Laporan Praktikum Farmakognosi Pembuatan Simplisia BARU

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VII /FARMASI B23


Anjela 202304068
Asna putri larisa 202304071
Bambang Herianto 202304073
Chusnul 202304074
Dian Rosa 202304076
Fauzia Rezky Khalifah 202304080
Hasrah 202304081
Inayah Nursabila 202304082
Nurfitrah Azzahra Ramadhani 202304101
Sarlina 202304116
PENANGGUNG JAWAB : Apt. Asyari Al-Hutama Aziz, S.Si,. M.Si
ASISTEN : Haniati, A.Md.Farm

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI

PROGRAM PRODI DIII FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA

MAKASSAR 2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung

sejak ribuan tahun yang lalu, mengingat bahwa Indonesia merupakan

negara yang memiliki iklim tropis dengan keanekaragaman hayati

terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar

25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis

tanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di asia (Wasito, 2011).

Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman

daripada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat

tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada

obat modern, oleh karena itu pengembangan obat tradisional sudah

mulai dilakukan dalam dunia pengobatan. Seiring dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka masyarakat

semakin selektif dalam memilih obat. Pilihan masyarakat kini beralih

dari obat-obatan ke tradisional karena diharapkan dapat

meminimalkan efek samping yang ditimbulkan (Mursito, 2001).

Tumbuhan Sidaguri (Sida spp) merupakan tumbuhan yang

seringkali digunakan sebagai obat tradisional terhadap berbagai

penyakit di berbagai negara. Tumbuhan dengan famili Malvaceae ini

dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis yang terdiri dari

sekitar 200 spesies tersebar diseluruh dunia, dimana 189 spesies


diantaranya terdapat di Amerika dan 113 spesies lainya di Brazil

(Brandao et al., 2017; Yoshikawa et al., 2019). Beberapa spesies Sida

yaitu, Sida acuta, Sida cordifolia, Sida rhombifolia, Sida spinosa dan

Sida veronicaefolia banyak digunakan sebagai obat tradisional di India

(termasuk Ayurvedic dan Siddha), Amerika, Afrika, Cina dan

Indonesia (Dinda et al., 2015).

Simplisia ialah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

mengalami perubahan bahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan

lain umumnya. Tahapan dalam pengolahan simplisia meliputi

pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucican, pengubahan

bentuk, pengeringan, sortasi kering, dan pengemasan. Dan simplisia

yang dihasilkan harus diuji mutunya dan dengan sesuai persyaratan

tanaman obat berdasarkan (Depkes RI, 1995).

Pentingnya karakterisasi simplisia adalah untuk mengetahui

kualitas atau mutu dari suatu simplisia. Simplisia sebagai bahan baku

awal dan 3 produk siap dikonsumsi lengsung dapat dilihat dari mutu

simplisia dengan memeuhi parameter mutu umum suatu bahan yaitu

kebenaran jenis, bebas dari kontaminasi kimia dan biologis, wadah,

penyimpanan dan spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis

dan kadar) senyawa kandungan (Depkes, 2000).

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pembuatan simplisia yang baik pada tanaman

Sidaguri.
C. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa diharapkan memahami pengertian simplisia dan

tahapan proses pembuatan simplisia.

D. MANFAAT PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan simplisia

dengan baik dan benar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian tanaman

1. Klasifikasi

a. Sidaguri

Tanaman sidaguri (Sida rhombifolia L) menurut

Tjitrosoepomo, 1988 memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Sub classis : Dialypetalae

Ordo : Malvales/ Columniferae

Familia : Malvaceae

Genus : Sida

Species : Sida rhombifolia


2. Moroflogi simplisia

a. Sidaguri

Tanaman Sidaguri tergolong tanaman semak dengan

tinggi hanya mencapai 2 meter.Daun tanaman ini merupakan

daun tunggal, berseling (folia disticha), dan daun berbentuk

jantung, dengan ujung bertoreh, tepi daun bergerigi, pangkal

tumpul, pertulangan menyirip.Batang tanaman ini berkayu,

berbentuk bulat, dan memiliki percabangan simpodial.

Tanaman ini memiliki bunga, bunganya termasuk bunga

tunggal, berbentuk bulat telur,terletak di ketiak daun,

bunganya memiliki mahkota. Sistem perakaran tanaman ini

yaitu tunggang (Syafrullah, 2015).

Pada daun sidaguri dinding sel epidermisnya berbentuk

polygonal, stomata pada daunsidaguri termasuk stomata yang

kecil bertipe anomositik, trikomanya bertipe non-glandular dan

glandular. Jaringan palisade memiliki kisaran 4-6 lapis sel

(Dorly, 2016).

b. Mikroskopik Pada penampang melintang melalui

tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel,

bentuk empat persegi panjang. Pada epidermis atas terdapat

rambut penutup bentuk bintang yang tediri dari 3- 8 sel.

Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, bentuk empat

persegi panjang; pada pandangan tangensial berbentuk


poligonal, dinding samping agak berkelok-kelok; rambut

penutup serupa dengan rambut penutup pada epidermis atas;

stomata tipe anomositik dengan 3-4 sel 7 tetangga. Jaringan

palisade terdiri dari selapis sel silindrik panjang berisi banyak

butir klorofil. Jaringan bunga karang terdiri dari sel dengan

ukuran tidak sama, kadang-kadang terdapat ruang antar sel,

mengandung butir hijau daun; pada jaringan bunga karang

terdapat rongga lisigen. Beberapa sel parenkim berisi kristal

kalsium oksalat berbentuk roset. Pada tulang daun tampak sel

kolenkim di bawah epidermis atas dan bawah. Di antara floem

dan parenkim terdapat serbuk sklerenkim; berkas pengangkut

tipe kolateral. Serbuk berwarna hijau kecoklatan. Fragmen

pengenal adalah rambut penutup bentuk bintang, fragmen

mesofil, fragmen epidermis dengan stomata dan kristal

kalsium oksalat berbentuk roset (Anonim, 1995).

3. Kandungan kimia

a. Sidaguri

Kandungan kimia dari tumbuhan sidaguri, daun mengandung

alkaloid, kalsium oksalat, tannin, asam amino, dan minyak atsi

ri. Batang mengandung kalsium oksalat dan tanin. Akar meng

andung alkaloid, dan steroid (Dalimarta, 2003).

B. Uraian tentang simplisia

1. Pengertian simplisia
Simpilisa adalah bahan alam yang di gunakan sebagai obat ya

ng belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan

lain berupa bahan yang telah di keringkan. Jurnal ilmiah wahana

pendidikan 2023

2. Kriteria simplisia

Simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu

a. Kadar air kurang dari 10%

b. Angka lempeng total kurang dari 10

c. Mikroba potogen negatif

d. Alftoksin kurang dari 30

Alfatoksin adalah segolongan toksin yang dikenal mematikan

dan tersegenetik bagi manusia dan hewan

3. Standar mutu simplisia

Suatu di katakan bermutu jika memenuhi persyaratan mutu ya

ng tertera dalam monografi simplisia antara lain susut pengeringa

n, kadar, abu total larut asam , kadar sari larut air, kadar air, kadar

sari larut etanol dan kandungan kimia simpilisa persyaratan mutu i

ni berlaku pada simplisia yang digunakan dengan tujuan pengobat

an dan pemeliharaan kesehatan

C. Uraian tentang farmakognosi

Farmakognosi berasal dari dua kata yunani , yaitu pharmarkon ya

ng berarti obat yang berarti ilmu pengetahuan jadi farmakognosi berar


ti ilmu yang mempelajari tentang alam yang di gunakan sebagai obat t

radisional meliputi tumbuhan , ( nabati) hewan, mineral).

Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tenta

ng bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai

obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmako

dinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

Dilansir dari The American Society of Pharmacognosy,

farmakognosi adalah studi tentang sifat fisik, kimia, biokimia, dan

biologis dari molekul produk alami yang berguna untuk obat, ekologi

gustatory atau sifat fungsional lainnya. Sehingga, farmakognosi

adalah studi tentang obat-obatan yang berasal dari sumber alami

seperti tumbuhan, hewan, mikroba, jamur, bakteri,

D. Identifikasi kandungan kimia

Dalam menelusuri tumbuhan dan senyawa dari bahan yang

dimiliki aktivitas biologi pada umumnya dilakukan dengan dua cara

pendekatan yaitu:

1. Pendekatan farmakologi meliputi uji berbagai efek farmakologi

ekstrak tumbuhan atau bagian tumbuhan terdapat susunan saraf

pusat atau organ tertentu lainnya.

2. Pendekatan skrining fitokimia screen mitokimia meliputi analisis

kualitatif kandungan zat kimia tumbuhan atau bagian tumbuhan

akar, batang, daun, bunga, biji, dan lain-lain terutama kandungan

metabolit sekunder yang bioaktif seperti alkaloid, antrakinan,


flavonoid, glikosida, kemarin, saponin, minyak atsiri, dan

sebagainya dengan pereaksi yang spesifik zat-zat tersebut akan

memberikan warna yang khas sehingga mudah dideteksi zat-zat

tersebut akan memberikan warna yang khas sehingga mudah

dideteksi.
BAB III

METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Gunting

b. Kantong pelastik

c. Kertas koran

d. Kardus

e. Pisau stainless steel

f. Sarung tangan

2. Bahan

a. Akar

b. Daun

c. Kulit batang

d. Rimpang

B. PROSEDUR KERJA

1. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti

berikut :

a. Pengumpulan bahan baku tahap pengumpulan atau tahap

pemanenan terkadang dianggap sebagai suatu hal yang

sepele padahal tahap ini merupakan tahap yang menentukan

untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi


standar terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan

dalam pemanenan suatu simplisia yaitu:

1) Bagian tanaman yang dipanen

2) Waktu pemanenan

3) Cara pemanenan

b. Sortasi basah

Sortasi basa dilakukan untuk memisahkan cemaran dan

kotoran dari simplisia yang baru dipanen serta si ini dapat

mengurangi jumlah kontaminasi mikroba

c. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan menggunakan air yang

bersih air sumur PDAM air dari mata air pencucian secara

signifikan mampu mengurangi mikroba yang terdapat dalam

simplisia penggunaan air harus diperhatikan beberapa

mikroba lazim terdapat di air yaitu pseudomonas proteus

mikrokokus basilus streptococcus enterobakter serta ecoli

pada simplisia akar batang atau buah untuk mengurangi

jumlah mikroba awal dapat dilakukan pengupasan kulit luar

terlebih dahulu.

d. Perajangan

Perajangan dilakukan untuk mempermudah dalam proses

pengeringan pengepakan dan penggilingan perajangan harus

memperhatikan senyawa yang terkandung dalam simplisia


untuk lebih amannya gunakan pisau atau pemotong yang

terbuat dari stainless steel.

e. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia

yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam

waktu yang lebih lama dengan mengurangi kadar air dan

menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah penurunan

mutu atau perusakan simplisia.

f. Sortasi kering

Merupakan tahap sebelum simplisia dikemas dilakukan

untuk memisahkan bagian yang tidak diinginkan atau ada

cemaran proses ini juga dilakukan untuk memisahkan

simplisia simplisia tergantung pada mutu.

g. Pengepakan dan penyimpanan

Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk

menghindarkan simplisia dari beberapa faktor yang dapat

menurunkan kualitas simplisia antara lain cahaya matahari

oksigen atau udara dehidrasi absorpsi air pengotoran

serangga dan kapang hal yang harus diperhatikan saat

pengepakan dan penyimpanan adalah suhu dan kelembaban

udara suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah suhu

kamar 15o - 30o C untuk simplisia yang membutuhkan suhu


sejuk dapat disimpan pada suhu 5o - 15 o
C atau simplisia

yang perlu disimpan pada suhu dingin 0o – 5o C.

h. Pemeriksaan mutu

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu

penerimaan atau pembelian dari pengumpulan atau pedagang

simplisia simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni

dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti

yang disebutkan dalam buku farmakope Indonesia ekstrak

farmakope Indonesia ataupun materi Medika Indonesia edisi

terakhir.

2. Pembuatan simplisia secara khusus

a. Simplisia dari jamur lumut, kerak dan spora paku-pakuan

Simplisia dijemur di bawah sinar matahari sebab materialnya

halus dan berbentuk lapisan tipis dikemas dalam kemasan

plastik atau kaleng bila perlu diberi bahan pengering.

b. Akar

Dicuci bersih diiris tipis atau dipotong pendek sesuai dengan

ukuran akar kemudian dijemur pengeringan dilakukan dengan

sinar matahari atau lemari pengering

c. Buah

Buah berbentuk kecil atau sudah agak kering sewaktu

dipanen seperti lada dan adas langsung dikeringkan buah


yang agak besar seperti cabe merah sebaiknya dibelah

menjadi dua atau menjadi beberapa bagian kemudian dijemur.

d. Bunga

Pengeringan bunga sebaiknya tidak menggunakan matahari

secara langsung karena akan mengakibatkan warna menjadi

lebih gelap namun perlu diperhatikan kelembaban bunga

harus serendah mungkin karena jika masih tinggi saat

penyimpanan akan berubah warna.

e. Biji

Bila biji hanya tercemar oleh bahan organik asing langsung

dijemur selama proses pengeringan jika ada biji yang pecah

langsung dibuang untuk menghindarkan dari kapang.

f. Daun

Perlakuan seperti bunga, atau untuk beberapa yang masih

tahan dengan sinar matahari dapat menggunakan

pengeringan dengan sinar matahari kemudian setelah lebih

kering diangin-anginkan.

g. Kayu

Diserut tipis pengeringan dilakukan di dalam lemari pengering

atau bisa juga di bawah sinar matahari langsung.

h. Rimpang
Rimpang dicuci bersih yang berukuran kecil dibiarkan utuh

sedangkan rimpang yang besar diiris tipis memanjang atau

melintang bergantung pada permintaan pasar.

i. Umbi

Dicuci bersih diiris tipis jika perlu irisan tipis bagian tengah

yang besar dipotong menjadi dua atau beberapa bagian

perlakuan selanjutnya seperti pada kayu bila dalam keadaan

utuh seperti bawang merah setelah dicuci lalu dijemur.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

N GAMBAR KETERANGAN
O

1 Pengambilan simplisia di

kabupaten Takalar

kelurahan bontokadatto

2 Dilakukan pencucian

simplisia menggunakan air

yang mengalir.

3 Dilakukan sortasi basah

atau dihilangkan bagian

pengotor dari simplisia pada

simplisia yang telah di ambil

4 Dilakukan perajangan pada

simplisia yang telah di

sortasi basah agar sampel

simplisia cepat mongering.


5 Dilakukan pengeringan

simplisia, jika sampel daun

dikerinkan dengan cara

diangin-anginkan dan tidak

terkena sinar matahari

langsung, jika sampel kulit,

batang dan umbi di

keringkan dibawah sinar

matahari langsung

B. PEMBAHASAN

C. Simplisia
adalah bahan
alamiah yang
dipergunakan
sebagai obat yang
belum
D. mengalami
pengolahan
apapun juga dan
kecuali
dinyatakan lain,
berupa bahan
yang
E. telah
dikeringkan.
Simplisia
dibedakan
menjadi :
simpisia nabati,
simplisia hewani
dan
F. simplisia
pelikan
(mineral). Dan
pada praktikum
kali ini kita
sedang
melakukan
G. pembuatan
pada simplisia
nabati yang
berasal dari
tumbuhan
H. Pada
praktikum ini
dilakukan
identifikasi
terhadap
simplisia,
dengan
I. tujuan
praktikan mampu
melakukan
pembuatan
macam-macam
simplisia dan
juga
J. melakukan
identifikasi
simplisia secara
makroskopik.
Secara
makroskopik
maksudnya
K. dengan
percobaan
organoleptis
melalui bau, rasa,
warna, dan juga
bentukan secara
luar,
L. yangdapat
dilihat dengan
indra. Sehingga
kita mendapatkan
morfologi dari
tumbuhan
M.tumbuhan
tersebut serta
dapat menjadikan
pembuatan
simplisia menjadi
tanaman obat
N. tradisional atau
TOGA (Tanaman
obat keluarga)
O. Simplisia
adalah bahan
alamiah yang
dipergunakan
sebagai obat yang
belum
P. mengalami
pengolahan
apapun juga dan
kecuali
dinyatakan lain,
berupa bahan
yang
Q. telah
dikeringkan.
Simplisia
dibedakan
menjadi :
simpisia nabati,
simplisia hewani
dan
R. simplisia
pelikan
(mineral). Dan
pada praktikum
kali ini kita
sedang
melakukan
S. pembuatan
pada simplisia
nabati yang
berasal dari
tumbuhan
T. Pada
praktikum ini
dilakukan
identifikasi
terhadap
simplisia,
dengan
U. tujuan
praktikan mampu
melakukan
pembuatan
macam-macam
simplisia dan
juga
V. melakukan
identifikasi
simplisia secara
makroskopik.
Secara
makroskopik
maksudnya
W.dengan
percobaan
organoleptis
melalui bau, rasa,
warna, dan juga
bentukan secara
luar,
X. yangdapat
dilihat dengan
indra. Sehingga
kita mendapatkan
morfologi dari
tumbuhan
Y. tumbuhan
tersebut serta
dapat menjadikan
pembuatan
simplisia menjadi
tanaman obat
Z. tradisional atau
TOGA (Tanaman
obat keluarga)
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai

obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali

dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia

dibedakan menjadi: simpisia nabati, simplisia hewani dan simplisia

pelikan (mineral). Dan pada praktikum kali ini kita sedang melakukan

pembuatan pada simplisia nabati yang berasal dari tumbuhan.

Pada praktikum ini dilakukan identifikasi terhadap simplisia.

dengan tujuan praktikan mampu melakukan pembuatan macam-

macam simplisia dan juga melakukan identifikasi simplisia secara

makroskopik. Secara makroskopik maksudnya dengan percobaan

organoleptis melalui bau, rasa, warna, dan juga bentukan secara luar,

yangdapat dilihat dengan indra. Sehingga kita mendapatkan morfologi

dari tumbuhan tumbuhan tersebut serta dapat menjadikan pembuatan


simplisia menjadi tanaman obat tradisional atau TOGA (Tanaman obat

keluarga).

Dan selanjutnya adalah prosedur pembuatan simplisia. tahap-

tahap pembuatan simplisia adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda

antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan,

umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu

panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun

pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang

dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat

menimbulkan toksik apabila dikonsumsi (Wallis, 1960).

Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan

senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen.

Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut

mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa

aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau

tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang

dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam

sehari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam

sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa

aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari (Wallis, 1960).

sampel simplisia masing – masing kelompok yang telah diambil


dari daerah baloccim baru atau daerah lain kemudian dikumpulkan

dan dipisahkan dari batangnya.

2. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya

pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-

bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar

yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang

(Laksana, 2010). Penyortiran segera dilakukan setelah bahan

selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh

jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan

hasil panen. Dalam proses sortasi basah, setelah sampel simplisia

masing – masing kelompok dipisahkan dari batangnya, kotoran-

kotoran seperti tanah yang menempel kemudian dipisahkan.

3. Pencucian

Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih.

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada bahan.

Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin

untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung

dalam simplisia. Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti

air dari mata air, sumur atau PAM (Laksana, 2010). Penggunaan

air perlu diperhatikan. Beberapa mikroba yang lazim terdapat di air


yaitu Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,

Streptococcus, Enterobacter, dan E.Coli pada simplisia akar,

batang, atau buah. Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara

merendam sambil disikat menggunakan sikat yang halus.

Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu yang

terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan

menurun. Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal

dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga

perlu dibantu dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa

daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan

jangan sampai direndam berlama-lama (Agoes, 2007). Setelah

proses sortasi basah, dilakukan pencucian pada sampel simplisia

masing – masing kelompok dengan air mengalir untuk

menghilangkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel.

4. Perajangan

Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk

memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa

pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk 2010). Dalam

perajangan atau pemotongan pada sampel simplisia masing –

masing kelompok dilakukan dengan gunting atau pisau, juga

dapat mengunakan tangan yaitu dengan cara helaian daun

dipetik-petik.

5. Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan,

kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan

luas permukaan bahan. suhu pengeringan bergantung pada

simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan

antara suhu 30°-90° C. Pengeringan dilakukan untuk

mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan

menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya

memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar

secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata.

Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun

juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat

terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat

pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu

pengeringan yang lama. Dengan menurunkan kadar air dapat

mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik

sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau

pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman

obat maksimal 10% Pengeringan dapat memberikan keuntungan

antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan

mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam

pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta

memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Laksana, 2010).


Setelah semua proses pembuatan simplisia dikerjakan selanjutnya

dilakukan pengemasan, dengan cara pada sampel simplisia masing –

masing kelompok di bagi dua, setelah itu salah satu bagian smplisia di

haluskan menggunakan belender lalu di bungkus menggunakan pelastik

pada simplisia yang tak halus pengepakan menggunakan plastik

sedangkan simplisia halus pengepakan menggunakan toples transparant

dan jangan lupa berikan tanda atau namanya dan diberi lebel nama.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa simplisia merupakan bahan alami yang

digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan

proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya

berupa bahan yang telah dikeringkan.

2. Tahap pembuatan simplisia antara lain pengumpulan bahan

baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,

sortasi kering dan pengepakan Praktikum ini merupakan

pembuatan simplisia nabati yang berasal dari tanaman (daun

keji beling, daun asam, daun benalu, batang kudo, akar

sukun, bambu petung dan kulit batang mangga). Serta

dilakukan 2 pembagian pada masing masing simplisia untuk

dijadikan simplisia tidak halus dan halus, pada simplisia yang

tak halus pengepakan menggunakan plastik sedangkan

simplisia halus pengepakan menggunakan toples transparant

dan jangan lupa berikan tanda atau namanya.

B. Saran
Sebaiknya pada praktikum kali Ini dilakukan secara tepat waktu

dan lebih memperhatikan cuaca pada saat pengambilan sampel

simplisia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2017.Farmakope Herbal Indonesia. Kementrian kesehatan RI


Jakarta

Agoes, Goeswin, 2007, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.


Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Jakarta.

Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya dalam Upaya


Peningkatan Daya Saing Bangsa 2013, hal 560

Dorly.,2016. Studi Anatomi Daun dari TigaAnggota Suku Malvaceae di


Kawasan Waduk Jatiluhur.

Farmakognosi, tim asisten. 2023 Modul Praktikum Farmakonosi: Institut


Ilmu Kesehatan Pelamonia. Makassar.

Laksana, Toga, dkk, 2010, Pembuatan Simplisia dan Standarisasi


Simplisia, UGM,Yogyakarta.

Singh, Pande, dan Jain, 2010, Text Book Of Botany Diversity Of Microbes
And Cryptogams, Gangotri, India.

Syafrullah, S.,C. 2015. Indonesian Sidaguri (Sida Rhombifolial.) As


Antigout And InhibitionKinetics Of Flavonoids. J Majority, (4) 1

Soni NK, Soni Vandana, 2010, Fundamentals of Botany, McGraw Hill,


New delhi Tagawa M, Iwatsuki K, 1989, Flora of Thailand, Tem
Smitinand. Flora of Thailand, Bangkok.

Wallis, T. E. 1960, Textbook of Pharmacognosy 4 Edition, J & A. Churcill,


London.

Wandira A, cindiansya c, rosmayanti j, anandari , r f, naurah, S A dan


fikayuniar l, jurnal ilmiah wahana pendidikan 2023

Anda mungkin juga menyukai