0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan7 halaman

Pendidikan Kesehatan Masyarakat Dan Manajemen Stres Dalam Menstabilkan Tekanan Darah Dan Kecemasan Penderita Hipertensi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 7

E-ISSN 2987-3703

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN MANAJEMEN STRES DALAM


MENSTABILKAN TEKANAN DARAH DAN KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI

Wahyu Dini Candra Susila1)*, Iswati1), Riskiyani Istifada1) , Kamelia Susanti2), Firda Nur
Isya2), dan Ismawati2)
1) Program Studi D3 Keperawatan, STIKES Adi Husada, Surabaya
2) Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan, STIKES Adi Husada, Surabaya

*Penulis Korespondensi, E-mail : wahyudinicandras@gmail.com

Submitted: 13 April 2023, Revised: 29 April 2023, Accepted: 30 April 2023.

ABSTRACT
Introduction & Aim: Hypertension is a condition where the systolic blood pressure is more than 140 mmHg
and the diastolic is more than 90 mmHg. One of the various effects of hypertension is the anxiety and
discomfort. One of the non-pharmacological therapies that can be done is stress management in the form of
deep breathing relaxation techniques and progressive muscle relaxation. Health education is given to
increase participants' knowledge about hypertension. Health education and stress management in the form
of deep breathing and progressive muscle relaxation are offered to solve blood pressure and anxiety problems
for people with hypertension. Method of Activity: Implementation of activities in the form of health education
followed by demonstrations of the implementation of stress management in the form of deep breathing and
progressive muscle relaxation. The activities were carried out en masse and the results were measured using
the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) before the activity and 1 week after the activity. The activity
was carried out on December 21 2022 in the Gundih Region, Bubutan, Surabaya City. Results: There was a
decrease in blood pressure and a decrease in the participants' anxiety. Discussion: Stress management can
help reduce blood pressure and anxiety scores, these conditions can be related because anxiety causes
increased blood pressure, and it is necessary to increase knowledge with Health Education so that sufferers
can have a better attitude toward their health problems.

Keywords: Anxiety, Health education, Hypertension, Management of stress.


ABSTRAK

Pendahuluan & Tujuan: Tekanan darah tinggi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistol lebih dari 140 ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
mmHg dan diastol lebih dari 90 mmHg. Berbagai dampak hipertensi salah satunya adalah kecemasan dan
ketidaknyamanan. Manajemen stres berupa teknik relaksasi nafas dalam (deep breathing) dan relaksasi otot
progresif sebagai terapi non-farmakologi hipertensi. Pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan peserta. Tujuan pengabdian masyarakat ini untuk menurunkan tekanan darah dan kecemasan
penderita hipertensi. Metode Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan berupa pendidikan kesehatan yang
dilanjutkan dengan demonstrasi pelaksanaan manajemen stres berupa tarik nafas dalam dan relaksasi otot
progresif. Kegiatan dilakukan secara masal dan hasil diukur menggunakan instrumen kecemasan Hamilton
Rating Scale for Anxiety (HRS-A) sebelum kegiatan dan 1 minggu pasca kegiatan. Kegiatan dilakukan pada
tanggal 21 Desember 2022 di Wilayah Gundih, Bubutan, Kota Surabaya. Hasil Kegiatan: Terdapat penurunan
tekanan darah dan penurunan kecemasan peserta kegiatan Diskusi: Manajemen stres dapat membantu
menurunkan tekanan darah dan skor kecemasan, kondisi tersebut dapat berkaitan karena kecemasan
menyebabkan meningkatnya tekanan darah, serta diperlukan peningkatan pengetahuan dengan Pendidikan
Kesehatan agar penderita dapat lebih baik bersikap pada masalah kesehatanya.

Kata kunci: Hipertensi, Kecemasan, Pendidikan kesehatan, Manajemen stres.

Volume 1, Nomor 1, April 2023 59


1. PENDAHULUAN
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan
paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) (Sudarsono et al., 2017).
Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah berada di atas
140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah melebihi
batas normal dapat mengakibatkan komplikasi penyakit serius, seperti stroke, gagal
jantung, penyakit ginjal, dan lain sebagainya (Kusuma, 2013). Tekanan darah tinggi
merupakan kondisi dimana tekanan darah sistol lebih dari 140 mmHg dan diastol lebih dari
90 mmHg.
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi tekanan darah tinggi di kalangan usia 18 tahun secara
nasional adalah 34,1%. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), 45-54
tahun (45,3%), 55-64 tahun (55,2%). Diketahui bahwa dari 34,1% prevalensi hipertensi,
8,8% didiagnosis hipertensi, dan 13,3% penderita hipertensi tidak minum obat, dan 32,3%
tidak minum obat secara teratur. Data hipertensi di Provinsi Jawa Timur menempati urutan
keenam pada Riskesdas 2018, dengan prevalensi hipertensi sebesar 36,32%. Hasil utama
Riskesdas 2018 di Provinsi Jawa Timur menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 40%,
peringkat kesembilan (Kemenkes RI, 2019). Tingkat peningkatan dari tahun sebelumnya
pada Riskesdas 2013 yang sebesar 30%. Berdasarkan profil kesehatan yang didapat dari
Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya prevalensi hipertensi pada tahun 2014-2016
mengalami peningkatan yaitu dari 261 pasien menjadi 657 pasien (Siswanto et al., 2020).
Salah satu terapi non-farmakologi dapat dilakukan adalah dengan terapi non farmakologis,
yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam (deep breathing) dan relaksasi otot progresif.
Teknik relaksasi nafas dalam memungkinkan pasien mengendalikan respons tubuhnya
terhadap ketegangan dan kecemasan. Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan dapat
menurunkan konsumsi oksigen, metabolism, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung,
tegangan otot dan tekanan darah (Anggraini, 2020). Teknik relaksasi otot progresif adalah
teknik sistematis untuk mencapai keadaan relaksasi metode yang diterapkan melalui
penerapan metode progresif dengan latihan bertahap dan berkesinambungan pada otot
skeletal dengan cara menegangkan dan melemaskannya yang dapat mengembalikan ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
perasaan otot sehingga otot menjadi rileks dan dapat digunakan sebagai pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi esensial (Norma & Supriatna, 2019).
Perpaduan kedua terapi ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk membantu
menstabilkan tekanan darah. Terapi merupakan metode relaksasi yang efisien, mudah
dilakukan, tidak ada efek samping, dan dapat membuat pikiran terasa tenang dan tubuh
menjadi lebih rileks. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya membuktikan
bahwa terapi relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot progresif dapat menurunkan tekanan
darah pada hipertensi (Amelia, 2019).
Mekanisme untuk melakukkan terapi relaksasi nafas dalam pada sistem pernafasan dengan
adanya inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali
dalam satu menit sehingga terjadi peningkatan regangan kardiopulmonari. Sedangkan
untuk relaksasi otot progresif dilakukan satu sampai dua kali per hari dan durasi yang
digunakan 15 menit setiap sesinya selama satu sampai dua minggu, stiap kelompok otot

Volume 1, Nomor 1, April 2023 60


ditegangkan selama 5-7 detik dan direlaksasikan selama 10-20 detik (Masnina & Setyawan,
2018). Latar belakang tersebut menjadi peluang penulis untuk melaksanakan manajemen
stres berupa tarik nafas dalam dan relaksasi otot progresif untuk menyelesaikan masalah
tekanan darah dan kecemasan pada masyarakat dengan hipertensi.
2. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan pada bulan Desember 2022 dengan dihadiri oleh 21 peserta di di Balai
RW di RT 1 RW 10 Wilayah Gundih Lapangan, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya.
Pemecahan masalah bagi masyarakat hipertensi meliputi:
1. Pendidikan Kesehatan
Materi yang diberikan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
penatalaksanaan hipertensi. Penatalaksanaan dilakukan secara masal sebanyak 21
orang dengan metode ceramah dan tanya jawab selama 45 menit.
2. Pelatihan Manajemen Stres: Tarik nafas dalam dan Relaksasi Otot Progresif
Pelatihan manajemen stres yang dilakukan adalah dengan memberikan Tindakan tarik
nafas dalam dan relaksasi otot progresif. Tindakan dilakukan secara masal dengan
metode demonstrasi serta latihan bersama selama 45 menit.
Pengukuran pada pengabdian masyarakat ini adalah tekanan darah dan kecemasan. Alat
ukur kecemasan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dengan
interpretasi tidak ada cemas (skor <14), cemas ringan (skor 14-20), cemas sedang (skor 21-
27), dan cemas berat (skor >27).
3. HASIL KEGIATAN
1. Karakteristik Peserta
Hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan mulai proses survei awal dan penentuan
masalah, serta proses penyelesaian masalah pada 21 Desember 2022 didapatkan karakteristik
peserta sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Peserta
No Karakteristik Frekuensi Persentase
1. Usia ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
45-50 tahun 10 47,6 %
50-59 tahun 9 42,8 %
60 tahun 2 9,6 %
Total 21 100 %
2. Jenis kelamin
Laki-laki 0 0%
Perempuan 21 100 %
Total 21 100%
3. Pendidikan
Tidak Sekolah 5 23,8%
SD 11 52,4 %
SMP 5 23,8% %
Total 21 100%

Volume 1, Nomor 1, April 2023 61


No Karakteristik Frekuensi Persentase
4. Lama menderita Hipertensi
< 5 Tahun 13 61,9 %
> 5 tahun 8 38,1%
Total 21 100 %

Tabel 1 menunjukkan data pada kegiatan pendidikan kesehatan dan manajemen stres paling
banyak diikuti oleh usia 45 – 50 tahun (47,6%). Jenis kelamin secara keseluruhan adalah perempuan
sebanyak 21 orang (100%). Tingkat pendidikan paling banyak SD sebanyak 11 orang (52,4%) dan
lama menderita hipertensi paling banyak kurang dari 5 tahun sebanyak 13 orang (61,9%).

2. Tekanan Darah dan Kecemasan Peserta


Tabel 2. Tekanan Darah Peserta Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Kegiatan

Pre-Test Post-Test
Tekanan Darah Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Normal 0 peserta 0% 4 peserta 28,5%
Pra Hipertensi 7 peserta 33,3% 7 peserta 33,3%
Hipertensi Derajat 1 10 peserta 47,6% 8 peserta 38,2%
Hipertensi Derajat 2 4 peserta 19,1% 2 peserta 9,5%

Tabel 2 menunjukkan bahwa data sebelum dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan dan
manajemen stres bahwa kondisi tekanan darah peserta paling banyak pada hipertensi
derajat 1 sebanyak 10 orang (47,6%), setelah kegiatan turun menjadi 8 orang (38,2%).
Jumlah peserta dengan hipertensi derajat 2 turun sebanyak 2 orang (9,5%) yang
sebelumnya sebanyak 4 orang (19,1%).
Tabel 3. Kecemasan Peserta Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Kegiatan

Pre-Test Post-Test
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tidak ada cemas 3 peserta 14,2% 4 peserta 19,1% ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Cemas ringan 7 peserta 33,3% 9 peserta 42,7%
Cemas Sedang 11 peserta 52,5% 8 peserta 38,2%
Cemas tinggi 0 peserta 0% 0 peserta 0%

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan

Volume 1, Nomor 1, April 2023 62


Tabel 3 menunjukkan bahwa data sebelum dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan dan
manajemen stres bahwa kondisi kecemasan pada hipertensi sebanyak 11 orang (52,5%)
turun pada setelah kegiatan menjadi 8 orang (38,2%). Jumlah peserta tidak cemas
meningkat menjadi 4 orang (19,1%) yang sebelumnya sebanyak 3 orang (14,2%).

4. PEMBAHASAN
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa usia paling banyak adalah antara 45-50 tahun (47,6%).
Usia peserta menunjukkan bahwa di masa menjelang lansia. Penelitian menyebutkan
bahwa usia tua lebih rentan mengalami hipertensi karena penurunan fungsu-fungsi tubuh.
Kondisi tersebut disebut juga dengan proses degeneratif. Salah satu masalah degeneratif
yakni kardiovaskular seperti hipertensi karena penurunan elastisitas pembuluh darah dan
penyempitan ukuran sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Salafudin & Handayani,
2015). Jenis kelamin secara keseluruhan adalah perempuan sebanyak 21 orang (100%).
Tekanan darah cenderung naik pada wanita pascamenopause karena faktor psikologis dan
perubahan pada wanita tersebut seperti perubahan hormon estrogen dan progesteron.
Hampir 50% penderita hipertensi adalah wanita, karena menderita berbagai kondisi
spesifik yang berhubungan dengan asupan kalsium, kehamilan, pil KB dan menopause (Susi,
2014).
Tingkat pendidikan pada kegiatan ini paling banyak SD 11 orang (52,4%). Sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu tamat sekolah dasar. Semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin baik pengetahuannya. Seseorang dengan tingkat
pendidikan yang sangat rendah dikarenakan tidak memiliki pengetahuan tentang
kesehatan dan penyakit yang dialaminya sehingga mempersulit masalah kesehatannya
(Yudhawati et al., 2022). Penelitian menunjukkan bahwa penderita hipertensi paling
banyak terjadi pada orang lanjut usia, wanita, tingkat pendidikan sekolah dasar, pekerjaan
seperti karyawan/petani dan dengan tingkat pendidikan menengah kebawah. Tidak ada
hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan motivasi untuk mengontrol
tekanan darah. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan motivasi untuk ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
mengontrol tekanan darah (Mubin et al, 2010).
Kondisi hipertensi paling banyak pada hipertensi derajat 1 sebanyak 10 orang (47,6%)
turun pada setelah kegiatan menjadi 8 orang (38,2%). Jumlah peserta dengan hipertensi
turun sebanyak 2 orang (9,5%) yang sebelumnya sebanyak 4 orang (19,1%). Hasil kegiatan
menunjukkan bahwa tedapat penurunan tekanan darah pasca pendidikan kesehatan
memberikan pengetahuan baru, mengurangi ketegangan dan kecemasan pada seseorang
yang khawatir akan penyakitnya, sehingga dapat menurunkan tekanan darah tinggi akibat
kecemasan dan kekhawatiran akan masalah serius terkait penyakitnya, yang nantinya
memicu tekanan darah tinggi (Yudhawati et al., 2022).
Hasil pengabdian masyarakat ini similar dengan pengabdian lainnya bahwa manajemen
stress dengan relaksasi nafas dalam dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
(Qomariah et al., 2022). Tindakan manajemen stress berupa relaksasi otot progresif, hal ini
dapat meningkatkan kerja saraf simpatis dengan cara mengurangi kerja saraf simpatis
sehingga dapat mengembalikan perasaan tegang seseorang, atau sebaliknya (withdrawal)
Volume 1, Nomor 1, April 2023 63
berefek menurunkan ketegangan, kecemasan dan tekanan darah serta detak jantung (Lutfa
Maliya, 2008. Tarik nafas dalam dapat menyebabkan peregangan kardiopulmoner yang
meningkatkan baroreseptor sehingga merangsang saraf parasimpatis dan menghambat
pusat simpatis. Peningkatan saraf parasimpatis mengurangi ketegangan, kecemasan, dan
mengatur detak jantung, memungkinkan tubuh untuk rileks (Muttaqin, 2009). Kombinasi
manajemen stress tarik nafas dalam dan relaksasi otot progresif menjadi peluang yang baik
untuk hipertensi dan cemas pada hipertensi.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Kegiatan pendidikan kesehatan dan manajemen stres yang diberikan pada masyarakat
dengan hipertensi efektif untuk mengurangi tekanan darah dan kecemasan peserta.
Terdapat penurunan jumlah peserta yang menderita hipertensi deraja 1 dan derajat 2.
terdapat penurunan jumlah peserta dengan cemas sedang dan penikatan peserta yang
tidak mengalami kecemasan. Saran diberikan kepada peserta yakni materi yang diberikan
dapat selalu dipraktikkan dirumah hingga peserta membudaya dengan pola manajemen
stres. Peserta hendaknya selalu mengukur tekanan darah secara rutin dan mampu
mengenali kebutuhan manajemen stres. Perlu adanya tindak lanut pemantauan hipertensi
dan pelaksanaan hipertensi secara mandiri.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih ditujukan kepada UPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Adi Husada
yang telah mengizinkan pelaksanaan pengabdian masyarakat. Demikian pula kepada
seluruh Tim, Ketua RT, Ketua RW, Kader, peserta kegiatan dan para mahasiswa yang telah
membantu kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D. (2019). Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu …. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Pontianak. ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
http://repository.unmuhpnk.ac.id/id/eprint/1057
Anggraini, Y. (2020). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Jakarta. Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah
Tangerang, 5(1), 42.
Junaidi, Iskandar. (2010) Hipertensi : Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta :
PT Bhuana Ilmu Populer.
Kulkarni et al. (1998). Stress and Hipertention. WMJ. 97(11):34-8.
Kusuma, N. &. (2013). Terapi Relaksasi Progresif Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Dengan Kecemasan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Lutfa, U., & Maliya, A. (2008 ). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam

Volume 1, Nomor 1, April 2023 64


tindakan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. http://eprint. ums.
ac.id/111/1/4g.pdf. Diperoleh tanggal 11 Mei 2023.
Masnina, R., & Setyawan, A. B. (2018). Terapi Relaksasi Nafas Mempengaruhi Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Imu Dan
Teknologi Kesehatan, 5(2), 119– 128.
Muttaqin, A., & Sari,K. (2009). Asuhan keperawatan perioperatif: konsep, proses dan
aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Norma, N., & Supriatna, A. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Mariat
Kabupaten Sorong. Nursing Arts, 12(1), 31–35.
https://doi.org/10.36741/jna.v12i1.71
Qomariah, S. N., Iswati, Faniwati, Elviana, Amin, N. S., Azizah, Y. N., & Huda, M. (2023).
Stress Management Education And Training Program Reduces The Anxiety
Levels Of Students Facing The National High School Exam . SYNTHESIS Global
Health Journal, 1–9. Diakses di
https://syntificpublisher.com/index.php/synthesis/article/view/15
Salafudin, & Handayani, S. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson terhadap Tekanan
Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia Larasati Dusun
Wiyoro Baturetno Banguntapan Bantul Yogyakarta 2015, 6(2), 151.
Siswanto, Y., Widyawati, S. A., Wijaya, A. A., Salfana, B. D., & Karlina, K. (2020). Hipertensi
pada Remaja di Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1), 11–17.
https://doi.org/10.15294/jppkmi.v1i1.41433
Sudarsono, E. K. R., Sasmita, J. F. A., Handyasto, A. B., Kuswantiningsih, N., & Arissaputra,
S. S. (2017). Peningkatan Pengetahuan Terkait Hipertensi Guna Perbaikan
Tekanan Darah pada Pemuda di Dusun Japanan, Margodadi, Seyegan, Sleman,
Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Indonesian Journal of
Community Engagement), 3(1), 26. https://doi.org/10.22146/jpkm.25944 ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Susi, Hiswani, & Jemadi. (2014). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada
Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang
Kabupeten Dairi Tahun 2014, 2.
Yudhawati, N. Lu. P. S., Wardani, S. I., Krisnayani, N. M. W., & Putra, I. K. A. D. (2022).
Pendidikan Kesehatan Cara Mengatasi Cemas Pada Lansia Dengan Hipertensi.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA), 4(3), 122.
https://doi.org/10.51933/jpma.v4i3.928

Volume 1, Nomor 1, April 2023 65

Anda mungkin juga menyukai