MAKALAH Bindo UAS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR AGROINDUSTRI

DISUSUN OLEH :

RONALDUS SLANO :18021094

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKUKTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sistem pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi
sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam
proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik didalam tanah dan
penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen
dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka
sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut
sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-
sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh
komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen
lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi
sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Bagi negara agraris seperti Indonesia,
peran sektor pertanian sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama
sebagai penyedia bahan pangan, sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil
komoditas ekspor nonmigas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian sebagian
besar rakyat Indonesia bergantung padasektor pertanian. Namun ironis sekali, penghargaan
masyarakat umum terhadap pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lain, seperti industri,
pertambangan, dan perdagangan. Dalam sistem integrasi tanaman-ternak, pemanfaatan limbah
tanaman sebagai pakan,serta limbah ternak menjadi pupuk dan sumber energi alternatif
merupakan potensi yang perlu dikembangkan. Inovasi teknologi pakan ternak dalam Sistem
Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah (SITT-BL) memberikan peluang yang
menggembirakan menuju

Green And Clean Agricultural Development.

Pengembangan usaha tani tanaman dan ternak secara bersama-sama menambah pendapatan
petani.Limbah tanaman pangan merupakan sumber daya pakan berserat yang potensial dansesuai
untuk sapi dan ternak ruminansia lainnya.Di banyak daerah, limbah tanaman panganseperti

2
jerami padi belum dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Petani cenderung membakarnya,
yang berarti membuang bahan organic yang berpotensi menjadi pakan ternak. Meskipun manfaat
yang begitu besar sebagaian masyarakat belum bisa memanfaatkan system pertanian terpadu ini
secara maximal. Hal ini terjadi karena ada beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah
biaya serta didukung kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan system ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Menghitung analisis ekonomi dari usaha tani campuran?

b. Menghitung keuntungan dan kerugian dari penerapan sistem usaha tani campuran?

c. Bagaimana hasil produksi tanaman setelah masa panen?

d. Menghitung analisis ekonomi dari sistem produksi tanaman dengan ternak?

e. Menghitung keuntungan dan kerugian dari penerapan system produksi tanaman


dengan ternak?

f. Bagaimana manajemen produksi tanaman pangan dan tanaman pakan ternak


denganternaknya?

g. Membuat bagan dari system integrasi sederhana dan menjelaskan penerapan dari
systemintegrasi sederhana dari Model Pertanian Tekno Ekologis (Ekosistem Lahan
Sawah)?

h. Membuat bagan dari system integrasi sederhana dan menjelaskan penerapan dari
system integrasi sederhana dari Model Pertanian Tekno Ekologis (Ekosistem Lahan
Perkebunan dengan Ternak)?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Setelah Mahasiswa melakukan survey ke pemilik lahan pertanian dan memiliki


ternak,mahasiswa mampu membuat bagan integrasi sederhana dan integrasi kompleks,
mampumenganalisis system ekonomi, mampu mengetahui keuntungan dan kerugian
sistem pertanian terpadu.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran keterkaitan antara tanaman dan ternak dalam kerangka usaha tani
tradisionaladalah pemanfaatan sumber daya lahan, tenaga kerja, dan modal secara
optimal untuk menghasilkan produk seperti hijauan pakan ternak, tenaga ternak, dan
padang penggembalaan,serta produk akhir seperti tanaman serat,tanaman pangan, dan
daging. Namun demikian, vegetasisebagai sumber hijauan, sangat berfluktuasi baik
produksi maupun komposisinya. Hal inimerupakan risiko dari usaha ternak dalam suatu
system tanaman-ternak, sehingga diperlukansinkronisasi atau sinergisme antara pola
pemeliharaan ternak dan dinamika vegetasi agar dicapaisasaran yang optimal. Pada
sistem seperti ini, tanaman menghasilkan hijauan pakan ternak untuk menghidupi ternak
yang akan menghasilkan tenaga untuk pengolahan lahan (membajak), pupuk,dan daging.
(D,Tjeppy Soedjana, 2007)Penerapan model integrasi tanaman ternak pada suatu
kawasan yang memiliki potensi pengembangan usaha tani campuran harus
mempertimbangkan paling sedikit empat skenario,yaitu: 1) scenario alami yang
dilakukan atau dipraktekkan oleh petani setempat, 2) skenariosystem usaha tani tanpa
ternak, 3) skenario system usaha tani dengan ternak, dan 4) scenarioyang berbasis sumber
daya (lahan, tenaga kerja, modal) dan peluang pengembangan kegiatan produktif, seperti
tanaman,ternak, jasa buruh, transaksi nilai tambah antarkomoditas, dansumber-sumber
pendapatan lainnya. dari sangat tidak pasti sampai yang dapat diduga. Hal penting yang
perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan risiko
danketidak pastian adalah suatu keputusan yang baik belum menjamin kenyataan yang
baik,karenakeputusan yang baik pada dasarnya hanya merupakan sesuatu yang konsisten
dengan informasiyang diper-oleh serta konsisten dengan tujuannya.Dengan demikian,
keputusan yang baikmerupakan pilihan yang telah dipertimbangkan dengan baik yang
didasarkanpada informasiyang tersedia. (Levine dan Soedjana, 2007)Ketidakpastian
diartikan sebagai suatu situasi pada suatu keadaan atau kejadian di masamendatang yang
tidak dapat diduga secara pasti. Para pengambil keputusan dapat saja memiliki
pengetahuan atau tingkat kepercayaan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi, sehingga bila berbagai kemungkinan yang akan terjadi itu diberikan peluang yang

4
sama, makakita sudah menyatakan ketidakpastian itu.Istilah risiko lebih banyak
digunakan dalam konteks pengambilan keputusan,karena risiko diartikan sebagai
peluangakan terjadinya suatu kejadian buruk akibat suatu tindakan.

Makin tinggi tingkat ketidakpastian suatu kejadian, makin tinggi pula risiko yang
disebabkan oleh pengambilan keputusan itu. Dengandemikian, identifikasisumber
risikosangat penting dalam proses pengambilan keputusan.

menyatakan, faktor risiko di bidang pertanian berasal dari produksi, harga dan pasar,
usaha dan finansial, teknologi,kerusakan, social dan hukum, serta manusia. (Nelson et al.
2007 )Skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur dengan berbagai cara,
antara laindari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai penjualan, luas areal
tanam, dan jumlahsatuan ternak. Perhitungan biaya setiap luasan areal tanam atau satuan
ternak dapat dilakukanuntuk melihat perbedaan efisiensi di antara petani yang
mengusahakan komoditas serupa. Biayainvestasi adalah biaya yang diperlukan petani
pada saat memulai usahanya dan yang akandikeluarkan kembali pada saat atau usia
ekonomis investasi tersebut telah habis. Termasuk dalam biaya investasi adalah tanah,
bangunan, mesin, bibit ternak, dan peralatan tidak habis pakai.Biaya tetap adalah biaya
produksi yang dikeluarkan oleh petani atau peternak dan tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya produksi dalam suatu siklus produksi, misalnya biaya kandang, peralatan,
perbaikan, depresiasi, dan upah manajer. Biaya operasional atau biaya variabel adalah
biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi, seperti biaya pakan
konsentrat,hijauan, mineral, obat-obatan, serta tenaga pemelihara atau buruh. Total nilai
penjualan biasanyadihitung setiap tahun dan untuk menentukan besarnya pajak
yang.harus dibayar. Cara seperti inidilakukan dinegara yang sudah maju dan digunakan
juga untuk mengelompokkan skala usahakecil, menengah, dan besar. Skala usaha juga
dapat

diukur dengan melihat luas areal yangdiusahakan oleh petani atau satuan ternak yang
dimiliki peternak.

5
BAB III

PEMBAHASAN

1.4. USAHA TANI CAMPURAN (MIXED FARMING SYSTEMS) DAN


INTEGRASI TANAMAN – TERNAK

Penelitian I dan II

Pada penelitian Sistem Pertanian Terpadu dilakukan observasi kepada peternak


yang menerapkan usaha pertanian campuran dan sitem produksi tanaman - ternak, hasil
dari pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan dalam waktu observasi :

Nama pemilik : Bpk.puguh

Nama Responden : Bpk.Kasun

Alamat Responden : Desa dengkol singosari

Kepemilikan lahan dan pola tanam

Petak Luas (M) Jenis Tanaman


1 10.000 m Tanaman jagung
2 10.000 m Tanaman singkong
Tanaman pakan ternak:
 Rumput kanada
 Caliandra
 Lamtoro
 Sengon
Lahan pak puguh diutamakan untuk menanam tanaman pakan ternak, yaitu
berupatanaman rumput Canada yang ditanam 1 kali dalam setahun tanpa istirahat,
tanaman rumputgajah dipanen tiap 2 bulan sekali. Tanaman rumput gajah ditanam pada
lahan 1.250 m 2. Tanaman sampingannya yang ditanam berupa tanaman caliandra dan
terdapat tanaman lamtorodan kayu sengon serta tanaman pangan yaitu jagung dan
singkong.

6
1. Usaha petanian
Pola Tanam
 Rumput gajah ditanam 1 kali dalam setahun tanpa jarak waktu/ selalu ditanam
terusmenerus. Rumput gajah ditanam sebagai tanaman pakan ternak yang
diusahakanselalu ditanam/ tanaman utama yang ditanam.
 Tanaman Jagung yang ditanam di lahan ketika berumur 2 bulan di panen dengan
hasil 2½ kwintal dengan luas lahan 1hektar .
 Tanaman singkong yang di tanam pada lahan dapat dipanen pada umur 8
bulandengan jumlah 28 ton dan harga per kg nya Rp1.200.
 Untuk tanaman sengon dengan luas penanaman pada lahan 1.250 m2 dapat di
panen pada umur 6-7 tahun.
 Tanaman lamtoro dan Caliandra di tanam 1 kali dan masa pemanenan
berkelanjutan,dan jika tidak produktif maka di lakukan pemangkasan dan
penanamankembali.

Tujuan Penanaman

 Pada tanaman jagung dan singkong sebagian besar hasilnya itu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan pangan peternak sehari hari, disamping itu sisa-sisa dari
hasil panen tersebut dapat diberikan pada ternak yang di pelihara, sebagai pakan
tambahan.
 Rumput gajah dan tanaman pakan ternak lainya ditanam dan dipanen sesuai
dengan kebutuhan ternak per harinya, dapat dikatakan bahwa penanaman ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok maupun keseharian pakan ternak
yang di butuhkan.
 Untuk tanaman sengon di gunakan sebagai penghasil kayu dan daunya
digunakansebagai legum untuk pakan ternak.

Teknik Pengelolaan Tanaman

Penanaman tanaman pada lahan setiap tahun ditanami tanaman yang sama, yaitu
ditanam-tanaman pangan (jagung,singkong) dan tanaman pakan ternak rumput gajah,

7
caliandra yang merupakan tanaman utama yang ditanam di lahannya. Tanaman
sampingan yang ditanam oleh pak puguh adalah tanaman pohon sengon.

Tanaman yang ditanam dipelihara dengan menggunakan pupuk organik, pupuk


yangdigunakan merupakan olahan dari limbah peternakan, sehingga terjadi interaksi antar
sumber (pertanian dan peternakan) yang memacu system pertanian terpadu.

Tanaman dilakukan pemeliharaan dengan pemupukan secukupnya. Untuk


tanaman jagung 2 ½ kwintal pemupukan untuk 1 hektar luas lahan, Dan untuk
pemupukan tanaman pakanternak dilakukan sekali saja dan saat produktifitas menurun
dilakukan pemupukan kedua,jikatetap menurun maka tanaman di matikan dan dilakukan
penanaman ulang.

Penanaman rumput gajah dilakukan 1 kali dalam setahun, yaitu pemanenan


dilakukan 2 bulan sekali. Rumput gajah akan diambil sendiri oleh responden untuk pakan
ternak yang dimiliki pak puguh. Untuk tanaman caliandra responden tinggal memanen
saat dibutuhkan untuk pakan ternak yang dimiliki pak puguh.Penanganan limbah
pertanian digunakan oleh pak Sujionosebagai pupuk.Untuk tanaman pangan seperti
jagung dan singkong dapat di panen dalam waktu 8 bulan untuk 1 ha dengan berat 40
ton,untuk singkong untuk 1 ha dengan total berat 28 ton.

2. Usaha peternakan.
a. Jenis ternak yang dimiliki ;
Jenis ternak Jumlah ternak Kambing etawah dan Peranakan etawah 20 (Biasanya
sampai 60 ekor), Bebek pecking 20 Ekor.

b. Teknik Pengelolaan
Modal yang digunakan dalam pembelian ternak diperoleh dari tabungan
sendiri, pembelian ternak dilakukan sedikit demi sedikit. Mula- mula pak puguh
membeli kambing,kemudian bebek pecking, dan dilanjutkan dengan ternak
lainnya. Awalnya pak puguh beternak 2ekor kambing dan dilanjutkan dengan
ternak yang lainya.

8
Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pemberian pakan
dilakukan oleh pak kasun (Responden).Selain itu, hasil ternak juga dipelihara
untuk pemenuhan kebutuhansehari-hari.
Limbah peternakan dimanfaatkan oleh pak puguh sebagai pupuk organik.
Pengolahankotoran ternak menjadi pupuk organik ini akan menambah
penghasilan, selain itu limbah peternakan menjadi lebih bernilai, bukan sebagai
limbah yang tidak bisa dimanfaatkan. Pupuk organik ini digunakan sendiri oleh
pak puguh untuk pertanianya.
c. Pengadaan pakan hijauan
Pakan hijauan untuk ternak diperoleh dari lahan pak puguh sendiri,
sehingga pak puguhtidak perlu khawatir akan hijauan untuk ternak karena pak
puguh menanam rumput gajah dilahannya sendiri.
d. Analisi pendapatan
Pendapatan responden dari hasil pertanian dan penjualan Rp 1076.201,-.
Pendapatanresponden tidak dapat terperinci dan tetap setiap bulan, karena tidak
semua ternak yangdipelihara dijual, sebagian dikonsumsi pemilik pribadi. Jika
ternak yang dipelihara dikonsumsisendiri oleh keluarga responden, maka
penghasilan tidak tentu. Setelah memperoleh pendapatan,dipergunakan untuk
membeli segala sesuatu yang menunjang kebutuhan responden dan keluarga
Biaya produksi peternakan
1. Kambing etawah dan Bebek pecking
Perkiraan biaya yang dikeluarkan :
- Konsentrat : untuk 20 ekor bebek pecking dan 20 ekor kambing = Rp
315.000/Bulan
- Listrik : Rp 120.000/bulan
- Air : Rp 60.000/bulan
- Gaji 1 orang karyawan : Rp 700.000/bulan
- Total pengeluaran : Rp.1.195.000/Bulan

- pendapatan susu kambing @Rp. 6.000.000/Bulan dari 8 kambing laktasi\


- pendapatan bebek pecking @Rp. 500.000/Bulan

9
1. Segi feasibilitas
Usaha tersebut layak untuk dikembangkan lebih lanjut.
2. Segi stabilitas
Usaha tersebut layak untuk dikembangkan lebih lanjut karena secara
umum sudah berkembang dengan baik.
3. Segi produktivitas
Secara umum usaha tani ini terus berkembang dan dapat berlanjut dengan
baik.
4. Segi susutainabilitas
Secara umum usaha tani ini terus berkembang dan dapat berlanjut dengan
baik.- Keuntungan bersih :→Rp.5.305.000,-(hasil penjualan)

10
BAB IV

PENUTUP

1.5 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulakan bahwa usaha pertanian dan usaha peternakan
saling membutuhkan dimana kotoran ternak dapat dijadikan pupuk organik dalam sistem
pertanian dan pertanian tersebut adalah sumber pakan ternak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Salikin, K.A, 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.

Sudaratmadja, I.G.A.K., N. Suyasa dan I.G.K Dana Arsana, 2004. Subak dalam Perspektif
Sistem Integrasi Padi-Ternak di Bali. Prosiding Lokakarya Sistem dan Kelembagaan Usaha tani
Tanaman-Ternak. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Suwono, M., M.A. Yusron dan F. Kasiyadi, 2004. Penggunaan Pupuk Organik dalam Sistem
Integrasi Tanaman-Ternak di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Sistem dan Kelembagaan Usaha
tani Tanaman-Ternak. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Triharso, 1992. Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan Yang Berkelanjutan. ISAAA


1992.

12

Anda mungkin juga menyukai