Laporan Prakerin PT Japfa New-2
Laporan Prakerin PT Japfa New-2
Laporan Prakerin PT Japfa New-2
DISUSUN OLEH :
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Dengan ini menerangkan bahwa laporan praktik kerja industri mahasiswa program study
Diploma III Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan Politekik Kesehatan Tanjungkaran,
berjudul PELAKSANAAN PROGRAM SANITASI INDUSTRI DAN K3 DI PT JAPFA
COMFEED INDONESIA TBK. UNIT LAMPUNG TAHUN 2022
NIP. 196212071985031005
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan Rahmat. Taufik, Nikmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kerja Lapangan yang
berjudul PELAKSANAAN PROGRAM SANITASI INDUSTRI DAN K3 DI PT JAPFA
COMFEED INDONESIA TBK. UNIT LAMPUNG TAHUN 2022.
Dalam proses pembuatan Laporan Praktikum Kerja Lapangan ini penulis menyadari bahwa
terselesaikannya ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat
1. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Lampung atas kesempatan dan kepercayaan
yang diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan Praktikum Kerja
Lapangan
2. Bapak Deden Sukmawan,S KM selaku Pembimbing Lapangan
3. Bapak Wibowo Ady Sapta,ST .,M.Kes selaku Pembimbing institusi sekaligus Dosen
dari Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan Laporan ini Semoga
proposal ini dapat berguna dan bermanfaat, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
E. Sistem manajemen K3 .............................................................................................. 31
F. Melakukan Kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan ...................................................... 32
G. Kebutuhan Toilet ...................................................................................................... 33
BAB V ................................................................................................................................ 35
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 35
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 35
B. Saran ........................................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 37
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 38
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Praktik industri adalah penempatan kerja sementara mahasiswa di sebuah
perusahaan yang dapat memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak yaitu
pemilik perusahaan dan siswa/mahasiswa sebagai mahasiswa (Coco, 2000). Dengan
adanya program praktik industri, mahasiswa dapat mendapatkan pengalaman lapangan
secara langsung terkait kompetensi yang dipelajari selama proses perkuliahan,
penyesuaian dengan iklim di dunia kerja dan melatih tanggung jawab di sektor
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.
Praktik Kerja Lapangan industri (PKL) merupakan kegiatan Akademik yang
berorientasi pada bentuk pembelajaran mahasiswa untuk mengembangkan dan
meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas. Dengan mengikuti Praktik Kerja
Lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
mahasiswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Selain
untuk memenuhi kewajiban Akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi
penghubung antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. PKL diselenggarakan secara
sistematis dan terjadwal di bawah bimbingan dosen pembimbing yang memenuhi
syarat. PKL merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk
mengikuti kegiatan akhir perkuliahan jenjang Diploma III (D3). Politeknik kesehatan
tanjung karang prodi D3 sanitasi sebagai institusi pendidikan yang mengedepankan
kualitas mahasiswa dalam menjawab tantangan dunia kerja, menilai perlu diadakannya
PKL. Hal ini sejalan dengan realisasi tuntutan tujuanPendidikan Nasional, seperti yang
tertulis dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 bahwa tujuan Pendidikan Nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya dengan cara menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan & Penyusunan Laporan PKL
politeknik kesehatan tanjung karang prodi D3 sanitasi (2022). PKL dapat diartikan
sebagai sarana pelatihan mental, sikap, penerapan ilmu, dan pembentukan awal lulusan
yang kompeten pada bidangnya masing-masing. Politeknik kesehatan tanjungkarang
prodi D3 sanitasi mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan, sehingga mahasiwa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di
bangku perkuliahan ke dalam lingkungan kerja yang sebenarnya. Alasan
dilaksanakannya PKL di industry yaitu praktikan ingin mendapatkan pengalaman di
dunia kerja. Selanjutnya praktikan ingin mengetahui kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh industry PT japfa comfeed Indonesia Tbk. Unit lampung , serta dapat
menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama di perkuliahan.
Sanitasi industry adalah proses menciPTakan kondisi atau suasana lingkungan
industry yang bersih dengan harapan karyawan dapat bekerja dengan aman, nyaman,
1
dan lebih produktif dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
industry itu sendiri.
Kompetensi yang di harapkan jurusan Diploma 3 kesehatan lingkungan, politeknik
kesehatan tanjung karang yaitu menguasi dan mampu menerapkan sanitasi industry dan
keselamatan kerja pada tingkat madya yang berbasis kesehatan lingkungan dalam arti
yang luas, mencakup sanitasi industry, limbah cair, dan keselamatan kerja.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
1. Untuk memenuhi mata kuliah Praktek Kerja Industri
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa/i mengenai hubungan antara teori dan
penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal pada saat terjun langsung ke dunia
kerja setelah lulus.
3. Menambah informasi dan pengalaman seputar dunia kerja, khususnya pada
bagian Sanitasi Industri dan Keselamatan Kerja.
4. Sebagai salah satu usaha mempersiapkan SDM yang berkualitas dalam
menghadapi persaingan di masa akan datang.
5. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang diterima selama perkuliahan, serta
mampu bekerja sama dalam team pada praktek di Lapangan.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui bagaimana Proses Pengolahan Limbah Cair Industri
2. Mengetahui Sistem Manajemen K3 di Industri
3. Mengetahui Proses Sanitasi Industri yang telah dilakukan Perusahaan (sesuai
persyaratan dan tata cara penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri)
C. Manfaat
Manfaat pelaksanaan magang di perusahaan/industry adalah :
1. Bagi mahasiswa
a) Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan Bidang
Ilmu Kesehatan Lingkungan.
b) Mempelajari hal baru yang tidak di dapatkan selama perkuliahan
2
3. Bagi falkutas
a) Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas
pengajaran.
b) Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait.
c) Mendapatkan masukkan bagi pengembangan program.
d) Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan
pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian industri
Beberapa pengertian indistri menurut para ahli yang diantaranya yaitu :
4
lingkungan hidup manusia, sedangkan hygiene menitikberatkan usahanya
kepada kebersihan individu.
Sanitasi Makanan Mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi
makanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan
menyelamatkan makanan agar tetap bersih (Mulia, 2005). Sanitasi makanan
adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan
agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia
(Chandra, 2006). Untuk memelihara kesehatan masyarakat perlu sekali
pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-bahan makanan dan
minuman agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat (Entjang, 2000).
Membicarakan sanitasi makanan, permasalahan yang menyangkut nilai gizi
ataupun mengenai komposisi bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, kurang diperhatikan.
2. Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no
492/MENKES/PERIV/2010 tentang persyaratan kwalitas air minum yaitu air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman
bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik yaitu bau, warna, total zat padat
terlarut, kekeruhan rasa, dan suhu memenuhi persyaratan mikrobiologis yaitu E
Coli dan total Bakteri Coliform memenuhi syarat kimiawi yaitu bahan organik dan
anorganik.
5
Standar Baku Mutu (SBM) Ruang Kerja Standar baku mutu ruang kerja industri
bergantung pada luas lantai dan tinggi langit-langit bangunan, sehingga
menghasilkan volume ruang kerja minimal perorang sebesar 11 m'
Catatan : volume ruang kerja perorang minimum 11m3 merupakan perkalian luas
lantai dan tinggi langit-langit yang diperuntukkan bagi bekerja. Contoh dengan
tinggi langit-langit 2,4 m maka luas lantai minimum yang diperlukan 4,6 m².
6
6. Vector dan binatang pembawa penyakit
Menurut Menteri Kesehatan Langkungan Republik Indonesia Nomor 70 tahun
2016 tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja di industri yaitu
a. Standar Baku Mutu Vektor
Standar baku mutu (SBM) vektor meliputi vektor malaria (Anopheles
spp), Aedes aegyPTi, dan Culex sp. Untuk vektor malaria, ada 5 parameter yang
terdiri dari jumlah gigitan nyamuk permalam, angka paritas, kapasitas vektor,
kemampuan nyamuk menginfeksi perorang permalam dan indeks habitat
dengan larva yang kesemuanya dikategorikan rendah dan tinggi.
Standar baku mutu (SBM) vektor Aedes aegyPTi yang dibakukan hanya
indeks kontainer yaitu persentase kontainer yang mengandung larva. Jika
container tidak mengandung larva maka dikategorikan rendah sehingga dapat
diartikan baik karena tidak ada larva di kontainer tersebut Sebaliknya jika
ditemukan atau positif terdapat larva maka diartikan ada potensi
perkembangbiakan vector
Standar baku mutu (SBM) untuk Culex sp ditentukan berdasarkan nilai
indeks container, yaitu persentase container di lingkungan kerja industri yang
terdapat larva di dalamnya. Jika indeks container tersebut kurang dari 1 maka
dapat dikatakan lingkungan kerja industri tersebut baik dan berisiko rendah
untuk terjadinya perkembangbiakan vektor Culex sp.
7
D. Hygiene sanitasi makanan
Hygiene dan Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan (Depkes RI, 2003). Sanitasi Makanan
Mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan.
Berikut Prinsip dan higiene sanitasi makanan telah diatur dalam peraturan menteri
kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011)
3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses perubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap saji. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip hygiene sanitasi seperti:
8
a. Dapur yang memenuhi persyaratan berdasarkan Kepmenkes No.
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan
Jajanan
b. Peralatan masak harus mudah dibersihkan, tidak boleh mempunyai sudut/
berlekuk, tidak boleh digunakan untuk keperluan lain selain memasak.
c. Wadah penyimpanan makanan harus dalam keadaan bersih.
d. Penggunaan APD seperti Apron, Penutup Rambut, Sarung Tangan, Masker, dll
4. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan dalam mencegah
terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi
risikonya daripada pencemaran bahan makanan pada saat pengangkutan makanan.
5. Penyimpanan Makanan
Kontaminasi dapat terjadi sewaktu proses pengolahan makanan maupun melalui
wadah dan atau penjamah makanan yang membiarkan makanan pada suhu ruangan.
Kondisi oPTimum mikroorganisme patogen dalam makanan siap saji adalah 1-2
jam. Beberapa karakteristik lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri
antara lain; makanan banyak protein dan banyak air (moisture), pH normal (6,8 –
7,5), serta suhu oPTimum (100 – 600 C). Sementara beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa faktor risiko kejadian foodborne disease terjadi pada saat
pembersihan alat makan, ketidaksesuaian dengan temperatur waktu penyimpanan
dan rendahnya personal hygiene.
6. Penyajian Makanan
Prinsip penyajian makanan adalah wadah untuk setiap jenis makanan harus
ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya agar
makanan tidak terkontaminasi silang.
9
(tiga) Pada pasal tersebut disebutkan 18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan
kerja di tempat kerja di antaranya sebagai berikut:
10
efektif dalam periode yang lebih lama bisa menyebabkan masalah fisik dan
psikologis (stress)
2. Sumber Bahaya di Lingkungan Kerja
Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat
mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Syukri
Sahab (1997), Sumber bahaya itu bisa berasal dari :
a. Manusia
Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar
kecelakaan, kerugian, dan kerusakan terletak pada karyawan yang kurang
bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada
umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian. Selain itu apa yang
diterima atau gagal diterima melalui pendidikan, motivasi, serta penggunaan
peralatan kerja berkaitan langsung dengan sikap pimpinan di tempat kerja.
11
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,
percikan api, serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya/ tidak sesuai
kebutuhan dan cara memakai yang salah.
4) Lingkungan
Bahaya yang berasal dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas
berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta penurunan produktivitas kerja dan
efisiensi kerja.
1. Penyebab fisik (antara lain bising, getaran, radiasi pengion, radiasi non pengion,
tekanan udara, suhu ekstrem),
2. Penyebab kimiawi yaitu berbagai bahan kimia,
3. penyebab biologi (antaralain bakteri virus, jamur, parasit dll),
4. Penyebab ergonomik (antara lain seperti posisi janggal, gerakan berulang dll) serta
5. Penyebab psikososial (antaral ain beban kerja yang terlalu berat, pekerjaan monoton,
stress kerja dll).
12
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah industri
Nama Perusahaan : PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Lampung
B. Agen
Perusahaan ini semula bernama PT Ometraco yang berstatus kantor cabang
sesuai dengan akte kuasa yang dibuat dihadapan notaris Sastra Kosasih, SH. Nomor 37
tanggal 22 Juni 1968 di Surabaya. Perusahaan ini bergerak dibidang ekspor khususnya
ekspor komoditas non migas yang saat itu sedang digalakan pemerintah dalam usaha
peningkatan pemasukan devisa negara.
Pada tingkat awal perusahaan mencoba untuk melakukan sesuatu kegiatan ekspor
dengan jenis komoditi sebagai berikut :
1. Gaplek pellet
2. Katul pellet
3. Kopra pellet
4. Bungkil
Pada tahun 1981 terbit Kepres Nomor 50 Tahun 1981 yang menghimbau agar
perusahaan swasta berpartisipasi meningkatkan taraf hidup petani kacil dengan jalan
membantu pembuatan makanan ternak secara alamiah maka pada saat itulah
perusahaan mulai mengalihkan usaha dari perusahaan yang bergerak di bidang ekspor
menjadi perusahaan industri ransum makanan ternak.
Berdasarkan akte nomor 305 tanggal 21 November 1987 yang dikeluarkan oleh
Notaris Abdul Rohim SH, Perusahaan berubah nama menjadi PT Ometraco Satwafeed.
13
Dan sejak bulan November 1987 perusahaan in menggunakan mesin otomatis yang
digunakan dari pabrik VAN AARSEN NETHERLAND Belanda.
Perusahaan ini berkembang terus hingga sampai akhir tahun 1989. Berdasarkan
akte nomor 179 tanggal 12 Desember 1989 yang dikeluarkan oleh Notaris Susanti SH.
yang berkedudukan di Surabaya, nama perusahaan berubah lagi menjadi PT Japfa
Comfeed Indonesia. Saat ini perusahaan sudah ke publik dan berstatus PMDN.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Selain Unit Lampung juga memiliki unit-unit
lain seperti :
14
STRUKTUR ORGANISASI PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk. UNIT LAMPUNG
Head Of Unit
15
Berikut merupakan rincian tugas dari masing-masing bagian organisasi :
a. Head Of Unit
1. Menetapkan peluang dan resiko yang mungkin mempengaruhi organisasi
dan memastikan ketetapan tersebut ditindak lanjuti
2. Mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengidentifikas peluang dan
resiko
3. Memimpin organisasi dalam peningkatan dan perbaikan sistem dengan
menanggapi perubahan peluang dan resiko
b. Management Representative
1. Memastikan proses-proses yang dibutuhkan dalam sistem manajemen
mutu ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara
2. Mempromosikan kesadaran akan pentingnya memenuhi persyaratan
pelanggan kepada seluruh karyawan
3. Berhubungan dengan pihak luar yang berkaitan dengan kepentingan
organisasi
c. Document Controller
1. Menerbitkan dokumen baru atas masukan dari departemen-departemen
di lingkungan PT Japfa Comfeed Indonesa Tbk Unit Lampung
2. Merevisi dokumen sesuai dengan permintaan perubahan dokumen yang
telah disetujui oleh pihak berwenang
3. Mendistribusikan dokumen dan mendistribusikan ulang dokumen yang
telah mengalami revisi
4. Memantau situasi revisi dokumen, daftar dokumen eksternal, daftar
rekaman dan ha-hal lain yang berkaitan dengan dokumen dan rekaman
yang diatur dalam standar operating procedure yang berkaitan
5. Membantu tugas-tugas manajemen representative
d. Head Of Departement Sales
1. Memimpin departemennya dalam peningkatan dan perbikan sistem
dengan menanggapi perubahan peluang resiko
2. Menjaga dan menambah pelanggan eksternal guna meningkatkan
volume penjualan
3. Mengelola margin dan ACP untuk mencapai target
4. Mengawasi kredit pelanggan untuk menghindari kredit macet baru
5. Menetapkan harga guna pengaturan pasar
6. Menganalisa pasar untuk menentukan promosi
e. Head Of Departement Procurement
1. Memimpin departemennya dalam peningkatan dan perbakan sistem
dengan menanggapi perubahan peluang dan resiko
2. Mengkoordinasi pengadaan bahan baku, bahan pembuatan dan bahan
pembungkus untuk proses produksi
3. Mengkoordinasi pengadan barang teknik
4. Mengkoordinasi pengadaan barang QC-Laboratorium
5. Melakukan survey lapangan untuk membuat estimasi pengadaan bahan
baku
16
6. Mengambil keputusan harga supplier tentang pembelian barang
7. Melakukan pengawasan mengenai barang-barang impor mulai dokumen
sampai barang masuk ke warehouse
f. Head Of Departement Plant
1. Memimpin departemennya dalam peningkatan dan perbaikan sistem
dengan menanggapi perubahan peluang dan resiko
2. Membuat dan menetapkan perencanaan, penjadwalan dan target plant
3. Mengkoordinasi, mengontol dan mendelegasikan pelaksanaan seluruh
aktivitas dan aministrasi departemen plant kepada bawahan serta
mendistribusikan ke bagian terkait
4. Menganalisis dan mengevaluasi sistem pelaksanaan seluruh aktivitas
departemen plant
5. Melakukan koordinasi, analisis dan supervisi bagian warehouse
produksi maupun PPIC untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan
kuantitas yang di targetkan
6. Melakukan koordinasi dan supervisi bagian warehouse agar penerimaan
maupun pengeluaran bahan baku dan pakan sesuai standar operating
prosedur yang berlaku dengan cepat, tepat dan benar
7. Melakukan koordinasi dan supervisi bagian teknik agar mesin produksi
berjalan lancar dan efisien serta melakukan modifikasi untuk
meningkatkan kinerja mesin produksi
8. Melakukan tindakan koreksi atau mengambil tindakan antisipasi apabila
ditemukan penyimpanan dalam aktifitas kerja jajarannya
9. Melakukan improvement instalasi mesin produksi serta seluruh kinerja
bawahannya
10. Merencanakan diri mengkoordinasikan pemeliharan dan perbaikan
seluruh mesin produksi dan fasilitas pendukungnya
11. Menganalisis dan mengevaluasi sistem pelaksanaan kerja jajaran plan
agar dapat berjalan efektif dan efisien serta berkelanjutan
g. Head Of Departement Quality Control
1. Memimpin departemennya dalam peningkatan dan perbaikan sistem
dengan menanggapi perubahan resiko dan peluang
2. Memastikan bahan baku yang masuk warehouse sudah memenuhi
standar yang telah ditentukan
3. Memastikan bahan baku selama masa penyimpanan di warehouse tetap
terjaga kualitasnya
4. Mendukung bagian produksi dalam hal pengawasan proses produksi
agar tetap memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
5. Memastikan produk tetap terjaga kualitasnya selama masa penyimpanan
di warehouse
6. Memotivasi seluruh jajaran QC agar selalu menunjukkan kinerja yang
baik dan pekerja sesuai standar operating procedure yang berlaku
7. Mengkoordinasikan pemeriksaan hama pada bahan baku dan pakan,
pelaksanaan fumigasi, penentuan dosis fumigant dan evaluasi
pelaksanaan pengendalian hama
17
h. Head Departement Human Resource And General Affairs
1. Memimpin departemennya dalam peningkatan dan perbaikan sistem
dengan menanggapi perubahan resiko dan peluang
2. Mengamankan dan melaksanakan kebijakan kantor pusat yang
berkaitan dengan HRM dan GA
3. Mengkoordinasikan proses rekrutmen dan seleksi, pelatihan, penilaian
kinerja karyawan sesuai kebutuhan perusahaan
4. Mengkoordinasikan dan mengembangkan administrasi kepersonalian
serta mengusulkan perubahan status (leveling) secara keseluruhan
5. Menjadi wakil perusahaan dalam negosiasi dengan serikat pekerja
6. Mengadakan diskusi dengan manajemen untuk menentukan arah
kebijakan perusahaan dalam hal ketenagakerjaan serta aktif dalam
kegiatan di luar perusahaan
7. Mengoordinasikan dan mengembangkan semua hal yang berhubungan
dengan pihak luar
8. Mengkoordinasikan pembayaran gaji, uang makan, lembur karyawan
dan hak-hak karyawan lainnya
9. Memonitor keamanan dengan beroordinasi dengan SIGAP, baik
keamanan internal maupun eksternal
10. Mengontrol dan mengurus semua kebutuhan perizinan-perizinan
perusahaan
D. Tenaga kerja
Tenaga kerja di Perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Lampung terdiri dari :
a. Karyawan perempuan yaitu 31 orang
b. Karyawan laki – laki yaitu 262 orang
c. Total karyawan 293 orang
E. Fasilitas kesejahteraan
Fasilitas di Perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Lampung
terdiri dari:
a. Gedung serba guna yang digunakan untuk olahraga dan acara penting di
Perusahaan
b. Koperasi
c. Kantin
18
G. Program corporature social responcibility (csr)
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Lampung memiliki Program
Corporature Social Responcibility yaitu:
a. Penanaman bibit mangrove
b. Bantuan dana sosial ke setiap sekolah di sekitar perusahaan
c. Donor darah setiap 3 bulan sekali
H. Logo perusahaan
19
BAB IV
A. Proses Produksi
Proses produksi pakan ternak di perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. Unit Lampung yaitu:
a. Proses intake
Yaitu proses pengisian bahan baku ke dalam bin bahan baku
b. Proses Dosing
Yaitu proses penimbangan sesuai dengan resep per batch
c. Proses Grinding, Mixing dan Hand Add
Yaitu proses penggilingan dan pencampuran
d. Proses Pelleting
Yaitu proses pembentukan dari tepung Pellet/Crumble
e. Proses Bagging Off
Yaitu proses pengemasan
B. Pengolahan Air
a. Pengolahan Air Bersih
Air bersih tersedia pada setiap kegiatan di PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit Lampung. Dengan sumber air bersih yang ada di PT
Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Lampung berasal dari sumur tanah
yang dioperasikan secara online.
Menurut PERMENKES NO 32 tahun 2017 tentang standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan
hygiene sanitasi, kolam renang solus per aqua, dan pemandian umum.
menyebutkan bahwa air untuk keperluan hygiene sanitasi memiliki
persyaratan kesehatan yaitu:
1. Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang
pembawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan vector
a) Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang
pembawa penyakit
b) Jika menggunakan container sebagai penampung air harus
dibersihkan secara berkala minimum 1 kali seminggu
2. Aman dari kemungkinan kontaminasi
20
b. Pengolahan Air Minum
Air minum yang ada di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit
Lampung berasal dari air galon yang disediakan dibeberapa titik yaitu di
dapur, ruang tunggu tamu, dan di IT.
Menurut PERMENKES 43 TAHUN 2014 tentang Hygiene Sanitast
Depot Air Minum, menyatakan bahwa persyaratan hygiene sanitasi dalam
pengelolaan air minum meliputi aspek diantaranya tempat, peralatan, dan
penjamah. Dijelaskan bahwa aspek tempat yaitu meliputi lokasi berada di
daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan penularan penyakit,
lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, mudah dibersihkan, dan
tidak terjadi genangan air. Harus memiliki ventilasi untuk pertukaran
udara dengan baik.
Sedangkan, pada lokasi air minum di PT Japfa Comfeed Indonesia
Tbk Unit Lampung tidak terlihat adanya genangan air di sekelilingnya.
C. Pengolahan Limbah
a. Pengolahan Limbah Padat
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Lampung menghasilkan
Limbah Padat seperti kertas, kardus, sisa makanan, plastik, dedaunan,
dan lain-lain. Limbah tersebut diletakkan dalam satu tempat pembuangan
dan tidak ada pemisahan antara sampah organik dan anorganik.
Menurut Permenkes No 70 tahun 2017 tentang Standar Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri menyatakan bahwa di satu tempat
industri harus mempunyai tempat penyimpanan sampah, sampah daur
ulang yang mencukupi, mudah dan efektif untuk dibersihkan.
Dengan begitu PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Lampung
belum memenuhi syarat karena belum adanya pemisahan antara sampah
organik dan anorganik.
21
a) Pengolahan limbah cair domestik
1. Bak Penampung Inlet Domestik
22
3. Ekualisasi
23
merupakan kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri
yang melekat di suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat
karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri. Biofilm terbentuk
karena mikroorganisme cenderung menciPTakan lingkungan
mikro dan relung mereka sendiri. Biofilm memerangkap
nutrisi untuk pertumbuhan populasi mikroorganisme dan
membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada
sistem yang mengalir. Dengan demikian air limbah akan
kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air
maupun yang menempel pada permukaan media yang mana
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga
efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses
ini sering dinamakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
5. Sedimentasi
24
6. Outlet IPAL Domestik dan Bak Penaatan
Air blowdown boiler yang panas di alirkan pada bak ini yang
memiliki fungsi agar dapat menetralkan suhu air menjadi
normal atau suhu ruang agar dapat diolah di proses
selanjutnya
25
2. Bak Kontrol Basin
3. Screening
26
4. Adjuster pH
27
6. Ekualisasi
28
8. Sedimentasi
9. Filtrasi 4-6
29
10. Filtrasi 7-10
30
Menurut Permen LH Nomor 3 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Kawasan Industri, menyebutkan bahwa penanggung jawab
kawasan industri wajib menggunakan saluran pembuangan air limbah
yang kedap air sehingga tidak terjadi perembasan air limbah ke
lingkungan.
Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah di PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk Unit Lampung sudah dalam keadaan tertutup dan
bangunannya sudah permanen.
c. Pengolahan Limbah B3
Di PT japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Lampung memiliki limbah
B3 yaitu oli, aki bekas, bekas lampu, sisa bahan fungigasi, botol bekas
bahan fungigasi, dan botol bekas bahan kimia. Semua Limbah B3
ditampung di tempat sementara (gudang limbah B3). Pengangkutan
limbah B3 dilakukan setiap setahun sekali dan diserahkan ke pihah ke-3.
Limbah sisa bahan fungigasi jika terkena air akan meledak jadi
diperlukan pendekaktifasian yaitu dengan cara memasukan ke dalam
ember dan diberi sedikit demi sedikit air yang telah diberi sabun lalu
dipindahkan kedalam tong yang lebih besar dan ditutup. Menurut
Permenkes No 70 tahun 2017 tentang standar persyaratan kesehatan
lingkungan kerja industri, menyatakan bahwa jika industri menghasilkan
limbah B3 maka harus disediakannya ruangan khusus, jika tidak ada
pengelolaannya harus di kelola pihak ke-3 yang sudah memiliki izin
dalam pengelolaan limbah. Pada PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit
Lampung sudah memenuhi syarat dikarenakan sudah adanya kesediaan
ruangan khusus untuk limbah B3, lalu dilanjutkan dengan diserahkan
kepada pihak ke 3 yang sudah memiliki sertifikat untuk mengelola
limbah B3.
E. Sistem manajemen K3
Sistem management K3 di PT Japfa Comfeed Indonesia The Unit
Lampung mendapatkan Profer berwarna Biru. PT Japfa Comfeed Indonesia
Tbk Unit Lampung masih berproses untuk mencapai Zero Accident.
Menurut Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bahwasanya sistem manajemen yang baik, dimulai dengan dilakukannya
identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penentuan pengendaliannya.
31
Dalam melakukan hal ini, harus dipertimbangkan berbagai persyaratan
perundangan K3 yang berlaku serta persyaratan lainnya.
Di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Lampung sistem
manajemen K3 belum sepenuhnya terlaksana, dilihat dengan adanya
beberapa pekerja yang belum disiplin dalam menggunakan APD. Dari
penggunaan APD bisa menunjukan bahwasannya untuk menekan angka
kecelakaan kerja atau zero accident masih belum dapat terlaksana.
Tabel
NO Tempat Hasil inspeksi Saran
1 Kantin A Tidak memiliki kotak Diharuskan memiliki kotak sampah yang
(kiri) sampah yang tertutup, tertutup dan kedap air agar serangga seperti
yang memicu datang lalat kecoak tidak berdatangan
nya salah satu vektor
yaitu lalat
Peralatan sapu dan pel Sebaiknya peralatan sapu dan pel diletakkan
diletakkan dekat di tempat khusus (diluar kantin) atau
dengan tempat setidaknya berjauhan dengan tempat
makanan makanan
Masih banyaknya Sebaiknya gunakan lilin yang diletakkan di
lalat dikantin atas meja atau perangkap lainnya untuk
mengurangi datangnya lalat
Meja dan kursi masih Setiap pelanggan selesai makan sebaiknya
ada yang kotor segera dibersihkan/lap meja dan kursi, karna
jika basah atau kotor akan memicu
datangnya lalat. Dan juga setiap orang
tentunya membawa bakteri masing-masing
Tidak adanya penutup Sebaiknya disediakan penutup etalase
makanan penyimpanan makanan jadi seperti hordeng
atau tutup makanan agar tidak menjadi
tempat hinggapnya lalat
2 Kantin B Peralatan sapu dan pel Sebaiknya peralatan sapu dan pel diletakkan
(kanan) diletakkan dekat di tempat khusus (diluar kantin) atau
dengan tempat setidaknya berjauhan dengan tempat
makanan makanan
32
Masih banyaknya Sebaiknya gunakan lilin yang diletakkan di
lalat dikantin atas meja atau perangkap lainnya untuk
mengurangi datangnya lalat
Meja dan kursi masih Setiap pelanggan selesai makan sebaiknya
ada yang kotor segera dibersihkan/lap meja dan kursi, karna
jika basah atau kotor akan memicu
datangnya lalat. Dan juga setiap orang
tentunya membawa bakteri masing-masing
Tidak adanya penutup Sebaiknya disediakan penutup etalase
makanan penyimpanan makanan jadi seperti hordeng
atau tutup makanan agar tidak menjadi
tempat hinggapnya lalat
G. Kebutuhan Toilet
Standar baku mutu sarana toilet untuk pekerja industri ditetapkan
berdasarkan rasio yaitu perbandingan jumlah toilet dengan jumlah pekerja.
Rasio sarana toilet berbeda antara laki laki dan perempuan, jika toilet
digunakan oleh pekerja laki-laki maka harus ada Paturasan atau Urinoir
paling banyak 1/3 dari jumlah toilet yang digunakan.
Berikut persyaratan jumlah toilet dan jumlah pekerja Menurut
PERMENKES RI No. 70 TAHUN 2016
Tabel
NO Jumblah toilet Jumlah pekerja
1 1 15
2 2 16-35
3 3 35-55
4 4 56-80
5 5 81-110
6 6 111-150
Ditambah 1 toilet setiap tambah 40 orang >150
33
otot-otot di dalam tubuh, meningkatkan stamina tubuh dan masih banyak
lagi manfaatnya, sehingga tubuh menjadi lebih sehat dan segar.
Dalam rangka menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk Unit Lampung melakukan kegiatan senam sehat
setiap jumat pagi di dalam GEDUNG SERBAGUNA yang dipandu oleh 2
orang instruktur senam.
34
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) di PT
japfa compfeed Indonesia Tbk. Unit lampung kami memperoleh
pengetahuan tentang teori-teori, praktek dan bahan-bahan atau benda yang
belum pernah di pelajari di kampus. Disamping itu juga kami dapat
mengetahui bagaimana pengalaman bekerja di industry, dapat memahami
konsep-konsep non akademis dan non-teknis di dunia kerja, menjaga dan
menerapkan 5S (senyum,salam, sapa, sopan, santun) terhadap siapa saja
yang ada di lingkungan industry, serta melakukan pola hidup sehat dengan
melaksanakan senam sehat setiap hari jum’atnya. Selain itu PT japfa
comfeed Indonesia Tbk. Unit lampung telah menyediakan pelayanan
kesehatan yang sudah memenuhi standar yang harus disediakan dalam
ruang kesehatan perusahaan sebagai pertolongan pertama pada kecelakaan
kerja.
Dan dari pengamatan yang kami lakukan dengan acuan dari
PERMENKES bahwa Pengolahan Air, Pengolahan Limbah dan Persyaratan
Kebutuhan Toilet di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Lampung sudah
Memenuhi Persyaratan.
Dan Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, terdapat beberapa
bagian yang Belum Memenuhi Persyaratan yaitu masih banyak tenaga kerja
yang belum memakai APD yang sesuai dengan ketentuan, sampah organik
dan anorganik belum dipisah dan tempat sampah yang ada belum tertutup,
serta kantin yang masih kurang terjaga hygiene dan sanitasi nya.
B. Saran
1. bagi industry
a. Sebaiknya perusahaan melakukan pemisahan sampah organik dan
anorganik, serta menyediakan penutup tempat sampah agar tidak
menimbulkan bau dan pencemaran lainnya.
b. Untuk tertib nya pemakaian APD hendaknya Perusahaan
menegaskan dan lebih konsisten dalam melakukan Sosialisasi
Kebijakan K3
c. Untuk Hygiene Sanitasi Kantin sebaiknya Perusahaan lebih
memperhatikan lagi
35
2. Bagi institusi
a. Pemantauan terhadap mahasiwa/i yang sedang Prakerin maupun
yang baru akan melaksanakan Prakerin agar lebih ditingkatkan lagi
untuk menyakinkan pihak perusahaan terhadap program
PRAKERIN ini.
b. Dalam pembekalan materi fisik maupun mental agar lebih
ditingkatkan terutama untuk pembinaan mental mahasiswa/i.
c. Dan juga Bapak/Ibu Dosen selalu memberikan motivasi, bimbingan
dan keringanan pada mahasiswa yang sedang PRAKERIN.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anwar dkk. (1988). Depkes RI, 2000, Depkes RI, 2004, Permenkes No.
715/Menkes/SK/V/2003, Permenkes No.
942/MENKES/SK/VII/2003.
Republik Indonesia. (1993). Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja. Presiden Republik Indonesia.
Jakarta.
Soemarko, Dewi. (2012). Penyakit Akibat Kerja “Identifikasi dan rehabilitasi Kerja”.
Departemen IKK FKUI.
Wibowo, David Rudy dkk. (2021). “Pedoman Klasifikasi Diagnosis Penyakit Akibat Kerja”.
Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia dan Kloegium
Kedokteran Okupasi Indonesia.
37
LAMPIRAN
Pengamatan limbah B3 di PT
Japfa Comfeed Indonesia
Unit Lampung
Pengenalan lingkungan
pabrik di PT Japfa Comfeed
Indonesia Unit Lampung
38
Pemasangan rambu rambu
kebersihan di PT Japfa
Comfeed Indonesia Unit
Lampung
39
Pemasangan rambu – rambu
limbah B3 di PT Japfa
Comfeed Indonesia Unit
Lampung
40
Pengambilan sampel air
limbah domestic di PT Japfa
Comfeed Indonesia Unit
Lampung
41
LOGBOOK KEGIATAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
MAHASISWA PRODI SANITASI PROGRAM DIPLOMA III
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
42
11 Senin, 24 oktober Pengecekan dan pemasangan rambu –
2022 rambu kebersihan di sekitan TPS dan
mushola
12 Selasa, 25 oktober Pembuatan pembukaan video ipal dan
2022 dubbing video ipal
Deden Sukmawan
43