0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan61 halaman

Riyan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP


SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA
SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

skripsi

Oleh:
RIYAN MELANI
K4308052

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP


SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA
SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:
RIYAN MELANI
K4308052

Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Pendidikan Program
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
Juli 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyiroh:

5)

Diam Tidak Selalu Emas

Saya Pasti Bisa!!!

Jangan Bilang Tidak Bisa Sebelum Kamu Mencobanya

Do The Best and Keep Spirit

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:


♥ Ibu, Ibu, dan Ibuku tersayang, wanita yang telah melahirkanku,

merawatku, mendukungku, menyayangiku, dan selalu mendoakanku


tanpa lelah.....yang telah sabar menunggu kelulusanku.....
♥ Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih

sedalam-dalamnya...
♥ Kakak Budi dan Mba Uwi’ yang telah mendukungku baik dengan

doa, biaya, dan semuanya


♥ Keponakan-keponakanku tersayang,,,, Lia, Heru, Fais, Fadi,,

♥ Ramlakhan Agus Putra yang selalu memberi semangat

♥ Wisnu, Rani, dan Ifa,,kita memulai bersama dan kita lulus bersama..

♥ Teman-teman seperjuangan Biologi Education 2008 Community,

terima kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang tak akan


terlupakan. Semoga kebersamaan kita terjaga selama-lamanya.
♥ Almamater.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Riyan Melani. PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING


TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF
BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetetahui: 1) pengaruh metode guided
discovery learning terhadap sikap ilmiah dan 2) pengaruh metode guided
discovery learning terhadap hasil belajar kognitif biologi.
Penelitian ini termasuk dalam eksperimen semu. Desain penelitian yang
digunakan adalah randomized control-group pretest-postest design dengan
kelompok eksperimen yang menerapkan metode guided discovery learning dan
kelompok kontrol yang menerapkan metode konvensional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X2 sebagai
kelompok kontrol sebanyak 30 siswa dan kelas X3 sebagai kelompok eksperimen
sebanyak 31 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster
random sampling. Pengumpulan data sikap ilmiah dengan menggunakan angket
dan pengumpulan data hasil belajar kognitif menggunakan tes uraian. Uji
hipotesis data sikap ilmiah dengan uji t dan uji hipotesis data hasil belajar kognitif
dengan uji anakova.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) metode guided discovery learning
berpengaruh nyata terhadap sikap ilmiah siswa; 2) metode guided discovery
learning berpengaruh nyata terhadap hasil belajar kognitif siswa.

Kata Kunci: Metode Guided Discovery Learning, Sikap Ilmiah, Hasil Belajar
Kognitif Biologi

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Riyan Melani. THE INFLUENCE OF GUIDED DISCOVERY LEARNING


METHODE TOWARD SCIENTIFIC ATTITUDES AND COGNITIVE
ACHIEVEMENT OF STUDYING BIOLOGY OF SMA NEGERI 7
SURAKARTA YEAR 2011/2012. Thesis, Surakarta: Biology Education
Department of Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret
University of Surakarta, July 2012.

The purposes of this research are to ascertain: 1) the influence of guided


discovery methode towards scientific attitudes and 2) the influence of guided
discovery learning methode towards student’s achievement in cognitive domain.
The research was quasi experiment research. The research was designed
using randomized control-group pretest-postest design. Experimental group
applied guided discovery method. Control group applied conventional metode.
The populations of this research were all of 10th degree students at SMA Negeri 7
Surakarta in academic year 2011/2012. The samples of this research were the
students of X2 as control group consist of 30 students and X3 as experiment group
consist of 31 students. The sample of this research was established by cluster
random sampling. The scientific attitudes data was collected by questionaire and
the student’s achievement in cognitive domain was collected by essay test. The
hypotheses of scientific attitudes data analyzed by t test and the student’s
achievement in cognitive domain data analyzed by anacova.
The conclusion of this research are: 1) application of guided discovery
learning method had significant effect toward scientific attitudes; 2) application of
guided discovery learning method had significant effect toward student’s
achievement in cognitive domain.

Keywords : guided discovery methode, scientific attitudes, cognitive achievement


of Study in Biology

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN METODE GUIDED
DISCOVERY LEARNING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 7 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Harlita, S. Si, M. Si, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Kepala SMA Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.
commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………...... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori............................................................................... 6
1. Metode Guided Discovery Learning ..................................... 6
2. Sikap Ilmiah ......................................................................... 11
3. Hasil Belajar Siswa ............................................................... 13
B. Kerangka Berpikir...................................................................... 16
C. Hipotesis .................................................................................... 18

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 19
1. Tempat Penelitian ................................................................ 19
2. Waktu Penelitian ................................................................. 19
B. Rancangan Penelitian ............................................................... 20
C. Populasi dan Sampel................................................................. 21
1. Populasi Penelitian .............................................................. 21
2. Sampel Penelitian ................................................................ 21
C. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 21
D. Pengumpulan Data ................................................................... 22
1. Variabel Penelitian................................................................ 22
2. Metode Pengumpulan Data ................................................... 22
3. Teknik Penyusunan Instrumen .............................................. 23
E. Validasi Instrumen Penelitian ................................................... 24
F. Analisis Data ............................................................................ 28
1. Uji Prasyarat ......................................................................... 28
2. Uji Hipotesis ......................................................................... 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .......................................................................... 30
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................. 32
C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 37
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................... 39
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................. 44
B. Implikasi .................................................................................. 44
C. Saran ........................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45
LAMPIRAN ................................................................................................. 49

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tabel Taksonomi Hasil Belajar .............................................................. 15


3.1. Rancangan Penelitian ............................................................................. 20
3.2. Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert ................................................ 23
3.3. RangkumanValiditas Soal ...................................................................... 25
3.4. Interpretasi Koefisien Korelasi ............................................................... 26
3.5. Rangkuman Reliabilitas Soal.................................................................. 26
3.6. Rangkuman Validitas Angket ................................................................. 27
3.7. Rangkuman Reliabilitas Angket ............................................................. 27
4.1. Deskripsi Statistik Nilai Sikap Ilmiah ..................................................... 30
4.2. Data Kategori Sikap Ilmiah .................................................................... 30
4.3. Deskripsi Statistik Nilai Hasil Belajar Kognitif ...................................... 31
4.4. Data Kategori Hasil Belajar Kognitif ...................................................... 32
4.5. Hasil Uji Normalitas Pretes (Perhitungan Pertama) ................................ 32
4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes (Perhitungan Kedua) ................................... 32
4.7. Hasil Uji Normalitas Pretes (Perhitungan Ketiga) ................................... 33
4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes Sikap Ilmiah ............................................ 33
4.9. Hasil Uji T Pretes Sikap Ilmiah .............................................................. 33
4.10. Hasil Uji Normalitas Pretes Hasil Belajar Kognitif ............................... 34
4.11. Hasil Uji Homogenitas Pretes Hasil Belajar Kognitif ............................ 34
4.12. Hasil Uji T Pretes Hasil Belajar Kognitif .............................................. 34
4.13. Hasil Uji Normalitas Sikap Ilmiah ........................................................ 35
4.14. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif (Pengujian Pertama) ......... 35
4.15. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif (Pengujian Kedua) ........... 36
4.16. Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah .................................................... 36
4.17. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Kognitif ...................................... 37
4.18. Hasil Uji Hipotesis Pertama.................................................................. 37
4.19. Hasil Uji Hipotesis Kedua .................................................................... 38
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berpikir .................................................................................. 17


2.2. Paradigma Penelitian .............................................................................. 17
3.1. Rencana Kegiatan .................................................................................. 20

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 ................................................................................................... 49
a. Silabus dan RPP ........................................................................................ 50
b. Angket Sikap Ilmiah (Tryout).................................................................... 78
c. Soal Kognitif (Tryout) ............................................................................... 83
d. Angket Sikap Ilmiah ................................................................................. 90
e. Soal Kognitif ............................................................................................. 94
f. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks ................................................. 98
Lampiran 2 ................................................................................................... 100
a. Sampel Jawaban Tryout Siswa .................................................................. 101
b. Validitas dan Reliabilitas Angket .............................................................. 104
c. Validitas dan Reliabilitas Soal Kognitif ..................................................... 108
Lampiran 3 ................................................................................................... 113
a. Sampel Jawaban Siswa .............................................................................. 114
b. Hasil Observasi LO Keterlaksanaan Sintaks .............................................. 126
c. Data Pretes ................................................................................................ 128
d. Kategori Siswa Data Sikap Ilmiah ............................................................. 132
e. Kategori Siswa Soal Kognitif .................................................................... 134
f. Deskripsi Data Sikap Ilmiah ...................................................................... 136
g. Deskripsi Data Soal Kognitif..................................................................... 137
h. Analisis Pretes Sikap Ilmiah ...................................................................... 138
i. Analisis Pretes Soal Kognitif ..................................................................... 142
j. Analisis Postes Sikap Ilmiah ...................................................................... 144
k. Analisis Postes Soal Kognitif .................................................................... 146
Lampiran 4 ................................................................................................... 149
a. Dokumentasi Pembelajaran Kelas Eksperimen .......................................... 150
b. Dokumentasi Pembelajaran Kelas Kontrol ................................................ 152
Lampiran 5 ................................................................................................... 154
commit
a. Surat Keterangan Validasi Intrumen to user
.......................................................... 155

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi........................................................... 157


c. Ijin Penyusunan Skripsi ............................................................................. 158
d. Surat Keterangan Selesai Penelitian .......................................................... 160

commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kurikulum merupakan komponen yang penting dalam sistem pendidikan.
Kurikulum berfungsi sebagai acuan proses pembelajaran. Dinamika kurikulum
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
globalisasi. Penyempurnaan kurikulum di Indonesia dimulai dari tahun 1947
hingga kurikulum terbaru yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
tahun 2006.
Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara
nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan
yang cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan
kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia,
kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah (Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008: 7).
Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) menekankan pada pendekatan proses
dan bukan pemaksaan pencapaian materi, oleh karena itu pendalaman materi
dilaksanakan melalui proses. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan adalah
melibatkan aktivitas siswa. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam
pembelajaran. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar di kelas yang bertugas
menyampaikan ilmu pengetahuan (bahan pelajaran) kepada siswa, melalui
penuturan/ceramah. Peranan guru yang sekedar mengajar sudah tidak relevan lagi
dengan tuntutan kurikulum. Sesuai dengan perkembangan jaman dan
perkembangan ilmu pendidikan serta kebijakan otonomi pendidikan dan otonomi
sekolah, maka semakin banyak peranan dan keterlibatan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum yang memungkinkan terjadinya proses belajar
pada diri siswa.
Tuntutan KTSP tahun 2006 untuk mengembangkan terjadinya proses
commit
belajar pada diri siswa senada dengan to user
pembelajaran IPA khususnya biologi yang

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengarahkan pada penumbuhan sikap ilmiah dan pengembangan keterampilan


proses. Sebagaimana diutarakan oleh beberapa ahli yang disimpulkan oleh Jumadi
(2003) bahwa IPA dapat dipandang sebagai proses, sikap, dan produk. IPA
sebagai proses dapat diartikan sebagai aktivitas atau proses untuk
mendeskripsikan fenomena alam. Proses-proses tersebut juga sering disebut
sebagai proses ilmiah atau proses IPA (scientific process). IPA sebagai sikap
dapat dipandang sebagai sikap-sikap yang melandasi proses IPA. Sikap-sikap ini
sering juga disebut sikap ilmiah atau sikap IPA (scientific attitudes). IPA sebagai
produk dapat diartikan sebagai kumpulan informasi/fakta yang dihasilkan dari
proses-proses ilmiah yang dilandasi dengan sikap-sikap ilmiah.
Carin dan Evans (1990) dalam Rustaman (2002: 90) menyatakan bahwa
sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode,
sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten berarti bahwa dalam sains terdapat
fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima
kebenarannya. Sains sebagai proses berarti bahwa sains merupakan suatu proses
untuk mendapatkan pengetahuan. Sains sebagai sikap artinya bahwa dalam sains
terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur, dan objektif. Sedangkan sains
sebagai teknologi yaitu bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa IPA-Biologi adalah ilmu
pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam prosesnya. Dengan
demikian maka proses pembelajaran biologi bukan hanya memahami konsep saja
tetapi mendidik siswa untuk berpikir kontruktivis melalui biologi sebagai
keterampilan proses sains (KPS), sehingga pemahaman siswa menjadi utuh baik
sebagai proses maupun sebagai produk.
Para ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam menggunakan proses
dan sikap ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan,
eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya
objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan
menggunakan proses dan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-
penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. Jadi pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan
produk ilmiah.
Sikap ilmiah dalam mempelajari IPA sangat bermanfaat bagi siswa.
Pembelajaran IPA yang terlaksana dengan baik dapat membentuk sikap dan nilai
positif dalam diri siswa sebagai bekal untuk mengatasi permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui sikap ilmiah siswa mempunyai rasa percaya diri
yang tinggi, ketekunan, kecermatan, pekerja keras, dan tak kenal putus asa. Selain
itu, karena ini berkaitan dengan mata pelajaran IPA maka sikap ilmiah akan
membentuk sikap siswa yang cinta akan alam sekitarnya dan memiliki rasa syukur
kepada penciptanya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Pengembangan sikap ilmiah
juga berguna untuk membangun karakter siswa. Hal ini sesuai dengan paradigma
baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya merubah perilaku tetapi
membentuk karakter dan sikap mental yang berorientasi pada global mindset.
Fokus pembelajarannya adalah bagaimana cara belajar dan bukan hanya pada
substansi mata pelajaran.
Fakta di lapangan terdapat kecenderungan siswa kurang aktif dalam proses
belajar mengajar. Aktivitas siswa yang berhubungan dengan penumbuhan sikap
ilmiah kurang optimal. Keterlibatan siswa dengan objek langsung kurang
teroptimalkan. Siswa meringkas materi dari buku kemudian mempresentasikan
secara individu didepan kelas. Siswa menerima konsep jadi daripada menemukan
konsep itu sendiri. Siswa memiliki banyak konsep tetapi tidak dilatih untuk
menemukan dan mengembangkan konsep.
Sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA yang diutarakan di atas bahwa
pembelajaran IPA menuntut siswa untuk mendapatkan produk-produk ilmiah
melalui proses-proses ilmiah yang dilandasi oleh sikap-sikap ilmiah maka
diperlukan metode yang dapat mengembangkan tiga aspek ini. Siswa dapat
mengembangkan kemampuan penyelidikan ilmiah yang juga mengembangkan
sikap-sikap ilmiah dengan belajar penemuan (discovery learning). Discovery
learning dapat mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah dan mendapatkan jawaban dari keingintahuan siswa. Dalam
belajar penemuan (discovery), commit to useraktif untuk menemukan. Dalam
siswa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran di SMA, siswa masih perlu bimbingan dari guru dalam


penemuannya. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode guided
discovery learning. Dalam penemuan terbimbing guru berperan dalam
menyajikan persoalan, kemudian membimbing siswa menemukan penyelesaian
dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa
mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya (Krismanto, 2003:
4). Guided discovery learning mengharuskan siswa menggunakan informasi untuk
mengkonstruksi pemahamannya sendiri sehingga pemahaman materi lebih
berbekas dalam diri siswa.
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul: “PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY
LEARNING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF
BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2011/2012”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah metode guided discovery learning berpengaruh terhadap sikap ilmiah
pada siswa SMAN 7 Surakarta?
2. Apakah metode guided discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar
kognitif biologi pada siswa siswa SMAN 7 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode guided discovery learning
terhadap sikap ilmiah pada siswa SMAN 7 Surakarta
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode guided discovery learning
terhadap hasil belajar kognitif biologi pada siswa SMAN 7 Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif mata
pelajaran biologi.
2. Bagi Guru sebagai masukan dalam rangka pemilihan pendekatan dan metode
pembelajaran biologi yang dapat digunakan untuk membangun karakter siswa
melalui penumbuhan sikap ilmiah.
3. Instansi sekolah, dapat meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga
menghasilkan output yang berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
4. Bagi peneliti lain di bidang pendidikan, dapat menambah kepustakaan dalam
bidang pendidikan dan menjadi acuan untuk diteliti lebih lanjut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Metode Guided Discovery Learning
Terdapat dua dimensi dalam tipe-tipe belajar yaitu 1) dimensi
menerima (reception learning) dan menemukan (discovery learning) dan 2)
dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful
learning)
Reception learning yaitu semua bahan ajar diberikan dalam bentuk
final (bentuk yang sudah jadi). Discovery learning mengharuskan siswa
mengidentifikasi bagian-bagian materi yang tidak disajikan atau mencari
informasi sendiri, kemudian informasi itu diintegrasikan ke dalam struktur
kognitif yang sudah ada, disusun kembali, diubah, untuk menghasilkan
struktur kognitif yang baru. Menerima dan menemukan (reception dan
discovery), adalah langkah pertama dalam belajar. Langkah kedua yaitu usaha
mengingat atau menguasai apa yang dipelajari sehingga kemudian dapat
dipergunakan. Jika siswa berusaha menguasai informasi baru dengan jalan
menghubungkannya dengan apa yang telah diketahuinya maka belajar akan
menjadi bermakna (meaningful learning). Jika siswa hanya berusaha
mengingat informasi baru, maka belajar hanya sampai pada taraf menghafal
(rote learning) (Slameto, 1995: 24).
Jerome Bruner mengemukakan tentang belajar discovery sedangkan
belajar sebagai reception learning dikemukakan oleh David Ausubel.
Discovery learning menekankan pada belajar induktif sedangkan reception
learning merupakan pembelajaran deduktif (Suprijono, 2009: 25). Belajar
induktif yaitu siswa mempelajari konsep melalui contoh-contoh yang konkret
kemudian mendefinisikan konsep melalui contoh-contoh tersebut. Sedangkan
belajar deduktif yaitu siswa diberikan informasi umum kemudian diminta
commit6to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk mencari contoh-contoh khusus dan konkret yang dapat


menggambarkan makna dari informasi tersebut (Siregar & Nara, 2010: 34).
Empat macam jenis belajar diperoleh dari penggabungan dua dimensi
dalam tipe belajar menurut Ausubel & Robinson yaitu:
a Rote reception, terjadi jika siswa hanya menerima konsep
kemudian menghafalkannya
b Meaningful reception, terjadi jika siswa dapat menjelaskan
hubungan antar konsep
c Rote discovery, jika siswa mampu menggunakan konsep untuk
memecahkan masalah
d Meaningful discovery, jika siswa mampu mengaplikasikan konsep
dalam sebuah kerja laboratorium (Slameto, 1995: 24).
Johnson dalam Suprijono (2009: 68) membedakan discovery learning
dengan inquiry learning. Discovery learning terdapat pengalaman yang
disebut “Ahaa experience” yang dapat diartikan, “Nah, ini dia”. Inquiry
learning tidak selalu sampai pada proses tersebut. Hal ini karena proses akhir
discovery learning adalah penemuan, sedangkan inquiry learning proses
akhirnya terletak pada kepuasan kegiatan meneliti. Persamaan discovery
learning dan inquiry learning yaitu kedua pembelajaran tersebut menekankan
pada masalah kontekstual dan aktivitas penyelidikan.
Discovery learning menekankan pada pengalaman seperti yang
dialami oleh peneliti ketika melakukan penemuan suatu temuan. Inquiry
learning berarti guru harus menyediakan situasi sedemikian rupa sehingga
siswa didorong untuk melakukan prosedur yang digunakan oleh peneliti
(Rustaman, 2002: 113).
Menurut Mulyasa (2005: 20) discovery adalah proses mental dimana
siswa mampu mengasimilasikan konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
commit to user
membuat kesimpulan, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri atau mengalami proses


mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberi instruksi. Dalam
discovery learning, guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar (Roestiyah, 2008: 20).
Di dalam discovery learning, tidak semua yang harus dipelajari
dipresentasikan dalam bentuk final. Beberapa bagian harus dicari,
diidentifikasikan oleh siswa sendiri. Siswa harus mencari informasi sendiri
kemudian mengintegrasikannya ke dalam struktur kognitif yang telah ada,
disusun kembali, diubah, untuk menghasilkan struktur kognitif yaitu fakta-
fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
dikuasai siswa (Slameto, 1995: 24). Untuk menciptakan kerangka kognitif,
siswa harus membuat pengalamannya menjadi bermakna. Pengalaman
bermakna dapat diperoleh melalui penemuan (discovery) konsep.
Menurut Bicknell-Holmes dan Hoffman (2000) dalam Castronova
(2002) menggambarkan tiga ciri utama dari belajar penemuan yaitu 1)
Mengeksplorasi dan pemecahan masalah oleh siswa, mengintegrasikan, dan
menggeneralisasikan pengetahuan, 2) Mendorong siswa dalam kegiatan dasar
yang menarik dimana siswa yang menentukan urutan dan frekuensi (student
center), dan 3) Kegiatan untuk mendorong integrasi pengetahuan baru ke
dalam pengetahuan dasar pebelajar.
Menurut Carin dan Sund (197.) dalam Rustaman (2002: 114)
discovery learning dibagi menjadi dua yaitu:
1) Guided discovery learning (penemuan terbimbing)
Pada guided discovery learning guru mengemukakan masalah,
memberi pengarahan mengenai pemecahan, dan membimbing
siswa dalam mencatat data.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Less structured guided discovery (penemuan terbimbing kurang


terstruktur)
Pada less structured guided discovery guru mengemukakan
masalah, siswa diminta mengamati, mengeksploitasi, dan
melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah.
3) Free discovery (penemuan bebas)
Pada free discovery mulai dari memunculkan masalah sampai
pemecahannya semua dilakukan sendiri oleh siswa.
Metode pembelajaran yang ekstrim sangat sulit dilaksanakan karena
peserta didik belum sebagai ilmuwan, tetapi mereka masih calon ilmuwan.
Peserta didik masih memerlukan bantuan dari pengajar sedikit demi sedikit
sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi metode pembelajaran yang
mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing
(guided discovery learning). Dengan demikian kegiatan belajar mengajar
melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun siswa.
Metode guided discovery learning melibatkan dialog antara guru
dengan siswa dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan berdasarkan
urutan pertanyaan yang sengaja diatur oleh guru (Markaban, 2006: 10).
Metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar
karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru
memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan
masalah, investigasi atau aktivitas lainnya (Markaban, 2006: 15).
Guru menggunakan guided discovery learning untuk mengajarkan
konsep dan generalisasi. Menurut Mayer (2008) siswa disajikan informasi
dengan bimbingan guru, lalu “menemukan” (discover) abstraksi yang telah
ditargetkan tujuannya (Jacobsen, Egen & Kauchak, 2009: 209).
Langkah-langkah pelaksanaan metode guided discovery learning:
1) Simulation
commit to user
Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

2) Problem statement
Siswa mengajukan hipotesis yaitu pernyataan (statement) sebagai
jawaban sementara atas pentanyaan yang diajukan.
3) Data collection
Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai infomasi yang relevan, membaca literature, melakukan
uji coba sendiri dan lain-lain
4) Data processing
Data hasil observasi, uji coba, dan sebagainya diolah,
diklasifikasikan, ditabulasi dan sebagainya.
5) Verification
Pembuktian hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan hasil
pengolahan data.
6) Generalization
Penarikan kesimpulan oleh siswa (Djamarah dan Zain, 2002: 22).
Dalam penemuan terbimbing guru berperan dalam menyajikan
persoalan, kemudian membimbing siswa menemukan penyelesaian dari
persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa
mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya (Krismanto,
2003: 4).
Kelebihan guided discovery learning:
1) Keterlibatan intelektual/perkembangan kognitif dengan
menganalisis masalah sendiri. Dengan menganalisis sendiri maka
konsep akan bertahan lama dalam jiwa siswa
2) Mengembangkan konsep diri siswa dengan menambah
kepercayaan diri siswa dengan penemuan sendiri
3) Memahami proses dimana materi pelajaran dikembangkan
Kelebihan metode pembelajaran guided discovery learning yaitu
konsep akan lebih berbekas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
commit to user
Lestari pada tahun 2008 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

peningkatan setelah pembelajaran menggunakan metode discovery dengan


pendekatan konstruktivis. Penelitian penerapan metode discovery untuk
meningkatkan hasil belajar juga dilakukan oleh Sulistyo, Dharmaputra, dan
Pratomo pada tahun 2010 yang memperoleh hasil bahwa penerapan metode
discovery dapat meningkatkan hasil belajar. Hal yang sama juga diteliti oleh
Katidhiva pada tahun 2008. Katidiva meneliti tentang peningkatan hasil
belajar biologi dengan menerapkan metode discovery terpimpin. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar biologi meningkat dengan
menerapkan metode discovery learning terpimpin.
Metode guided discovery learning menekankan pembelajaran proses
yang mengembangkan sikap ilmiah sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rachmawati pada tahun 2003 menunjukkan dengan implementasi
strategi siklus belajar empiris-induktif dengan bahan ajar, kualitas sikap
ilmiah siswa dapat ditingkatkan, yaitu dari kategori cukup sebelum tindakan
menjadi katagori baik setelah diberikan tindakan. Metode guided discovery
learning menekankan pada belajar induktif.
Kekurangan guided discovery learning:
1) Sangat memakan waktu
2) Lebih sulit dengan kelompok yang sangat besar (Garuccio, 2004:
6).

2. Sikap Ilmiah
KTSP menuntut terjadinya proses dalam diri siswa yang senada
dengan hakikat IPA sebagai sains yaitu terdiri dari produk, proses, dan sikap.
IPA biologi mengembangkan pembelajaran yang mengarah pada
pengembangan keterampilan proses dan penumbuhan sikap ilmiah. Menurut
Karhami dalam Wirtha dan Rapi (2008) gagasan belajar IPA yang tidak
sekedar belajar sederetan fakta IPA sudah lama dicanangkan dan secara
eksplisit dikenalkan sejak kurikulum 1975. Gagasan ini berimplikasi pada
commit to user
strategi pembelajaran IPA, dengan bergesernya praktik pembelajaran dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

yang berorientasi telling science ke orientasi doing science. Salah satu alasan
perubahan orientasi ini adalah salah satu upaya agar outcome lulusan
memiliki kinerja sinergis yaitu proses kait-mengkait antara tiga ranah
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap yang dikembangkan
dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim dikenal dengan scientific attitude.
Sikap terhadap ilmu pengetahuan berisi sikap terhadap ilmuwan, sikap
ilmiah, dan sikap terhadap karir ilmiah, metode pengajaran ilmiah,
kepentingan yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah, dan isi dari ilmu
pengetahuan (Haladyna & Shaughnessy, 1982) dalam Aktamis dan Ergin
(2008). Gardner (1975) dalam Ong dan Ruthven (2009: 37) membagi sikap
menjadi dua yaitu sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sikap ilmiah. Sikap
terhadap ilmu pengetahuan antara lain: minat terhadap ilmu pengetahuan,
sikap kepada ilmuwan, sikap kepada tanggung jawab sosial ilmu
pengetahuan. Sedangkan sikap ilmiah antara lain pikiran terbuka, objektif,
sopan, dan penuh rasa ingin tahu. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam ilmu pengetahuan harus mengandung sikap-sikap
ilmiah.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) sikap ilmiah
dalam tujuan mata pelajaran Biologi yaitu a) jujur, b) objektif, c) terbuka, d)
ulet, e) kritis, dan f) dapat bekerjasama dengan orang lain.
Menurut Salirawati (2010: 6) sikap ilmiah yang wajib dimiliki oleh
seorang siswa yaitu meliputi:
a Jujur, yaitu mengajukan data sebenarnya dari hasil penelitian
tanpa mengubahnya, walaupun tidak sesuai dengan hipotesis dan
teori
b Terbuka, yaitu dapat menerima perbedaan hasil yang diperoleh
teman lain atau ilmuwan lain dan teori baru dari eksperimen
terbaru
c Mampu membedakan fakta dan opini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

d Tekun dan ulet dalam melakukan penelitian serta tidak mudah


putus asa
e Teliti, cermat, dan akurat tidak ceroboh dan tidak melakukan
kesalahan dalam penelitian, sehingga didapatkan hasil yang benar-
benar akurat
f Tidak mudah percaya jika tidak ada bukti yang mendukung,
percaya bahwa kebenaran itu bersifat relaif, sehingga tidak
memaksakan diri
Sedangkan menurut Martawijaya (2010) terdapat beberapa sikap
ilmiah yang harus dikembangkan yaitu:
a Percaya kepada kebenaran objektif serta bersikap adil, jujur, dan
teliti.
b Selalu mencari kebenaran secara terus menerus karena kebenaran
sains tidak absolut
c Selalu mengambil keputusan berdasarkan fakta bukan prasangka
d Bersikap terbuka dan mau menerima kritik dan saran

3. Hasil Belajar Siswa


Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi bahkan dalam
kandungan hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Siregar & Nara, 2010: 3).
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan, dan sikap (Aunurrahman, 2009: 39). Belajar dan mengajar
sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni
tujuan pengajaran, proses belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

yaitu kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman


belajarnya (Sudjana, 2010: 2).
Biologi termasuk dalam sains yaitu suatu ilmu yang mempelajari
makhluk hidup. Ilmu tersebut berasal dari keingintahuan manusia tentang
dirinya, lingkungannya, dan kelangsungan jenisnya. Cakupan materinya
tentang manusia, sosiologi, dan juga psikologi serta tentang alam (Rustaman,
2002: 14).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar biologi adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses
belajar mengenai ilmu tentang makhluk hidup dalam waktu tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Hasil belajar ranah kognitif menyangkut aktivitas otak dan
kemampuan berfikir. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual (Sudjana, 2010: 22). Kompetensi aspek kognitif menurut Bloom
yang sudah direvisi dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi kognitif dan
dimensi pengetahuan (Anderson & Krathwol, 2010: 6). Dimensi proses
kognitif dibagi menjadi enam jenjang dari yang rendah ke yang tinggi.
Adapun enam kategori dimensi proses kognitif yaitu:
a Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang.
b Memahami, yaitu mengkontruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
c Mengaplikasikan, yaitu menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan tertentu.
d Menganalisis, yaitu memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian
itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan
struktur atau tujuan.
e Mengevaluasi, yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria
commit to user
tertentu dan/atau standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

f Mencipta, yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk


sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk
yang orisinal.
Dimensi pengetahuan dibedakan menjadi empat kategori menurut
Anderson dan Krathwohl (2001) yaitu:
a Faktual (factual knowledge), berisi unsur-unsur dasar yang harus
diketahui siswa jika mereka akan diperkenalkan dengan satu mata
pelajaran tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu
(low level abstraction).
b Konsep (conceptual knowledge), meliputi skema, model mental
atau teori dalam berbagai model psikologi kognitif.
c Prosedur (prosedural knowledge), pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat urutan atau
langkah-langkah yang harus diikuti.
d Metakognitif (metacognitive knowledge), pengetahuan tentang
pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan
pengetahuan tentang pemahaman pribadi seseorang.
Kedua dimensi tersebut disusun dalam sebuah tabel taksonomi yang
memudahkan pembacaan dan juga menunjukkan hubungan antar kedua
dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan.
Tabel 2.1 Tabel Taksonomi Hasil Belajar
Dimensi Proses Kognitif
Dimensi
Mengi Mema Mengapli Menga Menge Mencip
Pengetahuan
ngat hami kasikan nalisis valuasi ta
Faktual
Konseptual
Prosedural
Metakognitif
Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

B. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran terdapat dua aspek penting yaitu aspek hasil
belajar dan aspek proses belajar. Aspek hasil belajar adalah perubahan perilaku
pada diri siswa sedangkan aspek proses belajar adalah sejumlah pengalaman
intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa. Pengalaman intelektual,
emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 7 Surakarta khususnya kelas
X menunjukkan aktivitas siswa yang berhubungan dengan proses belajar kurang
optimal. Keterlibatan siswa dengan objek langsung kurang teroptimalkan. Siswa
hanya mempresentasikan materi yang telah dirangkum. Siswa lebih sering
menerima konsep jadi dari pada menemukan konsep itu sendiri. Siswa memiliki
banyak konsep tetapi tidak dilatih untuk menemukan dan mengembangkan
konsep.
Guided discovery learning menekankan pada penemuan konsep sendiri
oleh siswa dengan bimbingan dari guru. Ketika discovery learning diterapkan
dibidang sains dan ilmu sosial, ia menekankan penalaran induktif dan proses
penyelidikan yang menjadi karakter khas metode ilmiah. Penalaran induktif
didahului dengan contoh kemudian mencari kaidah yang terkandung dalam
contoh. Proses penyelidikan harus dilandasi sikap ilmiah. Sikap ilmiah yang
muncul dalam pembelajaran guided discovery yaitu rasa ingin tahu, membedakan
fakta dan opini, jujur terhadap fakta, tanggung jawab, bekerja sama.
Melalui proses penyelidikan konsep siswa terlibat secara aktif dan kreatif
termasuk keterlibatan fisik, intelektual, mental, dan sosial. Siswa terlibat
langsung saat pembelajaran dalam memperoleh konsep, sehingga siswa dapat
lebih lama menyimpan konsep yang dipelajari dalam struktur kognitifnya, dan
mampu melihat relevansi dari konsep yang telah dipelajari. Selain itu, siswa
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hasil belajar ranah
kognitif dapat tercapai maksimal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Alur kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara


sederhana dapat digambarkan pada Gambar 2.1.

Metode guided discovery


learning

Penemuan konsep melalui


proses penyelidikan

Proses penyelidikan harus Siswa menemukan


dilandasi rasa ingin sendiri konsep sehingga
tahu,dapat membedakan akan lebih lama
fakta dan opini, jujur tersimpan dalam memori
terhadap fakta, tanggung
jawab, bekerja sama.

Sikap ilmiah Hasil belajar


siswa ranah kognitif

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


Berdasarkan kerangka berpikir dapat disusun paradigma penelitian yang
dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Y X0 Y
X0

Z X0 Z
X
Y X1 Y
X1

Z X1 Z

commit to user
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Keterangan:
X : Metode pembelajaran
X0 : Metode konvensional (presentasi individu)
X1 : Metode guided discovery learning
Y : Sikap ilmiah
Z : Hasil belajar kognitif
X0 Y : Sikap ilmiah siswa menggunakan metode konvensional (presentasi
individu)
X0 Z : Hasil belajar kognitif siswa menggunakan metode konvensional
(presentasi individu)
X1 Y : Sikap ilmiah siswa menggunakan metode guided discovery learning
X1 Z : Hasil belajar kognitif siswa menggunakan metode guided discovery
learning

C. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka
dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Metode guided discovery learning berpengaruh terhadap sikap ilmiah pada
siswa SMAN 7 SURAKARTA.
2. Metode guided discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif
biologi pada siswa SMAN 7 SURAKARTA.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012. Alamat di Jalan Mr. Muh. Yamin No.79.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
a Tahap persiapan
Pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, seminar proposal,
perijinan penelitian, seminar proposal, survai sekolah dan konsultasi
instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012.
b Tahap penelitian
Uji instrumen penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada
bulan April 2012 - Mei 2012
c Tahap penyelesaian
Pengolahan data dan penyelesaian laporan dilaksanakan pada bulan
Mei 2012 sampai dengan selesai.

commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Waktu penelitian disajikan dalam Gambar 3.1 sebagai berikut:


No Kegiatan Bulan
XII I II III IV V VI
1. Tahap Persiapan
a. Pengajuan judul skripsi
b. Penyusunan proposal
c. Seminar proposal
d. Perijinan penelitian
e. Survei sekolah
f. Konsultasi instrumen
penelitian
2. Tahap Penelitian
a. Uji instrumen penelitian
b.Pengambilan data
3. Tahap Penyelesaian
a. Pengolahan data
b. Penyusunan laporan
Gambar 3.1 Rencana Kegiatan

B. Rancangan Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif
kuantitatif. Dikategorikan sebagai penelitian semu (Quasy Experiment). Pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dengan menggunakan dua
kelas. Satu kelas diperlakukan dengan menerapkan metode konvensional yaitu
presentasi secara individu oleh siswa sebagai kelas kontrol dan satu kelas
diperlakukan dengan menerapkan metode guided discovery learning sebagai kelas
perlakuan. RPP kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat pada Lampiran 1.
Dilakukan tes awal pembelajaran (pretes) dan diakhir pembelajaran (postes).
Kedua kelompok kontrol dan eksperimen sama-sama dipilih secara acak
(randomized assignment). Rancangan penelitian ini disebut randomized control-
group pretest-postest design (Setyosari, 2010:160).
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelas Pretes Treatment Postes
Perlakuan T1 X T2
Kontrol T1 T2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,
peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Darmadi, 2011: 53).
Menurut Sukardi (2008) populasi dibagi menjadi dua, yaitu populasi akses dan
populasi target. Populasi target yaitu seluruh populasi yang ingin diteliti
namun karena keterbatasan peneliti tidak semua populasi terjangkau oleh
peneliti, populasi yang dapat dijangkau oleh peneliti disebut populasi akses.
Dalam penelitian ini populasi targetnya adalah seluruh siswa SMAN 7
Surakarta dan populasi aksesnya adalah siswa kelas X SMAN 7 Surakarta
sejumlah 286 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel yaitu sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber
data (Darmadi, 2011: 53). Pemilihan sampel yang baik adalah sampel yang
representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Kelompok sampel pada populasi dalam penelitian ini adalah individu yang
terdapat pada rumpun siswa kelas X SMAN 7 Surakarta. Siswa yang
digunakan sebagai sampel berjumlah 63 siswa, dengan kelas kontrol yaitu
kelas X2 yang berjumlah 30 siswa dan kelas eksperimen yaitu kelas X3 yang
berjumlah 31 siswa.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster
random sampling. Teknik cluster ini termasuk dalam probability sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik
cluster ini memilih sampel bukan didasarkan pada individual, tetapi lebih
didasarkan pada kelompok yang secara alami berkumpul bersama (Sukardi,
2008: 61). Teknik tersebut memandang populasi sebagai kelompok-kelompok
commit
sampel dimana kelompok tersebut to user
terdapat di kelas X.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a Variabel Bebas
Variabel bebas disebut juga variabel stimulus atau masukan, yang
dilakukan oleh seseorang dalam lingkungannya yang dapat mempengaruhi
perilaku hasil (Setyosari, 2010: 110). Dalam penelitian ini variabel
bebasnya yaitu metode guided discovery learning. Dokumentasi
pelaksanaan pembelajaran dengan metode guided discovery learning
terdapat pada Lampiran 4.
b Variabel Terikat
Variabel terikat atau variabel dependen adalah suatu variabel
respons atau hasil. Variabel terikat atau tergantung adalah faktor-faktor
yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel
bebas (Setyosari, 2010: 110). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
sikap ilmiah dan hasil belajar biologi siswa ranah kognitif
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah sebagai berikut:
a Metode Tes
Metode tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang
dites dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan
dengan angka (Darmadi, 2011: 97). Metode tes digunakan untuk
memperolah data hasil belajar kognitif siswa dengan mengajukan
pertanyaan untuk dijawab oleh siswa. Tes berbentuk tes subjektif berupa
soal uraian.
b Metode Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
commit(responden)
bersedia memberikan respon to user sesuai dengan permintaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

pengguna (Riduwan, 2004: 99). Dalam penelitian ini, metode angket


digunakan untuk mengukur sikap ilmiah siswa.
c Metode Observasi
Metode observasi dimanfaatkan untuk mengukur keterlaksanaan
tahapan metode guided discovery learning. Untuk memperoleh data
keterlaksanaan tahapan metode guided discovery learning maka metode
observasi dilakukan ketika guru sedang mengajar di kelas dengan
menerapkan metode guided discovery learning. Data ini digunakan sebagai
penguat bahwa kelas eksperimen benar-benar menerapkan metode guided
discovery learning. Observer mengobservasi keterlaksanaan tahapan
metode guided discovery learning dengan menggunakan lembar observasi
(Lampiran 1). Keterlaksaan sintaks metode guided discovery learning
dapat dilihat pada Lampiran 3.
3. Teknik Penyusunan Instrumen
a Pengukuran Sikap Ilmiah Siswa
Pengukuran sikap ilmiah menggunakan angket dalam bentuk skala
yaitu salah satu jenis angket berdasarkan bentuk dan jenis pertanyaannya
(Lampiran 1). Sampel jawaban angket siswa terdapat pada Lampiran 3.
Angket bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Skala Likert menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu
kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai
dengan sangat positif. Untuk skala Likert digunakan skala dengan lima
angka (Widoyoko, 2010: 115). Skor penilaian skala Likert dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert (Widoyoko, 2010: 115)
Nilai
Skor untuk aspek yang dinilai
(+) (-)
Sangat Setuju SS 5v 1
Setuju S 4 2
Netral N 3 3
Tidak Setuju TS 2 4
Sangat Tidak Setuju STS 1 5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

b Pengukuran Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif Siswa


Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dengan mengajukan
pertanyaan untuk dijawab oleh siswa. Tes berbentuk tes subjektif berupa
soal uraian (Lampiran 1). Sampel jawaban siswa pada Lampiran 3.

F. Validasi Instrumen Penelitian


Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data harus diujicobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Pengujian kelayakan
instrumen dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Instrumen tes
Instrumen tes harus diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui
kualitas item soal. Soal tryout terdapat pada Lampiran 1 dan sampel jawaban
siswa terdapat pada Lampiran 2. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai
kualitas yang baik apabila alat tersebut valid dan reliabel. Hal ini dilakukan
agar dapat mengungkapkan hasil belajar secara objektif (Sudjana, 2010: 12).
a Uji validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya
dinilai (Sudjana, 2010: 12). Soal tes terlebih dahulu divalidasi oleh ahli
sebagai uji validitas konstrak dan validitas isi kemudian menguji coba soal
tes pada populasi penelitian sebelum penelitian dilaksanakan. Análisis
butir soal instrumen tes dengan rumus koefisien Product moment Karl
Pearson.
1) Validitas isi (content validity)
Validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan
substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2011: 123). Tes hasil belajar
tidak mungkin mampu mengungkapkan semua materi yang ada dalam
bidang studi. Oleh karena itu sebagian materi diambil dalam bentuk
sampel tes. Cara memilih sampel tes yaitu dengan memilih konsep-
konsep materi yang esensial. Konsep materi yang esensial dapat dipilih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

dengan membuat kisi-kisi soal (Sudjana, 2010: 13). Validitas isi


divalidasi oleh Bapak Drs. Slamet Santoso, M. Si.
2) Validitas konstruk (construct validity)
Tes harus memenuhi validitas konstruk yang artinya bahwa butir-butir
soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus (Arikunto,
2011: 67). Validitas konstruk dapat diukur melalui telaah oleh ahli atau
dengan diujikan pada sejumlah individu di luar sampel tetapi masih
dalam populasi. Validitas konstruk instrumen pada penelitian ini diuji
dengan cara telaah ahli dan pangujian pada sampel populasi. Validitas
konstruk divalidasi oleh Bapak DR. Baskoro Adi Prayitno, M. Pd.
3) Validitas Butir Soal
Uji validitas butir soal pada penelitian ini menggunakan rumus
koefisien Product moment memakai angka kasar dari Karl Pearson
sebagai berikut:
N  XY   X  Y 
rxy =
{N  X 2   X  }{N  Y 2   Y  }
2 2

Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Jika harga rxy < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Apabila harga rxy > r tabel maka item
pertanyaan dinyatakan valid (Widoyoko, 2010: 137). Rangkuman hasil
perhitungan validitas soal disajikan pada Tabel 3.3 dan secara lengkap
terdapat pada Lampiran 2.
Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Soal
Jumlah Item Valid Tidak Valid
16 5 11
b Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dipakai untuk mengetahui apakah instrumen tes
dapat menghasilkan hasil yang konsisten (reliabel) apabila diujikan
berkali-kali (Widoyoko, 2010: 144). Untuk mengukur reliabilitas
commit to user
instrumen digunakan rumus Alpha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Rumus Alpha (Widoyoko, 2010: 151) yaitu sebagai berikut:

r11
Dimana:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
p = Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
∑St = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
Tabel 3.4 menunjukkan interpretasi besarnya koefisien korelasi.
Tabel 3.4. Interpretasi Koefisien Korelasi
Kriteria Harga r
Sangat Tinggi 0,800 – 1,00
Tinggi 0,600 – 0,800
Cukup 0,400 – 0,600
Rendah 0,200 – 0,400
Sangat Rendah 0,00 – 0,200

Rangkuman perhitungan reliabilitas soal disajikan pada Tabel 3.5


dan secara lengkap pada Lampiran 2.
Tabel 3.5. Rangkuman Reliabilitas Soal
Harga r Keterangan
0,409268 Cukup

2. Instrumen angket
Skala yang digunakan untuk menilai sikap ilmiah yaitu skala Likert.
Prinsip dari skala Likert yaitu menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam
suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai
sangat positif. Angket tryout terdapat pada Lampiran 1 dan sampel jawaban
siswa terdapat pada Lampiran 2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

a Uji validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya
dinilai (Sudjana, 2010: 12). Soal tes terlebih dahulu divalidasi oleh ahli
sebagai uji validitas konstrak dan validitas isi kemudian menguji coba soal
tes pada populasi penelitian sebelum penelitian dilaksanakan. Análisis
butir angket dengan rumus koefisien Product moment Karl Pearson.
1) Validitas isi (content validity)
Validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan
substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2011: 123). Validitas isi
divalidasi oleh Bapak Drs. Slamet Santoso, M. Si.
2) Validitas konstruk (construct validity)
Validitas konstruk dapat diukur melalui telaah oleh ahli atau dengan
diujikan pada sejumlah individu di luar sampel tetapi masih dalam
populasi. Validitas konstruk instrumen pada penelitian ini diuji dengan
cara telaah ahli dan pangujian pada sampel populasi. Validitas
konstruk divalidasi oleh Bapak DR. Baskoro Adi Prayitno, M. Pd.
3) Validitas Butir Angket
Uji validitas butir soal pada penelitian ini menggunakan rumus
koefisien Product moment memakai angka kasar dari Karl Pearson.
Rangkuman hasil perhitungan validitas angket disajikan pada Tabel 3.6
dan secara lengkap terdapat pada Lampiran 2.
Tabel 3.6. Rangkuman Uji Validitas Angket
Jumlah Item Valid Tidak Valid
30 14 16
4) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen angket yaitu dengan menggunakan uji
Alpha. Rangkuman perhitungan reliabilitas angket disajikan pada
Tabel 3.7 dan secara lengkap pada Lampiran 2.
Tabel 3.7. Rangkuman Reliabilitas Angket
Harga r Keterangan
0,663 Tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

G. Analisis Data
Diperlukan uji asumsi dalam analisis kovariat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Prasyarat
a Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebuah data
yang didapatkan apakah mendekati hukum sebaran normal baku dari
Gauss atau tidak. Data yang terdistribusi normal digambarkan dengan
grafik yang menyerupai lonceng. Grafik data yang tidak normal menjulur
ke kiri (Positively Skewed) atau menjulur ke kanan (Negatively Skewed).
Uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov.
b Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi antar
kelompok dari data yang diperoleh antar kelompok yang diuji berbeda atau
tidak. Data yang diharapkan adalah data dengan variansinya homogen. Jika
dua syarat uji asumsi tersebut telah dipenuhi oleh data yang diperoleh
kemudian analisis dapat dilakukan dengan anakova. (Nisfiannoor, 2009:
91-92). Uji homogenitas dengan uji Levene.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji analisis kovarian
(Anakova) menggunakan bantuan program SPSS 16. Dari desain penelitian
randomized control-group pretest-postest design didapat nilai pretes dan
postes. Data dianalisis dengan analisis kovariat (anakova) menggunakan
program SPSS 16. Nilai pretes akan dijadikan sebagai kovariat dalam
analisisnya. Dengan anakova dapat diperhitungkan pengaruh dari variabel lain
yang tidak terkontrol dan mungkin berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sehingga terlihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikatnya.
Analisis dilakukan pengendalian pada kondisi awal variabel kritenium.
Variabel kritenium adalah skor pencapaian yang diperoleh siswa sebelum
perlakuan (penerapan metode commit
guided to user
discovery learning). Pengendalian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

dimaksud adalah dengan mengadakan tes sebelum pembelajaran dimulai


(pretes). Hasil pretes diasumsikan sebagai kondisi awal. Jika kondisi awal
(pretes) menunjukkan hasil bahwa ada beda antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen maka uji hipotesis menggunakan anakova. Jika kondisi awal
(pretes) menunjukkan hasil bahwa tidak ada beda antara kelas kontrol dengan
eksperimen maka uji hipotesis menggunakan uji t. Uji kesetimbangan pretes
dengan menggunakan uji t.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Sikap Ilmiah
Nilai sikap ilmiah tertinggi yaitu 93,00 dan nilai terendah 65,00 untuk
kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol nilai tertinggi 90,00 dan nilai
terendah 61,00. Deskripsi statistik nilai sikap ilmiah secara ringkas akan
disajikan dalam Tabel 4.1 dan secara lebih lengkap pada Lampiran 3.
Tabel 4.1. Deskripsi Statistik Nilai Sikap Ilmiah
Kelas
Hasil Statistik
Eksperimen Kontrol
N 31 30
Skor Minimum 65,00 61,00
Skor Maximum 93,00 90,00
Mean 77,65 73,50
Median 76,00 73,50
Standar Deviasi 5,69 7,06
Variansi 32,37 49,78

Nilai rata-rata nilai sikap ilmiah kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol. Standar deviasi kelas eksperimen lebih kecil daripada kelas
kontrol. Hal ini berarti bahwa nilai sikap ilmiah kelas kontrol lebih bervariasi
karena simpangan baku (standar deviasi) lebih besar.
Data sikap ilmiah dapat dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan
rendah. Data kategori siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol disajikan
pada Tabel 4.2. Perhitungan secara lengkap terdapat pada Lampiran 3.
Tabel 4.2. Data Kategori Sikap Ilmiah
Frekuensi
No Skor Tingkatan
Eksperimen Kontrol
1 > 80 Tinggi 22,58% 13,33%
2 > 75 – 80 Sedang 45,16% 30,00%
3 < 75 Rendah 22,58% 56,67%

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa siswa yang tergolong dalam
kategori tinggi, kelas eksperimen lebih banyak yaitu sebesar 22,58%
commit to user
dibandingkan kelas kontrol yang hanya 13,33%. Sedangkan untuk kategori
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

rendah, sebanyak 56,67% siswa kelas kontrol masuk kategori rendah. Kelas
eksperimen yang masuk kategori rendah sebesar 22,58%. berdasarkan kategori
siswa, sikap ilmiah siswa kelas eksperimen yang menerapkan metode guided
discovery learning lebih berkembang daripada kelas kontrol.
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif
Nilai hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen dengan
menggunakan metode Guided Discovery Learning yaitu nilai tertinggi 77,00
dan nilai terendah 51,00. Kelas kontrol dengan menggunakan metode
presentasi nilai tertinggi yaitu 67,00 dan nilai terendah 40,50. Deskripsi
statistik nilai hasil belajar kognitif secara ringkas disajikan dalam Tabel 4.3
dan secara lengkap pada Lampiran 3.
Tabel 4.3. Deskripsi Statistik Nilai Hasil Belajar Kognitif
Kelas
Hasil Statistik
Eksperimen Kontrol
N 31 30
Skor Minimum 51,00 40,50
Skor Maximum 77,00 67,00
Mean 67,39 51,05
Median 68,00 51,50
Modus 73,00 51,00
Standar Deviasi 6,98 6,16
Variansi 48,71 37,92

Nilai rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi


daripada kelas kontrol. Namun jika dilihat dari standar deviasi, kelas
eksperimen mempunyai standar deviasi dan variansi yang lebih besar
dibandingkan kelas kontrol. Hal ini berarti kelas eksperimen mempunyai data
yang lebih bervariasi.
Data hasil belajar kognitif dapat dikategorikan menjadi tiga kategori
yaitu kategori tinggi, rendah, dan sedang seperti disajikan pada Tabel 4.4 dan
perhitungan secara lengkap pada Lampiran 3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Tabel 4.4. Data Kategori Hasil Belajar Kognitif


Frekuensi
No Skor Tingkatan
Eksperimen Kontrol
1 > 80 Tinggi 0,00 0,00
2 > 75-80 Sedang 12,90 0,00
3 < 75 Rendah 87,10 100,00
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa kelas
eskperimen sebesar 12,90% berada pada tingkatan sedang, sedangkan pada
kelas kontrol 0,00%. Sebesar 100,00% siswa kelas kontrol berada pada tingkat
rendah. Sebagian dari siswa kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang
sedangkan dalam kelas kontrol semua siswa termasuk dalam kategori rendah.

B. Pengujian Persyaratan Analisis


1. Uji Kesetimbangan
Uji kesetimbangan dilakukan untuk mengetahui kesetimbangan dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan adalah data pretes
(Lampiran 3). Uji kesetimbangan dilakukan sebelum perlakuan penelitian.
Jika uji kesetimbangan menunjukkan ada beda, maka uji hipotesis dilakukan
dengan menggunakan analisis kovarian (anakova). Jika uji kesetimbangan
tidak menunjukkan ada beda atau sama, maka uji hipotesis dengan
menggunakan uji T atau T-Test. Uji kesetimbangan pretes dua kelas
menggunakan uji T atau T – test dengan menggunakan SPSS 16.
a Data Sikap Ilmiah
Persyaratan untuk melakukan uji t yaitu data berdistribusi normal
dan homogen. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan
Lampiran 3.
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Pretes (Perhitungan Pertama)
Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Signifikansi 0,048 0,028
Kriteria p > 0,05 p < 0,05
Keputusan Uji H0 diterima H0 ditolak

Hasil uji normalitas pertama menunjukkan bahwa H0 ditolak yang


berarti distribusi data tidakcommit to sehingga
normal, user dilakukan transformasi data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Hasil perhitungan uji normalitas data setelah transformasi disajikan pada


Tabel 4.6 dan Lampiran 14.
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes (Perhitungan Kedua)
Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Signifikansi 0,077 0,047
Kriteria p > 0,05 p < 0,05
Keputusan Uji H0 diterima H0 ditolak

Setelah dilakukan transformasi, distribusi data tidak normal,


sehingga langkah berikutnya yaitu membuang outlier. Hasil uji normalitas
setelah membuangan outlier disajikan pada Tabel 4.7 dan Lampiran 14.
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Pretes (Perhitungan Ketiga)
Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Signifikansi 0,077 0,111
Kriteria p > 0,05 p > 0,05
Keputusan Uji H0 diterima H0 diterima

Berdasarkan Tabel 4.7 H0 diterima yang berarti data pretes sikap


ilmiah sudah berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas.
Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.8 dan Lampiran 3.
Tabel 4.8. Uji Homogenitas Pretes Sikap Ilmiah
Uji Levene
Nilai F Signifikansi
5,525 0,022

Nilai signifikansi pada uji Levene menunjukkan bahwa nilai


signifikansi (p < 0,05) sehingga H0 ditolak yang berarti data tidak
homogen. Hasil uji T disajikan dalam Tabel 4.9 dan Lampiran 3.
Tabel 4.9. Uji T Pretes Sikap Ilmiah
t hitung df Nilai Signifikansi
0,593 52,829 0,556

Uji t memberikan hasil yaitu t hitung sebesar 0,593. T tabel untuk


df = 52,829 yaitu 2,01. T hitung lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima
sehingga tidak ada beda yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas
commit
eksperimen. Nilai signifikansi to user
hasil uji t menunjukkan nilai 0,556 (p >
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

0.05) maka H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan


antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Sehingga uji hipotesis pada
data postes dilakukan dengan menggunakan uji t.
b Hasil Belajar Kognitif
Uji normalitas data hasil belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.10
dan Lampiran 3.
Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Pretes Hasil Belajar Kognitif
Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Signifikansi 0,200 0,096
Kriteria p > 0,05 p > 0,05
Keputusan Uji H0 diterima H0 diterima

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa H0 diterima yang itu berarti data


berdistribusi normal. Uji homogenitas data hasil belajar kognitif disajikan
pada Tabel 4.11 dan Lampiran 3.
Tabel 4.11. Uji Homogenitas Pretes Hasil Belajar Kognitif
Uji Levene
Nilai F Signifikansi
5,827 0,019

Nilai signifikansi pada uji Levene menunjukkan bahwa nilai


signifikansi (p < 0,05) sehingga H0 ditolak yang berarti data tidak
homogen. Hasil uji T disajikan dalam Tabel 4.12 dan Lampiran 3.
Tabel 4.12. Uji T Pretes Hasil Belajar Kognitif
T hitung df Nilai signifikansi
-2,290 51,753 0,004

Nilai signifikansi hasil uji t menunjukkan nilai 0,004 (p < 0.05)


maka H0 ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelas
kontrol dengan kelas eksperimen. Sehingga uji hipotesis pada data postes
dilakukan dengan menggunakan uji anakova.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

2. Uji Asumsi
a Uji Normalitas
1) Sikap Ilmiah
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal. Populasi yang terdistribusi normal
merupakan prasyarat dari uji hipotesis anakova. Perhitungan uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan koreksi Liliefors. Kriteria pengujian: data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal jika nilai signifikansinya, p > 0,05. Hasil uji
normalitas sikap ilmiah siswa dapat disajikan secara ringkas dalam
Tabel 4.13 dan secara lebih lengkap pada Lampiran 3.
Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas Sikap Ilmiah
Nilai Signifikansi Kriteria Keputusan
Kelas Kelas Uji H0
Eksperimen Kontrol
0,182 0,200 p > 0,05 H0 diterima

Dari uji normalitas dapat dilihat bahwa H0 diterima yang berarti data
sikap ilmiah berdistribusi normal.
2) Hasil Belajar Kognitif
Pengujian awal normalitas data hasil belajar kognitif dapat disajikan
dalam Tabel 4.14 dan secara lebih lengkap pada Lampiran 3.
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif (Pengujian
Pertama)
Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Signifikansi 0,099 0,047
Kriteria p > 0,05 p < 0,05
Keputusan Uji H0 diterima H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 4.14 pengujian pertama normalitas data hasil


belajar kognitif siswa kelas kontrol tidak berdistribusi normal (p <
0,05). Oleh karena itu dilakukan langkah untuk menormalkan data
yaitu dengan transformasi. Uji normalitas data hasil transformasi
disajikan dalam Tabel commit
4.15 dantoLampiran
user 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif (Pengujian


Kedua)
Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Signifikansi 0,105 0,068
Kriteria p > 0,05 p > 0,05
Keputusan Uji H0 diterima H0 diterima

Dari pengujian kedua, H0 diterima yang berarti data hasil belajar


kognitif sudah berdistribusi normal.
b Uji Homogenitas
1) Sikap Ilmiah
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa variansi-variansi
pada populasi sama atau homogen. Perhitungan uji homogenitas pada
penelitian ini menggunakan uji Levene’s. Kriteria pengujian yaitu nilai
signifikansi lebih besar 0,05. Sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05 maka dinyatakan tidak homogen.
Hasil perhitungan homogenitas pada variabel sikap ilmiah disajikan
pada Tabel 4.16 dan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah
Nilai Signifikansi Kriteria Keputusan Uji
0,213 p > 0,05 H0 diterima,
homogen

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05


sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa kedua sampel mempunyai variansi nilai sikap ilmiah kelas
eksperimen dengan kelas kontrol yang sama atau homogen.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas maka diketahui
bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan homogen. Uji dilanjutkan ke uji t.
2) Hasil Belajar Kognitif
Uji homogenitas data hasil belajar kognitif disajikan dalam Tabel 4.17.
dan dapat dilihat pada Lampiran 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Kognitif


Nilai Signifikansi Kriteria Keputusan Uji
0,474 p > 0,05 H0 diterima,
homogen

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa data hasil belajar kognitif kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama atau
homogen, sehingga analisis dapat dilanjutkan analisis kovarian.

C. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Uji hipotesis menggunakan uji t. prasyarat uji t telah terpenuhi yaitu
data normal dan homogen. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan
keputusan uji hipotesis adalah H0 diterima jika nilai signifikansi lebih dari
0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05.
Rumusan hipotesis yang pertama yaitu:
H0 = tidak ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa kelas eksperimen
(penerapan metode guided discovery learning) dengan siswa kelas kontrol
(metode konvensional)
Ha = ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa kelas eksperimen
(penerapan metode guided discovery learning) dengan siswa kelas kontrol
(metode konvensional)
Hasil anakova disajikan pada Tabel 4.18 dan dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Tabel 4.18. Hasil Uji Hipotesis Pertama
Uji Nilai Kriteria Keputusan Uji
Signifikansi
Uji t 0,014 p < 0,05 H0 ditolak

Pada uji t, nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05 yaitu 0,006
sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan sikap ilmiah siswa
kelas eksperimen (penerapan metode guided discovery learning) dengan siswa
commit to user
kelas kontrol (metode konvensional).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

2. Hipotesis Kedua
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis kovarian
(analysis of covariance). Data diolah menggunakan SPSS 16. Prasyarat uji
anakova yaitu normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Sampel populasi
terdistribusi normal dan homogen. Kriteria yang digunakan dalam
pengambilan keputusan uji hipotesis adalah H0 diterima jika nilai signifikansi
lebih dari 0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05.
Uji anakova dilakukan dengan dua tahap yaitu menguji interaksi antara
Covariate (pretes) dengan variabel Fixed Factor (variabel metode) yang
keduanya diharuskan tidak ada interaksi. Jika tidak ada interaksi, maka lanjut
ke tahap kedua yaitu analisis varian (Trihendradi, 2009: 137).
Rumusan hipotesis uji interaksi:
H0 = tidak ada interaksi antara nilai pretes dan variabel metode
pembelajaran
Ha = ada interaksi antara nilai pretes dan variabel metode
pembelajaran
Rumusan hipotesis pada uji anakova yaitu:
H0 = tidak ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa kelas eksperimen
(penerapan metode guided discovery learning) dengan siswa kelas kontrol
(metode konvensional)
Ha = ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa kelas eksperimen
(penerapan metode guided discovery learning) dengan siswa kelas kontrol
(metode konvensional)
Rangkuman hasil anakova disajikan pada Tabel 4.19 dan dapat dilihat
pada Lampiran 3.
Tabel 4.19. Hasil Uji Hipotesis Kedua
Uji Nilai Kriteria Keputusan Uji
Signifikansi
Uji Interaksi 0,267 p > 0,05 H0 diterima
Uji anakova 0,000 p < 0,05 H0 ditolak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Pada uji interaksi menunjukkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak


ada interaksi antara metode dengan pretes sehingga dapat dilakukan tahap
berikutnya yaitu uji anakova.
Pada uji anakova, nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05 yaitu
0,000 sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan hasil belajar
kognitif siswa kelas eksperimen (penerapan metode guided discovery
learning) dengan kelas kontrol (metode konvensional).

D. Pembahasan Hasil Analisis Data


1. Pengaruh Metode Guided Discovery Learning terhadap Sikap Ilmiah
Bersarkan uji anakova pada Tabel 4.20 diketahui bahwa penerapan
metode guided discovery learning berpengaruh terhadap sikap ilmiah siswa.
Hal ini juga terlihat dari rata-rata sikap ilmiah pada Tabel 4.1. Rata-rata sikap
ilmiah kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Metode guided discovery learning dengan materi kerusakan
lingkungan dapat mengembangkan sikap-sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
membedakan fakta dengan opini, jujur terhadap fakta, kerja sama, dan
tanggung jawab dapat berkembang. Hal ini dapat terlihat pada tahapan-
tahapan dalam metode guided discovery learning.
Tahapan pertama pada metode guided discovery learning yaitu
stimulation. Stimulation yaitu tahapan memberikan persoalan-persoalan. Guru
menggunakan video yang di dalamnya berisi persoalan-persoalan yang akan
dijadikan bahan untuk dieksplorasi oleh siswa. Pada tahap stimulation
digunakan media video dikarenakan untuk menghemat waktu tetapi dapat
menggambarkan kondisi lingkungan yang sebenarnya secara nyata. Jika siswa
dibawa pada lingkungan yang sebenarnya, akan memakan banyak waktu.
Tahapan stimulation ini dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Siswa
didorong rasa ingin tahu terhadap kegiatan apa saja yang dapat merusak
lingkungan. Siswa juga diberikan tanggung jawab untuk mengisi LKS.
Tahapan kedua dari metode guided discovery learning yaitu siswa
commit
diberikan tanggung jawab untuk to user hipotesis (jawaban sementara)
merumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tahapan ketiga dari


metode guided discovery learning yaitu data collection. Tahapan ini siswa
diberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen. Eksperimen bertujuan
untuk membuktikan bahwa kondisi air yang berbeda beda akan berdampak
pada kondisi ikan. Rasa ingin tahu siswa berkembang ketika siswa melakukan
eksperimen. Siswa bertanya-tanya bagaimana kondisi ikan pada masing-
masing kelompok. Rasa ingin tahu siswa juga muncul karena motivasi siswa
untuk menemukan jawaban. Hal ini sesuai dengan keuntungan pembelajaran
dengan menggunakan guided discovery learning yang disampaikan oleh
Slavin (1994: 273). Sikap ilmiah yang diharapkan muncul dalam kegiatan
eksperimen yaitu jujur terhadap fakta. Siswa diharapkan menuliskan semua
hasil yang diperoleh dalam eksperimen. Masing-masing kelompok juga tidak
bisa melihat hasil eksperimen kelompok lain karena dosis detergen berbeda
pada setiap kelompok. Kemampuan membedakan fakta dan opini akan muncul
dalam kegiatan eksperimen. Siswa harus menunggu sampai eksperimen selesai
kemudian menuliskan hasil eksperimen. Siswa tidak boleh menuliskan hasil
eksperimen sesuai dengan pendapat individu. Tahapan data collection yang
dilakukan dengan kegiatan eksperimen melatih siswa untuk menggunakan
metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah, sehingga tidak mudah percaya
pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya (Roestiyah, 2001: 82). Fakta
yang sudah ada dapat terbantahkan dan diganti dengan fakta baru karena
kebenaran dalam eksperimen bersifat relatif (Semiawan, 1992: 15).
Eksperimen juga melatih kerja sama antarsiswa. Siswa harus
mengesampingkan egoisme.
Tahapan data collection, data processing, verification, dan
generalization dalam metode guided discovery learning dilaksanakan dengan
eksperimen melatih siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian secara
tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Setelah siswa memperoleh generalisasi mengenai dampak detergen


terhadap kondisi ikan maka dilakukan diskusi untuk mengetahui cara
pencegahan atau penganggulangan kerusakan lingkungan. Diskusi melibatkan
kerja sama antarsiswa (Slameto, 1995: 75).
Sikap ilmiah dapat terbentuk dengan mengkondisikan siswa pada
pengalaman pribadi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Azwar (2005), bahwa untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Pengalaman
siswa diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk menumbuhkan
sikap ilmiah. Menurut UNESCO (1996) dalam Soedijarto (2007): “learning to
know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Siswa tidak
hanya duduk diam dan mendengarkan. Siswa harus diberdayakan agar siswa
mau serta mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajar (learning to
do). Interaksi siswa dengan lingkungannya menuntut mereka untuk memahami
pengetahuan yang berkaitan dengan dunia sekitarnya (learning to know).
Interaksi tersebut diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning to
be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang
bervariasi akan membentuk kepribadian untuk memahami kebersamaan,
bersikap toleransi terhadap teman (learning to live together).
Sikap ilmiah pada kelas kontrol kurang berkembang karena metode
pembelajaran yang digunakan yaitu metode presentasi (Lampiran 1).
Presentasi dilakukan secara individu oleh siswa. Sebelum melakukan
presentasi siswa merangkum materi yang akan dipresentasikan. Semua siswa
di kelas kontrol merangkum materi hanya berdasarkan buku paket. Tidak ada
satupun siswa yang menambah materi dari sumber lain. Dalam presentasi,
siswa hanya membaca hasil rangkuman, tetapi ada sebagian siswa yang
memberikan tambahan berdasarkan pengamatan secara pribadi. Sikap ilmiah
yang dapat berkembang dalam presentasi yaitu tanggung jawab. Siswa harus
menyelesaikan tugas rangkuman dan presentasi di depan kelas. Namun sikap
ini kurang berkembang, jika siswa sudah selesai dengan presentasinya siswa
commit
tidak akan mendengarkan siswa to user
lain yang presentasi di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

2. Pengaruh Metode Guided Discovery Learning terhadap Hasil Belajar


Kognitif
Berdasarkan hasil uji anakova pada Tabel 4.20 diketahui bahwa
penerapan metode Guided Discovery Learning berpengaruh terhadap hasil
belajar kognitif siswa. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
kognitif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Tahapan dalam metode guided discovery learning yang pertama yaitu
stimulation dengan menayangkan video. Di dalam video terdapat tayangan
mengenai kegiatan-kegiatan manusia yang dapat merusak lingkungan.
Penggunaan video untuk menyampaikan persoalan-persoalan lebih efektif dan
efisien. Video merupakan media audio visual yang selain dapat menarik
perhatian siswa juga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2010: 62) yang memberi
hasil bahwa pembelajaran dengan bantuan multimedia dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Penelitian juga dilakukan oleh Sumarni, Soeprodjo, dan
Rahayu (2009) membuktikan bahwa dengan menggunakan media audio visual
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Menurut Jauhar (2011: 99)
penggunaan media dapat mempertinggi hasil belajar berkenaan dengan taraf
berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan yang
dimulai dari berpikir konkret menuju berpikir abstrak, dimulai dari berpikir
sederhana menuju kompleks. Melalui media, hal-hal yang abstrak dapat
dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Tahapan selanjutnya yaitu data collection, data processing,
verification, dan generalization dilakukan dengan eksperimen. Eksperimen
dilakukan untuk membuktikan secara langsung dampak dari kegiatan-kegiatan
yang merusak lingkungan yang ada dalam tayangan video. Untuk dapat
melakukan eksperimen siswa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru untuk dapat mengetahui eksperimen yang harus dilakukan. Dengan
eksperimen siswa akan mengingat karena siswa terjun langsung dalam
pembelajaran. Kegiatan ini melatih siswa belajar secara aktif untuk
commit to user
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

Dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah


dengan pengetahuan yang telah dimiliki sehingga pembelajaran menjadi
bermakna. Menurut Bruner pembelajaran yang bermakna akan lebih
menanamkan ingatan lebih dalam pada diri siswa (Dahar, 1989: 103). Hal ini
didukung oleh penelitian Muna, Sukisno, Yulianto (2009) yang memberi hasil
bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar kognitif. Interaksi
yang kuat antara siswa dengan objek pada kegiatan eksperimen dapat
mendorong perhatian siswa untuk lebih memahami objek (Aunurrahman,
2009: 37).

Pada akhir pembelajaran siswa melakukan diskusi mengenai dampak


dari pencemaran. Dengan diskusi kelompok siswa akan lebih mengingat apa
yang didiskusikan daripada menerima penjelasan dari guru. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Jauhar (2011: 80) bahwa interaksi dengan
lingkungan dapat memperbaiki pemahaman dan memperkaya pengetahuan.
Diskusi dapat meningkatkan pemahaman juga disampaikan oleh Slameto,
(1995: 75 bahwa dengan belajar bersama dengan siswa lain dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir. Pembelajaran dengan
menggunakan metode guided discovery learning siswa mengidentifikasi
sendiri materi mengenai pencemaran kemudian dapat menghubungkan dengan
pengetahuan yang telah diketahuinya sehingga belajar menjadi lebih
bermakna.
Pembelajaran kelas kontrol menggunakan metode presentasi. Ketika
satu orang siswa presentasi didepan kelas, siswa yang lain hanya
mendengarkan. Siswa ikut serta dalam pembelajaran secara pasif. Banyak
siswa dalam pembelajaran kelas kontrol yang ramai sendiri walaupun sudah
diingatkan untuk memperhatikan, karena guru tidak ikut mendampingi. Siswa
memperoleh pengetahuannya hanya dari hasil rangkuman yang kemudian
dipresentasikan sendiri. Siswa tidak memperoleh pengetahuan lain selain dari
hasil rangkuman. Hasil rangkuman siswa semua bersumber dari buku paket,
tidak ada siswa yang mencari commit to user
dari sumber lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh metode guided discovery
learning terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif biologi, maka dapat
disimpulkan berikut :
1. Metode guided discovery learning berpengaruh nyata terhadap sikap ilmiah
siswa SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012
2. Metode guided discovery learning berpengaruh nyata terhadap hasil belajar
kognitif biologi siswa SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012

B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk
penelitian lain yang sejenis.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat diterapkan sebagai alternatif dalam
pembelajaran biologi yaitu dengan menerapkan metode guided discovery
learning yang mampu meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif.

C. SARAN
1. Untuk Guru
Guru hendaknya menerapkan metode guided discovery learning pada
pembelajaran biologi untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar
kognitif.
2. Untuk Siswa
Siswa hendaknya dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan
metode guided discovery learning untuk mendapatkan hasil yang optimal.

commit to user

44

Anda mungkin juga menyukai