Esri Er Nurasih 001
Esri Er Nurasih 001
Esri Er Nurasih 001
PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana keperawatan
ESRI ER NURASIH
1316005
NPM : 1316005
Menyetujui :
Lisbet Oktavia Manalu, S.Kep.. Ners, M.Kep Nidya Ikha Putri, S.ST Biomed
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat, ridha dan karunia-Nya pada kita semua serta tidak
lupa shalawat dan salam kita panjatkan kepada Baginda Nabi Besar kita Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat-sahabatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan Orang Tua
Terhadap Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kelurahan
Padasuka Kota Cimahi“, yang diajukan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan sarjana di program studi Sarjana Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung.
Penulis telah berusaha menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan
sesuai dengan sistematika yang benar, namun dengan kerendahan hati penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk
itu kritik saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan
dan penambahan wawasan untuk peneliti selanjutnya.
Skripsi ini tersusun berkat bantuan banyak pihak, untuk itu izinkan penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku rektor institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Ibu Istianah, S.Kep., Ners, M.Kep. Dekan fakultas keperawatan dan
kebidanan institut Kesehatan Rajawali Bandung
3. Ibu Lisbet Octavia Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep.selaku Pembimbing
Utama yang telah memberikan masukan dan motivasi dalam pembuatan
skripsi.
4. Ibu Nidya Ikha Putri, S.ST Biomed selaku Pembimbing pembimbing yang
telah memberikan masukan dan motivasi dalam pembuatan skripsi.
5. Bapak H. Cucu Hidayat selaku Lurah di kelurahan Padasuka kec.Cimahi
tengah Kota Cimahi
ii
6. Bapak Nazmudin wahidin selaku ketua RT yang telah membantu jalannya
penelitian ini
7. Seluruh staf dan dosen Program studi Sarjana Keperawatan Institut
Kesehatan Rajawali yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya.
8. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung serta mendoakan
kesuksesan bagi penulis.
9. Rekan-rekan di Institut Kesehatan Rajawali Bandung khususnya program
studi Sarjana Keperawatan angkatan 2016
10. Seluruh responden yang telah bersedia membantu jalannya penelitian ini
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua dalam mendalami pengetahuan
yang menjadi tema penelitian ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................5
1.4.1 Tujuan Umum ..........................................................................5
1.4.2 Tujuan Khusus .........................................................................5
1.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian ...............................................................................5
1.6.1 Manfaat Praktis ........................................................................5
1.6.2 Manfaat Teoritis .......................................................................5
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................6
iv
2.2.4 Pencegahan Kekerasan Seksual ...............................................15
2.3 Konsep Anak ........................................................................................19
2.3.1 Definisi Anak ...........................................................................19
2.3.2 Batasan Usia Anak ...................................................................20
2.4 Kerangka Teori.....................................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................25
3.1 Rancangan Penelitian............................................................................25
3.2 Kerangka Konsep Penelitian.................................................................25
3.3 Variabel Penelitian................................................................................25
3.4 Definisi Operasional Variabel...............................................................26
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................26
3.5.1 Populasi Penelitian ...................................................................26
3.5.2 Sampel Penelitian .....................................................................27
3.5.3 Kriteria Sampel ........................................................................27
3.6 Kerangka Kerja Penelitian ...................................................................27
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian.............................28
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................28
3.6.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...........................................28
3.6.3 Instrument Penelitian ...............................................................29
3.8 Uji Validitas .........................................................................................29
3.9 Uji Realiabilitas ...................................................................................29
3.10 Prosedur penelitian ...............................................................................30
3.11 Pengolahan dan Analisis Data..............................................................31
3.11.1 Pengolahan Data ......................................................................31
3.11.2 Analisis Data ............................................................................31
3.12 Etika Penelitian ....................................................................................32
3.13 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................32
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kekerasan seksual merupakan bentuk kontak seksual atau bentuk lain yang
tidak diinginkan secara seksual. Kekerasan seksual biasanya disertai dengan
tekanan psikologis atau fisik. Anak menjadi kelompok yang sangat rentan
terhadap kekerasan seksual karena anak selalu diposisikan sebagai sosok lemah
atau yang tidak berdaya dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan orang-
orang dewasa di sekitarnya. Kekerasan seksual pada anak merupakan masalah
yang sangat serius, pengetahuan orang tua tentang pencegahan kekerasan seksual
pada anak memiliki peran yang penting dalam penurunan angka kekerasan seksual
pada anak (Triwijati, 2017)
Anak seharusnya mengetahui batasan tubuh yang boleh dan yang tidak
boleh disentuh oleh orang lain. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati (2012) dari 20 responden anak sekolah dasar negeri 16 Banda
Aceh,anak yang tidak menerima pengetahuan seksual menunjukkan persentasi
yang cukup tinggi untuk perilaku seksual, oleh karena itu anak harus mengetahui
batasan-batasan orang lain yang memegang tubuhnya, untuk bisa melakukan
perlawanan atau melaporkan kepada pihak yang dapat dipercaya (Brown: 2009 ;
Justicia, 2016).
1
Dampak yang ditimbulkan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan
seksual bisa berupa gangguan secara mental maupun fisik, dan hal tersebut dapat
terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Gangguan secara fisik yang dialami
anak adalah gangguan kesehatan. Anak-anak korban kekerasan seksual juga akan
mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi, gangguan stres pascatrauma,
kegelisahan, dan kecemasan yang tingkatnya bervariasi. Trauma tersebut akan
berakibat sangat buruk bagi kehidupan sosial dan intelektualnya. (...)
Beberapa tahun terakhir ini anak Indonesia banyak menghadapi masalah
pelecehan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara individual.
Pelecehan seksual yang terjadi di masa kanak-kanak merupakan suatu peristiwa
krusial terlebih hingga Serlakuan kekerasan seksual karena membawa dampak
negatif pada kehidupan korban di masa dewasanya. Kekerasan seksual pada anak
memberikan dampak traumatis yang berbeda-beda pada seseorang dan dapat
menjadi sangat mengkhawatirkan sebab dapat menimbulkan dampak jangka
panjang di sepanjang kehidupan anak (Immanuel, 2016).
United Nations Children’s Fund (UNICEF, 2014) mengungkapkan bahwa
sekitar 120 juta anak di seluruh dunia atau lebih dari 100 anak telah menjadi
korban pelecehan seksual di bawah usia 20 tahun. Komisi Nasional Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan bahwa di tahun 2013 terdapat 925 kasus
pelecehan seksual terhadap anak yang telah ditangani oleh KPAI, pelaku dimulai
dari kerabat, guru dan teman-temannya, bahkan pada tiga tahun terakhir ini
sejumlah 3500-3600 kasus yang ditangani oleh KPAI (Indanah, 2015).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima sebanyak 642
laporan kekerasan terhadap anak sejak Januari 2014. Kasus kekerasan fisik
sebanyak 142 kasus, kekerasan emosional sebanyak 41 kasus dan terbanyak
adalah kekerasan seksual sebanyak 459 kasus yang menimpa anak-anak. Kasus
kekerasan pada anak yang dilaporkan pada 2015 tercatat 1.975 dan meningkat
menjadi 6.820 di tahun 2016. Sementara itu menurut data Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK) pada tahun 2019 ditemukan sebanyak 350 perkara
kekerasan seksual pada anak (Permata, 2015).
2
Sepanjang tahun 2019 Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos
P2KBP3A) Kota Cimahi mencatat sudah terjadi lima kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak. Dari lima kasus kekerasan yang terjadi sepanjang Januari
hingga april 2019 tersebut rinciannya, empat kasus kekerasan dialami perempuan
dan satu dialami oleh anak. Sedangkan pada tahun 2018 Dinsos P2KBP3A
mencatat ada 29 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan rincian 20
kasus dialami anak-anak, sembilan sisanya oleh perempuan (Tribun Jabar, 2020)
Angka kekerasan seksual di Kabupaten Bandung yang menimpa anak-anak
dan juga perempuan semakin meningkat. Jumlah kekerasan seksual pada anak
tahun 2016 meningkat tiga kali lipat dibandingkan kekerasan seksual pada anak
tahun 2015. Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Kabupaten Bandung, mengatakan sepanjang 2016 ada 151 pengaduan
kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan dan anak-anak. Penjelasan
lebih lanjut ketua P2TP2A bahwa sebanyak 151 pengaduan kasus kekerasan pada
perempuan dan anak tahun 2016 silam, diantaranya 110 korban merupakan usia
anak-anak dan sisanya adalah orang dewasa, dari jumlah tersebut, 94 kasus
merupakan kekerasan seksual (Bandung Merdeka, 2017).
Sepanjang tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 kasus kekerasan seksual
yang menimpa anak-anak di Kabupaten Bandung Barat terus meningkat. Tahun
2014 terdapat 15 kasus kekerasan seksual, tahun 2015 terdapat 5 kasus kekerasan
seksual, tahun 2016 meningkat dengan angka kejadian kekerasan seksual
sebanyak 16 kasus dan pada tahun 2017 terdapat 10 kasus kekerasan seksual yang
menimpa anak-anak di bawah umur (P2TP2A Bandung Barat, 2018).
Para pelaku kekerasan seksual 68 persen dilakukan oleh orang yang dikenal
anak, termasuk 34 persen dilakukan oleh orangtua kandung sendiri. Sementara itu
usia korban rata-rata berkisar antara 2–15 tahun bahkan diantaranya dilaporkan
masih berusia 1 tahun 3 bulan. Aris Sirait (dalam Justicia, 2016) menegaskan
"bahwa tempat kejadian setelah sekolah adalah rumah”, maka pelaku kekerasan
seksual kebanyakan orang yang dikenal dekat dengan korban (Justicia, 2016).
3
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kelurahan Padasukapada 5 anak
usia prasekolah. Diperoleh data 3 dari 5 anak mengungkapkan bahwa mereka
tidak terbuka kepada orang tuanya, setiap adanya masalah di sekolah ataupun
dengan temannya orang tua tidak mengetahui dan tidak memberikan solusi
terhadap masalah yang terjadi pada anak tersebut. Tiga dari 5 anak tidak pernah
mendapatkan pendidikan seksual dari orang tua mereka sehingga mereka tidak
mengetahui batasan tubuh yang menjadi privasi bagi diri sendiri. Dua anak
lainnya mengatakan orang tua sudah memberikan pendidikan seksual seperti
bagaimana cara berpakaian yang baik, dan menjaga bagian tubuh yang tidak boleh
dilihat dan disentuh oleh orang lain.
4
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, rumusan masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran pengetahuan orang tua terhadap
pencegahan kekerasan seksual pada anak di kelurahan Padasuka kota Cimahi ?”
5
1.6.2 Manfaat praktis
1. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan orang tua
terhadap pencegahan kekerasan seksual pada anak
2. Bagi anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak
mengenai pencegahan kekerasan seksual, serta mengubah sikap anak untuk
lebih waspada terhadap lingkungan sekitar.
3. Bagi perawat komunitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ilmu
keperawatan anak mengenai pencegahan kekerasan seksual pada anak
Jawabarat (dinkes)
cimahi
6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
berdampak pada kesehatan. Jangka panjangnya, ketika dewasa nanti anak akan
mengalami fobia pada hubungan seks atau bahkan yang parahnya lagi anak akan
terbiasa dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seksual. Bisa juga
setelah menjadi dewasa, anak tesebut akan mengikuti apa yang dilakukan
kepadanya semasa kecilnya (Noviana, 2015).
dampak jangka panjang kekerasan seksual terhadap anak yaitu anak yang
menjadi korban kekerasan seksual pada masa kanak-kanak memiliki potensi untuk
menjadi pelaku kekerasan seksual di kemudian hari. Ketidakberdayaan korban
saat menghadapi tindakan kekerasan seksual di masa kanak-kanak, tanpa disadari
digeneralisasi dalam persepsi mereka bahwa tindakan atau perilaku seksual bisa
dilakukan kepada figur yang lemah atau tidak berdaya (Noviana, 2015).
berkata “TIDAK” dengan berani dan lantang pada kontak fisik yang
tidak sesuai, menghindar dari situasi yang tidak aman dan dapat
mengadu pada orang dewasa (Justice, 2016).
2) Sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk
Anak tidak selalu mengetahui sentuhan yang pantas dan sentuhan yang
tidak pantas. Beri tahu anak bahwa tidak baik bila seseorang melihat
atau memegang tubuh pribadi mereka atau seseorang meminta anak
untuk memperlihatkan dan memegang tubuh pribadi orang lain (Justice,
2016).
3) Rahasia yang baik dan rahasia yang buruk
Rahasia adalah taktik utama pelaku seksual. Itulah mengapa penting
untuk mengajarkan perbedaan antara rahasia baik dan buruk untuk
menciptakan iklim kepercayaan. Setiap rahasia yang membuat mereka
cemas, tidak nyaman, takut, sedih, tidak baik dan tidak harus disimpan,
hal tersebut seharusnya diberitahu pada orang dewasa yang dapat
dipercaya (orang tua, guru, polisi, dokter)(Justice, 2016).
4) Pengenalan organ reproduksi pada anak
Media gambar dapat membantu proses belajar mengenal istilah
reproduksi. Bercerita mengunakan bahasa ilmiah yang sulit dipahami
anak akan mempersulit proses pembelajaran. Jelaskan kepada anak
akan terjadi perubahan pada tubuh mereka seiring bertambahnya usia.
Anak perempuan akan mengalami menstruasi, pembesaran payudara,
tumbuh jerawat, serta pelebaran pinggang dalam waktu yang singkat,
sementara pada anak laki-laki dimulai dengan mimpi basah, tumbuh
jakun, pecahnya suara.
19
belum berusia 18 tahun, termasuk juga yang masih dalam kandungan. Anak
merupakan aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan suatu bangsa, sehingga
harus diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Depkes RI, 2014).
Anak menurut bahasa adalah keturnan kedua sebagai hasil antara hubungan
pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan
Yang maha esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi
muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa
dan negara pada masa depan (Djamil, 2013)
Menurut Wong(2009) dalam Cicilia, (2014), usia sekolah adalah anak usia
6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika
anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun serta dilahirkan dari pasangan suami dan
istri yang telah menikah serta anak adalah aset bagi negara yang harus
diperhatikan perkembangan dan pertumbuhannya.
1) Fase anak kecil atau masa bermain (0-7 tahun), yang diakhiri
dengan tanggal (pergantian) gigi.
2) Fase anak sekolah atau masa belajar (7-14 tahun), yang dimulai
dari tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya
kelenjar-kelenjar kelamin.
3) Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi
dewasa (14-21 tahun), yang dimulai dari bekerjaynya kelenjar-
kelenjar kelamin sampai memasuki usia dewasa.
b. Menurut Freud
1) Fase infatile, umur 0 – 5 tahun.
2) Fase orang, umur 0 – 1 tahun, di mana anak mendapatkan kepuasan
seksual melalui mulutnya.
3) Fase anak, umur 1 – 3 tahun, di mana anak mendapatkan kepuasan
seksual melalui anusnya.
4) Fase phalis, umur 3 – 5 tahun, di mana anak mendapatkan
kepuasan seksual melalui alat kelaminnya.
5) Fase laten, umur 5 – 12 tahun.
Fase ini anak tampak dalam keadaan tenang, setelah terjadi
gelombang dan badai (strum and drang) pada tiga fase pertama.
Fase ini desakan seksual anak mengendur. Anak dapat dengan
mudah melupakan desakan seksualnya dan mengalihkan
perhatiannya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah
dan teman sejenisnya. Meskipun energi seksualnya terus berjalan,
tetapi pada fase ini diarahkan pada masalah-masalah sosial dan
membangun benteng yang kokoh melawan seksualitas.
6) Fase pubertas, umur 12 – 18 tahun
Fase ini dorongan-dorongan mulai muncul kembali, dan apabila
dorongan-dorongan ini dapat ditransfer dan disublimasikan dengan
baik, anak akan sampai pada masa kematangan akhir.
3. Perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis
23
2.4 KerangkaTeori
25
26
26
Kerangka Kerja
Inklusi Eksklusi
= Yang diteliti
33
Lampiran 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lampiran 1
7.
8.
9.
10.
Lampiran 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lampiran 2
7.
8.
9.
10.
Lampiran 4
Kepada
Di tempat
Dengan Hormat,
Esri Er Nurasih
Lampiran 5
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Respnden
(.....................)
Lampiran 6
Kode Responden
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah lembar penjelasan penelitian dengan seksama
2. Isilah terlebih dahulu data demografi sesuai dengan kondisi saudara saat
ini dengan memberi tanda centang (√)
3. Isilah pertanyaan dengan jawaban sesuai dengan kondisi saudara dengan
memberi tanda centang (√) untuk jawaban yang dianggap tepat pada
kolom BENAR atau pernyataan yang saudara anggap tidak tepat pada
kolom SALAH
4. Periksalah kembali jawaban saudara dan pastikan semua nomor telah
terisi.
I. Data Demografi
1. Nama :
2. Usia :
3. Peran saudara sebagai orang tua :
10. anak mengeluh sakit saat BAK (Buang air kecil) dapat dicurigai
adanya kekerasan seksual
14. Orang tua mengajarkan pendidikan seksual kepada anak sejak dini
17. Pendidikan seksual pada anak prasekolah (<7 tahun) yaitu tentang
mengenalkan perbedaan lawan jenis
18. Orang tua dapat mengajarkan pendidikan seksual hanya ketika anak
bertanya
19. Pendidikan seksual cukup diberikan satu kali saja pada anak
20. Anak boleh keluar rumah dengan memakai pakaian dalam saja
21. Bagian tubuh yang tertutupi pakaian dalam adalah dada, perut, dan
alat kelamin
22. Tidak boleh ada orang yang melihat atau menyentuh area yang
tertutupi pakaian dalam anak
23. Anak boleh melihat atau menyentuh area yang tertutupi pakaian
dalam orang lain
24. Penting mengajarkan anak berkata TIDAK jika ada orang yang
menyentuh bagian pakaian dalam
25. Orang tua perlu memberi dukungan agar tumbuh rasa percaya diri
anak untuk menceritakan rahasia kekerasan seks yang dialami