0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan15 halaman

Resume Kel. 3 UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 15

Kelompok 3

Jurusan/Kelas : Kesehatan Masyarakat/2C


Mata Kuliah/Dosen : Etika dan Hukum Kesehatan/Dela Aristi, M.K.M

Resume UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

 Pasal 1
Pada pasal 1 dijelaskan tentang pengertian-pengertian terkait kesehatan mulai dari Tenaga
Kesehatan, Asisten Tenaga Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Upaya Kesehatan,
Kompetensi, Uji Kompetensi, Sertilikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Registrasi. Surat
Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik, Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar
Prosedur Operasional, Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Organisasi Profesi, Kolegium
masing-masing Tenaga Kesehatan, Penerima Pelayanan Kesehatan, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan Menteri.

 Pasal 2
Pada pasal 2 disebutkan bahwa UU no 36 tahun 2014 ini berasaskan pada
Perikemanusiaan,manfaat, pemerataan, etika dan profesionalitas, penghormatan terhadap
hak dan kewajiban, keadilan, pengabdian, norma agama, dan pelindungan.

 Pasal 3
Pada pasal 3 dijelaskan tentang tujuan undang-undang ini dibuat memenuhi kebutuhan
masyarakat akan Tenaga Kesehatan, Mendayagunakan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, Memberikan pelindungan kepada masyarakat dalam menerima
penyelenggaraan Upaya Kesehatan, Mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan Upaya Kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan, dan
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan Tenaga Kesehatan.

 Pasal 4
Pada Pasal 4 disebutkan tentang tanggung jawab dan wewenang dari pemerintah dan
pemerintah daerah, disana dituliskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab terhadap: -Pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu Tenaga
Kesehatan, -Perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan dan Prelindungan kepada Tenaga Kesehatan dalam menj alankan praktik

 Pasal 5
Disini dituliskan tentang kewenangan pemerintah dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Pertama, pemerintah menetapkan tenaga kesehatan nasional yang selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional, Merencanakan kebutuhan Tenaga Kesehatan seperti menyediakan
fasilitas yang memadai, Melakukan pengadaan Tenaga Kesehatan, d. Mendayagunakan
Tenaga Kesehatan, Membina, mengawasi, dan meningkatkan mutu Tenaga Kesehatan
meialui pelaksanaan kegiatan sertifikasi Kompetensi dan pelaksanaan Registrasi Tenaga
Kesehatan, Melaksanakan kerja sama, baik dalam negeri maupun luar negeri di bidang
Tenaga Kesehatan, dan Menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan Tenaga Kesehatan
yang akan melakukan pekerjaan atau praktik di luar negeri dan Tenaga Kesehatan warga
negara asing yang akan melakukan pekerjaan atau praktik di Indonesia

 Pasal 6
Pada pasal 6, dijelaskan mengenai kewenangan Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan
Tanggung jawabnya. Misalnya yaitu menetapkan kebijakan Tenaga Kesehatan selaras
dengan kebijakan pembangunan nasional, Melaksanakan kebijakan Tenaga Kesehatan,
Merencanakan kebutuhan Tenaga Kesehatan, Melakukan pengadaan Tenaga Kesehatan.
melakukan pendayagunaan melalui pemerataan, pemanfaatan dan pengembangan, Membina,
mengawasi, dan meningkatkan mutu Tenaga Kesehatan melalui pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan praktik Tenaga Kesehatan dan melaksanakan kerja sama dalam negeri di bidang
Tenaga Kesehatan.

 Pasal 7
Pada pasal 7 dijelaskan tentang kewenangan Pemerintah Kabupaten atau Kota dalam
melaksanakan Tanggung Jawabnya contohnya seperti menetapkan kebijakan Tenaga
Kesehatan selaras dengan kebijakan nasional dan provinsi melaksanakan kebijakan Tenaga
Kesehatan, Merencanakan kebutuhan Tenaga Kesehatan, Melakukan pengadaan Tenaga
Kesehatan, Melakukan pendayagunaan melalui pemerataan, pemanfaatan, dan
pengembangan, Membina, mengawasi, dan meningkatkan mutu Tenaga Kesehatan melalui
pelaksanaan kegiatan perizinan Tenaga Kesehatan dan melaksanakan kerja sama dalam
negeri di bidang Tenaga Kesehatan.

 Pasal 8
menjelaskan tentang tenaga dibidang kesehatan terdiri atas : Tenaga Kesehatan dan Asisten
Tenaga Kesehatan

 Pasal 9
Pada pasal 9, disebukan bahwa Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf a harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga, kecuali tenaga medis. Ketentuan
lebih lanjut mengenai kualifikasi minimum Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
 Pasal 10
Pasal ini merupakan perincian mengenai asisten tenaga kesehatan yang harus memiliki
minimum pendidikan menengah dan hanya dapat bekerja dibawah supervise tenaga
kesehatan,

 Pasal 11
Pasal ini membahas mengenai tenaga kesehatan yang dikelompokkan menjadi 13 tenaga
kesehatan yang terdiri dari tenaga medis, psikologi klinis, keperawatan, kebidanan,
kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkunga, gizi, keterapian fisik, keteknisian
medis, teknik biomedika, kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain yang diatur oleh
menteri. Dimana masing-masing tenaga tersebut terbagi menjadi beberapa profesi.

 Pasal 12
Pada pasal ini menteri dapat menetapkan jenis tenaga kesehatan lain untuk memenuhi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

 Pasal 13
Pasal ini menetapkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan secara merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan.

 Pasal 14
Ketetapan menteri mengenai kkebijakan dan penyusunan perencanaan tenaga kesehatan
yang dimaksud pada pasal ini harus disusun secara berjenjang berdasarkan ketersediaan
tenaga kesehatan dan kebutuhan pembangunan melalui pemetaan tenaga kesehatan.

 Pasal 15
Pasal ini membahas mengenai faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh menteri dalam
menyusun perencanaan tenaga kesehatan

 Pasal 16
Pasal ini membahas tentang ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan tenaga kesehatan
yang diatur melalui Peraturan Pemerintah

 Pasal 17
Pasal ini membahas mengenai pengadaan tenaga kesehatan melalui pendidikan tinggi yang
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah atau masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

 Pasal 18
Pasal ini membahas mengenai izin penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan dan
pembinaan teknis maupun akademik serta kurikulum harus sesuai dengan standar nasional
pendidikan tinggi yang dimana dilakukan dan ditetapkan oleh meteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Pasal 19
Pasal ini mengenai kuota nasional penerimaan mahasiswa yang diatur dengan Peraturan
Menteri yang menyelenggarakan urusan dalam bidang pendidikan setelah berkoordinasi
dengan Menteri, demi menjamin mutu lulusan di bidang kesehatan.

 Pasal 20
Pasal ini mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan harus memenuhi
Standar Nasional Pendidikan Tenaga Kesehatan. Sebagaimana yang dimaksud adalah
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi, disusun secara bersama oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, asosiasi institusi
pendidikan, dan Organisasi Profesi, serta ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

 Pasal 21
Pasal ini berkaitan dengan Uji Kompetensi secara nasional oleh mahasiswa bidang
kesehatan pada masa akhir pendidikan vokasi dan profesi. Uji Kompentensi yang dimaksud,
yaitu diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi,
Iembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi, ditujukan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja, disusun oleh
Organisasi Profesi dan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan ditetapkan oleh
Menteri, dan mahasiswa pendidikan profesi dan vokasi yang lulus Uji Kompetensi
memperoleh Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi. Ketentuan-
ketentuan mengenai Ujuan Kompetensi diatur dengan Peraturan Menteri dan
diselenggarakan oleh pemerintah di bidang pendidikan.

 Pasal 22
Pasal ini mengenai tentang pendayagunann tenaga kesehatan yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi
berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. Pendayagunaan yang dimaksud, yaitu
pendayagunaan Tenaga Kesehatan di dalam negeri dan luar negeri, dan dilakukan dengan
memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan.
 Pasal 23
Pasal ini mengenai penempatan tenaga kesehatan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya
pemerataan pelayanan kesehatan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat.

 Pasal 24
Pasal ini berkaitan tentang penempatan tenaga kesehatan dengan tetap memperhatikan
pemanfaatan dan pengembangannya, penempatan dilakukan melalui seleksi.

 Pasal 25
Pasal ini berkaitan dengan pemerataan tenaga kesehatan oleh Pemerintah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Penempatan dapat dilakukan dengan seleksi yang dapat diikuti oleh
Tenaga Kesehatan lulusan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Ketentuan mengenai penempatan Tenaga Kesehatan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

 Pasal 26
Pasal ini mengenai tentang kewajiban tenaga kesehatan untuk menjalani tugas sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya setelah ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas ypelayanan kesehatan yang dimaksud adalah dan/atau kepala daerah yang
membawahi Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, papan, dan lokasi, serta keamanan dan keselamatan kerja Tenaga
Kesehatan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

 Pasal 27
Pasal ini mengenai tenaga kesehatan yang telah diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dapat dipindahtugaskan ke tempat lain dengan alasan kebutuhanfasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau promosi. Ketentuan mengenai pemindahtugasan tenaga kesehatan yang
dimaksud adalah dan Tenaga Kesehatan yang bertugas di daerah tertinggal perbatasan dan
kepulauan serta daerah bermasalah ke sehatan sebagaimana dimaksud diatur pada ayat, dan
dengan Peraturan Pemerintah.

 Pasal 28
Pasal 28 ayat tertulis jelas bahwa pemerintah memiliki hak dalam keadaan tertentu dalam
memberlakukan ketentuan wajib kerja Tenaga Kesehatan yang memenuhi kualifikasi
akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Tenaga Kesehatan pada
daerah-daerah khusus di wilayah Negara Kesatuan Reoublik Indonesia. Sebagaimana yang
dimaksud pada ayat 1, pemerintah juga memberikan tunjangan khusus kepada Tenaga
Kesehatan. Tenaga Kesehatan yang diangkat oleh pemerintah berhak mendapat fasilitas
seperti tempat tinggal atau rumah dinas yang telah disediakan pemerintah.
 Pasal 29
Pasal 29 tertulis jelas bahwa pemerintah memiliki hak dalam menetapkan pola ikatan dinas
bagi calon Tenaga Kesehatan untuk memenuhi kepentingan pembangunan kesehatan

 Pasal 30
Dalam pasal ini tertera bahwa pengembangan tenaga kesehatan akan diarahkan untuk
meningkat mutu dan karier Tenaga Kesehatan dan pengembangan tenaga kesehatan yang
dimaksud tersebut adalah dengan dilakaukannya melalui Pendidikan dan pelatihan serta
kesinambungan dalam menjalankan praktik. Dalam rangka pengembangan Tenaga
Kesehatan, kepala daerah dan pimpinan layanan kesehatan bertanggung jawab dalam
pemberian kesempatan yang sama kepada Tenaga Kesehatan dengana mempertimbangkan
penilaian dari kinerja.

 Pasal 31
Pasal 31 tertera bahwa, pelatihan Tenaga Kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah atau masyarakat pelatihan yang dimaksud adalah dalam suatu pelatihan
terdapat komponen kurikulum, pelatih, peserta, dan penyelenggara yang masing-masing
harus memenuhi standar tertentu. pelatihan tersebut harus memenuhi program pelatihan dan
tenaga pelatih yang sesuai dengan Standar Profesi dan standar kompetensi serta
diselenggarakan oleh institusi yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 Pasal 32
Pasal 32, dijelaskan bahwa pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia ke
luar negeri dapat dilakukan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan
Tenaga Kesehatan di Indonesia dan peluang kerja bagi Tenaga Kesehatan Warga Negara
Indonesia di luar negeri.

 Pasal 33
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan dan di atur dengan Peraturan Pemerintah sesuai
dengan isi pasal 33.

 Pasal 34
Pada pasal 34 ini tertera bahwa untuk meningkatkan mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta
untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada tenaga kesehhatan dan
masyarakat dan dibentuk oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. Konsil Tenaga
Kesehatan yang dimaksud yaitu konsil masing-masing Tenaga Kesehatan, termasuk konsil
Kedokteran Gigi sebagaimana di atur dalam Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran,
Konsil Tenaga Kesehatan bersifat independent dalam menjalankan tugasnya dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
 Pasal 35
Pada pasal 35 berbunyi bahwa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia berkedudukan di ibu
kota negara Republik Indonesia

 Pasal 36
Pasal 36 menjelaskan bahwa Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia mempunyai fungsi sebagai
koordinator konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan dalam menjalankan fungsi, Konsil
Tenaga Kesehatan memiliki tugas yaitu, menfasilitasi dukungan pelaksanaan tugas konsil
masing-masing Tenaga Kesehatan, melakukan evaluasi tugas konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan dan membina atau mengawasi konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. Konsil
Tenaga kesehatan juga memeiliki wewenang dalam menetapkan perencanaan kegiatan
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.

 Pasal 37
Fungsi dari konsil tenaga kesehatan yaitu, mencakup pengaturan, penetapan dan pembinaan
tenaga kesehatan dalam praktik tenaga kesehatan ,dalam hal melaksanakan fungsinya setiap
konsil masing masing melakukannya dalam bentuk sebuah tugas, seperti melakukan
registrasi tenaga kesehatan, melakukan pembinaan tenaga kesehatan dalam menjalankan
praktik tenaga kesehatan, menyusun standar nasional pendidikan tenaga kesehatan,
menyusun standar praktikdan standar kompetensi tenaga kesehatan juga menegakan disiplin
praktik tenaga kesehatan.

 Pasal 38
Wewenang seorang konsil tenaga kesehatan saat melaksanakan tugasnya yaitu, dapat
menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Tenaga Kesehatan, menerbitkan atau
mencabut STR, memiliki wewenang menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan
dengan pelanggaran disiplin profesi Tenaga Kesehatan,menetapkan dan memberikan sanksi
disiplin profesi Tenaga Kesehatan dan memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan
institusi pendidikan Tenaga Kesehatan.

 Pasal 39
Konsil tenaga kesehatan akan di bantu oleh sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris
dalam melaksanakan fung ,tugas dan wewenang.

 Pasal 40
Anggota dari konsil tenaga kesehatan terdiri dari beberapa unsur yaitu, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan; Organisasi Profesi,
Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan, asosiasi institusi pendidikan Tenaga
Kesehatan, asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan, dan tokoh masyarakat. Anggota dari
konsil tenaga kesehatan merupakan pimpinan konsil masing-masing.

 Pasal 41
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan setiap kegiatan konsil tenaga
kesehatan menggunakanyang biaya yang dibebankan kepada anggaran pendapatan dan
belanja negara dan sumber lain yang tidak mengikat

 Pasal 42
Semua ketentuan tentang pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang dari konsil tenaga
kesehatan telah diatur dalam peraturan menteri.

 Pasal 43
Dalam peraturan presiden telah diatur tentang ketentuan lebih lanjut mengenai susunan
organisasi, pengangkatan, pemberhentian, serta keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia dan sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

 Pasal 44
Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR yang diberikan oleh
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan yang berlaku

 Pasal 45
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi dan Registrasi Ulang telah diatur
dengan Peraturan Konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.

 Pasal 46
Menjelaskan bahwa Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang
pelayanan kesehatan wajib memiliki izin, diberikan dalam bentuk SIP. SIP diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/ kota tempat Tenaga Kesehatan menjalankan praktiknya

 Pasal 47
Menjelaskan bahwa Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik mandiri harus memasang
papan nama praktik

 Pasal 48
Menjelaskan bahwa terselenggaranya praktik tenaga kesehatan yang bermutu dan
pelindungan kepada masyarakat, perlu dilakukan pembinaan praktik terhadap tenaga
kesehatan. Pembinaan dilakukan oleh Menteri bersama-sama dengan Pemerintah Daerah,
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan, dan Organisasi Profesi sesuai dengan
kewenangannya.

 Pasal 49
Menjelaskan bahwa menegakkan disiplin Tenaga Kesehatan dalam penyelenggaraan praktik,
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan menerima pengaduan, memeriksa, dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin Tenaga Kesehatan serta memberi sanksi disiplin.

 Pasal 50
Menjelaskan bahwa Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai wadah
untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat,
dan etika profesi Tenaga Kesehatan. Setiap jenis Tenaga Kesehatan hanya dapat membentuk
Organisasi Profesi. Pembentukan Organisasi Profesi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

 Pasal 51
Menjelaskan bahwa Setiap Organisasi Profesi dapat membentuk Kolegium masing-masing
Tenaga Kesehatan. Merupakan badan otonom di dalam Organisasi Profesi bertanggung
jawab kepada Organisasi Profesi.

 Pasal 52
Menjelaskan bahwa Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri yang
akan melakukan praktik di Indonesia harus mengikuti proses evaluasi kompetensi

 Pasal 53
Menjelaskan bahwa Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat mendayagunakan Tenaga
Kesehatan warga negara asing sesuai dengan persyaratan. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
warga negara asing dilakukan dengan mempertimbangkan alih teknologi dan ilmu
pengetahuan; dan ketersediaan Tenaga Kesehatan setempat.

 Pasal 54
Menjelaskan bahwa Tenaga Kesehatan warga negara asing yang akan menjalankan praktik
di Indonesia harus mengikuti evaluasi kompetensi

 Pasal 55
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dibutuhkannya tenaga kerja yang
professional, Begitu juga tenaga kesehatan warga negara asing yang akan bekerja di
Indonesia. Maka, haruslah ada ketentuan yang mengaturnya seperti dalam pasal 55
 Pasal 56
Menjelaskan bahwa untuk ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan dan praktik
tenaga kesehatan warga negara asing diatur dengan peraturan pemerintah.

 Pasal 57
Pasal 57 mengatur dan menjelaskan bahwa setiap tenaga kesehatan berhak dalam
memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar
Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional

 Pasal 58
Tenaga kesehatan juga memiliki kewajiban dalam menjalankan praktik sebagaimana
tercantum dalam pasal 58

 Pasal 59
Menjelaskan bahwa tenaga kesehatan wajib melakukan pertolongan pertama pada keadaan
gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang dan wajib untuk memberikan
pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan dilarang menolak penerima pelayanan kesehatan
dan meminta uang muka

 Pasal 60
Pasal 60 pada bagian kesatu umum, merincikan tanggung jawab yang harus dimiliki setiap
tenaga kesehatan, yaitu mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki;
meningkatkan Kompetensi; bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi;
mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau kelompok; dan
melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan

 Pasal 61
Pasal 61 pada bagian kesatu umum, berisikan bahwa setiap tenaga kesehatan harus
melakukan upaya terbaik dengan tidak menjanjikan hasil kepada penerima pelayanan
kesehatan

 Pasal 62
Menjelaskan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai
kewenangan dengan dasar kompetensi yang dimilikinya, dan jenis tenaga kesehatan yang
memiliki tingkatan lebih dari satu jenjang pendidikan memiliki kewenangan profesi seuai
lingkup dan kompetensinya. Di samping itu, mengenai ketentuan kewenangan profesi diatur
dengan peraturan menteri
 Pasal 63
Menjelaskan bahwa pada keadaan tertentu tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan di
luar kewenangannya, dan ketentuan dalam menjalankan keprofesian di luar kewenangan
diatur dengan peraturan menteri.

 Pasal 64
Pada pasal ini tertulis bahwa seseorang yang ingin melakukan praktik harus seorang Tenaga
Kesehatan yang telah memiliki izin.

 Pasal 65
Tenaga Kesehatan dapat menerima pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis dan tenaga
teknis kefarmasian dapat menerima pelimpahan pekerjaan kefarmasian dari tenaga apoteker
dengan beberapa ketentuan

 Pasal 66
Setiap Tenaga Kesehatan wajib mematuhi Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan
Standar Prosedur Operasional yang ditetapkan oleh organisasi profesi bidang kesehatan dan
disahkan oleh Menteri dalam menjalankan praktik

 Pasal 67
Tenaga Kesehatan dapat melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan dalam menjalankan praktik sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

 Pasal 68
Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
harus mendapat persetujuan secara tertulis maupun lisan yang diberikan setelah mendapat
penjelasan secara cukup dan patut.

 Pasal 69
Pelayanan kesehatan masyarakat harus ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan tidak
melanggar hak asasi manusia. Pelayanan kesehatan yang merupakan program Pemerintah
tidak memerlukan persetujuan tindakan. Pelayanan kesehatan harus diinformasikan kepada
masyarakat Penerima Pelayanan Kesehatan tersebut

 Pasal 70
Setiap Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan perseorangan wajib
membuat rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan yang harus segera dilengkapi setelah
Penerima Pelayanan Kesehatan selesai menerima pelayanan kesehatan
 Pasal 71
Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan merupakan milik Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jika dibutuhkan, Penerima Pelayanan Kesehatan dapat menerima resume rekam
medis kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

 Pasal 72
Ketentuan lebih lanjut mengenai rekam medis diatur dengan Peraturan Menteri.

 Pasal 73
Setiap tenaga kesehatan baik dokter, perawat, serta staf rumah sakit wajib merahasiakan data
diri pasien. Data diri pasien merupakan suatu privasi yang tidak bisa diberi tahu
kebenarannya.

 Pasal 74
Menjelaskan mengenai larangan bagi Tenaga Kesehatan yang tidak memiliki STR dan izin
untuk menjalankan praktik di Fasilitas pelayanan Kesehatan.

 Pasal 75
Menjelaskan bahwa tenaga kesehatan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam
menjalankan praktiknya

 Pasal 76
Menjelaskan mengenai tujuan pembentukan komite atau panitia atau tim untuk kelompok
Tenaga Kesehatan di lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

 Pasal 77
Menjelaskan bahwa penerima layanan kesehatan yang dirugikan dapat meminta ganti rugi
atas kelalaian tenaga kesehatan

 Pasal 78
Menjelaskan bahwa tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian terhadap penerima
kesehatan harus menyelesaikan permasalahan tersebut melalui penyelesaian sengketa di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

 Pasal 79
Menjelaskan mengenai Penyelesaian perselisihan antara Tenaga Kesehatan dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
 Pasal 80
Menjelaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada Tenaga Kesehatan

 Pasal 81
Membahas mengenai penjelasan lebih lanjut tentang pembinaan dan pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
 Pasal 82
Menjelaskan bahwa pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan sanksi administratif
kepada Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan bila tidak pelaksanaannya
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

 Pasal 83
Membahas tentang ketentuan pidana bagi setiap orang yang melakukan praktik selain tenaga
kesehatan.

 Pasal 84
Membahas mengenai sanksi pidana bagi tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian kepada
penerima pelayanan kesehatan

 Pasal 85
Membahas mengenai sanksi pidana bagi tenaga keseahatan yang melakukan Pratik tanpa
memiliki STR

 Pasal 86
Membahas mengenai sanksi pidana bagi tenaga kesehatan yang melakukan praktik tanpa
memiliki izin dan SIP

 Pasal 87
Membahas mengenai bukti registrasi dan perizinan tenaga kesehatan sesuai dengan
ketentuan UU

 Pasal 88
Membahas mengenai ketentuan kewenangan tenaga kesehatan lulusan pendidikan di bawah
Diploma Tiga.

 Pasal 89
Membahas mengenai Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia dan Komite Farmasi Nasional
untuk tetap menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya
 Pasal 90
Mengatur mengenai ketentuan konsil kedokteran dan sekretaris konsil kedokteran sebagai
tenaga kesehatan

 Pasal 91
Menjelaskan bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Tenaga
Kesehatan sebelumnya dinyatakan masih akan tetap berlaku selama tidak bertentangan
dengan ketentuan yang terdapat dalam UU ini sejak UU ini berlaku.

 Pasal 92
Menjelaskan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak Undang- Undang ini berlaku.

 Pasal 93
Menjelaskan mengenai Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang harus dibentuk paling lama
2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

 Pasal 94
Menjelaskan mengenai ketentuan lebih lanjut tentang beberapa pasal sebelumnya sejak UU
ini mulai berlaku

 Pasal 95
Berisi tentang Undang-Undang ini harus ditetapkan peraturan pelaksanaannya paling lama 2
(dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

 Pasal 96
Berisi tentang Undang-Undang ini berlaku mulai pada tanggal diundangkan. Undang-
Undang ini ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dengan tujuan agar
setiap orang mengetahuinya.

 Bagian Umum Bab Penjelas


Membahas mengenai UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan didasarkan pada
pemikiran cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4
yang dimana salah satu wujudnya adalah melalui pembangunan kesehatan yang dimana
kesehatan tersebut merupakan hak asasi manusia. Dalam pembangunan keseahtan ini
diperlukan tenaga kesehatan yang memadai. Dimana dalam upaya pemenuhan tenaga
kesehatan tersebut masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dengan
diperlukannya penguatan regulasi, perencanaan kebutuhan, pendayagunaan, pelindungan
dan kepastian hukum, pembinaan dan pengawasan mutu, serta penguatan sumber daya
tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai