Feri Irawan - Ulumul Haadits
Feri Irawan - Ulumul Haadits
Feri Irawan - Ulumul Haadits
Disusun oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat, hidayah serta inayah–Nya. Sehingga, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Takhrij Hadits yang berjudul “MAKNA
PENGULANGAN TIGA KALI DALAM HADITS QAULIAH NABI”. Sholawat
serta salam tak lupa juga kita limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Berhasilnya penyusunan ini tentunya berkat kerja sama dan terima kasih
khususnya kepada Fachrur Razi Amir,M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ulumul
Hadits yang telah membimbing kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima segala saran dan masukkan
yang bersifat membangun. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kajian keislaman, yaitu mengenai penjelasan tentang pengertian
tahkrij hadis. Takhrij menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadist
didalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.
Rasulullah mengulangi perkataan hingga tiga kali “Dan dari Anas bin Mallik
Radhiyallahu Anhu, ia berkata, ‘Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
apabila berbicara suatu kalimat, beliau mengulanginya hingga tiga kali sampai
dipahami perkataannya’.” (HR. Al-Bukhari)
“Berbicara suatu kalimat,” maksudnya yaitu berbicara seperti lazimnya
orang berbicara. Disertakan kata “kalimat,” karena yang namanya orang berbicara
pasti ada kalimat-kalimat yang diucapkannya. Dan memang, orang Arab biasa
menggunakan tambahan kata untuk lebih menekankan maksud yang ingin
disampaikan, sebagaimana yang umum diketahui.
Sedangkan yang dimaksud “mengulanginya hingga tiga kali,” ialah kata-kata
tertentu saja yang ingin ditekankan. Bukan mengulangi semua perkataan. Sebab jika
semua perkataan mesti diulangi, apalagi hingga tiga kali, tentu tidak efisien dan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk setiap kali berbicara. Lagi pula, para
sahabat Radhiyallahu Anhum adalah orang-orang cerdas yang cepat menangkap apa
yang diinginkan oleh Nabi. Sehingga untuk berbicara kepada mereka tidak perlu
selalu mengulangi setiap kata hingga tiga kali.
Hal ini dapat kita lihat pada kalimat berikutnya, yaitu “sampai dipahami
perkataannya.” Artinya, sekiranya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa
bahwa apa yang beliau sampaikan sudah dipahami oleh sahabat, maka beliau hanya
mengulangi kalimat-kalimat tertentu saja. Sebab, bagaimanapun juga ajaran Islam
yang disampaikan Nabi merupakan sesuatu yang baru bagi para sahabat yang baru
melewati masa jahiliyah. Sehingga untuk hal-hal yang baru seperti ini, Nabi
mengulanginya hingga tiga kali agar para sahabat dapat memahami apa yang beliau
inginkan.
A. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Redaksi Hadits
1. Pengertian Hadits
– طرفاه يف٩٤ احلديث. [ َوإ َذا تَ َكلَّ َُم ب َكل َم ٍُة أ ََع َاد َها ثَََل اًُث،إ َذا َسلَّ َُم َسلَّ َُم ثَََل اًث:
٦٢٤٤ ،٩٥].
َسلَّ َُم َعلَ ۡيه ُۡم ثَََل اًُث، َعلَ ۡيه ۡم.
َۡعن : Dari
اد َها
َ َع
َأ : Mengulang
ُ صلَّى
ُللا َعلَْيه َ ُل َرس ْولُ للا
َُ اءَ َرجلُ إ
ُ ال َج
َُ ََب هَريْ َرُةَ َرض َُي للاُ َعْنُه ق
ُْ َع ُْن أ
ك
َُ ال أ ُّم
َُ َص َحابَِت؟ ق
َ َُح ُُّق النَّاسُ ِب ْسن
َ َم ُْن أ،ُي َرس ْوَُل للا: َُ و َسلَّ َُم فَ َق،
َُ ال َ
ُال أَب ْو َك
َُ َ ق،ال ُثَّ َم ْن
َُ َ ق،ك
َ ال أ ُّم
َُ َالُ ُثَّ َم ْن؟ ق
َ َ ق،ك
َ ال أ ُّم
َُ َال ُثَّ َم ْن؟ ق
َُ َق
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, datang seseorang kepada Rasulullah SAW seraya
berkata: Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku temani
dengan baik? Rasulullah SAW. Bersabda: “Ibumu“. Orang itu bertanya lagi:
“Kemudian siapa?“ Rasulullah menjawab: “Ibumu“. Orang itu bertanya lagi:
“Kemudian siapa lagi?“ Rasulullah SAW menjawab: “Ibumu“. Orang itu
bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?“ Rasulullah SAW menjawab: “Bapakmu“.
(HR. Bukhori)
Sebelum Islam datang, para wanita sangat menderita karena tidak memiliki
hak-hak dan ketiadaan rasa penghormatan terhadap wanita dikalangan
masyarakat. Kaum laki-laki mempunyai kebebasan mengawini beberapa istri
dan menceraikannya sekehendak hati. Para janda diwariskan dan tidak
diperbolehkan menikah lagi tanpa izin pewarisnya. Di samping poligami,
seorang laki-laki tanpa ada aturan, dapat berhubungan dengan beberapa wanita
yang disukai. Bangsa Arab pun sebelum Islam datang tidak menyukai
kelahiran bagi perempuan. Islam datang dalam kondisi manusia berkasta-
kasta, berbeda suku dan status sosial. Kaum wanita tidak memiliki derajat
dalam pandangan masyarakat saat itu. Islam datang menghapus kebanggaan
keturunan dan kepangkatan. Islam menempatkan posisi yang mulia bagi kaum
wanita. Dan semua manusia disisi Allah Swt. memiliki kedudukan yang sama,
yang membedakannya hanyalah amal saleh dan ketakwaannya.
Oleh sebab itu, maksud Nabi Saw. Dalam hadits di atas mempunyai
makna kemuliaan seorang ibu dan menampilkan peranan ibu kepada
masyarakat pada waktu itu.
Abu Bakar berkeras untuk bertemu Rasulullah Saw. Malam itu juga,
ibunya dan Fathimah memapah Abu Bakar menemui Rasulullah. Rasulullah
bangkit dan menyambut Abu Bakar sambil mendoakannya.
Keislaman Utsman bin ‘Affan pun tak luput dari peran seorang
wanita, Su’da binti Kariz, bibinya. Suatu ketika Su’da bertamu ke rumah
saudara perempuannya Arwa binti Hariz, ibunda Utsman, untuk
menceritakan kabar kelahiran seorang Rasul dengan membawa agama yang
lurus. Utsman menyambut hangat kedatangan bibinya, dan menanyakan
berita yang akan disampaikannya. Dengan senang hati Su’da menceritakan
tentang Muhammad Rasulullah yang membawa agama kebenaran. Su’da
amat baik dan runut dalam menceritakan kabar
Islamnya Hamzah bin Abdul Mutholib juga tak lepas dari peran
seorang wanita, yaitu ibunya. Pada suatu hari ibunda Hamzah menceritakan
kasus penghinaan dan penganiayaan yang menimpa Nabi Muhammad oleh
Abu Jahal. “Hai Abu Imarah (nama panggilan Hamzah)! Apa yang hendak
kau perbuat seandainya engkau melihat sendiri apa yang dialami
kemenakanmu. Muhammad dimaki-maki dan dianiaya oleh
Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), lalu ditinggal pergi sementara
Muhammad tidak berkata apa-apa kepadanya,” ujar ibunda Hamzah.
Begitupun keislaman Umar bin Khaththab tak lepas dari peran adik
perempuannya Fathimah. Waktu itu Umar sedang marah dan mencari
Muhammad untuk dibunuh. Di tengah jalan ada orang yang memberitahu
bahwa adiknya Fathimah sudah masuk Islam. Umar pun mengurungkan niat
mencari Rasulullah dan berbalik ke rumah Fathimah yang dinilainya telah
berkhianat dari agama nenek moyang. Umar menyerbu ke dalam rumah
adiknya lalu memukul Fathimah hingga berdarah. Ternyata darah yang
mengucur dari wajah Fathimah meluluhkan hati Umar. Saat itu Umar
melihat secarik kertas yang berisi ayat Al-Qur’an. Ia amat terpesona dan
berkata, “Alangkah indahnya dan mulianya kalimat ini.” Setelah itu Umar
menemui Rasulullah Saw. dan menyatakan keislamannya.
Selain itu ia juga wanita lemah. Oleh karena itu Rasulullah SAW.
Telah mewasiatkan sebanyak tiga kali dan memberi wasiat terhadap ayah
hanya satu kali, maka dalam hal itu terdapat perintah agar manusia
memperbaiki cara berbakti mereka terhadap ibunya demikian juga terhadap
ayahnya semaksimal mungkin.
Ada beberapa faktor mengapa seorang ibu mempunyai porsi tiga kali
dibanding seorang ayah.
ُعنه
َ َكا َن َُرسولُللاُصلىُللاُعليهُوسلمُبَعريُال َكل َمةَُثَََل ًَثُلتع َق َل
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengulang-ulang ‘kata’
sebanyak tiga kali agar dapat dipahami darinya.” (HR. At Tirmidzi,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.4990).
• Diagram Sanad
Rasulullah SAW
َۡعن
Abdi al-Rahman bin
Sakher
َۡعن
Abdullah bin Abdi al-
Rahman bin Auf
َۡعن
Muhammad bin
Muslim bin Ubaidillah
bin syihab
َۡعن
Yûnus bin Yazîd bin
Abi al-Najjâd
أخبنا
ر
Abdullah bin Al-
Mubarak bin Wadlih
أخبنا
ر
Abdullah bin Utsman
bin Jablah bin Abi
حدثنا
Al-Bukhari
• Biografi
a. Abu Hurairah ( 19H – 59H)
Nama lengkapnya : ‘Abd al-Rahman bin Shakhr al-Dausi al-Yamani
Kunyah : Abu Hurairah
Guru-gurunya :
Rasululloh Saw, Abi bin Ka’ab bin Qois, Basroh bin Abi Basroh,
Usman bin Affan bin Abi al- Ash bin Umayyah, Ali bin Abi Thalib bin
Abdullah bin Hasyim bin Abdi Manaf, Abu Shifin binSaid bin al-Mughiroh.
Muridnya :
Atho’ bin Abi Raba’ah bin Aslam, Abdul Malik an Abi Hurairah,
Abdullah bin Abdi al-Rahman bin Auf, al-Harits bin abdurrahman, Hamid
bin Zaid, Sholeh bin Abi Hasan, Hasan bin Abdurrahman, Said bin Said,
Sulaiman bin Abi Muslim, Sulaiman bin Yasir, dll.
Penilaian ulama terhadap Abu Hurairah yaitu tidak ada yang meragukan
kualitasnya lagi karena keadilan, kejujuran, kepercayaannya, dan
keontektikannya yang lebih tinggi dari sahabat lainnya.19
b. Abu Salamah
Nama lengkap : Abdullah bin Abdi al-Rahman bin Auf, kunyah
: Abu Salamah
Guru-gurunya :
Abu Sufyan bin Said bin al- Mughiroh, Zainab binti Salamah, Abu al-
Rudud, Thalhah bin Abidillah bin Usman, Abdi al-Rahman bin Sakher (
Abu Hurairah), Abu Shifin bin Said bin al- Mughiroh.
Muridnya :
Al- Harits bin Abdurrahman, Hasan bin Abdurrahman, Hamid bin Zaid,
Sulaiman bin Yasir, Sholeh bin Abi Hasan, Ibrahim bin Said bin Ibrahim
bin Abdi al-Rahman bin Auf, Az-Zuhriyyi, Muhammad bin Abdurrahman.
Penilaian Ulama terhadapnya, yaitu :
• Abu Zarah Ar-razi mengatakan tsiqah umam (orang yang dapat
dipercaya)
• Ibnu Hiban mengatakan tsiqah (terpercaya)
• Az-Zahabi mengatakan ( orang yang penting)
b. Az- Zuhriyyi
Nama lengkap : Muhammas bin Muslim bin Ubaidillah bin
Adullah bin Shihab
Kunyah : Abu Bakar
Guru-gurunya :
Ibnu Abi Khuzaimah, Abu al- Khowas, Ibrahim bin Abdurrahman
bin Abi Rabiah, Ibrahim bin Abdurrahman bin Khunain, Ibrahim bin
Abdurrahman bin Auf, Abu Bakar bin Abdurrahman bin al- Harits bin
Hasim bin al- Mughiroh, Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin
Khazam, dll.
Murid-muridnya :
Muhammad bin Abdurrahman bin al- Mughiroh bin al- Harits
bin Abi Dzi’bin, Ibrahim bin Ismail bin Mujma’ bin Yazid, Ibrahim bin
Umar bin Mas’ud, Abu Ayub, Ishak bin Rasyid, Ismail bin Muslim,
Abu Ali bin Yazid, Usamah bin Zaid, dll.
Guru-gurunya :
Abu ‘Ali bin Yazid, al-Zuhri, Nâfi’ (maula Ibn ‘Umar), Hisyâm
bin ‘Urwah, ‘Ikrimah, ‘Umârah bin Ghaziyyah, dan lain-lain.
Murid-muridnya :
Jarîr, ‘Amr bin al-Hârits, ‘Anbasah bin Khâlid bin Yazid,
(‘Abdullah) Ibn al-Mubarak, al-Laits, al-Auza’i, Sulaiman bin Bilâl,
dan lain-lain.
Murid-muridnya :
Al-Tsauri, Ma’mar bin Râsyid, Abu Ishâq al-Fazâri, Ja’far bin
Sulaimân al-Dhab’i, Baqiyyah bin al-Walîd, Ibn ‘Uyainah, dan lain-
lain.
Murid-muridnya :
Al-Bukhari, Muhammad bin ‘Abd Allâh bin Quhzâdz, Ahmad
bin Muhammad bin Syibawaih, Muhammad bin ‘Ali bin al-Hasan,
dan lain-lain
Murid-muridnya :
beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling
terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun
kitab Shahih Muslim, Imam Abu Isa at-Tirmidzi, Al- Imam Shalih bin
Muhammad.
Ahs-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2009.
Al-‘Aini, Mahmud bin Ahmad, Umdah al-Qori: Sharah Shahih al-Bukhori, Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 2001, Juz 22.
Al-Adim Abadi, Abi al-Thayyib Muhammad Syamsul Haq, ‘Ain al-Ma’bud: Sunan
Abi Daud, Beirut: Dar al-Fikr, t.th., Juz 2.
Al-Ashqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fathul Bari, Beirut:Dar al-Fikr, t.th,, juz.
10.
Al-Asy’ats, Abu Daud Sulaiman bin, Sunan Abi Daud, Beirut: Dar al-Fikr, 1994,
Juz 2
Al-Bukhori, Abi abdillah muhammad bin ismail, Matn al-Bukhori, Beirut: Dar al-
Fikr, 1995, juz 4.