian, Cleaning service, pengolah limbah.

8. Apakah SOP yang digunakan telah sesuai atau dikuti oleh petugas dengan
baik ? Untuk metode pengelolaan limbah apakah pelaksanaannya telah
sesuai dengan SOP

9. Apakah ada pengawasan dari Dinas Kesehatan terhadap pengelolaan


limbah medis padat di rumah sakit ?

10. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kekurangan dalam sistem


pengelolaan limbah medis padat yang ada di RS ? bisa dijelaskan

11. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kelebihan dalam sistem pengelolaan
limbah medis padat yang ada di RS?

12. Menurut bapak apa yang menjadi peluang dalam sistem pengelolaan limbah
medis padat yang ada di RS?

13. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi ancaman dalam sistem pengelolaan
limbah medis padat yang ada di RS? baik dari luar maupun dari dalam
sebagai petugas kesehatan

96
Universitas Jambi
Lampiran 3
Petugas sanitasi dan pengelola
PANDUAN WAWANCARA
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDOEL MAJID BATOE

A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan :
B. DAFTAR PERTANYAAN :
1. Menurut bapak/ibu bagaimana pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis
padat di RSUD HAMBA ? (proses pemilahan dan pewadahan, pengangkutan,
penyimpanan, pengolahan serta penimbunan atau penguburan)
a. Dalam proses pemilahan dan pewadahan limbah medis padat apakah
dilakukan pemilahan terhadap limbah hasil dari penggunaan oleh dokter
dan perawat dalam kegiatan penanganan pasien?
b. Bagaimana proses pemilahan dan pewadahan limbah medis padat yang ada
di RS, baik dari Langkah-langkahnya, persyaratan dan kondisi serta
perlakuan tempat sampah yang digunakan untuk menampung limbah medis
padat?
c. Bagaimana proses pengangkutan limbah medis padat yang dilakukan oleh
petugas ke tempat penyimpanan sementara sebelum dilakukan pengolahan?
d. Bagaimana proses penyimpan limbah medis padat pada TPS sebelum
dilakukan pengolahan selanjutnya ( incinerator)?
e. Bagaiman proses penimbunan ataupun penguburan hasil dari pengolahan
limbah medis padat hasil dari pembakaran dengan incinerator?

2. Apa yang menjadi tugas bapak/ibu dalam pengelolaan limbah medis padat
rumah sakit ? Bisa tolong dijelaskan ?

3. Menurut bapak /ibu apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan system
pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit ? Khusunya pada tugas yang
bapak/ibu lakukan dalam pengelolaan limbah medis padat?

4. Faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pengelolaan limbah medis padat?

5. Pedoman apa yang digunakan oleh rumah sakit dalam kegiatan pengelolaan
limbah medis padat?

6. Apakah ada regulasi atau peraturan yang dibuat oleh RS untuk kegiatan
pengelolaan limbah medis padat ?

97
Universitas Jambi
7. Apakah pedoman pengelolaan limbah dibentuk dalam SOP dan disosialisasikan
dan diberikan kepada seluruh pengelola limbah baik sanitarian, Cleaning
service, pengolah limbah.

8. Apakah SOP yang digunakan telah sesuai atau dikuti oleh petugas dengan
baik? Untuk Metode Pengelolaan Limbah apakah pelaksanaan nya telah sesuai
dengan SOP

9. Apakah ada pengawasan dari Dinas Kesehatan terhadap pengelolaan limbah


medis padat di rumah sakit ?

10. Menurut Bapak apa yang menjadi kekurangan dalam system pengelolaan
limbah medis padat yang ada di RS ? bisa dijelaskan

11. Menurut Bapak apa yang menjadi kelebihan dalam system pengelolaan limbah
medis padat yang ada di RS?

12. Menurut Bapak apa yang menjadi peluang dalam system pengelolaan limbah
medis padat yang ada di RS?

13. Menurut Bapak apa yang menjadi ancaman dalam system pengelolaan limbah
medis padat yang ada di RS? baik dari luar maupun dari dalam

98
Universitas Jambi
Lampiran 3
Petugas LH dan Dinkes

PANDUAN WAWANCARA
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDOEL MAJID BATOE

C. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan :
D. DAFTAR PERTANYAAN :
1. Menurut bapak/ibu bagaimana pelaksanaan sistem pengelolaan limbah
medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe ?
(proses pemilahan dan pewadahan, pengangkutan, penyimpanan,
pengolahan serta penimbunan atau penguburan)

2. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan system


pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit ?

3. Pedoman apa yang digunakan oleh rumah sakit dalam kegiatan pengelolaan
limbah medis padat?

4. Apakah ada regulasi atau peraturan yang dibuat oleh RS untuk kegiatan
pengelolaan limbah medis padat?

5. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kekurangan dalam sistem


pengelolaan limbah medis padat yang ada di RS ? bisa dijelaskan

6. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kelebihan dalam sistem pengelolaan


limbah medis padat yang ada di RS?

7. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi peluang dalam sistem pengelolaan


limbah medis padat yang ada di RS?

8. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi ancaman dalam sistem pengelolaan


limbah medis padat yang ada di RS? baik dari luar maupun dari dalam
sebagai petugas kesehatan

99
Universitas Jambi
Lampiran 4

PANDUAN OBSERVASI
(Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015)

A. Tahapan Pemilahan dan Pewadahan


Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Pemilahan pada sumber
(penghasil) limbah, dilakukan
sedekat mungkin dengan
sumber limbah, pemilahan
dilakukan selama
pengumpulan, penyimpanan
dan pengangkutan.
2. Pemilahan dilakukan dengan
cara memisahkan limbah B3
berdasarkan jenis, kelompok,
dan/atau karakteristik limbah
B3
3. Mewadahi limbah B3 sesuai
dengan kelompok limbah
4. Wadah yang digunakan
berbahan tahan karat, kedap
air, kuat dan tahan terhadap
benda tajam
5. Wadah atau tempat sampah .
memiliki tutup yang mudah
dibuka, dilapisi kantong
plastic sebagai pembungkus
sampah sesuai dengan
kategori dan dibedakan antara
tempat sampah medis dan
non medis
6. Pada tempat sampah selalu
dilapisi kantong plastik
dengan warna sesuai dengan
kelompok limbah
7. Pada tempat sampah diberi
symbol sesuai kelompok
limbah
8. Hanya limbah B3 medis
dimasukkan kedalam wadah
yang dilapisi kantong plastic
kuning bersimbol
“biohazard”

100
Universitas Jambi
B. Tahapan Pengangkutan
Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Proses pengangkutan limbah
medis padat dari tempat
sampah menuju TPS dengan
menggunakan alat
pengangkut berupa troli atau
wadah tahan goresan benda
tajam, mudah dilakukan
bongkar muat limbah, serta
mudah dibersihkan
2. Kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut limbah
medis padat tidak boleh
digunakan untuk mengangkut
material lain.
3. Apabila tidak ada sarana
pengangkut harus
menyediakan bak atau
kantong terpisah dimana
kantong tersebut harus terikat
4. Pengumpulan limbah medis
padat dari wadah dilakukan
bila sudah ¾ penuh atau
paling lama 12 jam kemudian
dikemas dan diikat rapat
5. Limbah B3 Medis yang telah
diikat setiap 12 jam didalam
wadah harus diangkut dan
disimpan pada TPS limbah
B3 atau tempat khusus
6. Petugas pengangkut limbah
wajib menggunakan APD
lengkap

101
Universitas Jambi
C. Tahapan Penyimpanan
Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Lokasi penyimpanan limbah
medis padat merupakan
daerah bebas banjir dan tidak
rawan bencana alam.
2. Lokasi penyimpanan berada
jauh dari ruangan pasien,
laboratorium, ruang operasi
atau area yang diakses
masyarakat
3. TPS harus memiliki lantai
yang kedap air, berlantai
beton atau semen dengan
system drainase yang baik
serta mudah dibersihkan dan
dilakukan desinfeksi
4. Tersedia sumber air untuk
pembersihan, mudah diakses
untuk penyimpanan limbah
dan dapat dikunci untuk
menghindari akses oleh pihak
yang tidak berkepentingan,
mudah diakses oleh
kendaraan pengangkut
limbah
5. Tidak dapat diakses oleh
hewan, serangga dan burung,
dilengkapi dengan ventilasi
dan pencahayaan yang baik
dan memadai, berada jauh
dari tempat penyimpan atau
penyiapan makanan
6. Limbah sitotoksik harus
disimpan terpisah dari limbah
lainnya dan ditempatkan pada
lokasi penyimpanan yang
aman
7. Untuk limbah medis padat
yang tidak dapat dilakukan
pengolahan langsung, maka
limbah dapat disimpan
dengan menggunakan freezer/
coldstrorage yang dapat
diatur suhunya dibawah 0oC
di dalam TPS

102
Universitas Jambi
D. Tahapan Pengelolaan
Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Pengolahan limbah medis
padat dapat menggunakan
incinerator/autoklaf/gelomba
ng mikro. Dalam kondisi
darurat, penggunaan
peralatan tersebut
dikecualikan untuk memiliki
izin
2. Untuk fasyankes yang
menggunakan autoklaf/
gelombang mikro, residu agar
dikemas dalam wadah kuat.
Residu dapat dikubur dengan
konstruksi yang ditetapkan
pada peraturan PermenLHK
P.56 Tahun 2015.
3. Untuk Fasyaneks yang tidak
memiliki peralatan tersebut
dapat langsung melakukan
penguburan dengan Langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Limbah didensifeksi
terlebih dahulu dengan
desinfektan berbasis
klorin 0,5%
b. Limbah dirusak supaya
tidak berbentuk asli agar
tidak digunakan lagi
c. Dikubur dengan
konnstruksi yang
ditetapkan pada Permen
LHK P.56 Tahun 2015

103
Universitas Jambi
E. Tahapan Penimbunan/ Penguburan
Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Konstruksi penguburan
sesuai dengan Permen LHK
P.56 Tahun 2015
2. Lokasi penguburan atau -
penimbunan bebas banjir,
berjarak paling rendah 20
meter dari sumur atau
perumahan
3. Kedalaman kuburan paling -
rendah 1,8 meter dan
diberikan pagar pengaman
dan papan penanda kuburan
4. Pengolahan limbah medis
padat dapat menggunakan
jasa pihak ke 3 baik untuk
proses pegolahan maupun
abu hasil pembakaran
incinerator
5. Timbunan/volume limbah
medis padat dilakukan
pencatatan setiap harinya
dalam logbook dan
dilaporkan ke Dinas
Lingkungan Hidup setiap 6
bulan sekali
6. Fasilitas pelayanan kesehatan
yang memiliki alat
pengolahan limbah dapat
menerima limbah b3 medis
dari fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya

104
Universitas Jambi
Lampiran 5

KUESIONER ANALISIS SWOT

Penilaian bobot faktor internal dan faktor eksternal


Petunjuk : Berilah tanda (V) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia sesuai
dengan pilihan bapak/ibu/sdr/sdri pada masing-masing pertanyaan.
Faktor Internal
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot
No
Kekuatan (Strenght) 1 2 3 4 5

1 Tersedianya incenerator untuk


pengelolaan limbah medis padat
2 Adanya SOP dalam pengelolaan
limbah medis padat
3 Ketersediaan dana/ pembiayaan dalam
pengelolaan limbah
4 Tersedianya TPS
Keterangan :
1. Tidak penting dalam pengelolaan limbah medis padat
2. Kurang penting dalam pengelolaan limbah medis padat
3. Cukup penting dalam pengelolaan limbah medis padat
4. Penting dalam pengelolaan limbah medis padat
5. Sangat penting dalam pengelolaan limbah medis padat

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot


No
Kelemahan (Weaknees) 1 2 3 4 5

1 Tingkat Pengetahuan Petugas


SDM yang belum terlatih/ belum
2
mempunyai sertifikat
Pengelolaan limbah medis yang belum
3
sempurna
Birokrasi pengajuan anggaran yang
4
lama untuk mengelola limbah
Keterangan :
1. Sangat tidak lemah dalam pengelolaan limbah medis padat
2. Tidak lemah dalam pengelolaan limbah medis padat
3. Cukup lemah dalam pengelolaan limbah medis padat
4. Sangat lemah dalam pengelolaan limbah medis padat
5. Sangat lemah sekali dalam pengelolaan limbah medis padat

105
Universitas Jambi
Faktor Ekternal
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot
No
Peluang (Opportunity) 1 2 3 4 5
1 Dukungan dari Dinas Kesehatan

2 Tersedianya peraturan tentang


pengelolaan limbah di fasyankes
3 Dukungan biaya dari pemerintah dalam
melengkapi fasilitas pengelolaan limbah
4 Lokasi RSUD yang cukup luas dan
strategis
5 Kerjasama dengan instansi lain.
Keterangan :
1. Sangat tidak ada peluang dalam pengelolaan limbah medis padat
2. Tidak ada peluang dalam pengelolaan limbah medis padat
3. Ada peluang dalam pengelolaan limbah medis padat
4. Banyak peluang dalam pengelolaan limbah medis padat
5. Sangat banyak peluang dalam pengelolaan limbah medis padat

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot


No
Ancaman (Threat) 1 2 3 4 5
1Kerusakan alat incinerator
2 Adanya pihak tertentu yang mengambil
keuntungan dari limbah medis.
3 Jumlah pelanggan yang semakin
meningkat.
Keterangan : Dalam pengelolaan limbah medis padat
1. Sangat tidak mengancam dalam pengelolaan limbah medis padat
2. Tidak mengancam dalam pengelolaan limbah medis padat
3. Mengancam dalam pengelolaan limbah medis padat
4. Sangat mengancam dalam pengelolaan limbah medis padat
5. Sangat mengancam sekali dalam pengelolaan limbah medis padat

106
Universitas Jambi
Lampiran 6

Rekapitulasi Analisis SWOT


Faktor Internal

Responden Jumlah
NO PERNYATAAN Bobot Rata-rata Nilai NT
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 (R1x1)+(R2x2)+(R3…...

Kekuatan ( S)
Tersedianya sarana incinerator dalam
1 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 245 0,25 4,60 1,13 113,27
pengelolaan limbah medis padat
Adanya Protap (SOP) dalam pengelolaan
2 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 251 0,25 4,60 1,16 116,04
limbah
Ketersediaan Dana / pembiayaan untuk
3 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 248 0,25 4,50 1,12 112,16
pengelolaan limbah.
4 Tersedianya TPS 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 251 0,25 4,60 1,16 116,04

Jumlah 995 1 18 4,58 457,51

Kelemahan (W)

1 Tingkat Pengetahuan Petugas 4 4 4 3 4 5 4 4 5 4 231 0,35 4,10 1,42 141,57


SDM yang belum terlatih/mempunyai
2 5 4 3 2 5 4 4 4 4 3 205 0,31 3,80 1,16 116,44
sertifikat
3 SDM yang masih kurang 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 233 0,35 4,10 1,43 142,80

Jumlah 669 1 12,00 4,01 400,81

SELISIH (S-W) 6,30 0,57 56,70

Faktor Eksternal

Responden Jumlah
NO PERNYATAAN Bobot Rata-rata Nilai NT
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 (R1x1)+(R2x2)+(R3…...

Peluang (O)

1 Dukungan dari Dinas Kesehatan 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 253 0,17 4,50 0,76 76,20


Tersedianya peraturan tentang
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 275 0,18 5,00 0,92 92,03
pengelolaan limbah di fasyankes
Dukungan biaya dari pemerintah dalam
3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 237 0,16 4,20 0,67 66,63
melengkapi fasilitas pengelolaan limbah
Lokasi RSUD yang cukup luas dan
4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 243 0,16 4,50 0,73 73,19
strategis
Jumlah pelanggan yang semakin
5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 244 0,16 4,40 0,72 71,86
meningkat.
6 Kerjasama dengan instansi lain. 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 242 0,16 4,50 0,73 72,89

Jumlah 1494 1 27,10 4,53 452,81

Ancaman (T)
Birokrasi pengajuan anggaran yang lama
1 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 196 0,82 3,40 2,80 280,00
untuk mengelola limbah
Adanya pihak tertentu yang mengambil
2 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 238 0,55 4,30 2,36 235,81
keuntungan dari limbah medis.
Jumlah 434 1 7,70 5,16 515,81

SELISIH (O-T) 19,40 (0,63) (63,00)

107
Universitas Jambi
Lampiran 7

HASIL OBSERVASI
(Permen LHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015)

F. Tahapan Pemilahan dan Pewadahan


Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Pemilahan pada sumber Pemilahan dilakukan diawal Sudah sesuai
(penghasil) limbah, dilakukan pengumpulan limbah medis dengan PerMen
sedekat mungkin dengan dengan menempatkan LHK Nomor
sumber limbah, pemilahan tempat sampah khusus P.56/Menlhk-
dilakukan selama menampung limbah Setjen/2015
pengumpulan, penyimpanan
dan pengangkutan.
2. Pemilahan dilakukan dengan Limbah dibedakan Sudah sesuai
cara memisahkan limbah B3 berdasarkan jenisnya dan dengan PerMen
berdasarkan jenis, kelompok, ditempatkan di tong sampah LHK Nomor
dan/atau karakteristik limbah yang berbeda warna P.56/Menlhk-
B3 Setjen/2015
3. Mewadahi limbah B3 sesuai Rumah sakit menyediakan Sudah sesuai
dengan kelompok limbah tong sampah dengan warna dengan PerMen
hijau, kuning, merah dan LHK Nomor
abu-abu P.56/Menlhk-
Setjen/2015
4. Wadah yang digunakan Tong sampah yang Sudah sesuai
berbahan tahan karat, kedap disediakan oleh rumah sakit dengan PerMen
air, kuat dan tahan terhadap terbuat dari plastik, LHK Nomor
benda tajam memiliki tutup dan kedap P.56/Menlhk-
air Setjen/2015
5. Wadah atau tempat sampah Tong sampah memiliki Sudah sesuai
memiliki tutup yang mudah tutup yang mudah dibuka dengan PerMen
dibuka, dilapisi kantong dan dibedakan sampah LHK Nomor
plastic sebagai pembungkus medis dan non medis dari P.56/Menlhk-
sampah sesuai dengan warna tong sampahnya. Setjen/2015
kategori dan dibedakan antara
tempat sampah medis dan
non medis
6. Pada tempat sampah selalu Tong sampah dilapisi Sudah sesuai
dilapisi kantong plastik
kantong plastik sebelum dengan PerMen
dengan warna sesuai dengandigunakan. Plastic yang LHK Nomor
kelompok limbah digunakan untuk P.56/Menlhk-
menampung limbah infeksi Setjen/2015
berwarna kuning dan non
infeksi berwarna hitam.
7. Pada tempat sampah diberi Setiap tong sampah sudah Sudah sesuai
symbol sesuai kelompok di label bertuliskan dengan PerMen
limbah infeksius, non infeksius LHK Nomor
dan beracun. P.56/Menlhk-
Setjen/2015

108
Universitas Jambi
8. Hanya limbah B3 medis Penggunaan plastik Sudah sesuai
dimasukkan kedalam wadah berwarna kuning dengan PerMen
yang dilapisi kantong plastic LHK Nomor
kuning bersimbol P.56/Menlhk-
“biohazard” Setjen/2015

G. Tahapan Pengangkutan
Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Proses pengangkutan limbah Alat yang digunakan dalam Sudah sesuai
medis padat dari tempat proses pengangkutan limbah dengan PerMen
sampah menuju TPS dengan medis padat berupa tong LHK Nomor
menggunakan alat sampah tertutup P.56/Menlhk-
pengangkut berupa troli atau Setjen/2015
wadah tahan goresan benda
tajam, mudah dilakukan
bongkar muat limbah, serta
mudah dibersihkan
2. Kendaraan yang digunakan Tong samapah digunakan Sudah sesuai
untuk mengangkut limbah hanya untuk mengangkut dengan PerMen
medis padat tidak boleh limbah medis padat LHK Nomor
digunakan untuk mengangkut P.56/Menlhk-
material lain. Setjen/2015
3. Apabila tidak ada sarana
pengangkut harus
menyediakan bak atau
kantong terpisah dimana
kantong tersebut harus terikat
4. Pengumpulan limbah medis Pengumpulan dilakukan Sudah sesuai
padat dari wadah dilakukan setiap hari oleh petugas dengan PerMen
bila sudah ¾ penuh atau yang berjaga pada saat itu. LHK Nomor
paling lama 12 jam kemudian P.56/Menlhk-
dikemas dan diikat rapat Setjen/2015
5. Limbah B3 Medis yang telah Pengangkutan dilakukan Sudah sesuai
diikat setiap 12 jam didalam tiga kali seminggu dengan PerMen
wadah harus diangkut dan LHK Nomor
disimpan pada TPS limbah P.56/Menlhk-
B3 atau tempat khusus Setjen/2015
6. Petugas pengangkut limbah Petugas menggunakan Sudah sesuai
wajib menggunakan APD masker bedah, sarung dengan PerMen
lengkap tangan, celemek dan sepatu LHK Nomor
boat P.56/Menlhk-
Setjen/2015

109
Universitas Jambi
H. Tahapan Penyimpanan
Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Lokasi penyimpanan limbah Lokasi penyimpanan Sudah sesuai
medis padat merupakan sementara berupa TPS dengan PerMen
daerah bebas banjir dan tidak limbah B3 bebas dari banjir LHK Nomor
rawan bencana alam. dan tidak rawan bencanan P.56/Menlhk-
Setjen/2015
2. Lokasi penyimpanan berada Lokasi penyimpanan berada Sudah sesuai
jauh dari ruangan pasien, belakang disamping TPS dengan PerMen
laboratorium, ruang operasi limbah padat lainya dan LHK Nomor
atau area yang diakses jauh dari akses masyarakat P.56/Menlhk-
masyarakat Setjen/2015
3. TPS harus memiliki lantai TPS yang ada berukuran Sudah sesuai
yang kedap air, berlantai 7,5x3,5 M permanen dan dengan PerMen
beton atau semen dengan sudah memiliki izin LHK Nomor
system drainase yang baik P.56/Menlhk-
serta mudah dibersihkan dan Setjen/2015
dilakukan desinfeksi
4. Tersedia sumber air untuk sumber air berada didekat Sudah sesuai
pembersihan, mudah diakses TPS, terkunci dan mudah dengan PerMen
untuk penyimpanan limbah diakses oleh kedaraan LHK Nomor
dan dapat dikunci untuk P.56/Menlhk-
menghindari akses oleh pihak Setjen/2015
yang tidak berkepentingan,
mudah diakses oleh
kendaraan pengangkut
limbah
5. Tidak dapat diakses oleh Kondisi TPS tidak dapat Sudah sesuai
hewan, serangga dan burung, dijangkau oleh hewan dengan PerMen
dilengkapi dengan ventilasi ataupun serangga namun LHK Nomor
dan pencahayaan yang baik jauh dari tempat P.56/Menlhk-
dan memadai, berada jauh penyimpanan atau Setjen/2015
dari tempat penyimpan atau penyiapan makanan
penyiapan makanan
6. Limbah sitotoksik harus TPS yang ada khusus untuk Sudah sesuai
disimpan terpisah dari limbah menampung limbah medis dengan PerMen
lainnya dan ditempatkan pada padat sebelum dilakukan LHK Nomor
lokasi penyimpanan yang pembakaran dengan P.56/Menlhk-
aman incinerator Setjen/2015
7. Untuk limbah medis padat Tersedia freese/ cold Sudah sesuai
yang tidak dapat dilakukan strorage pada TPS dengan PerMen
pengolahan langsung, maka LHK Nomor
limbah dapat disimpan P.56/Menlhk-
dengan menggunakan freezer/ Setjen/2015
coldstrorage yang dapat
diatur suhunya dibawah 0oC
di dalam TPS

110
Universitas Jambi
I. Tahapan Pengelolaan
Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Pengolahan limbah medis Proses pengolahan limbah Sudah sesuai
padat dapat menggunakan medis padat di RSUD dengan PerMen
incinerator/autoklaf/gelomba HAMBA Kabupaten LHK Nomor
ng mikro. Dalam kondisi Batanghari menggunakan P.56/Menlhk-
darurat, penggunaan incenerator yang telah Setjen/2015
peralatan tersebut
memiliki izin dari
dikecualikan untuk memiliki Kementrian lingkungan
izin hidup dan Kehutanan.
2. Untuk fasyankes yang-
menggunakan autoklaf/
gelombang mikro, residu agar
dikemas dalam wadah kuat.
Residu dapat dikubur dengan
konstruksi yang ditetapkan
pada peraturan PermenLHK
P.56 Tahun 2015.
3. Untuk Fasyaneks yang tidak -
memiliki peralatan tersebut
dapat langsung melakukan
penguburan dengan Langkah-
langkah sebagai berikut :
d. Limbah didensifeksi
terlebih dahulu dengan
desinfektan berbasis
klorin 0,5%
e. Limbah dirusak supaya
tidak berbentuk asli agar
tidak digunakan lagi
f. Dikubur dengan
konnstruksi yang
ditetapkan pada Permen
LHK P.56 Tahun 2015

J. Tahapan Penimbunan/ Penguburan


Realisasi di RSUD
No Kriteria Hasil Analisa
HAMBA
1. Konstruksi penguburan Untuk proses peninmbunan Sudah sesuai
sesuai dengan Permen LHK hasil dari pembakaran dengan PerMen
P.56 Tahun 2015 disimpan di TPS limbah B3 LHK Nomor
P.56/Menlhk-
Setjen/2015

111
Universitas Jambi
2. Lokasi penguburan atau -
penimbunan bebas banjir,
berjarak paling rendah 20
meter dari sumur atau
perumahan
3. Kedalaman kuburan paling -
rendah 1,8 meter dan
diberikan pagar pengaman
dan papan penanda kuburan
4. Pengolahan limbah medis Sisa hasil pembakaran Sudah sesuai
padat dapat menggunakan incinerator bekerja sama dengan PerMen
jasa pihak ke 3 baik untuk dengan pihak ketiga LHK Nomor
proses pegolahan maupun P.56/Menlhk-
abu hasil pembakaran Setjen/2015
incinerator
5. Timbunan/volume limbah Timbunan limbah B3 Sudah sesuai
medis padat dilakukan dicatan dalam logbook dan dengan PerMen
pencatatan setiap harinya dilaporkan setiap bulan LHK Nomor
dalam logbook dan P.56/Menlhk-
dilaporkan ke Dinas Setjen/2015
Lingkungan Hidup setiap 6
bulan sekali
6. Fasilitas pelayanan kesehatan Tidak menerima limbah B3
yang memiliki alat dari fasilitas lain
pengolahan limbah dapat
menerima limbah b3 medis
dari fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya

112
Universitas Jambi
Lampiran 8

PENYUSUNAN KODING DAN KATEGORI

NO URAIAN PERTANYAAN HASIL WAWANCARA KODING KATEGORI INTERPRETASI

1 Sumber Daya Manusia (SDM)


a. Apakah petugas Informan 1 : Kalau edukasi ya, kalau Petugas belum pernah dilatih, Sebagian informan Petugas pengelola limbah
pengelola limbah telah pelatihan sih mungkin belum lah yaa, edukasi sudah dilakukan oleh mengatakan petugas medis padat di RSUD
diberikan pelatihan kalau edukasi sudah ada kadang kita ee kepala ruangan masing pengelola limbah medis HAMBA kanupaten
atau edukasi melakukan edukasi itu biasanya setiap kepada tenaga kesehatannya. padat di RSUD HAMBA sudah Batanghari sudah
sebelumnya ? (jika ada, ruangan itu oleh kepala ruangannya diberikan edukasi untuk diberikn edukasi untuk
kapan dan berapa kali? masing-masing dilakukan edukasi melaksanakan SOP oleh melaksanakan Standar
) kepada tenaga kesehatannya, untuk petugas PPI, K3 dan kepala operasional prosedur
bagaiman limbah ini di pilah sebelum ruangan masing- melalui in (SOP) oleh petugas PPI,
nanti diangkut dan diolah. house training. Operator dan K3 dan kepala ruangan
penaggung jawab limbah B3 melalui in house training.
Informan 4 : Kalau sejauh ini untuk Petugas PPI memberikan in belum pernah mengikuti Petugas operator dan
pegolahan limbah itu kita bedasarkan House Training dan edukasi pelatihan dan belum memiliki penaggung jawab belum
PPI memberikan in house training, kepada karyawan rumah sakit sertifikat dikarenakan pernah mengikuti
edukasi kepada seluruh ee karyawan termasuk penaggung jawab membutuhkan dana yang pelatihan dan belum
rumah sakit termasuk yang memang atau pengelola limbah. Untuk cukup. memiliki setifikat
penaggung jawab atau pengelola pelatihan belum pernah kompetensi pengelollaan
limbah itu sendiri yang membakar di dilakukan karena limbah B3 dikarnakan
incinerator, tapi memenag kita belum membutuhhkan dana. membutuhkan danan
ee memberikan pelatihan yang khusus, yang cukup.
karena ini membutuhkan dana dan itu
baru mau kita usulkan di tahun ini.

113
Universitas Jambi
Informan14 : Kalau pelatihan dasar Edukasi dilakukan oleh
keseluruhan, kalau untuk edukasi itu petugas PPI untuk mereview
biasanya petugas PPI mereview bisa petugas satu minggu sekali
satu minggu atau satu bulan sekali, itu atau setiap bulan kesetiap
mereka turun ke setiap ruangan untuk runagan
me re kembali ee mengecek-ngecek
tong sampah dan cara pemilihannya.

Informan16 : Kalau untuk di ruang sini Edukasi dilakukan langsung


edukasi, edukasi langsung untuk dari oleh petugas PPI ke setiap
secara PPI nya aja, yang ngasihkan pegawai baru cara cuci tangan
edukasinya, sudah itu kan setiap, ee dan pengolahan limbah.
setiap pegawai baru siap, apa kan
langsung di ee langsung dikasih dari
PPI itu ada sudah misalnya cara
pengolahan ee apa untuk cuci tangan
pengolahan limbah itu sudah termasuk
pengelolaan limbah juga dari PPI.

b. Faktor apa saja yang Informan 3 : Nah secara ini memang dia Petugas belum memiliki
menjadi kendala? belum bersertifikat, tetapi kita sudah sertifikas tetapi sudah
Apakah faktor SDM, melatih bekerja sama dengan K3 rumah melatih/dibimbing oleh
berapa jumlah SDM sakit, kemudian PPI rumah sakit untuk petugas K3, PPI rumah sakit
dalam pengelolaan pelaksanaan alur, alur sop ee sudah untuk pelaksanaan SOP
limbah rumah sakit kita berikan dan kita bimbing ee untuk pengelolaan limbah
pelaksanaan kegiatan sehingga sampai
saat ini beliau, setelah kita cek
kesehatannya Alhamdulillah sehat dan
normal tidak ada penyakit.

114
Universitas Jambi
Informan 7 : Kendalanya paling ni kalau Operator dan penanggung
sekarang itu, tuh kan sekarang ini ada jawab limbah B3 harud
ketentuan mengenai operator dan memiliki sertifikas dari badan
penanggung jawab untuk pengolahan sertifikasi nasional.
limbah B3, itu harus memiliki sertifikat
dari badan sertifikasi nasional, jadi
apakah itu sudah ada atau belum. Kita
belum tahu juga nanti silahkan
konfirmasi ke rumah sakit itu baru
tahun ini.

2 Sarana dan Prasaran


a. Faktor apa saja yang Informan 5 : Ada kendala yang, belum Tempat limbah di RSUD Sarana dan prasarana di Saran dan prasarana
menjadi kendala? dipenuhi oleh rumah sakit itu, ee HAMBA sudah bagus dan RSUD HAMBA sudah cukup pengelolaan limbah
Untuk sarana dan masalah tempat limbahnya itu memang lengkap, tetapi tempat aliran dimana tong sampah, medis padat di RSUD
prasarananya sudah bagus, dia lengkap dengan limbah yang mencair belum kantong plastik dan safety HAMBA sudah cukup
bagaimana ? Menurut tempat-tempat limbahnya sudah memenuhi syarat supaya tidak bok sudah ada disetiap dimana sudah memiliki
bapak/ibu apakah dilengkapi, tapi kendala yang ado itu mencemari lingkungan rumah ruangan dan sudah di pisah TPS Limbah B3, sudah
sarana dan prasarana masalah kalau memang ado limbah sakit. untuk infeksi dan non infeksi. menggunakan tong
yang ada telah padat itu yang akan mencair, misalnya Tetapi tepat penyimpanan sampah yang berbeda
memenuhi dengan kan akan mencair di aliran-aliran dari limbah yang mencair belum untuk infeksi
kebutuhan di rumah itu misalnya seperti pipa air turun, memenuhi syarat. mengunakan katong
sakit ? jika tidak apa misal pengalirannya kemano supaya plastik warna kuning, non
saja kekurangannya? jangan terjadi pencemaran lingkungan infeksi warna hitam dan
rumah sakit, nah itu itu kemarin belum limbah tajam safety
ada itu nampaknya, tapi dia bilang ado box.dan tempat
tapi tidak memenuhi syarat, dari penyimpanan limbah
pengetahuan kami di bidang B3. yang mencair belum
memenuhi syarat.

115
Universitas Jambi
Informan 14 : Kalau untuk sarana Sarana tong sampah sudah
seperti tong sampah itu sudah lengkap, lengkap semua untuk infeksi
di sini ada lima ruangan itu sudah ada dan non infeksinya sudah di
lengkap semua tong sampah untuk pisahkan.
infeksi sama non infeksinya sudah
terpisah.

Informan 15 : Kalau sarana dan Sarana dan prasarana cukup


prasarana memenuhi syarat, cukup kantong, tempat sampah dan
kalau kantong-kantong di bagikan, safety box ada di ruangan
tempat sampah ada di setiap ruangan masing-masing.
pasien, kemudian safety box cukup.

Informan 16 : Alhamdulillah sekarang Sarana tidak ada kendala, tong


belum ada kendala, semua sarana sampak, kantong kresek dan
sudah bagus, semua tong sampah anu tempat spuet ada semua.
apa namanya tuh kantong kreseknya
atau tempat spuet itu sudah semua.
3 Regulasi dan Peraturan
a. Pedoman apa yang Informan 1 : Undang-Undang, dari Undang-undang, Permenkes Pedoman yang digunakan Pedoman yang digunakan
digunakan oleh rumah Permenkes kita baca lagi kan, Undang- dan peraturan menteri oleh RSUD HAMBA dalam dalam dalam pengelolaan
sakit dalam kegiatan undang tentang rumah sakit dan lingkungan hidup. pengelolaan limbah medis limbah medis padat di
pengelolaan limbah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup. adalah undang-undang, RSUD HAMBA kabupaten
medis padat? peraturan pemerintah no 22 Btanghari mengunakan
Informan 4 : Kalau pedoman itu ee kita Pedomannya yaitu PP nomor tahun 2021, PMLHK nomor 6 undang-undang,
sesuai kemarin tu apa ya PP nomor 22 22 tahun 2021 dan divisitasi tahun 2021 dan dari peraturan pemerintah
tahun 2021, kemudian nanti ada kami dari LH dan Dinkes permenkes. Sedangkan nomor 22 tahun 2021,
juga ee rutin dapat visitasi atau regulasi atau peraturan yang Permen LHK nomor 6
kunjugan dari LH dan Dinkes untuk sudah dibuat oleh RSUD tahun 2021 dan dari

116
Universitas Jambi
monitoring limbahnya. HAMBA adalah pedoman Permenkes. Sedangkan
pengorganisasian sanitasi regulasi atau peraturan
Informan 19 : Ada kalau sekarang ini Mengacu pada PMLHK nomor rumah sakit, panduan yang dibuat oleh RSUD
kan, kalau tentang pengelolaan ini, kita 6 tahun 2021 tentang pengelolaan limbah B3 dan HAMBA adalah pedoman
kan mengacu ke PMLHK nomor 6 pengelolaan limbah medisnya. SOP. pengorganisasi sanitasi
tahun 2021 itu tentang pengelolaan rumah sakit, panduan
limbah medisnya gitu. pengelolaan limbah B3
dan SOP.
b. Apakah ada regulasi Informan 3 : Ada kebijakan, panduan Ada kebijakan, panduan saitasi
atau peraturan yang sanitasi, SOP-SOP tentang pengelolaan dan SOP tentang pengelolaan
dibuat oleh rumah sakit limbah, ada juga panduan panduan, limbah.
untuk kegiatan SOP-SOP dibuat oleh tim PPI.
pengelolaan limbah
medis padat Informan 4 : Adalah itukan Adalah itu seperti pedoman
berhubungan dengan SOP-SOP turunan pengorganisasian sanitasi
dari regulasi yang lebih tinggi sudah rumah sakit, panduan
lengkap, ada SK penunjukan petugas pengelolaan limbah B3 dan
samo MOU, petugas sanitasi yang SOP.
penanggung jawab sanitasi, jadi di
penaggung jawab sanitasi itu ada
namanya ee pedoman
pengorganisasian ee sanitasi rumah
sakit, nanti ada panduan sanitasi rumah
sakit, panduan pengelolaan limbah B3
baru turun ke SPO-SPO.

Informan13 : Ada pedoman, pedoman Pedoman pegelolaan limbah


pengolahan limbah baik limbah medis medis padat, tajam dan cair
padat, tajam dan cairnya terus ada ada SOP dan lengkap.

117
Universitas Jambi
panduannya ada SPO dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah
tersebut sudah lengkap.

4 Dana
Faktor apa saja menjadi Informan 1 : Biasanya cukuplah Biasanya dari anggaran BLUD Dana yang digunakan dalam Dana yang digunakan
kendala? Untuk dana kitakan sudah ada rencana bisnis cukup sudah direncanakan pengelolaan limbah medis dalam pengelolaan
dalam pengelolaan limbah anggaran, dari BLUD kita ada dan kita untuk pemeriksaan dan padat di RSUD HAMBA limbah medis padat di
di rumah sakit bagaimana? inilah sudah merencanakan itu semua, pemeliharaan. berasal dari dana BLUD dan RSUD HAMBA kabupaten
Sumber dana berasal untuk pemeriksaan, pemelihanraanya. Pemerintah daerah, dana Batanghari berasal dari
darimana? tersebut digunakan untuk dana BLUD dan
Informan 3 : Untuk pengolahan Pengolahan pembayaran sarana, prasaran dan untuk Pemerintah Daerah.
pembayaran limbah medis yang pihak ketiga menggunakan pembayar ke pihak ketiga. Dana tersebut digunakan
diambil pihak ketiga itu kita dana BLUD. untuk sarana, prasarana
menggunakan dana BLUD. Sumber dana dari BLUD dan dan pembayaran untuk
Informan 14 : Untuk sumber dana, pemerintah daerah itu pihak ketiga.
mungkin karena kami rumah sakit pengaturan majemennya.
sudah BLUD bisa dari BLUD, bisa juga
dari Pemerintah Daerah, itu pengaturan
manajemennya lagi

Informan 15 : Sebenanya kalau kami Sebenarnya dana dalam


disini tidak begitu tahu dana pengelolaan limbah kami
pengelolaan limbah, yang jelas sarana disini tidak begitu tahu, sarana
dan prasaran cukup, pada saat dan prasarana cukup dan tidak
pembakaran ee jalan berarti ada kendala.
kesimpulan yang kita peroleh tidak ada
kendala.

118
Universitas Jambi
5 Pemilahan dan Pewadahan
Bagaimana proses Informan 1 : Kalau sepengetahuan Proses pemilahan sudah ada Proses pemilahan dan Pemilahan dan
pemilahan dan pewadahan saya proses pemilahan itu sudah ada baik di poli, ruang rawat inap peawadah sudah dilakukan di pewadahan limbah medis
limbah medis padat di ya, baik di poli, di ruang rawat inap itu sudah ada tempat-tempatnya. masing-masing unit dengan padat di RSUD HAMBA
RSUD HAMBA Kabupaten sudah ada tempat-tempatnya mengunkan tempat yang Kabupaten Batanghari
Batanghari berbeda seperti tong yang sudah di laukan di
Informan 3 : Oke setiap ruangan Setiap unit sudah melakukan plastik warna kuning untuk masing-masing unit oleh
semua area unit keperawatan, unit pemilahan sesui dengan jenis infeksi, plastik warna hitan petugas yang berjaga
penunjang lain, ee sudah meng yaitu benda tajam menggunak untuk non infeksi dan untuk dengan menggunakan
gunakan pemilahan limbah sesuai safety box, limbah infeksi benda tajam menggunak tong sampab berbeda
dengan jenis limbah yang dilakukan, menggunak tong yang palsti safety box dan dapat diisi yang dilapisi kantong
jenis limbah yang di dipilah ada kuning dan non infeksi warna hanya 1/3 saja. Petugas PPI plastik warna kuning
beberapa jenis limbah di setiap area hitam. melakukan menotoring ke untuk infeksi, warna
yaitu limbah benda tajam, kemudian seluruh ruangan untuk hitam non infeksi dan
menggunakan safety book, kemudian melihat kepatuhan petugas untuk limbah tajam
padat infeksius menggunakan tong dalam memisahkan limbah mengunakan safety box.
sampah warna dengan plastik warna infeksi, non infeksi dan benda Isi kantong plastik
kuning, non infeksius warna hitam. tajam. tersebut hanya boleh
diisi 1/3 saja kemudian di
Informan 4 : Kalau di rumah sakit ini, Rumah sakit sudah melakukan ikat. Petugas PPI
Alhamdulillah sudah berjalan dengan monitoring oleh petugas PPI melakukan monitoring ke
baik karna monitoringnya juga dalam kepatuhan memisahkan seluruh ruangan unutk
dilakukan selain oleh petugas limbah limbah infeksi, non infeksi dan melihat kepatuhan
dan IPCN, perawat IPCN atau perawat benda tajam. petugas dalam
pencegahan infeksi, nah disini ada memisahkan limbah
monitoring dalam kepatuhan dan dari tersebut.
ruangan penghasil limbah sudah di
pisah-pisah antara infeksius dan non
infeksius, benda tajam.

119
Universitas Jambi
Informan 15: Untuk pemilahan kita Pemilhan sudah dilakukan
sudah yang ini ni untuk di rumah sakit mulai dari unit mulai
HAMBA sudah berjalan, untuk pemilahan dan pewadahan
pemilihan dari mulai unit kita sudah dengan kantong yang berbeda
melakukan pemilahan dan pewadahan seperi infeksi medis, non
dengan kantong yang berbeda, infeksi medis, kaca juga dipisahkan,
kemudian untuk medis, non medis, benda tajam menggunak
kemudian untuk di ruang ee safety box dan isinya hanya
pencampuran obat juga, untuk yang boleh 1/3.
plastik sama yang kaca itu juga
pisahakan dan juga benda tajam juga di
pisah, untuk pewadahan untuk benda
tajam kita pakai safety box sudah ada
aturan bahwa safety box di isinya
hanya boleh 1/3, enggak boleh
dilakukan reheting oleh petugas
langsung masukkan untuk mencegah
tertusuk jarum.

Informan 19 : Di sini kalau di rumah Sudah dilakukan pemisahan


sakit ini sudah dilakukan pemisahan, limbah tajam tempat
pemisahan antara limbah medis dan tersendiri safety box, limbah
medis misalnya, kalau misalnya limbah medis asoi kuning dan non
tajam itu ada tempat tersendiri safety medis asoi hitam.
box misalnya haa kalau yang limbah
medis biasa itu yang asoi kuning. dan
limbah non medis pake kantong hitam.

120
Universitas Jambi
Informan 22 : Kalau pemilahannya itu Pemilahannya dibagi setiap
udah dibagi-bagi setiap tong, itu tong kuning plastik kuning
udah dikasih pemisahan tong kuning, untuk infeksi dan warna hitam
ini kan itu yang plastic warna kuning non infeksi.
untuk infeksi, yang warna hitam untuk
non infeksinya.

6 Pengangkutan
Bagaimana proses Informan 2 : Kalau proses Proses pengangkutan limbah Proses pengangkutan limbah Proses pengangkutan
pengangkutan limbah pengangkutan, sistem pengangkutan B3 dengan pihak ketiga, disini
medis padat di RSUD HAMBA limbah medis padat di
medis padat di RSUD kalau misalnya kayak limbah padat pengangkutan oleh cleanig dilakukan oleh cleanig service RSUD HAMBA Kabupaten
HAMBA Kabupaten kayak B3, kalau B3 itu ada yang dari service mengunakan wadah dari setip ruangan yang Batanghari di iternal
Batanghari pihak ketiga, ee dari sini kan ada tertutup mana yang infeksi sudah di pisah-pisah limbah dilakukan oleh petugas
pengangkutan oleh cleaning service dan non infeksi ditempatkan infeksi dan non infeksi dan khusus yaitu cleaning
melalui wadah-wadah tertutup, mana di TPA benda tajam setiap hari mulai service diagkut dari
yang Infeksi, mana yang non infeksi itu pukul 06.00 wib sampai setiap ruangan yang
ditempatkan di belakang di tempat 07.00 wib dengan sudah dipisah limbah
pembuangan akhir. menggunakan APD dan tong infeksi, non infeksi dan
sampah tertutup melalui benda tajam setiap hari
Informan 3 : Kami mengatur jadwal Pengangkutan limbah jalur khusus lewat belakang mulai pukul 06.00 samapi
dalam pengangkutan limbah, ee infeksius dilakukan sekali diantar ke TPS B3. 07.00 WIB, petugas
infeksius yaitu dilaksanakan sehari sehari pada jam 6.30 menggunakan APD, tong
sekali yaitu pada pagi hari jam em 6.30 penghasil limbah meletakkan sampah khusus dan
penghasil limbah meletakan di tempat ditempat yang sudah tertutup melalui jalur
limbah yang telah ditentukan nanti ditentukan dan pengangkut khusus lewat belakang
pengangkut limbah mengangkat limbah limbah mengangkat ketempat dan diatar ke TPS limbah
ke tempat penyimpanan limbah B3 di penyimpanan limbah B3 B3. Sedangkan untuk
area belakang rumah sakit. pengangkutan ekternal

121
Universitas Jambi
Informan 4 : Proses pengangkutan itu Pengangkutan dilakukan bekerja sama dengan
ee dilakukan oleh itu dilakukannya sebelum jam pelayanan mulai pihak ketiga.
sebelum ee jam pelayanan di mulai jam 6-7 menggunak APD dan
antara jam 6 sampe jam 7 dengan kereta sampah yang tertutup
menggunakan APD dan kereta sampah, dan dibawa ke TPS
tong sampah yang beredar yaa tertutup
dibawa ke TPS.

Informan 15 : Untuk pengangkutan itu Pengangkutan ada petugas


ada petugas khusus yang mengangkut khusus dan ada jam yang
dan ada jam jam tertentu, jadi untuk sudah ditentukan yaitu jam 6
limbah medis gitu mereka tidak boleh pagi diangkut diangkut lewat
mengangkut pada jam jam di luar yang jalur belakang tidak boleh
ditentukan, biasanya jam 6 pagi atau jalur depan
ada ketetapannya, 2 kali sehari dan
mereka lewat jalur belakang tidak
boleh leawat jalur depan.

Informan 19 : Yang ada di rumah sakit Rumah sakit bekerja sama


di sini kan kalau langkah langkahnya dengan cleaning service untuk
yang pertama itu kan kami kan sudah pengangkutan dari ruangan
bekerja sama sama CS, bekerja sama sudah dipisah-pisah ke TPS B3
pihak ketiga kan ada cleaning servis,
jadi dari cleaning service itu yang
mengangkut dari ruangan ruangan di
angkutnya ke itu sudah dipisah-
pisahkan dari yang medis non medis
jadi cleaning service itu yang
mengangkutnya ke TPS B3.

122
Universitas Jambi
7 Penyimpanan
Bagaimana proses Informan 2 : Kalau sekarang, Penyimpanan limbah medis Tempat penyimpanan limbah Tempat penyimpanan
penyimpanan limbah Alhamdulillah untuk limbah medis dan padat cukup dan tidak lama di B3 di RSUD HAMBA sudah limbah medis padat di
medis padat di RSUD padat cukup, dan tidak lama-lama di tempatkan di penyimpanan mencukupi dan sudam RSUD HAMBA Kabupaten
HAMBA Kabupaten tempatkan di situ sudah berapa sekian memiliki izin dari LH Batanghari sudah
Batanghari waktu itu cepat diambil tidak Kabupaten penggunaan TPS mencukupi dan memiliki
menunggu lama gitu. B3 di rumah sakit. Masa TPS limbah B3 yang
penyimpanan limbah sudah memiliki izin dari
Informan 3 : Sesuai dengan aturan yang Tempat penyimpanan sudah infeksius selam 2x24 jam LH Kabupaten. Masa
berlaku, sudah berpedoman kepada sesuai pedoman dan sudah atau 2 hari dan kalau di penyimpanan limbah
KLHK itu sudah sesuai standar dan kita mendapatkan izin dari LH simpan di dalam pendingin infesi selama 2x24 jam
juga sudah mendapat izin dari LH Pusat Kabupaten penggunaan TPS dibawah nol derajat selama atau 2 hari dan kalau
dan LH Kabupaten untuk izin B3 di rumah sakit 90 hari atau 3 bulan. disimpan dilemari
penggunaan TPS B3 yang ada di rumah Penyimpanan limbah di TPS pendingin bisa samapai
sakit itu. B3 sudah terpisah-pisah dan 90 hari atau 3 bulan.
tidak begitu lama. Tempat penyimpanan
Informan 7 : Kalau untuk rumah sakit Masa penyimpanan limbah limbah B3 di TPS sudah di
ini kan limbah infeksius itu masa infeksius selam 2x24 jam atau pisah-pisah dan dismpan
penyimpanan 2 hari atau 2X24 jam 2 hari dan kalau di simpan di tidak begitu lama karena
atau 2 hari, ya untuk limbah infeksius dalam pendingin dibawah nol langsung diproses
bila tidak disimpan dalam pendingin di derajat selama 90 hari atau 3 menggunakan
bawah nol derajat celcius, sedangkan bulan insinerator.
bila dia memiliki lemari pendingin di
bawah nol derajat celcius maka
penyimpanan limbah infeksius bisa
mencapai maksimum sampai dengan
90 hari sekitar 3 bulan lah gitu loh, jadi
untuk pastinya saya juga lupa nanti
konfirmasikan aja, kalau nanti yang di

123
Universitas Jambi
anu apakah manifesnya itu dalam satu
tahun paling tidak empat, empat kali,
empat manifest per 3 bulan saya rasa
itu saja yang untuk kendalanya
mungkin itu.

Informan 8 : Tempat penyimpanan ada Tempat penyimpanan di ruang


di ruang khusus, boleh di lihat di situ khusus dan terpisah-pisah.
tempatnya sudah terpisah-pisah.

Informan 13 : Kalau penyimpanan, Penyimpanan tidak


mungkin kita tidak menyimpan dalam menyimpan dalam waktu lama
waktu yang lama jadi cuma sebentar di cuma sebentas untuk trasit.
sini untuk transit cukup memadai.
8 Pengolahan
Bagaimana proses Informan 2 : Proses pengolahan kalau Proses pengolahan limbah Proses pengolahan limbah Pengolahan limbah medis
pengolahan limbah medis untuk yang limbah yang infeksi, infeksi menggunakan medis padat di RSUD HAMBA padat di RSUD HAMBA
padat di RSUD HAMBA biasanya di bakar melalui incinerator. insinerator. Kabupaten Batanghari Kabupaten Batanghari
Kabupaten Batanghari menggunakan pembakaran melakukan pembakaran
Informan 4 : Limbah medis padat itu Limbah medis padat kita dengan insinerator sendiri sendiri dengan
kita sudah sesuai dengan regulasi yang melakukan pembakaran yang sudah memiliki izin dari menggunakan insinerator
berlaku, karena kita melakukan sendiri dengan mengunakan kementrian lingkungan hidup yang sudah memiliki izin
pembakaran sendiri dengan incinerator, insinerator yang sudah dan sisa pemabakaran dari kementrian
dimana incenerator sudah mempunyai mempunyai izin dan abunya bekerja sama dengan pihak lingkungan hidup dan
izin kemudian abunya kita bekerja sama bekerja sama dengan pihak ketiga. kehutanan. Sisa
dengan pihak ketiga. ketiga. pembakaran dari
insinerator tersebut di
ambil oleh pihak ketiga

124
Universitas Jambi
Informan 8 : Kalau limbah padat kita Limbah padat pake insinerator yang sudah bekerja
pake incinerator nanti kalau abunya nanti abunya kita kirim ke sama.
kita kirim dengan pihak ketiga jadinya pihak ketiga.
dia yang jemput.

Informan 12 : Biasanya kita ada alat Kita pakai insinerator dibakar


incenerator itu jadi sampainya suhu yang tinggi dan tidak
dimaksud itu memang dibakar dengan mengganggu yang lain.
suhu yang istilahnya itu memang suhu
yang tinggi gitu jadi tidak menganggu
yang lain.
Pengolahan limbah kita
Informan 15 : Pengolahan limbah kita tempat khusus di belakang,
di tempat khusus kalau incenerator insinerator sudah ada izin,
ada, pengolahan limbah ada area penguburan tidak ada kalau
belakang terus sudah ada izinnya, ada limbah medis yang sudah
bangunan khusus ada petugas khusus. dibakar diangka oleh pihak
Penguburan ngak jadi kita limbah medis ketiga.
yang dibakar itu diangkat oleh pihak
ketiga, ada pihak ketiga yang
mengankat di diginkan dulu nanti ada
jadwal tertentu diangkat oleh pihak
ketiga.

Informan 17 : Pengolahan limbah Pengolahan limbah medis


medis pada rumah sakit kayak begitu rumah sakit sudah baik dan
baik ee kami sudah rumah sakit sudah sudah mempunyai insinerator
mempunyai insenerator tersendir. sendiri.

125
Universitas Jambi
INTERPRETASI HASIL INDEPTH INTERVIEW

NO TOPIK PERTANYAAN INTERPRETASI


1 Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Petugas pengelola limbah medis padat di RSUD HAMBA kanupaten Batanghari sudah diberikn edukasi untuk
melaksanakan Standar operasional prosedur (SOP) oleh petugas PPI, K3 dan kepala ruangan melalui in
house training. Petugas operator dan penaggung jawab belum pernah mengikuti pelatihan dan belum
memiliki setifikat kompetensi pengelollaan limbah B3 dikarnakan membutuhkan danan yang cukup.

2 Sarana dan Prasaran 2. Saran dan prasarana pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA sudah cukup dimana sudah memiliki
TPS Limbah B3, sudah menggunakan tong sampah yang berbeda untuk infeksi mengunakan katong plastik
warna kuning, non infeksi warna hitam dan limbah tajam safety box.dan tempat penyimpanan limbah yang
mencair belum memenuhi syarat.

3 Regulasi dan Peraturan 3. Pedoman yang digunakan dalam dalam pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA kabupaten
Btanghari mengunakan undang-undang, peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2021, Permen LHK nomor 6
tahun 2021 dan dari Permenkes. Sedangkan regulasi atau peraturan yang dibuat oleh RSUD HAMBA adalah
pedoman pengorganisasi sanitasi rumah sakit, panduan pengelolaan limbah B3 dan SOP.

4 Dana/ Anggaran 4. Dana yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis padat di RSUD HAMBA kabupaten Batanghari
berasal dari dana BLUD dan Pemerintah Daerah. Dana tersebut digunakan untuk sarana, prasarana dan
pembayaran untuk pihak ketiga.

5 Pemilahan dan Pewadahan 5. Pemilahan dan pewadahan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sudah di laukan di
masing-masing unit oleh petugas yang berjaga dengan menggunakan tong sampab berbeda yang dilapisi
kantong plastik warna kuning untuk infeksi, warna hitam non infeksi dan untuk limbah tajam mengunakan
safety box. Isi kantong plastik tersebut hanya boleh diisi 1/3 saja kemudian di ikat. Petugas PPI melakukan
monitoring ke seluruh ruangan unutk melihat kepatuhan petugas dalam memisahkan limbah tersebut.

126
Universitas Jambi
6 Pengangkutan 6. Proses pengangkutan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari di iternal dilakukan oleh
petugas khusus yaitu cleaning service diagkut dari setiap ruangan yang sudah dipisah limbah infeksi, non
infeksi dan benda tajam setiap hari mulai pukul 06.00 samapi 07.00 WIB, petugas menggunakan APD, tong
sampah khusus dan tertutup melalui jalur khusus lewat belakang dan diatar ke TPS limbah B3. Sedangkan
untuk pengangkutan ekternal bekerja sama dengan pihak ketiga.

7 Penyimpanan 7. Tempat penyimpanan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari sudah mencukupi dan
memiliki TPS limbah B3 yang sudah memiliki izin dari LH Kabupaten. Masa penyimpanan limbah infesi
selama 2x24 jam atau 2 hari dan kalau disimpan dilemari pendingin bisa samapai 90 hari atau 3 bulan.
Tempat penyimpanan limbah B3 di TPS sudah di pisah-pisah dan dismpan tidak begitu lama karena
langsung diproses menggunakan insinerator.

8 Pengolahan 8. Pengolahan limbah medis padat di RSUD HAMBA Kabupaten Batanghari melakukan pembakaran sendiri
dengan menggunakan insinerator yang sudah memiliki izin dari kementrian lingkungan hidup dan
kehutanan. Sisa pembakaran dari insinerator tersebut di ambil oleh pihak ketiga yang sudah bekerja sama.

127
Universitas Jambi
Lampiran 9

Hasil Telaah Dokumen

Buku Pedoman Pengorganisasian Sanitasi dan Panduan Sanitasi

SOP Pengelolaan Limbah B3

SOP Pengangkutan Limbah B3

128
Universitas Jambi
SOP Penyimpanan Limbah B3

MOU Dengan Pihak Ketiga

Izin Insinerator

129
Universitas Jambi
SOP Tanggap Darurat TPS Limbah B3

SOP Penaganan Terpapar Cairan Tubuh Atau Limbah B3

130
Universitas Jambi
Lampiran 10

Dokumntasi Kegiatan

Wawancara dengan Kabag Tata Usaha Wawancara dengan Kabid Penunjang Medik

Wawancara dengan Kabid (LH) Wawancara dengan Kasi Kesling (Dinkes)

Wawancara dengan petugas sanitasi Wawancara dengan pengelola limbah

131
Universitas Jambi
Tempat limbah padat infeksi, bahan berbahaya dan beracun dan non infeksi

Tempat imbah padat linen infeksi, linen non infeksi dan benda tajam

Pengangkutan limbah medis padat

132
Universitas Jambi
TPS limbah B3 dan limbah non infeksi

Lemari pendingin dan tempat penyimpanan limbah B3

Tempat pengelolaan limbah B3 (insinerator)

133
Universitas Jambi
Hasil pengolahan limbah medis padat dengan insinerator

Hasil pengolahan limbah medis padat dengan insinerator

134
Universitas Jambi

Anda mungkin juga menyukai