Tugas Metodologi Penelitian
Tugas Metodologi Penelitian
Tugas Metodologi Penelitian
Tugas ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Bapak Iskandar Hasan
Disusun Oleh :
Rafiah Nur Azizah
Manajemen 3-A
perekonomian nasional. Selain sebagai sarana berinvestasi, pasar modal juga merupakan
sumber dana bagi perusahaan. Jenis-jenis instrument pasar modal diantaranya :
a. Saham
Saham yaitu surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atau suatu
perusahaan jika membeli saham berarti telah membeli sebagian kepemilikan atas
perusahaan tersebut. Dan berhak atas kepentingan perusahaan dalam bentuk deviden. Ada
dua jenis saham yaitu :
1. Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir
terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Hal ini disebabkan pemilik saham biasa tidak
memiliki hak-hak istimewa. Pemilik saham biasa juga tidak akan memperoleh
pembayaran dividen selama perusahaan tidak memperoleh laba.
Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang
saham /RUPS dengan ketentuan one share one vote. Pemegang saham biasa
memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi
sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada
orang lain.
2. Saham Prefen
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga obligasi). Hal ini disebabkan mendapatkan hak pembagian dividen
secara tetap. Ada 3 karakteristik saham preferen yang membuatnya mirip dengan
obligasi: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa
berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan
saham biasa.
3. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak
pengakuan hutang atas pinjaman yan diterima oleh penerbit obligasi dari pemberi
pinjaman (pemodal)
4. Derivatif
Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrument efek lain yang
disebut underlying. Ada beberapa macam instrument derivative di Indonesia
seperti Buku Right, waran dan kontrak berjangka.
2. LQ45
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) selain memiliki Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
juga memiliki indeks yang bernama LQ45. Indeks LQ45 adalah indeks yang berisi 45 saham
terpilih yang memiliki likuiditas tinggi sehingga mudah untuk diperdagangkan. Nama LQ sendiri
memiliki arti LiQuid dan angka 45 memiliki arti 45 saham yang berada di dalamnya, adapula
nomor 45 dipilih karena merupakan simbol tahun kemerdekaan bangsa Indonesia tahun 1945.
Indeks LQ45 terbit pada bulan Februari 1997. Namun untuk mendapatkan data historikal yang
cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks
sebesar 100. Kriteria dari pemilihan 45 saham yang ada di LQ45 adalah sebagai berikut:
Masuk dalam 60 besar perusahaan yang memiliki nilai transaksi perdagangan saham terbesar
dalam 12 bulan terakhir. Sudah listing di Bursa Efek Indonesia setidaknya minimal 3 bulan
Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan Indeks LQ 45, yaitu :
1) Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark) portofolio investasi di pasar
keuangan Indonesia.
3) Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabene merupakan
1. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah
dunia, dan
zone positif.
menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer
investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga
3. Return Saham
Menurut Hartono (2013: 235), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.
Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspetasian yang belum
terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Sedangkan menurut Tandelilin
(2010: 102), return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya.
b. Jenis-jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2010:205) ada dua jenis return yaitu: “Return realisasi (realized
return) merupakan return yang telah terjadi. Return ini dihitung dengan menggunakan data
historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan. Return realisasi juga berguna dalam penentuan return ekspektasi (expected return)
dan risiko yang akan datang.” “Return ekspektasi (expected return) adalah return yang
diharapkan akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang.” Dari teori definisi di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis return terdiri dari:
1) Realisasi
Beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah return total (total
return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return yang
disesuaikan (adjusted return). Sedang rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata
aritmatika (arithmetic mean) dan ratarata geometric (geometric mean). Rata-rata geometrik
banyak digunakan untuk menghitung rata-rata return beberapa periode, misalnya untuk
menghitung return mingguan atau return bulanan yang dihitung berdasarkan rata-rata geometrik
dari return-return harian. Untuk perhitungan retur seperti ini, rata-rata geometrik lebih tepat
digunaka dibandingkan jika digunakn metode rata-rata aritmatika biasa.
2) Ekspektasi
Return ini digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini lebih penting
dibandingkan return historis (realisasi) karena return ini yang diharapkan oleh semua investor
di masa yang akan datang. Return ekspetasian (expected return) dapat dihitung berdasarkan
beberapa cara sebagai berikut ini.
a) Berdasarkan nilai ekspetasian masa depan.
1) Capital Gain yaitu merupakan keuntungan bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga
jual di atas harga beli yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
2) Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima secara periodik. Misalnya berupa
deviden atau bunga.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Return Saham itu sendiri, beberapa
faktor yang mempengaruhi harga atau Return Saham baik yang bersifat makro maupun mikro.
1. Faktor Makro yaitu faktor-faktor yang berada di luar perusahaan, antara lain:
(1) Inflasi
Faktor Mikro yaitu faktor yang berasal dari dalam perusahaan. Informasi yang didapat
dari kondisi intern perusahaan yang berupa informasi keuangan, informasi non keuangan.
Sutrisno (2012:309) menyatakan terdapat 2 (dua) macam analisis untuk menentukan dan
menganalisis saham, yaitu analisa teknikal dan fundamental.
1) analisa teknikal adalah pendekatan dengan cara mempelajari data historis dari harga
saham serta menghubungkannya dengan kondisi ekonomi yang terjadi saat itu.
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Actual return digunakan dalam
dalam menganalisis data adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih harga saham individual periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan deviden, dapat ditulis dengan rumus :
Selain Return Saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan
rumus:
Rm = IHSGt – IHSGt-1
IHSGt-1
Keterangan :
Rm = Return Pasar
Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa yang akan datang. Adapun perhitungan Expected return menurut Brown dan Waren dalam
(Jogiyanto,2003) yaitu:
E(Rit) = Rmt
Keterangan:
Inflasi (inflation) adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-
menerus. Ada tiga faktor yang membentuk pengertian inflasi, faktor tersebut meliputi kenaikan
harga, berlaku secara umum, dan terjadi
Faktor kenaikan harga, maksud dari kenaikan harga adalah bahwa harga saat ini lebih
mahal dari harga sebelumnya. Faktor berlaku secara umum, bisa dikatakan bahwa kenaikan
harga tertentu yang diikuti oleh kenaikan harga-harga lainnya (harga-harga lain terpengaruh
dengan kenaikan harga tertentu), misalkan jika harga BBM naik, maka kenaikan harga tersebut
akan diikuti oleh naiknya harga lainnya. Faktor terjadi secara terus-menerus, artinya bahwa
kenaikan harga tersebut terjadi atau berlangsung secara terus-menerus.
a. Jenis-jenis Inflasi
Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Dibawah ini adalah jenisjenis inflasi
berdasarkan tingkat keparahannya.
1) Inflasi ringan, inflasi dengan tingkat keparahan dibawah 10% dalam satu tahun
2) Inflasi sedang, inflasi dengan tingkat keparahan diantara 10% - 30% pertahun
3) Inflasi berat, inflasi dengan tingkat keparahan diatas 30% - 100% dalam satu tahun
4) Hiper inflasi, inflasi dengan tingkat keparahan diatas 100% dalam satu tahun, inflasi ini
merupakan inflasi yang sangat parah.
b. Penyebab Inflasi
1) Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk
mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar.
2) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan di sector rill, artinya penyediaan jumlah barang yang
beredar di masyarakat.
5. Suku Bunga
Suku Bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu. Dengan kata lain,
masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Biaya untuk meminjam uang di
ukur dalam Rupiah atau Dollar per tahun untuk setiap Rupiah atau Dollar yang dipinjam adalah
Suku Bunga.
Menurut Boediono (2011:76), Suku Bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi
(loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan
apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung.
(Kasmir, 2008:131), bunga bank adalah sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produkanya. Bunga juga dapat diartikan harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman).
Berdasarkan pengertian tersebut suku bunga terbagi dalam dua macam yaitu sebagai berikut:
1. Bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah
yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga
deposito.
2. Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga. Sebagai
contoh bunga kredit.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa balas jasa yang diberikan oleh bank
terhadap nasabah yang menyimpan hartanya dalam bentuk deposito dengan simpanan jangka
panjang serta adanya perjanjian antara pihak nasabah (yang memiliki simpanan) dengan bank,
semakin lama jangka waktu penyimpanan deposito berjangka cenderung makin tinggi juga
bunganya, karena bank dapat menggunakan uang tersebut untuk jangka waktu yang lebih lama.
Adapun cara perhitungan Suku Bunga menurut Irving Fisher yang menjelaskan ada
hubungan antara tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga rill dan tingkat inflasi dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut :
r=a+i
Keterangan :
I = inflasi
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat bunga, misalnya penentuan tingkat bunga
sangat tergantung kepada berapa besar pasar uang domestik mengalami keterbukaan system
dana suatu negara, dalam artian penentuan besar penentuan finansial suatu negara yang
cenderung berbeda.
Faktor yang mempengaruhi tingkat bunga global suatu negara adalah tingkat bunga di
luar negeri dan depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan
akan terjadi. Namun demikian, dalam sebuah bank menentukan tingkat bunga bergantung hasil
interaksi antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman yang keduanya saling mempengaruhi
satu sama lain dan kebijakan Suku Bunga di samping faktor – faktor lainnya.
Pohan (2008:53), mengatakan bahwa Suku Bunga yang tinggi di satu sisi akan
meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan
meningkat. Sementara itu, di sisi lain Suku Bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang
dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam
negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan dana oleh
dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga
dalam kondisi Suku Bunga yang tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan
disalurkan
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendahnya Suku Bunga maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena intensitas aliran dana yang akan meningkat.
Dengan demikian Suku Bunga dan keuntungan yang diisyaratkan merupakan variabel penting
yang sangat berpengaruh terhadap keputusan para investor, dimana berdampak terhadap
keinginan investor untuk melakukan investasi portofolio di pasar modal dengan Suku Bunga
yang rendah.
Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara
harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar
Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar
Amerika.
Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang
yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
Jadi, Nilai Tukar Rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan
negara lain. Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar mencerminkan keseimbangan
permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing $US.
Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata
uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya
permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran internasional. Semkin menguat kurs
rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin
menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestic
semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu
perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.
Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pun
mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Dengan menurunnya nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan-
bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatkan suku bunga.
Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong perusahaan untuk melakukan ekspor.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing yaitu (Simorangkir dan
Suseno, 2004:6):
a. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar
permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya,
jika impor menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong
menguatnya nilai tukar.
b. Faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar
permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal
keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah)
kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.
c. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh
spekulan maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai
tukar mata uang local terhadap mata uang asing.
Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
a. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa,
maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada
lanjutannya Nilai Tukar Rupiah terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi.
Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun
sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.
b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai
tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa
penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (portfolio
investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment).
1.Abdul Karim (2015) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Faktor
Internal Dan Eksternal Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2010-2012. Teknik analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Berdasarkanhasil perhitungan uji t yang telah dilakukan, earning
per share (EPS) tidak berpengaruh terhadap return saham, Dividend per Share berpengaruh
positif terhadap return saham, struktur modal tidak berpengaruh terhadap return saham,
profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham, inflasi berpengaruh negatif
terhadap return saham, suku bunga berpengaruh positif terhadap return saham dan nilai
tukar berpengaruh positif terhadap return saham.
2. Evi Arianita (2016) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar
Terhadap Return Saham Syariah Pada Perusahaan Manufaktur di Jakarta Islamic Index
(JII) Periode 2008-2014. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi
linier berganda. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji parsial (uji-t)
variabel inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil
pengujian secara serempak (uji-F) menunjukkan bahwa tingkat inflasi tidak secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham. Koefisien determinasi (R2)
dari hasil penelitian menunjukkan 35.5 % variasi return saham dijelaskan oleh 64.5 %
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Tobin’s Q, Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Return Saham
4. Satria Wiradharma A & Luh Komang Sudjarni (2015) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah Dan Produk Domestik
Bruto Terhadap Return Saham, hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat suku bunga
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, tingkat inflasi dan nilai kurs rupiah
tidak berpengaruh terhadap return saham dan produk domestik bruto berpengaruh negatif
signifikan terhadap return saham.
5. Akbar Faoriko (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Inflasi, Suku Bunga
dan Nilai Tukar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur. Berdasarkan hasil
penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dan analisis regresi
berganda, menunjukkan bahwa
(1). Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010, hal ini ditunjukkan oleh distribusi t
hitung sebesar -8,313 > t tabel 1,9656 dengan taraf signifikansi 5% dan nilai signifikansi
(0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05).
(2).Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010, hal ini ditunjukkan oleh
distribusi t hitung sebesar -8,163 > t tabel 1,9656 dengan taraf signifikansi 5% dan nilai
signifikansi (0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05).
(3).Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010, hal ini ditunjukkan oleh
distribusi t hitung sebesar -1,347 < t tabel 1,9656 dengan taraf signifikansi 5% dan nilai
signifikansi (0,046) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05).
(4). Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-
2010. Hal ini ditunjukkan dengan distribusi F hitung sebesar 30,674 > F tabel sebesar 2,626
dan nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi.
Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini
Tabel 2.1
1. Abdul Karim - EPS (Earning Per Regresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(2015) Share) linier 1.Earning Per Share (EPS) tidak
- DER (Divident Per berganda berpengaruh
Share)
- Struktur Modal
- Profitabilitas
4.Profitabilitas berpengaruh
positif terhadap return saham
Kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan meningkatkan harga barang
dan jasa, sehingga konsumsi akan menurun. Selain itu kenaikan harga faktor produksi juga akan
meningkatkan biaya modal perusahaan. Sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak
diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh negatif dari perubahan tingkat inflasi yang tidak diantisipasi
sebelumnya terhadap Return Saham.
Menurut Cahyono (2000:117) terdapat 2 penjelasan mengapa kenaikan Suku Bunga dapat
mendorong Return Saham ke bawah. Pertama, kenaikan Suku Bunga mengubah peta hasil
investasi. Kedua, kenaikan Suku Bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi
dengan dua cara. Kenaikan Suku Bunga akan meningkatkan beban bunga emiten, sehingga
labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika Suku Bunga tinggi, biaya produksi akan
meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akan menunda
pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan perusahaan menurun.
Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan Return Saham.
Kebijakan moneter melalui peningkatan ataupun penurunan tingkat suku bunga dengan
peningkatan ataupun penurunan aktivitas ekonomi. Dalam literatur Financial Economic banyak
dibahas mengenai pengaruh perubahan pada tingkat diskonto (biaya modal) pada Return
Saham. Salah satu penyebab perubahan tingkat diskonto (biaya modal) adalah perubahan
tingkat suku bunga. Perubahan kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar modal melalui
perubahan yang terjadi pada pengeluaran konsumsi dan investasi. Penurunan pada tingkat
bunga akan mendorong pengeluaran konsumsi dan investasi yang selanjutnya akan
meningkatkan harga saham.Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Suku
Bunga berpengaruh negatif terhadap Return Saham.
Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai
kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang
diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang
sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kurs
valuta asing adalah neraca perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang
mengalami defisit cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing. Dan sebaliknya, apabila
neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan valuta asing yang
dimiliki negara terus menerus bertambah jumlahnya, nilai valuta asing akan bertambah murah.
Maka perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran
untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa jika mata uang domestik menguat terhadap valuta
asing, maka nilai ekspor produk dalam negeri menjadi lebih tinggi. Bila permintaan pasar
internasional cukup elastis, hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik,
kemudian meningkatkan harga saham. Meningkatnya harga saham ini berarti meningkatkan
Return Saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkat kurs mata uang domestik
berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Dari penjelasan sebelumnya maka yang menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini
adalah inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah sebagai variabel independen dan return saham
sebagai variabel dependen. Sehingga kerangka pikir yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Inflasi
(X 1)
Nilai Tukar
Rupiah (X3)
Gambar 2.1
Gambar 2.1
1. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2016.
2. Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2016.
3. Nilai Tukar Rupiah berpengaruh positif terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20072016.
4. Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara simultan terhadap Return
Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2016.
BAB 3
METODE PENELITIAN
1. Variabel Dependent (Y) adalah tipe variabel terikat yang dijelaskan atau
dipengaruhi variabel independen. Dalam penelitian ini variabel Dependen
adalah Return Saham pada saat penutupan akhir tahun.
2. Variabel Independen (X) atau variabel bebas merupakan variabel yang tidak
dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain (Algifari 2000:2).
1. Inflasi (X1)
Inflasi merupakan suatu tingkat inflasi yang terjadi pada penutupan tahun. Data
Inflasi merupakan data dari BPS atau dari Bank Indonesia (BI).
2. Suku Bunga (X2)
Suku Bunga merupakan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Yang terjadi pada
penutupan tahun. Data ini diperoleh dari Bank Indonesia (BI).
3. Nilai Tukar Rupiah (X3)
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS merupakan Nilai Tukar Rupiah yang terjadi
pada penutupan tahun. Data ini diperoleh dari Bank Indonesia (BI).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada LQ45 di
Bursa Efek Indonesia, kantor perwakilan Makassar. Waktu penelitian ini dimulai bulan
April sampai Juni 2018.
1. Variabel Dependent (Y) adalah tipe variabel terikat yang dijelaskan atau dipengaruhi
variabel independen. Dalam penelitian ini variabel Dependen adalah Return Saham
pada saat penutupan akhir tahun. Return realisasi merupakan Return yang telah
terjadi. Actual Return digunakan dalam dalam menganalisis data adalah hasil yang
diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham individual
periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden, dapat
ditulis dengan rumus (Jogiyanto.2010) :
Ri,t = Pi,t – Pi,t-1
Pi,t-1
Keterangan:
Ri,t = Return Saham i pada waktu t
Pi,t = Harga Saham i pada periode t
Pit-1 = Harga Saham pada i periode t-1
2. Variabel Independen (X) atau variabel bebas merupakan variabel yang tidak
dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain dengan kata lain variabel
mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini Variabel Independen/ Variabel
Bebas adalah :
a. Inflasi (X1)
Inflasi (inflation) adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Ada tiga faktor yang membentuk pengertian inflasi,
faktor tersebut meliputi kenaikan harga, berlaku secara umum, dan terjadi
(berlangsung) secara terus menerus.Faktor kenaikan harga yang dimaksud dari
kenaikan harga adalah bahwa harga saat ini lebih mahal dari harga sebelumnya.
Inflasi diukur dari Indeks Harga Konsumen di Indonesia.
b. Suku Bunga (X2)
Menurut Boediono (2011:76), Suku Bunga adalah harga dari penggunaan
dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu
indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau
menabung.(Kasmir, 2008:131), bunga bank adalah sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produkanya.
c. Nilai Tukar Rupiah (X3)
Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah
perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain.
Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang
diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yaitu 15 perusahaan yang 36 terdaftar pada
LQ45 yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia selama tahun penelitian.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2009). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling method. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2007-2016
2. Perusahaan tersebut terdaftar di LQ45 Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-
2016
3. Perusahaan tidak mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia selama dalam
kurun waktu 2007-2016
4. Mempunyai data yang dibutuhkan dalam penelitian.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
2 cara yaitu :
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat
dibedakan menjadi dokumen primer (dokumen yang ditullis oleh orang
yang langsung mengalami suatau peristiwa), dan dokumen sekunder
(jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis
oleh orang ini). Ketika menggnakan metode ini sebagai metode
pengumpulan data, maka peneliti bisa menggunakan data yang ada
dengan hanya membuat salinan atau menggandakanya.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan atau data-
data yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Metode ini
bisa dilakukan dengan cara mengkaji, mempelajari serta menelaah
berbagai macam literatur seperti buku, jurnal, koran, dan berbagai
sumber tertulis lainya yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.
Keterangan :
3.5.2 Perhitungan Realibilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability
(rliabilitas) adalah keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan
Situnjak (2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk
memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat
pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya
dilapangan. Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala
bertingkat. Rumus Alpha Cronbach sevagai berikut :
Keterengan :
Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara
konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai
berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka
reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50
maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak
reliabel.