LK Stase Persalinan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KASUS

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


DI TPMB HJ. MARTINI BOER,S.SIT

Oleh:

REVI RAHMA YANTI


2423067

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
FAKULTAS KESEHATAN DAN SAINS UNIVERSITAS
MERCUBAKTIJAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Asuhan

Persalinan Normal (APN). Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek

profesi dengan harapan dapat memperdalam wawasan keilmuwan mahasiswa

Program Studi Kebidanan Program sarjana dan Program Pendidikan Profesi

Universitas Mercubaktijaya Padang.

Penyelesaian laporan ini penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan,

arahan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Ibu Desi Wildayani,Bd.,M.Keb sebagai dosen pembimbing klinik yang telah

mengarahkan dan memberikan masukan sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini.

2. Ibu Desi Wildayani,Bd.,M.Keb sebagai Ketua Program Studi Kebidanan

Program Sarjana dan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program

Profesi Universitas Mercubaktijaya Padang.

3. Ibu Zulfita, S.Si.T., M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan Sains

Universitas MERCUBAKTIJAYA

4. Ibu Ises Reni, SKp, M.Kep sebagai Rektor Universitas Mercubaktijaya

Padang.
5. Bapak Jasmarizal, SKp, MARS sebagai Ketua Pengurus Yayasan

MERCUBAKTIJAYA Padang.

6. Ibu Hj. Martini Boer S.SIT sebagai pimpinan klinik bersalin siti aminah

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan laporan ini.

Padang, Juli 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Persalinan Normal ............................................ 5


1. Perngertian ............................................................................... 5
2. Tujuan Persalinan Normal ........................................................ 6
3. Sebab-sebab Persalinan ............................................................ 6
4. Tanda-tanda Persalinan ............................................................ 8
5. Tahapan Persalinan .................................................................. 9
6. Mekanisme Persalinan Normal ................................................ 23
7. Kebutuhan Dasar Ibnu Bersalin ............................................... 24
2.2 Konsep Teori Asuhan Kebidanan ............................................ 32
1. Manajemen Kebidanan Varney................................................. 32
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan ................................ 32

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian Pada Ibu Bersalin ................................................... 36


3.2 Pendokumentasian SOAP ........................................................ 42

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Data Subjektif ........................................................................... 54


4.2 Data Objektif ............................................................................ 56
4.3 Assesment ................................................................................ 60
4.4 Planning .................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan

kesehatan. Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal

dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada

komplikasi (Purwandari, 2014). Persalinan adalah proses dimana bayi, Plasenta, dan

selaput ketuban keluar dari uterus ibu bersalin. Persalinan yang normal terjadi pada

usia kehamilan cukup bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa

penyulit. Pada akhir kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi

proses persalinan. Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses persiapan

menghadapi kehidupan di luar Rahim. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi

dan menyebabkan perubahan pada serviks yang membuka dan menipis dan berakhir

dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara lengkap Pengalaman persalinan bisa

dialami oleh ibu pertama kali (primi), maupun kedua atau lebih (multi). (Fauziah,

2018).

Asuhan Persalinan Normal adalah penatalaksanaan ibu bersalin secara bersih

aman dengan penanganan proaktif dalam persiapan dan pencegahan infeksi.

Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan infeksi secara proaktif selama dan

pasca persalinan terbukti mampu mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu

bersalin dan bayi baru lahir. Asuhan Persalinan Normal (APN) sebagai paradigma
baru pada pertolongan persalinan sangat memberi manfaat kepada ibu karena didasari

oleh langkah-langkah standar kerja (Chalida, 2017).

Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang

terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang dinginkan

(optimal). Melalui pendekatan ini maka setiap intervensi yang diaplikasikan dalam

Asuhan Persalinan Normal (APN) harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang

kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses

persalinan (JNPK-KR, 2008).

Teknik asuhan persalinan normal tidak ada yang khusus, karena persalinan

terjadi secara spontan tanpa bantuan alat. Tenaga kesehatan membantu pasien yang

akan melahirkan sesuai dengan tahap kala persalinan. Tenaga kesehatan harus

memastikan asuhan persalinan normal terjadi secara bersih dan aman (Meliyana,

2021). Penatalaksanaan persalinan normal tiap kala berbeda dan berfokus pada proses

yaitu Kala I dilakukan Asuhan sayang ibu, Kala II Asuhan Persalinan dengan bersih

dan aman, kemudian dilakukan Manajemen Aktif Kala III, dan secara intensif

dilakukan pengawasan pada Kala IV dengan monitoring kontraksi rahim dan

perdarahan. Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal (APN) menekankan pada

persiapan ibu dengan pendekatan sayang ibu, pertolongan ibu, dan pertolongan

kelahiran bayi (Chalida, 2017).

Salah satu dampak dari ketidakpatuhan dalam menerapkan Asuhan Persalinan

Normal (APN) tidak terpenuhnya rasa nyaman ibu dalam proses persalinan, ketika
seorang ibu mengalami persalinan lama terkadang penolong tidak mempunyai

kesabaran sehingga melakukan tindakan episiotomi yang sebenarnya tidak perlu

dilakukan, hal ini tidak sesuai dengan asuhan sayang ibu yang termasuk dalam Lima

Benang Merah (Membuat Keputusan Klinik, Asuhan Sayang Ibu dan Bayi,

Pencegahan Infeksi, Pencatatan Asuhan Persalinan serta Rujukan) sebagai aplikasi

dari Asuhan Persalinan Normal (APN), asuhan yang diberikan pada ibu secara

normal dan intervensi seminimal mungkin (Fauziah, 2018) selain itu juga dapat

terjadi Distosia bahu, Atonia Uteri, Laserasi jalan lahir, Partus Lama, Retensio

Plasenta, Perdarahan, dan Asfiksia pada bayi.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat Laporan Pendahuluan Asuhan

Persalinan Normal (APN)”, dengan harapan laporan ini dapat menjadi tahapan untuk

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil secara komprehensif sehingga

komplikasi dapat dihindari.

1.2 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Persalinan Normal (APN).

1.3 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu :

1. Menjelasakan konsep dasar Asuhan Persalinan Normal (APN).

2. Menjelasakan konsep dasar teori asuhan kebidanan

3. Mengidentifikasikan data subjektif dan objektif pada ibu bersalin


4. Melakukan interprestasi data (Diagnosa/masalah dan kebutuhan) pada ibu

bersalin.

5. Menentukan diagnosa/maslah potensial pada ibu bersalin.

6. Mengetahui kebutuhan segera pada ibu bersalin

7. Menyusun rencana tindakan kebidanan pada ibu bersalin

8. Melakukan tindakan kebidanan pada ibu bersalin.

9. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

10. Mengetahui kesenjangan antara teori dan kasus.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Profesi

Bagi profesi kebidanan dapat terus menerapkan dan meningkatkan

peran, fungsi dan tanggung jawab dalam bentuk asuhan kebidanan pada ibu

bersalin.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Laporan ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu dalam

asuhan kebidanan dalam persalinan normal, dan dapat digunakan sebagai

bahan masukan dan referensi bagi mahasiswa lain di institusi pendidikan.

1.4.3 Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta meningkatkan

keterampilan dalam pelayanan asuhan kebidanan dalam persalinan normal


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Persalinan Normal

1. Pengertian Persalinan Normal

Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, dimana janin dilahirkan secara spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Herinawati, 2019). Persalinan

adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus

ibu. Persalinan dikatakan normal jika proses terjadinya pada kehamilan usia

37-40 minggu tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2017).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang

nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk

melahirkan bayi (Walyani & Purwoastuti, 2016).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina

secara spontan (Manuaba, 1998; Wiknjosastro dkk, 2005). Pada akhir

kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul

kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan (Guyton & Hall, 2002).
Sedangkan menurut Saifuddin (2007), Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

2. Tujuan Persalinan Normal

Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

upaya yang terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi yang seminimal

mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang dinginkan (optimal). Melalui pendekatan ini maka setiap

intervensi yang diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) harus

mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi

tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (JNPK-KR, 2008).

3. Sebab-Sebab Persalinan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya

persalinan:

a. Teori Penurunan Progesteron

Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar

estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua hormon ini

terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai (Wiknjosastro dkk,

2005). Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin.


Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu menyebabkan otot

rahim mulai kontraksi.

b. Teori Oksitosin

Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam

otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan

menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan

pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus.

c. Teori Keregangan Otot Rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang

dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami

degenerasi (Wiknjosastro dkk, 2005). Otot rahim mempunyai kemampuan

meregang sampai batas tertentu. Apabila batas tersebut sudah terlewati,

maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

d. Teori Prostaglandin

Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua dari

minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat hingga ke waktu

partus (Wiknjosastro dkk, 2005). Diperkirakan terjadinya penurunan

progesteron dapat memicu interleukin-1 untuk dapat melakukan

“hidrolisis gliserofosfolipid”, sehingga terjadi pelepasan dari asam

arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2 dan PGF2 alfa. Terbukti pula

bahwa saat mulainya persalinan, terdapat penimbunan dalam jumlah besar

asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Di samping itu,


terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium, desidua, dan korion

leave. Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi,

bila diberikan dalam bentuk infus, per os, atau secara intravaginal

(Manuaba, 1998).

e. Teori Janin

Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang

menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai tanda

bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum diketahui

secara pasti.

f. Teori Berkurangnya Nutrisi

Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh Hippocrates

untuk pertama kalinya (Wiknjosastro dkk, 2005). Hasil konsepsi akan

segera dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang.

g. Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron

sehingga timbul kontraksi rahim.

4. Tanda – Tanda Persalinan

a. Lightening

Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul,

masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul di rasakan ibu hamil terasa
ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang, di bagian bawah terasa

sesak, terjadi kesulitan saat berjalan, dan sering miksi. Pada multipara

kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan

(Lailiyana et al, 2012).

b. His Persalinan

Sifat his persalinan meliputi pinggang terasa sakit yang menjalar ke

depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, kekuatan makin besar,

mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas,

kekuatan makin bertambah (Lailiyana et al, 2012).

c. Pengeluaran Lendir dan Darah

Terjadinya his persalinan mengakibatkan perubahan pada serviks

yang menyebabkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, dan terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah (Lailiyana et al, 2012).

d. Pengeluaran Cairan Ketuban

Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap,

dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu

24 jam (Lailiyana et al, 2012).

5. Tahapan Persalinan

a. Kala I

Kala I atau kala pembukaan berlangsung dari pembukaan (0 cm) sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Kala I untuk primigravida berlangsung 12

jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam (Jannah, 2015).


Kala I (pembukaan) dibagi menjadi dua fase, yakni :

1) Fase Laten

a) Pembukaan serviks berlangsung lambat

b) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm

c) Berlangsung dalam 7-8 jam

2) Fase Aktif

Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :

a) Periode akselerasi, yakni berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap (Jannah, 2015).

Pada kala ini kita akan melakukan pemantauan persalinan

dengan menggunakan patograf.

1) Pengertian partograf

Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan

observasi anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam

persalinan, dan sangat penting khususnya untuk membuat

keputusan klinik selama kala I persalinan (Jannah, 2015:60).

2) Tujuan partograf

Tujuan utama penggunaan partograf adalah mengamati dan

mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan


menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam dan

menentukan normal atau tidaknya persalinan serta mendeteksi

dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi

dini mengenai kemungkinan persalinan lama (Jannah, 2015:

60).

3) Pencatatan selama Kala I persalinan

Menurut (Jannah, 2015) pencatatan selama Kala I persalinan

terdiri dari :

a) Pencatatan selama fase laten

Fase laten ditandai dengan pembukaan serviks 1-3 cm.

Selama fase laten persalinan. Semua asuhan, pengamatan,

dan pemeriksaan harus dicatat terpisah dari partograf, yaitu

pada catatan atau kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil.

Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat

catatan selama fase laten persalinan dan semua asuhan serta

intervensi harus dicatat.

Waktu penilaian, kondisi ibu, dan kondisi janin pada

fase laten meliputi :

(1) Denyut jantung janin, frekuensi dan lama kontraksi

uterus, nadi setiap 1 jam.

(2) Pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan darah,

dan suhu setiap 4 jam.

(3) Produksi urine, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam.


Apabila ditemui tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan

bayi harus lebih sering dilakukan.

b) Pencatatan selama fase aktif

Fase aktif ditandai dengan pembukaan serviks 4-10 cm.

Selama fase aktif persalinan, pencatatan hasil observasi dan

pemeriksaan fisik dimasukkan ke dalam partograf.

Pencatatan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

(1) Informasi tentang ibu

Nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan medis

atau nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat,

waktu pecah selaput ketuban.

(2) Kondisi janin

Denyut jantung janin setiap 30 menit, warna dan adanya

air ketuban, dan penyusupan (molase) kepala janin.

(3) Kemajuan persalinan

Pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan bagian

terbawah janin atau presentasi janin, garis waspada.

(4) Jam dan waktu

Waktu mulai fase aktif persalinan dan waktu aktual saat

pemeriksaan atau penilaian

(5) Kontraksi uterus

Frekuensi dan lamanya

(6) Obat dan cairan yang diberikan


Oksitosin, obat lainnya dan cairan IV yang diberikan

(7) Kondisi ibu

Nadi, tekanan darah, temperatur tubuh, dan Urine

(volume, aseton atau protein)

(8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.

4) Pencatatan Temuan Pada Partograf

Menurut Jannah (2015). Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai

dan dicatat dengan seksama yaitu :

a) Denyut jantung janin

Menilai dan mencatat setiap 30 menit (lebih sering, jika ada

tanda gawat janin. Kisaran normal DJJ terpajan pada partograf

di antara garis tebal angka 180 dan 100. Akan tetapi, penolong

harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.

b) Warna dan adanya air ketuban

Air ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan dalam,

selain warna air ketuban, jika pecah. Catat temuan dalam kotak

yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan lambang berikut :

U Ketuban utuh (belum pecah)

J Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

D Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)


c) Molase (penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh

kapala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras

panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup

menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul

(cephalopelvic disproportionate, CPD). Nilai penyusupan

kepala janin dengan menggunakan lambang berikut ini.

0 Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi.

1 Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, namun

masih dapat dipisahkan.

3 Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan

d) Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur pada partograf adalah pencatatan kemajuan

persalinan. Angka 0-10 pada tepi kolom paling kiri adalah

besarnya dilatasi serviks. Skala angka 1-5 juga menunjukkan

seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian

ini menyatakan waktu 30 menit.

e) Pembukaan serviks

Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4

jam (lebih sering, jika terdapat tanda penyulit). Beri tanda


untuk temuan pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali

selama fase aktif persalinan di garis waspada.

f) Penurunan bagian terbawah atau persentasi janin.

Penurunan kepala bayi harus selalu diperiksa dengan

memeriksa perut ibu sesaat sebelum periksa dalam dengan

ukuran perlimaan di atas pintu atas panggul (PAP). Beri tanda

“o” pada garis waktu yang sesuai pada garis tidak terputus dari

0-5 yang tertera di sisi yang sama dengan pembukaan serviks.

g) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir pada titik dengan pembukaan lengkap yang

diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Apabila

pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada,

penyulit yang ada harus dipertimbangkan (fase aktif

memanjang, macet, dll.)

h) Jam dan waktu

(1) Waktu mulai fase aktif persalinan. Bagian bawah partograf

(pemeriksaan serviks dan penurunan kepala janin) tertera

kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak

menyatakan waktu satu jam sejak dimulai fase aktif

persalinan.

(2) Waktu aktual saat pemeriksaan silakukan. Setiap kotak

menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua


kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya

atau lajur kontraksi di bawahnya.saat ibu masuk dalam fase

aktif persalinanm catatkan pembukaan serviks di garis

waspada.

i) Kontraksi uterus

Terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi setiap 10

menit” disebelah luar kolom paling kiri di bawah lajur waktu

partograf. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30

menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan

lama satuan detik >40 detik.

j) Obat dan cairan yang diberikan

Oksitosin, obat lain dan cairan IV.

k) Kesehatan dan kenyamanan ibu

(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Catat dan nilai

nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri

tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai . nilai tekanan

darah ibu dan catat setiap 4 jam selama fase aktif

persalinan. Nilai dan catat juga temperatur tubuh ibu setiap

2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

(2) Volume urine, protein atau aseton. Ukur dan catat jumlah

produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam. Apabila

memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan aseton atau protein dalam urine.


l) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan keputusan

klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah

tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan

waktu saat membuat catatan persalinan.

5) Pencatatan pada lembar belakang partograf

a) Data atau informasi umum

b) Kala I-IV

b. Kala II

Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2016) pada kala II ini memiliki

ciri khas , yaitu :

1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit

sekali

2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin mengejan

3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB

4) Anus membuka

Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :

1) Primipara kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam

2) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam


Perubahan Fisiologis Kala II, yakni :

1) Kontraksi Uterus

Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus di perhatikan

adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik, kekuatan

kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan

mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam,

interval antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2

menit (Walyani & Purwoastuti, 2016).

2) Perubahan Uterus

Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas,

dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang

peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan

majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu

kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan

SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan

pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan karena

regangan), dengan kata lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi

dan dilatasi (Walyani & Purwoastuti, 2016).

3) Perubahan Serviks

Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan

lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio,

Segmen Bawah Rahim (SBR), dan serviks (Walyani & Purwoastuti,

2016).
4) Perubahan Vagina dan Dasar Panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi

perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh

bagian denpan janin sehingga menjadi saluran yang dinding-

dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva,

lubang vulva menghadap ke depan atas dan anus, menjadi terbuka,

perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak

pada vulva (Walyani & Purwoastuti, 2016).

c. Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sedikit di

atas pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta akan lepas

dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar secara spontan

atau dengan tekanan pada fundus uteri (Lailiyana et al, 2012).

1) Fisiologi Kala III

Terbagi dalam dua tahap pada kelahiran plasenta, yaitu terlepasnya

plasenta dari implantasinya pada dinding uterus dan pengeluaran

plasenta dari dalam kavum uteri. Setelah bayi lahir, uterus masih

mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan

kavum uteri tempat implantasi plasenta. Oleh karena tempat

implantasi plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal,

kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta


akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina

(Lailiyana et al, 2012).

2) Tanda-tanda lepasnya plasenta

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

b) Tali pusat memanjang

c) Semburan darah tiba-tiba (Lailiyana et al, 2012).

3) Metode pelepasan plasenta

a) Metode Ekspulsi Schultze

Pelepasan ini dapat di mulai dari tengah atau dari pinggir

plasenta, ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari

vagina tanpa adanya perdarahan per vaginam (Walyani &

Purwoastuti, 2016).

b) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan

Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta

mulai terlepas, umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml lebih

besar kemungkinan pada implantasi lateral (Walyani &

Purwoastuti, 2016).

4) Cara pengecekan plasenta

a) Perasat Kustner

Tali pusat diregangkan atau ditarik sedikit, tangan ditekankan

diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali, berarti plasenta

belum lepas (Lailiyana et al, 2012).


b) Perasat Strassman

Tali pusat diregangkan, ditarik sedikit sambil tangan mengetok-

ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang

diregangkan, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus

(Lailiyana et al, 2012).

c) Perasat Klein

Pasien diminta mengedan, sehingga tali pusat ikut turun atau

memanjang. Bila pengedanan dihentikan dan tali pusat masuk

kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari

dinding uterus (Lailiyana et al, 2012).

5) Manajemen Aktif Kala III

a) Pemberian suntikan oksitosin

b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali

c) Pemijatan atau masase fundus uteri (Lailiyana et al, 2012).

d. Kala IV

1) Fisiologi kala IV

Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan dua jam

sesudahnya, hal-hal yang perlu diperhatikan pada kala IV adalah

kontraksi uterus sampai uterus kembali ke bentuk normal. Uterus

dapat dirangsang untuk berkontraksi dengan baik dan kuat melalui

massase atau rangsang taktil, kelahiran plasenta yang lengkap perlu

juga dipastikan untuk menjamin tidak terjadi perdarhan lanjut

(Jannah, 2015).
2) Pemantauan dan Evaluasi Lanjut

1. Tanda Vital

Tanda syok pada ibu harus diperhatikan seperti nadi cepat dan

lemah (110 kali/menit), tekanan darah rendah sistolik kurang dari

90 mmHg, dan pemantauan suhu tubuh perlu dilakukan untuk

mencurigai terjadinya infeksi (Jannah, 2015).

2. Kontraksi Uterus

Kontraksi uterus yang baik adalah uterus teraba keras dan tinggi

fundus uteri berada 1-2 jari di bawah pusat setelah melahirkan,

pemeriksaan kontraksi dilakukan 15 menit pada satu jam

pertama pascapartum dan 30 menit satu jam kedua pascapartum

(Jannah, 2015).

3. Kandung Kemih

Kandung kemih harus terus dalam keadaan kosong, karena

kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi

maksimal sehingga perdarahan dapat terjadi. Pemantauan

kontraksi selama satu jam pertama dilakukan empat kali dalam

15 menit, dan dua kali selama 30 detik pada jam kedua (Jannah,

2015).
6. Mekanisme Persalinan Normal

a. Penurunan Kepala

Pada primipara kepala janin turun ke rongga panggul/masuk ke

PAP pada akhir minggu 36 kehamilan, sedangkan pada multipara terjadi

saat mulainya persalinan. Penurunan kepala janin terjadi selama

persalinan karena daya dorong dari kontraksi dan posisi serta peneranan

(selama kala dua) oleh ibu. Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan

pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul

ibu.

Sinklitismus adalah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus

dengan bidang PAP (sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir

atau PAP). Asinklitismus adalah bila arah sumbu kepala janin miring

dengan bidang PAP (sutura sagitalis mendekati promontorium atau

simfisis pubis) (Lailiyana et al, 2012).

b. Fleksi

Semakin turun ke rongga panggul, kepala janin semakin fleksi,

sehingga mencapai fleksi maksimal (biasanya di Hodge III) dengan

ukuran diameter kepala janin yang terkecil, yaitu diameter suboksipito

bregmatika (9,5 cm). Melalui fleksi ini, diameter terkecil dari kepala

janin dapat masuk ke dalam panggul dan terus menuju dasar panggul

(Lailiyana et al, 2012).


Gambar 1.1
Mekanisme Persalinan Normal

c. Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam adalah pemutaran ubun-ubun kecil (UUK)

dari bagian depan yang menyebabkan bagian terendah dari bagian depan

janin memutar ke arah depan ke bawah simfisis. Pada presentasi

belakang, kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan

bagian tersebut akan memutar ke depan, ke arah simfisis. Rotasi dalam

penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan


usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir

(Jannah, 2015).

d. Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai didasar panggul dan UUK berada di

bawah simfisis sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan

defleksi atau ekstensi untuk dapat dilahirkan, maka lahirlah berturut-

turut UUB, dahi, muka, dan dagu (Lailiyana et al, 2012).

e. Putaran paksi luar

Kepala yang telah lahir selanjutnya mengalami putaran paksi luar,

yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggungnya untuk

menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.

Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring dan akan menyesuaikan diri

dengan bentuk panggul yang dilaluinya di dalam rongga panggul.

Dengan demikian, setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran

paksi dalam di dasar panggul dan ukuran bahu menempatkan diri dalam

diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul (Jannah, 2015).

f. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis

dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua

bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan

sumbu jalan lahir (Jannah, 2015).


7. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

a. Dukungan fisik dan psikologis

Ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan menurut

Lesse dan Keane ialah :

1) Asuhan fisik dan psikologis

2) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

3) Pengurangan rasa sakit

4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya

5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

(Walyani & Purwoastuti, 2016).

b. Kebutuhan Makanan dan Cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, oleh

karena makan padat lebih lama tinggal dalam lambung dari pada

makanan cair, sehingga proses pencernaan lebih lambat selama

persalinan. Pasien dapat diberikan banyak minum segar (jus buah, sup)

selama persalinan (Walyani & Purwoastuti, 2016).

c. Kebutuhan Eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses

persalinan, bila pasien mengatakan ingin BAB bidan harus memastikan

kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk pada kala II (Walyani &

Purwoastuti, 2016).
d. Posisi dalam persalinan

Beberapa posisi dalam bersalin menurut Kuswanti & Melina

(2014) :

1) Posisi berbaring miring

Gambar 2
Posisi Berbaring Miring

Keuntungan posisi berbaring miring yaitu kontraksi uterus

lebih efektif, memudahkan bidan dalam memberikan pertolongan

persalinan, karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan akan

berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung

lebih nyaman. Sedangkan kerugian posisi ini adalah memerlukan

bantuan untuk memegangi paha kanan ibu.

2) Jongkok

Keuntungan dari posisi jongkok dalam persalinan yakni

memperluas rongga panggul, diameter transversa bertambah 1 cm

dan diameter anteroposterior bertambah 2 cm. Proses persalinan

lebih mudah, serta mengurangi trauma pada perineum. Sedangkan


kerugian dari posisi ini yakni memungkinkan timbul cedera pada

kepala bayi, karena tubuh bayi yang berada di jalan lahir bisa

meluncur dengan cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya ibu

berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala.

Gambar 3
Posisi Jongkok dan Berdiri

3) Posisi merangkak

Gambar 4
Posisi Merangkak

Keuntungan dari posisi merangkak yakni posisi paling baik

bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan,

mengurangi rasa sakit serta mengurangi keluhan hemoroid.


4) Duduk

Gambar 5
Posisi Duduk

Keuntungan posisi ini yakni memanfaatkan gaya gravitasi

untuk membantu turunnya bayi, memberi kesempatan untuk istirahat

di antara dua kontraksi, serta memudahkan melahirkan kepala bayi.

Mengapa tidak boleh bersalin dalam posisi terlentang atau

lithotomi :

a) Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan

pada vena kava inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan ibu

pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi

b) Dapat menambah rasa sakit

c) Bisa memperlama proses persalinan

d) Lebih sulit bagi ibu ntuk melakukan pernafasan

e) Membuat buang air lebih sulit


f) Membatasi pergerakan ibu

g) Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya

h) Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit

i) Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum

j) Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung

(Walyani & Purwoastuti, 2016).

e. Pengurangan Rasa Nyeri

Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut

Varney’s Midwifery (Walyani & Purwoastuti, 2016) :

1) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan

2) Pengaturan posisi

3) Relaksasi dan latihan pernafasan

4) Istirahat dan priivasi

5) Penjelasan mengenai proses atau kemajuan atau prosedur yang akan

dilakukan

6) Asuhan diri

7) Sentuhan dan masase

8) Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament

sacroiliaka

9) Pijatan ganda pada pinggul

10) Penekanan pada lutut

11) Kompres hangat dan kompres dingin


12) Berendam

13) Pengeluaran suara

14) Visualisasi dan pemusatan perhatian

15) Musik

2.2 Konsep Teori Asuhan Kebidanan

1. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney

Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, dimulai dari

pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Mufdlilah, dkk 2012).

2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan

Proses Manajemen terdiri dari 7 langkah yaitu :

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien

secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain :

1) Keluhan klien

2) Riwayat kesehatan klien

3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan

4) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya


5) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal

secara lengkap.

b. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, dilakukan identifisikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang

spesifik.

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Langkah ketiga mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan bidan mengamati klien diharapkan

bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi

(Mufdlilah, dkk 2012). Pada kasus ini masalah potensial yang mungkin

terjadi adalah perdarahan.

d. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera

Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara


menunggu instruksi dokter. Sehingga bidan perlu mengevaluasi situasi

pasien untuk menentukan asuhan yang paling tepat (Mufdlilah, dkk 2012).

e. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Komprehensif atau Menyeluruh

Pada langkah ini, semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan

suatu asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar.

Berdasarkan pengetahuan, teori yang up to date serta divalidasikan dengan

asumsi mengenai apa yang diinginkan wanita tersebut dan apa yang tidak

diinginkan (Mufdlilah, dkk 2012).

f. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke 5 dilakukan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi

oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar

terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan

keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami

komplikasi, serta bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya

rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut (Mufdlilah, dkk 2012).

g. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah


diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dianggap

efektif, jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Mufdlilah, dkk

2012).
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN PADA IBU BERSALIN


Nama Mahasiswa : Revi Rahma Yanti
NIM : 2423067
Tanggal pengkajian : 01 Juli 2024
Tempat : Pmb Martini Boer

DATA SUBJEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama Klien : Ny. N
Umur : 23 Tahun
Suku / Bangsa : Minang
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat rumah : Jl. Belanti Raya
Nama Suami : Tn. A
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1

B. Data Kesehatan Umum


1. Keluhan utama :
Sakit pinggang menjalar ke ari ari & keluar air air
2. Penyakit yang diderita saat ini :
Tidak ada
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 13Tahun
b. Haid : 5 Hari
c. Siklus : 28 Hari
d. Dismenorhoe : Tidak ada
e. Warna : Merah pekat
f. Bentuk perdarahan/ Haid : Cair
g. Bau darah : Amis
4. Ruwayat kesehatan dahulu :
Tidak ada riwayat penyakit
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit keturunan
Riwayat perkawinan : 1 kali
6. Riwayat alergi :Tidak ada alergi obat atau makanan
7. Diet khusus :Tidak ada
8. Kebiasaan tidur :+ 8 jam tidur malam
9. Frekuensi / masalah BAB/BAK :Tidak ada

DATA OBSTETRI
C. Data Umum Kebidanan
1. Kehamilan sekarang direncanakan : Ya
2. Status Obstetri : G1P0A0H0
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tgl Usia Jenis Tempat Komplikasi Penolong Bayi Nifas
lahir kehamilan persalinan persalinan Ibu Bayi PB/BB/JK Keadaan Lochea Laktasi

1. Ini

4. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan


No Jenis Kontrasepsi Tanggal Oleh Tempat Keluhan Berhenti / ganti cara
Tanggal Oleh Tempat Alasan

5. Riwayat kehamilan sekarang


a. Hari pertama haid terakhir :
b. Taksiran persalinan :
c. Keluhan-keluhan kehamilan :
Trimester Masalah/ keluhan Tindakan/therapy
Trimester I
Trimester II
Trimester III

d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Ada


e. Riwayat ANC
Jumlah kunjungan selama hamil : 6 kali
Tempat pelayanan : TPMB
Mengikuti kelas ibu : Tidak ada
6. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
7. Riwayat operasi : Tidak ada

DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Compos Mentis
b. Berat badan sebelum hamil : Kg
c. Berat badan setelah hamil : Kg
d. Tinggi badan : Cm
e. Lingkar lengan atas : Cm

2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/60 mmHg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Pernafasan : 20 kali/menit
d. Suhu : 36,5 0C

3) Pemeriksaan fisik
a. Wajah : Tidak ada oedema
b. Cloasma gravidarum : Tidak ada
c. Kelopak mata : Tidak oedema
d. Konjungtiva : merah muda
e. Sklera : tidak ada
f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar

4) Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
 Linea alba : Tidak ada
 Striae albicans : Tidak ada
 Striae livide : Tidak ada
 Bekas luka operasi : Tidak ada
b. Pembesaran perut : Sesuai usia kehamilan
c. Gerakan anak : ada
d. Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan Px & Pusat, bagian fundus teraba lunak,
tidak melenting
Leopold II : pada perut sebelah kanan ibu teraba memanjang keras, ada
tahanan yaitu punggung janin, pada bagian kiri terab
bagian-bagian kecil tidak merata adalah ekstermitas janin
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, kemungkinan
kepala janin dan tidak bisa digoyangkan kepala sudah
masuk panggul.
Leopold IV : bagian bawah janin yaitu kepala belum masuk pintu atas
panggul (PAP)/ Divergen
TFU : 31 cm
Massa lain : Tidak ada
Perlimaan : 3/5

His
a. Frekuensi : 4 kali 10 menit
b. Durasi : 45 detik
c. Interval : + 2,5 menit
d. Kekuatan : Sedang

e. Auskultasi
Frekuensi DJJ : Positif
Puctum Maksimum: dibawah pusat sebelah kanan perut

5) Pemeriksaan dalam
a. Indikasi VT :ibu datang pertama kali mengatakan telah keluar air-air
b. Pembukaan : 4-5 cm
c. Portio : menipis
d. Ketuban : (+)
e. Presentasi : Belakang kepala
f. Posisi :-
g. Penurunan : Hodge 2
h. Bagian terkemuka : Tidak ada
i. Moulage :-

6) Pemeriksaan Panggul dalam


Diperiksa/ Tidak : Tidak
Promotorium : Tidak dilakukan
Linea Innominata : Tidak dilakukan
Dinding samping panggul : Tidak dilakukan
Sakrum : Tidak dilakukan
Spina Ischiadica : Tidak dilakukan
Coccigeus : Tidak dilakukan
Arcus Pubis : Tidak dilakukan
Distantia Inter Tuberum : Tidak dilakukan
Kesan panggul dalam : Tidak dilakukan

7) Ekstremitas atas dan bawah


Oedema tangan dan jari : Tidak ada
Oedema tibia/ kaki : Tidak ada
Betis merah/ lembek/ keras : Tidak ada
Varises tungkai : Tidak ada
Refleks : Positif
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
HB : Tanggal Pemeriksaan :
Protein urine : Tanggal Pemeriksaan :
Glukosa urine : Tanggal Pemeriksaan :
3.2 Pendokumentasian SOAP

ASUHAN PERSALINAN PADA NY.N G1P0A0H0 USIA KEHAMILAN 38-39 MINGGU DI…..TGL 3 MEI 2023

1. KALA I
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSEMENT PLANNING
Tanggal : 01 Juli 2024 Pemeriksaan fisik NY “N” G1P0A0H0 Inpartu 1. Memberitahu ibu tentang
Pukul : WIB TD : 110/60 mmHg kala 1 fase aktif akselerasi, perkembangan dan kemajuan
1) Ibu mengatakan N : 80 x/menit usia kehamilan 38-39 persalinan.
sakit mengatakan P : 20 minggu , janin hidup, tunggal, E: ibu mengerti dengan hal
sakit pinggang S : 36,50C intrauterin, ku ibu dan janin yang disampaikan
menjalar ke ari ari TP : baik.
dan Keluar lendir Lila : 2. Menganjurkan ibu untuk tetap
bercampur darah TB: Masalah : Tidak ada memenuhi kebutuhan cairan
sejak tgl 01 Juli Inspeksi dan nutrisi ibu. Membantu
2024 jam WIB 1. Mata Kebutuhan : mengatur aktivitas dan posisi
sclera tidak ikterik, 1. Informasi mengenai hasil ibu
HPHT : konjungtiva tidak pucat. pemeriksaan E: Ibu bersedia untuk makan
2. Muka tidak ada oedema 2. Anjuran untuk mobilisasi dan minum sebagai upaya
3. Abdomen 3. Anjuran untuk persiapan kelahiran bayi.
a. Leopold I : TFU memenuhi nutrisi
pertengahan Px & 4. Informasi mengenai 3. Membantu mengatur aktivitas
Pusat, bagian fundus asuhan & pemantauan dan posisi ibu dan berjalan
teraba lunak, tidak atau berbaring dalam posisi
melenting Masalah potensial: Tidak ada miring kiri
Leopold II : pada perut E: Ibu memilih untuk jalan-
sebelah kanan ibu 5. Tindakan segera : jalan, duduk di birth ball
teraba memanjang Informasi mengenai terlebih dahulu, lalu berbaring
keras, ada tahanan kemajuan persalinan dengan posisi miring ke kiri.
yaitu punggung janin,
pada bagian kiri terab 4. Memfasilitasi ibu untuk
bagian-bagian kecil buang air kecil.
tidak merata adalah Menghadirkan pendamping
ekstermitas janin ibu seperti suami maupun
Leopold III : anggota keluarga selama
Bagian bawah perut proses persalinan.
ibu teraba bulat, E: Ibu bersedia untuk buang
keras, kemungkinan air kecil secara mandiri dan
kepala janin dan tidak sudah 1 kali ke kamar mandi.
bisa digoyangkan Suami ibu dan anggota
kepala sudah masuk keluarga mendampingi ibu
panggul. selama proses persalinan
Leopold IV :
bagian bawah janin 5. Melakukan pemantauan
yaitu kepala belum dengan partograf, untuk
masuk pintu atas memantau kemajuan
panggul (PAP)/ persalinan, TD 110/60mmHg,
Divergen N 80x/menit, air ketuban
4. TFU : 31 cm jernih, DJJ 130x/ menit,
5. Massa lain : Tidak ada pembukaan 5 cm, his 4 x10
6. Perlimaan : 3/5 menit, kekuatan sedang.
7. His E: Pemantauan telah
a. Frekuensi : 4 kali 10 dilakukan dan hasil
menit pemeriksaan terlampir dalam
b. Durasi : 45 detik partograf
c. Interval: + 2,5 menit
d. Kekuatan : Sedang
8. Auskultasi 6. Menyiapkan alat-alat partus,
a. DJJ : Positif alat resusitasi, kelengkapan
b. Frekuensi: 120 bayi dan obat-obat esensial
b. kali/menit untuk pertolongan persalinan
a. Irama: Teratur E: alat dan obat-obatan sudah
b. Kekuatan : Kuat disiapkan
9. Pemeriksaan Dalam
a. Pembukaan : 4-5 cm
b. Portio : Menipis
c. Ketuban : positif
d. Presentasi : Belakang
Kepala
e. Penurunan : Hodge II
f. Ekstremitas atas dan
bawah tidak ada
oedema dan tidak ada
varises

2. KALA II
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSEMENT PLANNING
Tanggal : 3 Mei 2024 Pemeriksaan KU: baik Ibu inpartu kala II, KU ibu 1. Pada jam 14.20 2 orang bidan
Pukul : WIB Kesadaran:Composmentis dan janin baik. dan 1 mahasiswa melakukan
Pemeriksaan fisik pertolongan persalinan kala
Ibu mengatakan rasa TD: 120/80 mmHg Informasi hasil pemeriksaan II, Bidan Menjelaskan kepada
mules-mulesnya N: 80x/menit Atur posisi dan pimpin ibu dan keluarga bahwa
semakin sering, ibu R: 20x/menit meneran pembukaan sudah lengkap
mengatakan ada rasa S: 36,50C ketuban sudah pecah sudah
ingin meneran dan rasa HIS ada tanda-tanda kala ll seperti
ingin BAB Frekuensi: 5 X 10 menit vulva membuka dan
Durasi : 75 detik perenium menonjol, KU ibu
Interval: 2 menit dan janin baik dan sebentar
Kekuatan: kuat lagi ibu akan melahirkan
DJJ: 142 x/ menit E: ibu dan keluarga mengerti
Inspeksi dengan hasil pemeriksaan
Vulva membuka,
perenium menonjol, dan 2. Pada jam 14.15 WIB
anus membuka Memastikan perlengkapan
Pada pemeriksaan dalam alat atau persiapan diri seperti
ketuban (-) pecah pukul partus set, pakaian ibu dan
13.50 WIB pembukaan pakaian bayi dan APD
lengkap (10 cm), penunjuk lengkap, patahkan oksitosin
UUK kanan depan dan bukak spuid dan tarok di
penurunan bidang Hodge IV. dalam partus set, dan pasang
underpad
E: Semua alat sudah siap dan
lengkap

3. Pada jam 14.30 WIB Atur


posisi ibu, bimbing untuk
meneran dengan teknik yang
sudah diajarkan, meneran saat
adanya his, dan istirahat
diantara kontraksi, dan
berikan semangat serta pujian
kepada ibu.
E: Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan

4. Pada jam 14.40 Melakukan


penatalaksanaan kala ll
membantu proses kelahiran
bayi yaitu kepala 5- 6 cm
pada vulva, tangan kiri
menahan kepala bayi agar
tidak terjadi defleksi luar, dan
tangan kanan menahan
perenium dengan
menggunakan duk steril
untuk mengeluarkan kepala,
setelah kepala bayi lahir
bersihkan jalan nafas (mulut
dan hidung) serta mata dan
seluruh muka dengan
menggunakan kassa steril
kemudian cek lilitan tali pusat
pada leher bayi dan tunggu
kepala melakukan putaran
rotasi luar dengan tangan
bipariental bantu bayi
lahirkan bahu dengan cara
menurunkan kepala kebawah
dan keatas untuk melahirkan
bahu sehingga bahu sejajar
lalu lakukan sanggah susur
dan bantu keluarkan seluruh
tubuh bayi
5. Bayi lahir pukul 14.50 WIB,
Bayi lahir spontan, tidak ada
lilitan tali pusat, langsung
menangis, bernapas spontan
teratur, kulit kemerahan,
gerakan aktif, JK:
Perempuan, BB: 2900 gram,
PB: 47 cm, LK: 33 cm, LD:
34 cm.

3. KALA III
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSEMENT PLANNING
Pada tanggal 1 Juli 2024 Bayi lahir spontan pukul Parturienkala III, KU ibu dan 1. Memeriksa fundus ibu untuk
Pukul 14.50-15.15 WIB 14.50 WIB bayi baik memastikan ada atau
tidaknya janin kedua.
Ibu mengatakan lega dan KU: baik Kebutuhan: Manajemen aktif E: tidak ada janin kedua.
senang atas kelahiran Kesadaran: Composmetis kala III
bayi TFU : setinggi pusat 2. Memberitahu ibu bahwa ia
kontraksi uterus : keras akan disuntik oksitosin agar
kandung kemih : tidak teraba uterus berkontraksi baik.
pendarahan: ± 150 cc Dalam waktu 1 menit setelah
bayi lahir, suntikan oksitosin
10 unit IM (intramaskuler) di
1/3 paha atas.
E : Oksitosin sudah
disuntikkan.
3. Setelah 2 menit pasca
persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong
tali pusat ke arah ibu dan
jepit kembali tali pusat pada
2 cm dari klem
pertama.Dengan satu tangan.
Pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan
tali pusat diantara 2 klem
tersebut. Jepit tali pusat bayi
dengan penjepit tali pusat
setelah itu lepas klem dan
letakan bayi diruangan bayi
untuk melakukan penilaian
selanjutnya.
E : Tindakan sudah
dilakukan

4. Membantu ibu untuk IMD.


E:IMD telah dilakukan

5. Memindahkan klem pada tali


pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva. Menegangkan
tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-
hati kearah dorsokranial
untuk memastikan plasenta
sudah lepas yaitu Tanda-
tanda pelepasan plasenta
a. Tali pusat bertamba h
panjang.
b. Adanya semburan darah
c. Fundus teraba tegang.
Mmelakukan penegangan
dan dorongan dorsokranial
hingga plasenta terlepas,
menuntun tali pusat
dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas,
smengikuti poros jalan
lahir. Setelah plasenta
tampak pada vulva,
teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati.
Pegang plasenta dengan
kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk
membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban
sampai lahir plasenta
secara keseluruhan.
E: Plasenta lahir pukul
1510 wib
6. Setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada
fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri
dengan tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus
teraba keras) dan ajarkan
pada keluarga cara masase.
E : Hasil dari masase fundus
uteri adalah uterus
berkontraksi, terasa keras
dan bundar

4. KALA IV
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSEMENT PLANNING
Pada tanggal 1 Juli KU: baik Parturien kala IV, KU ibu 1. Periksa bagian maternal
2024 Kesadaran: Composmetis baik. dan bagian fetal plasenta
Pukul 14.15-16.15 WIB TFU : setinggi pusat dengan tangan kanan untuk
TD : 120/80 mmHg Pemantauan kala IV memastikan bahwa seluruh
N : 82 X/ menit kotiledon dan selaput
P : 22 X /menit ketuban sudah lahir
S : 36,5 0C lengkap, dan masukan
kedalam kantong plastik
Abdomen yang tersedia
TFU: dibawah pusat, E : Plasenta lahir lengkap
kontraksi uterus baik, uterus
teraba keras, kandung kemih 2. Memantau kala IV yaitu
kosong memantau tekanan darah,
Perdarahan: + 150cc tidak nadi, TFU, kontraksi,
ada robekan jalan lahir. pendarahan dan kandung.
E : pemantauan telah
dilakukan, semua dalam
batas normal hasil
pemeriksaan terlampir
dalam partograf.

3. Merapikan alat,
membersihkan ibu dan
tempat tidur, merendam
alat dengan larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
Setelah itu bersihkan dngan
sabun, dan bilas dengan air
mengalir. Dan cuci tangan.
E: Tindakan sudah
dilakukan

4. Menganjurkan keluarga
untuk memberi makan dan
minum pada ibu untuk
mengganti tenaga ibu
selama proses persalinan.
E : ibu sudah makan dan
minum.

5. Menganjurkan ibu untuk


menyusui bayinya dan
mengajurkan , setelah
menyusui bayinya anjurkan
ibu untuk istirahat.
E: Ibu akan istirahat setelah
menyusui bayinya.

6. Melakukan perawatan BBL


segera untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
E : perawatan BBL sudah
dilakukan.

7. Menganjurkan ibu untuk


mobilisasi dini dengan
miring kiri dan miring
kanan sehingga dapat
membuat lochea keluar
dengan lancar dan
mencegah infeksi.
E : ibu sudah miring kiri
dan kanan

8. Melakukan pemantauan
kala IV secara berkala,
meliputi vital sign,
kontraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan pada
jam pertama setiap 15
menit dan pada jam kedua
setiap 30 menit dan suhu
setiap 1 jam sekali.
E: pemantauan kala IV
telah dilakukan. Hasil
pemantauan terlampir
dipartograf.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 DATA SUBJEKTIF


KALA I
Pada anamnesa yang dilakukan pada kasus Ny. N mengeluh Ibu
mengatakan sakit mengatakan sakit pinggang menjalar ke ari ari dan Keluar
lendir bercampur darah sejak tgl 01 Juli 2024 jam 11.00 WIB.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ari Kurniarum (2016),
bahwa tanda-tanda in–partu yaitu terjadinya his persalinan yang memiliki sifat
nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan sampai ke
pinggang dan menjalar kedepan bersifat teratur, keluar lendir bercampur darah
(blood show), terjadinya dilatasi dan pembukaan serviks.Keluhan yang dialami
ibu selama proses persalinan kala I yaitu mules disertai keluar lendir bercampur
darah. Hal ini sejalan dengan teori (Purwoastuti, 2016), bahwa tanda tanda
persalinan terdiri dari adanya kontraksiuterus, keluar lendir bercampur darah, dan
adanya pembukaan serviks, rasa nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian
depan.

KALA II
Pada kasus Ny N ibu mengatakan Ibu mengatakan rasa mules-mulesnya
semakin sering, ibu mengatakan ada rasa ingin meneran dan rasa ingin BAB.
Rasa ingin meneran yang dirasakan ibu merupakan hal yang fisiologis. Hal
tersebut disebabkan oleh kontraksi yang bertambah kuat sehingga mendorong
janin untuk turun ke dasar panggul dan berangsur-angsur lahir.
Hal ini dukung oleh teori yang disampaikan oleh Lailiyana et al, (2012),
bahwa tanda-tanda in partu yaitu terjadinya his persalinan yang memiliki sifat
pinggang terasa sakit menjalar ke depan, sifat his teratur, interval makin pendek,
dan kekuatan makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks,
makin beraktivitas kekuatan makin bertambah. Pada ibu bersalin dapat terjadi
perubahan fisiologis selama proses persalinan, diantaranya perubahan serviks,
perubahan kardiovaskuler, perubahan metabolisme, peningkatan suhu tubuh dan
pernapasan, dan perubahan psikologis dalam menghadapi persalinan (Walyani
dan Purwoastuti, 2016).

KALA III
Ibu mengatakan lega dan senang atas kelahiran bayi rasa senang dan lega
yang dirasakan ibu merupakan peristiwa alamiah yang terjadi setelah proses
melahirkan, karena pada saat sebelum persalinan ibu cenderung khawatir terhadap
kondisi bayi dan ketik bayi lahir ibu menjadi lebih lega. Penatalaksanaan kala III
adalah melakukan manajemen aktif kala III yang sesuai prosedur langkah APN.
Kala III berlangsung sekitar 6-15 menit sampai plasenta lahir.
Hal ini sesuai dengan dengan teori yang dikemukakan oleh Jannah (2015)
setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sedikit diatas pusat.
Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta akan lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar secara spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim berhenti sebentar uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali dari sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his, pengeluaran dan pelepasan plasenta, dalam waktu 1-5
menit, plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau
dengan sedikit dorongan (brand shadow) seluruh proses biasanya berlangsung 5-
30 menit setelah bayi lahir dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Walyani dan Purwoastuti, 2016).
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan tanda tanda seperti
perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat bertambah panjang
(Purwoastuti,2019).
KALA IV
Pada kasus Ny N Ibu, dari hasil pemeriksaan mengatakan nyeri pada
daerah kemaluannya. Berdasarkan data diatas peneliti rasa nyeri yang dirasakan
ibu merupakan hal fisiologis yang dirasakan oleh ibu karena jalan lahir baru saja
dialui oleh bayi dan saat dilakukan pemeriksaan tidak ada robekan pada jalan
lahir ibu.
Hal ini sejalan dengan teori Jannah (2015) kala IV dimulai sejak plasenta
lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, hal-hal yang perlu diperhatikan pada kala
IV adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal. Uterus dapat
dirangsang untuk berkontraksi dengan baik dan kuat melalui massase atau
rangsangan takstil, kelahiran plasenta yang lengkap perlu juga dipastikan untuk
menjamin tidak terjadi perdarahan lanjut. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta 1-2
jam, pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan,
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, dan terjadinya
perdarahan.

4.2 DATA OBJEKTIF


KALA I
Pada kasus Ny N terjadi peningkatan sistolik meningkat 10 mmhg yang
biasanya tekanan darah ibu 110/80 mmhg, menjadi 120/80 mmHg. Berdasarkan
data diatas peningkatan tekanan darah pada saat persalinan merupakan hal yang
fisiologis perubahan tekanan darah pada saat persalinan dipengaruhi oleh
kontraksi, rasa sakit takut dan cemas yang dirasakan oleh ibu sehingga kerja
jantung meningkat.
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nurhayati tahun 2020
yaitu tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik naik ± 15-20
mmHg, distolik ± 5-10 mmhg). Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke
posisi miring, perubahan tekanan selama kontraksi dapat dihindari. Rasa sakit,
dan perasaan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.
Pada kasus Ny N tidak dilakukan pemeriksaan ukuran panggul luar,
ukuran panggul dalam dan pemeriksaan penunjang. Penulis menyimpulkan
panggul ibu normal berdasarkan berat badan lahir anak sebelumnya (3800 gram)
dan dapat dilahirkan dengan persalinan normal. Sedangkan untuk pemeriksaan
penunjang tidak dilakukan karena tidak ada indikasi yang mengharuskan ibu
untuk melakukan pemeriksaan penunjang seperti mudah merasa lelah dan muka
tampak oedema. Hal ini dukung oleh teori yang disampaikan oleh Wahyuningsih
tahun 2016 yang menyatakanindikasi pemeriksaan panggul luar adalah, pada
kehamilan pertama saat kunjungan antenatal pertama, pada saat kunjungan ulang
tidak perlu dan apabila panggul belum teruji dilalui janin aterm dengan berat
normal (misalnyariwayat kehamilan yang lalu abortus, lahir mati atau preterem)
(Wahayuningsih, 2016).

KALA II
Pada kasus Ny N terjadi kontraksi yang kuat 5 x 10 menit Vulva
membuka, perenium menonjol, dan anus membuka ketika periksa dalam
ditemukaan pembukaan 10 cm dan penipisan 100 %. Berdasarkan data diatas
menurut peneliti hal tersebut merupakan hal yang fisiologis. Pada akhir kala II,
kontraksi akan bertambah kuat dan mengakibatkan tekanan pada daerah rectum.
Penatalaksanaan kala II, yakni membantu proses persalinan sesuai dengan
prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN) pada Ny.N kala II berlangsung 25
menit dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi secara keseluruhan. Proses
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mutmainnah, dkk (2017)
yang menyatakan rata-rata lama persalinan kala II pada primigravida yaitu
maksimal 2 jam, sedangkan pada multigravida maksimal 1 jam.
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nurhayati (2019) yaitu
perubahan fisiologi pada persalinan kala II pada serviks akan mengalami
pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran serviks, yaitu pemendekan
dari kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran panjangnya 1 – 2 cm,
menjadi satu lubang saja dengan pinggirian tipis. Lalu akan terjadi pembesaran
dari ostium eksternum yang tadinya berupa satu lubang dengan diameter beberapa
milimeter menjadi luban yang dilalui anak, kira kira 10 cm. Pada pembukaan
lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina
karena sudah menjadi satu saluran. pada organ panggul, tekanan pada otot dasar
panggul oleh kepala janin akan menyebabkan pasien inginmeneran, serta diikuti
dengan perenium yang menonjol dan menjadi lear dengan anus terbuka. Labia
mulai membuka dan tak lama kemudian kepala janin akan tampak pada vulva.

KALA III
Pada kasus Ny R bayi lahir spontan pukul 14.50 wib dilakukan
pemeriksaan TFU setinggi pusat , kontraksi uterus keras, kandung kemih tidak
teraba, perdarahan ± 150 cc dan tanda-tanda pelepasan plasenta dan semua hasil
dalam batas normal. Berdasarkan data diatas hal tersebut merupakan hal yang
fisiologis, Ny N hamil anak ke 1 pada saat penegeluaran bayi diperkirakan
membutuhkan waktu selama kurang lebih 1 jam, TFU setinggi pusat karena
proses pengeluaran bayi, dan tampak tanda tanda pelepasan plasenta yang
disebabkan oleh adanya his pengeluaran.
Hal ini didukung oleh konsep teori dalam penatalaksanaan kala III adalah
melakukan manajemen aktif kala III yang sesuai prosedur pada langkah APN.
Kala III berlangsung sekitar 5 menit sampai plasenta lahir. Melakukan
penyuntikan oksitosin setelah 2 menit kelahiran bayi dan melakukan Peregangan
Tali Pusat Terkendali (PTT) dan mengeluarkan plasenta. Plasenta lepas setelah 5
menit kelahiran bayi, dan melakukan pemijatan uterus dengan meletakkan telapak
tangan difundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). Proses ini sesuai dengan
pendapat Puspita Sari (2014) bahwa kala III dimulai sejak bayi lahir sampai
lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala III bekisar ≤ 30 menit baik pada
primigravida maupun pada multigravida.
KALA IV
Pada kasus Ny N Dilakukan pemeriksaan KU ibu baik , TD: 120/80
mmHg , N: 82 x/mnt dan P: 22 x/mnt. Berdasarkan data diatas menurut peneliti
hal tersebut merupakan hal Pada kala IV penatalaksanaan yang dilakukan selama
2 jam pasca persalinan adalah pantau keadaan kontraksi uterus dan ukuran tinggi
fundus, vital sign, perdarahan, kandung kemih dan keadaan umum ibu dan bayi.
Pemantauan secara berkala sesuai dengan prosedur pada langkah APN 1 jam
pertama dipantau 15 menit sekali, 1 jam kedua 30 menit sekali. Hasil dari
pemantauan yang dilakukan adalah keadaan umum baik, kesadaran yang
fisiologis semua hasil pemeriksaan masih dalam batas normal dan perlu adanya
pemantauan tanda tanda vital ibu pada kala IV.
Hal ini sesuai dengan teori kala IV persalinan menurut pendapat Sulfianti,
dkk (2020) yaitu kala IV 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta
berlangsung ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita
melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu keadaan yang menyebabkan
kematian pada kala IV ini. Evaluasi pada 2 jam setelah persalinan yaitu vital sign,
tonus uterus dan ukuran tinggi fundus uteri, perdarahan, kandung kemih,
pengeluaran lochea dan keadaan ibu dan bayi.
Hal ini juga sejalan dengan teori Jannah (2015) kala IV dimulai sejak
plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, hal-hal yang perlu diperhatikan
pada kala IV adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.
Uterus dapat dirangsang untuk berkontraksi dengan baik dan kuat melalui
massase atau rangsangan takstil, kelahiran plasenta yang lengkap perlu juga
dipastikan untuk menjamin tidak terjadi perdarahan lanjut. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta 1-2 jam, pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan
pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakuakn yaitu tingkat kesadaran pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, dan terjadinya perdarahan
4.3 ASSESMENT
KALA I
Diagnosa kebidanan pada pasien bersalin: NY “N” G1P0A0H0 Inpartu
kala 1 fase aktif akselerasi, usia kehamilan 38-39 minggu , janin hidup, tunggal,
intrauterin, ku ibu dan janin baik. Dasar ditegakakan Diagnosa adalah sebagai
berikut:
a. Ibu inpartu atau tidak, untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu mencari
tanda tanda inpartu antara lain sakit penggang menjalar ke ari ari , keluar
lendir bercampur darah. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
mochtar tahun 2015 tanda pasti persalinan yaitu meliputi rasa nyeri oleh
adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur keluar lendir bercampur
yang lebih banyak karena robekan robekan kecil pada serviks. (Nurhayati,
2019).
b. Usia kehamilan dilihat dari HPHT dan tinggi fundus uteri, besar janin,
pergerakan janin dan terdengar detak janung janin. Hal ini sesuai dengan teori
yang disampaikan oleh kelvin tahun 2019 untuk menghitung sia kehamilan,
metode yang banyak digunakan saat ini adalah dengan berpatokan kepada
tanggal menstruasi terakhir. (Situmorang, 2021).
c. Intrauterin, dilihat dari pada saat meraba janin uterus berkontraksi. Hal ini
didukung dengan teori yang disampaikan Walyani tahun 2020 dimana oada
saat adanya kontraksi secara umum tanda awal ibu hamil akan melahirkan
adalah mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Umumnya
kontraksi bertujuan untk menyiapkan mulut rahmuntuk membesar dan
meningkatkan aliran darah didalam plasenta. (Walyani elisabeth siswi, 2020).
d. Janin tunggal, hal ini bisa dilahat dari pembesaran perut yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan dan detak jantung janin yang terdengar lebih dari dua.
Hal ini didukung oleh teori yang disampaikan oleh Simkin dimana kehamilan
kembar dapat diperkirakan jika terdengar dua atau lebih denyut jantung janin,
jika ada riwayat kehamilan kembar dalam keluarga dan terjadi kenikan berat
badan dengan cepat atau rahim bertumbuh lebih cepat dari normal. (Simkin)
e. Kala I fae aktif akselerasi, hal ini bisa dilihat dari berdasarkan kala
pembukaan waktu untk pembukaan serviks smpai menjadi pembukaan
lengkap (10 cm). Hal ini dukung oleh teori yang disampaikan Walyani tahun
2020 dimana, dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten
dan fase aktif, fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fae yaitu
berdasarkan krva friedeman: periode akslerasi berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm, periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2
jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm dan periode diselerasi,
berlangsun lambat waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap.

KALA II
a. Diagnosa , Ibu inpartu kala II KU ibu dan janin baik
b. Ibu inpartu, dasar ditegakan ibu inpartu bisa dilihat dari ibu sudah merasakan
nyeri dari pinggang menjalar ke ari ari yang makin lama makin kuat dan
teratur, keluar lendir bercampur darah, dan sudah ada pembukaan. Hal ini
dukung oleh teori yang diampaikan oleh Walyani tahun 2020 dimana tanda
tanda persalinan yang pertama ialah adanya kontraksi rahim, secara umum
tanda awal ibu hamil untuk melahirkan adalah mengejangnya rahim atau
dikenal sebagai istilah kontraksi, kontraksi yang sesungguhnya akan muncul
dan hilang secara teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat.
Tanda persalinan yang kedua adalah keluarnya lendir bercampur darah, lendir
Skresi sebagai proliferasi kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Lendir
mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim
terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lender yang berwarna kemerahan
bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraks yang membuka mulut
rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.
Lendir inilah yang disebutdengan body slim. Tanda persalinan yang ketiga
ialah pembukaan serviks, penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama
aktivitasuterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian
aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat. Serviks menjadi
matang selma periode yang berbeda beda sebelum persalinan, kematangan
servik mengindikasikan kesiapanya untuk persalinan.
c. Kala II, dasar ditegakan kala II yaitu sudah ada tanda tanda vulva membuka,
perenium menonjol dan anus membuka serta ibu merasa ingin meneran. Hal
ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Walyani tahun 2020 dimana
kala II ialah kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his
ditambh kekuatan mengejan mendorong janin hingga keluar. Pada kala II ini
memilki ciri ciri his terkoordinir, kuat cepat, dan lebih lama kira kira 2-3
menit sekali, kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan, tekanan pada rektum, ibu
merasa ingin BAB dan anus membuka, pada waktu his kepala janin akan
mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang (Walyani, 2020)
d. KU ibu dan janin baik, dasar ditegakan KU ibu dan janin baik dilihatdari hasil
pemeriksaan TD: 120/80 mmhg, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt , 36,5 ◦C, dan DJJ:
155 x/i. Hal ini sesuat dengan teori yang disampaikan oleh Walyani tahun
2020 adapun gejala syok yang perlu diperhatiakn anatara lain nadi cepat,
lemah (110 kali/ menit atau lebih), tekanan rendah (sistolik kurang dari 90
mmhg) pucat, berkeringat atau dingin klit lembab, nafascepat (lebih dari 30
kali/menit), cemas kesadaran menurn atau tidak sadar serta produksi urin
sedikit sehingga produksi urin menjadi pekat dan suhu yang tinggi perlu
diwaspadai juga kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu penanganan lebih
lanjut.

KALA III
a. Diagnosa, parturien kala III KU ibu dan bayi baik
b. Parturien, dasar ditegakan ibu parturien bisa di lihat dari setelah bayi lahir
atau bisa disebut dengan beakhirnya kala II yaitu pengeluaran janin. Hal ini
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nurhayati tahun 2019 kala II
persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil
pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dennan kelahiran bayi. Kala II disebut juga dengan pengeluaran bayi
(Nurhayati, 2019).
c. Kala III, dasar ditegakan kala II yaitu dilihat dari adanya tanda tanda
pelepasan plasenta atau setelah bayi lahir. Hal ini didukung oleh teori yang
disampaikan oleh nurhayati tahun 2019, dimana partus kala III adalah kala uri
atau waktu pelepasan plasenta dari inersinya sampai lahirnya plasenta dan
selaput plasenta. Kala III persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal ebagai kala persalinan
plasenta. Normalnya pelepasan uri berkisar ¼ - ½ jam sesudahanak lahir.
Menurut Susilstyawati dan nugraheny (2010) lepasnyaplasenta udah dapat
diperkirakan dengan memperhataikan tanda-tanda sebagai berikt uterus mulai
membentuk bundar, uterus terdorong ke atas plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan. Proses
pelepasan ini biasanya dimulai secara bertahap dengan pengumpulan darah
dibelakang uri. Bila pelepasan uri sudah komplit, maka kontraksi rahim
mendorong uri yanng lepas ke segement Bawah Rahim (SBR) lalu ke vvagina
dan dilahirkan (nurhayati, 2019).
d. KU ibu dan bayi baik, dasar ditegakan KU ibu dan bayi baik dilihat dari
keadaan umum ibu baik, kesdaran composmentis, TFU setinggi puat,
kontraksi uterus keras, dan kandung kemih tidak teraba dan perdarahan ± 150
cc dan hal ini fisilogis yang terjadi di kala III serta hasil pemerikaan juga
dalam batas normal. Hal ini dukung oleh teori yang disampaikan oleh
Walyani tahun 2020, dimana kala III Setelah bayi lahir kontraksi rahim
berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan
berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian
timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 -5 menit plasenta
terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan. Pada pengeluaran plasenta biaanya disertai dengan pengeularan
darah kira kira 100 – 200 cc.
KALA IV
a. Diagnosa, parturien kala IV KU ibu dan bayi baik.
b. Parturien kala IV, dasar ditegakan parturien kala IV dilihat dari setelah bayi
lahir dan plasenta lahir atau berakhirnya kala III Hal ini didukung oleh teori
yang disampaikan oleh Nurhayati tahun 2019 dimana Kala IV persalinan
adalaha waktu setelah plasenta lahir sampai 4 jam pertama setelah melahirkan
(Nurhayati, 2019).
c. KU ibu dan bayi baik, dasar ditegakan KU ibu dan bayi baik dilihat dari
kedaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmhg, N : 71
X/mnt , P: 22X/menit artinya tanda-tanda vita ibu dalam batas normal, hal ini
didukung oleh teori yang disampaikan oleh Walyani tahun 2020 dimana
tekanan darah normal <140/90 mmHg, bila tekanan drah <90/60 mmHg, nadi
> 100 X/menit (terjadi masalah) (Walyani, 2020),

4.4 PLANNING
KALA I
Rencana asuhan yang diberikan pada Ny N selama kala I sebagai berikut:
a. Pemberian informasi kepada ibu bahwa kedaan ibu dan janin baik berdasarkan
hasil pemeriksaan. Menurut peneliti, informasi mengenai kondisi serta
kemajuan persalinan merupakan hal yang penting untuk disampaikan kepada
ibu karena hal tersebut dapat membuat ibu merasa lebih lega dan memahami
kondisinya saat itu. Hal ini sesuai dengan teori yang dismapaikan oleh Lesser
yang mengatakan bahwa ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dalam
persalinan yang salah satunya adalah Informasi dan kepastian tentang hasil
persalinan yang aman. (Walyani, 2020).
b. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
Membantu mengatur aktivitas dan posisi ibu. Hal ini didukung oleh teori yang
disampaikan Walyani tahun 2020 untuk mencegah dehidrasi, pasien dapat
diberikan banyak minum segar (jus, sup, buah) selama proses persalinan
(Walyani, 2020).
c. Membantu mengatur aktivitas dan posisi ibu dan berjalan atau berbaring
dalam posisi miring kiri.Hal ini didukung oleh teori yang disampaikan oleh
Walyani tahun 2020 bahwa seorang bidan dapat memberitahu ibu bahwa ibu
tidak perlu telentang terus menerus dalam masa persalinannya. Jika ibu sudah
semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan bisa mengambil tindakan
tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan atau merubah setting tempat
yang sudah ditentukan (seperti misalnya menyarankan agar ibu berdiri atau
berjalan – jalan) (Walyani, 2020).
d. Memfasilitasi ibu untuk buang air kecil. Menghadirkan pendamping ibu
seperti suami maupun anggota keluarga selama proses persalinan.
Perencanaan menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan, merupakan asuhan yang tepat diberikan karena selama proses
persalinan perasaan khawatir dan takut akan muncul jika peraaan yang timbul
berlebihan dapat berakibat buruk pada saat proses persalinan yang mungkin
bisa menghambat proses persalinan, kehadiran pendamping dan dukungan
pendamping dapat membantu ibu merasa lebih tenang. Dukungan persalinan
adalah asuhan yang sifatnya mendukung yaitu asuhan yang bersifat aktif dan
ikut serta dalam kegiatan selama persalinan merupakan suatu standar
pelayanan kebidanan, diketahui bahwa ibu ibu yang mendapatkan masase dan
pendampingan mengalami penurunan kejadian depresi, kecemasan, dan nyeri
serta perasaan yang positif (Nurhayati, 2019)
e. Melakukan pemantauan dengan partograf, untuk memantau kemajuan
persalinan, TD 110/60mmHg, N 80x/menit, air ketuban jernih, DJJ 130x/
menit, pembukaan 5 cm, his 4 x10 menit, kekuatan sedang. Perencanaan
pemantauan dilakukan untuk memastikan kondisi ibu dan janin dalam batas
normal dan memastikan kemajuan persalinan untuk informasi dan kepastian
kepada ibu. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh lesser tahun
2020 Ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dala persalinan menurut Lesser &
Keane salah satunya adalah Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan
yang sama. (Walyani, 2020)
f. Menyiapkan alat-alat partus, alat resusitasi, kelengkapan bayi dan obat-obat
esensial untuk pertolongan persalinan. Perencanaan ini dilakukan agar
persiapan dalam proses persalinan lebih terencana dan sesuai dengan asuhan
persalinan normal. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Walyani tahun 2020 dimana menolong persalinan sesuai APN menyiapkan
peralatan pertolongan persalinan yaitu memastikan perlengkapan, bahan dan
obat obatann esensial. (Walyani, 2020).

KALA II
a. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap
ketuban sudah pecah sudah ada tanda-tanda kala ll seperti vulva membuka
dan perenium menonjol, KU ibu dan janin baik dan sebentar lagi ibu akan
melahirkan. Prencanaan pemberian informasi mengenai kemjuan persalinan
pada kala II perlu dilakukan agar ibu lebih siap menghadapi proses
persalinan. Hal ini dukung oleh teori yang disampaik oleh Lesser & kreane
tahun 2020 ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan salah
satunya ialah informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang Aman
(Walyani, 2020)
b. Memastikan perlengkapan alat atau persiapan diri seperti partus set, pakaian
ibu dan pakaian bayi dan APD lengkap, patahkan oksitosin bukak spuid dan
tarok di dalam partus set, dan pasang underpad.
c. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar. Perencanaan
mengajarkan teknik yang meneran yang baik dan benar dalam persalinan
merpuakan suatu kebutuhan untuk ibu agar lebih mudah saat proses
melahirkan dan mengerti kapan waktu harus meneran. Hal ini sesuai dengan
teori yang disampaikan oleh Walyani tahun 2020 dimana pada saat waktu
persalinan bila ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap anjurkan ibu
untuk bernafas cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, dan upayakan untuk
tidak meneran hingga pembukaan lengkap (Walyani, 2020).
d. Mengatur posisi ibu & membimbing ibu untuk meneran. perencanaan ini tepat
untuk dilakukan agar proses pengeluaran bayi dapat berjalan lancar. Hal ini
seuai dengan APN tahun 2016 posisi setengah duduk dapat memeberi rasa
nyaman pada ibu dan memeberi kemudahan pada ibu untuk beristirahat
diantara kontraksi.
e. Melakukan perencanaan penatalaksanaan kala II memebantu proses kelahiran
bayi. perencanaan penatalaksanaan kala II dilakukan untuk membantu proses
pengeluaran bayi sesuai dengan asuhan persalinan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Nurhayati tahun 2019 kala II persalinan
adalah proses penegluaran buah kehamilan seagai hasil pengenalan proses dan
penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II dimulai ketika pembkaan
serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala II
juga disebut kala pengeluaran bayi (Walyani, 2020).

KALA III
Melakukan manajemen aktif kala III, membantu kelahiran plasenta,
menilai kelengkapan palsenta, mengevaluasi perdarahan dan laserasi. Kala IV:
mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan masasse uterus dan menilai
kontraksi uterus, menganjurkan keluarga untuk memberi ibu makan dan minum,
melakukan pemantauan keadaan ibu, melakukan perawatan BBL, menganjurkan
ibu untuk mobilisasi dini, melengkapi partograf.
Penatalaksanaan kala III adalah melakukan manajemen aktif kala III yang
sesuai prosedur langkah APN. Kala III berlangsung sekitar 6-15 menit sampai
plasenta lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan setinggi pusat dan
perdarahan 150 cc. Hal ini sesuai dengan dengan teori yang dikemukakan oleh
Jannah (2015) setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sedikit
diatas pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta akan lepas dalam 6-15 menit setelah
bayi lahir dan keluar secara spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali dari
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, pengeluaran dan pelepasan
plasenta, dalam waktu 1-5 menit, plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand shadow) seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir dan pada pengeluaran plasenta
biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Walyani dan
Purwoastuti, 2016). Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan tanda
tanda seperti perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat
bertambah panjang (Purwoastuti,2019).

KALA IV
Pada kala IV penatalaksanaan yang dilakukan selama 2 jam pasca
persalinan adalah pantau keadaan tonus otot uterus, ukur tinggi fundus, vital sign,
perdarahan, kandung kemih, genetalia, dan keadaan umum ibu dan bayi.
Pemantauan dilakukan secara berkala sesuai dengan prosedur pada langkah APN.
Hasil dari pemantauan yang dilakukan adalah keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TD: 110/80 mmHg, N: 82x/menit, pernapasan: 22x/menit, suhu:
36,70C, kontraksi uterus baik, uterus teraba keras (globular), TFU: 2 jari dibawah
pusat, kandung kemih kosong, genetalia: perdarahan kira-kira 150 cc, perineum:
tidak ada robekan jalan lahir.
Pada kala IV penatalaksanaan yang dilakukan selama 2 jam pasca
persalinan adalah pantau keadaan kontraksi uterus dan ukuran tinggi fundus, vital
sign, perdarahan, kandung kemih dan keadaan umum ibu dan bayi. Pemantauan
secara berkala sesuai dengan prosedur pada langkah APN 1 jam pertama dipantau
15 menit sekali, 1 jam kedua 30 menit sekali. Hasil dari pemantauan yang
dilakukan adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36,5 °C, kontraksi
baik, uterus teraaba keras (Globular), TFU : 2 jari dibawah pusat, kandung kemih
kosong, perdarahan ± 150 cc dan tidak ada robekan jalan lahir. Hal ini sesuai
dengan teori kala IV persalinan menurut pendapat Sulfianti, dkk (2020) yaitu kala
IV 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung ini merupakan
masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau
mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Evaluasi
pada 2 jam setelah persalinan yaitu vital sign, tonus uterus dan ukuran tinggi
fundus uteri, perdarahan, kandung kemih, pengeluaran lochea dan keadaan ibu
dan bayi.

Setelah dilakukan asuhan kebidanan persalinan normal pada Ny.N dari


kala I fase aktif- kala IV selama ± 3 jam didapatkan hasil pemantauan 2 jam pasca
persalinan yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 22
x/menit, suhu 36,5 °C, kontraksi baik, uterus teraba keras (Globular), TFU : 2 jari
dibawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan ± 150 cc, keadaan umum ibu
dan bayi baik dan sehat. Bayi Ny.N lahir spontan, bayi sehat menangis kuat,
dengan berat badan 2.900 gram, panjang badan 47 cm, lingkar dada 34 cm dan
lingkar kepala 33 cm. Jadi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
penulis adalah tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Kurniarum. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Penerbit Pusdik SDM Kesehatan
Fauziah, S. (2018). Keperawatan Maternitas Volume 2 : Persalinan Jakarta: Kencana.
Jannah, N. (2015). ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi (E. K. Yudha (ed.)).
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kuswanti, I., & Melina, F. (2014). ASKEB II PERSALINAN (Cetakan I). Pustaka
Pelajar.
Lailiyana, Ani Laila, Isrowiyatun Daiyah, & Ari Susanti. (2012). Asuhan Kebidanan
Persalinan (Monica Ester & Esty Wahyuningsih (eds.)). Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mufdlilah, Hidayat, A., & Kharimaturrahmah, I. (2012). Konsep Kebidanan (Haikhi
(ed.); Cetakan I). Nuha Medika.
Nurhayati, E. (2019). Patologi & Fisiologi Persalinan Distosia Dan Konsep
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan (T. Rachimhadhi & G. H. Wiknjosastro
(eds.); kelima). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir (Cetakan I). PUSTAKABARUPRESS.

Anda mungkin juga menyukai