Kel 3 - Inovasi - Selesai

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

INOVASI DALAM BIDANG KETENAGAAN PENDIDIKAN

MATA KULIAH INOVASI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Fina Umu Rif Athi. M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Munifatul Arifah
2. Novi Handayani

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYUBANNUL WATHON MAGELANG

2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru profesional merupakan orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Sedangkan profesionalisme guru
mengandung pengertian kegiatan dan atau usaha meningkatkan kompetensi guru kearah
yang lebih baik dari berbagai aspek demi terselenggaranya pelayanan kegiatan atau
pekerjaan profesi guru. Profesionalisme guru memberikan kemungkinan perbaikan dan
pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik
mungkin serta memaksimalkan kompetensi. 1
Guru harus mengetahui bahwa yang dianggap baik saat ini belum tentu benar di
masa yang akan datang. Oleh karena itu, guru dituntut selalu meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan dalam menunjang profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan yang
terjadi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. 2 Sejalan dengan hal itu, profesi guru
melayani peserta didik berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tentu harus mempunyai daya
pikir yang cukup dan mampu berpikir sistematik. Dalam UU No.14 tahun 2005 pasal 8
menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pemerintah senantiasa mencari jalan untuk mendapatkan guru yang berkualitas
tinggi serta profesional. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan profesionalisme guru antara lain melalui sertifikasi guru. Dengan adanya
sertifikasi guru ini diharapkan kinerja guru terus meningkat. Hal ini dapat dilihat tidak
sekedar dari aspek administratif kepegawaiannya saja namun juga dari aspek peningkatan
kemampuan profesionalisme dan komitmennya sebagai pendidik. Pemerintah menetapkan
regulasi melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional dan Angka
Kreditnya untuk mencapai tujuan tersebut, bahwa guru yang telah memiliki sertifikasi
pendidik diwajibkan melaksanakan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
Pengembangan keprofesian berkelanjuatan ini merupakan pengembangan kompetensi guru
yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Angka 1
2
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hal.4
profesionalitasnya. 3 Bentuk kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan ini
sendiri terdiri 3 bentuk kegiatan yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya
inovatif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana multiperan tenaga pendidik?
2. Bagaimana Pengembangan kompetensi tenaga pendidik berkelanjutan?

C. Tujuan
1. Untuk memahami multiperan tenaga pendidik
2. Untuk memahami pengembangan kompetensi tenaga pendidik berkelanjutan

3
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negera Dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Pasal
1 Angka 5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Multiperan Tenaga Pendidik


1. Multiperan Guru di Sekolah
Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,
melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam
bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah tenaga pendidik/
tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah mengajar. Tenaga pendidik yang dimaksud
penulis adalah guru. Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan,
karena guru menjadi tokoh teladan bagi siswa. Oleh sebab itu, guru harus memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Akan tetapi, sesuai adanya
perkembangan baru sekitar proses belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru
untuk meningkatkan perannya, karena proses belajar mengajar sebagian besar
ditentukan oleh peran guru di sekolah. Peran guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah selain peran utamanya adalah meliputi banyak hal, antara lain:
a. Guru Sebagai Demonstrator dan Motivator : Sebagai demonstrator, maka guru memiliki
peran dalam memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis, dan apa yang
disampaikannya itu betul-betul dapat dimiliki oleh peserta didik, sehingga mereka
(peserta didik) akan mampu mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya
pada tingkat keberhasilan yang lebih optimal. Untuk sampai ke tujuan tersebut, maka di
samping guru sebagai demonstrator, ia juga berperan sebagai motivator, yakni
merangsang dan atau memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
Dalam semboyan pendidikan di Taman Siswa sudah lama dikenal dengan istilah ing
ngaso sun tulodo dan ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dengan
semboyang ini, maka sangat nampak bahwa peranan guru sebagai motivator sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan
mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangakut performance dalam arti
personalisasi dan sosialisasi diri.
b. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator : Sebagai mediator, maka guru berperan sebagai
penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator menurut Sudirman AM, berarti guru
sebagai penyedia media, yakni bagaimana upaya guru meyediakan dan
mengorganisasikan penggunaan media pembelajaran. Karena guru sebagai mediator,
praktis bahwa ia juga berperan sebagai fasilitator, yakni memberikan fasilitas atau
kemudahan dalam proses belajar mengajar yang sedemikian rupa, dan serasi dengan
perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar akan berlangsung secara efektif. Hal
ini, sesuai dengan paradigma “Tut Wuri Handayani”.
c. Guru sebagai Evaluator dan Pengelola Kelas : Sebagai evaluator, maka guru berperan
mengadakan evaluasi, yakni penilaian terhadap hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian, penguasaan
peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan. Sekiranya, peserta didik belum sampai
pada tingkat keberhasilan, maka guru dituntut lagi untuk lebih berperan sebagai
pengelola kelas, dalam arti bahwa ia berperan sebagai learning manager, yakni
mengelola kelas dan mengarahkan lingkungan kelas agar kegiatan-kegiatan belajar
terarah kepada tujuan-tujuan untuk keberhasilan siswa secara optimal.

Multiperan guru sebagaimana diuraikan di atas, sangat penting penjabaran-nya, dan


akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan berfungsi dengan
baik, karena berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai
sentral dalam keseluruhan proses pembelajaran. Mohamad Surya menyatakan bahwa
peran guru di sekolah adalah dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat
operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada
tingkat institusional, intsruksional, dan eksperiensal. Hal yang demikian ini
mengandung makna bahwa peran harus dipertahankan, bahkan sebaiknya lebih
ditingkatkan. Karena itu, maka guru juga dituntut untuk memiliki komitmen yang kuat
dalam upaya menfungsikan multiperannya secara utuh dan menyeluruh. 4

2. Multiperan Guru di Luar Sekolah


Di luar sekolah, guru juga memiliki multiperan yang signifikan. Di lingkungan
keluarga misalnya, guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau isteri),
sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa
guru sebagai unsur keluarga harus mampu mewujudkan keluarga yang kokoh, sehingga
menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan.
Menurut Mohamad Surya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik
masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, guru harus menunjukkan kepribadiannya
secara efektif agar menjadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Sebagai agen
masyarakat, guru berperan sebagai mediator antara masyarakat dan dunia pendidikan.
Dalam hal ini, Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa guru berperan untuk menyampaikan

4
Sudirman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-
masalah pendidikan. Guru juga sebagai pemimpin generasi muda, maka masa depan
generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam
mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa.
Multiperan guru yang disebutkan di atas, berfungsi sebagaimana mestinya, maka akan
membawa lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat pada suasana edukatif,
sehingga akan tercipta lingkungan yang berpendidikan, terarah dan menyeluruh, baik di
sekolah maupun di luar sekolah, misalnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Multiperan guru di luar sekolah, perlu diwujudkan secara nyata melalui satu pendekatan
dan program yang dilaksanakan secara profesional, sistemik, sinergik, dan simbiotik dari
semua pihak terkait.5

B. Pengembangan Kompetensi Tenaga Pendidik Berkelanjutan


Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah “pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan
untuk meningkatkan keprofesionalannya.” 6
Unsur kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan terdiri atas 3 macam kegiatan
seperti di bawah ini:
1. Pengembangan diri, yang meliputi diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru yang
meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru.
2. Publikasi Ilmiah, yang meliputi publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan
inovatif pada bidang pendidikan formal dan publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan dan pedoman guru.
3. Karya inovatif, yang meliputi : menemukan teknologi tepat guna,
menemukan/menciptakan karya seni, membuat/memodifikasi alat
pelajara/peraga/praktikum, dan mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal dan sejenisnya 7

a. Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme
diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan,

5
Surya, H. Mohamad. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
6
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
7
Zainal Aqib, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru (Bandung : Yrama Widya, 2013), hlm 28
teknologi, dan/atau seni. 8 Kegiatan pengembangan diri terdiri dari pengembangan
diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru. Diklat fungsional adalah upaya
peningkatan kompetensi guru dan/atau pemantapan wawasan, pengetahuan, sikap,
nilai, dan keterampilan yang sesuai dengan profesi guru yang bermanfaat dalam
pelaksanaan tugas guru melalui lembaga yang memiliki ijin penyelenggaraan dari
instansi yang berwenang. 9Kegiatan kolektif guru mencakup : kegiatan lokakarya
atau kegiatan kelompok guru untuk penyusunan kelompok kurikulum dan/atau
pembelajaran, pembahas atau peserta pada seminar, koloquim, diskusi pannel atau
bentuk pertemuan ilmiah lain, dan kegiatan kolektif lain yang sesuai dengan tugas
dan kewajiban guru.10

b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat
sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran
di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah
mencakup 3 kelompok kegiatan yaitu :
1). Presentasi pada forum ilmiah; sebagai pemrasaran/narasumber pada seminar,
lokakarya ilmiah, koloqium atau diskusi ilmiah 11
2). Publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan
formal. Publikasi ilmiah ini mencakup perbuatan :

a) Karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya
yang :
(1) Diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk buku yanh ber-ISBN dan diedarkan
secara nasional atau telah lulus dari penialai ISBN,
(2) Diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat nasional yang
terakreditasi provinsi dan tingkat kabupaten/kota,
(3) Diseminarkan di sekolah atau disimpan di perpustakaan

b) Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada


satuan pendidikan yang dimuat di :
(1) jurnal tingkat nasional yang terakreditasi;
(2) jurnal tingkat nasional yang tidak terakteditasi/tingkat provinsi
(3) jurnal tingkat lokal (kabupatn/kota/sekolah/madrasah, dan sebagainya.

8
Kemendiknas Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kerja Kependidikan, Pembinaan Dan
Pengembangan Profesi Guru Buku 1 Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Jakarta :
Kemendiknas, 2010), hlm. 13
9
Ibid
10
Ibid ., hal 14
11
Ibid., hlm. 15
3). Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru.
Publikasi ini mencakup perbuatan :
a) Buku pelajaran per tingakat atau buku pelajaran yang :
(1) Lolos penilaian BSPN
(2) Dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN
(3) Dicetak oleh penerbit dan belum ber-ISBN

b) Modul/diklat pembelajaran per semester yang digunakan di tingkat:


(1) Provinsi dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Provinsi;
(2) Kabupate/kota dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Kabupatn/Kota;
(3) Sekolah/madrasah setempat.

c) Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit yang berISBN dan/atau
tidak ber-ISBN;
d) Karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala sekolah/madrasah tiap
karya;
e) Buku pedoman guru.

c. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas
proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan pendidikan, sains/teknologi,
seni. 12 Karya inovatif ini mencakup :
1) Penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks dan/atau sederhana;
2) Penemuan/penciptaan atau pengembangan karya seni ketegori kompleks
dan/atau sederhana;
3) Pembuatan/pemodifikasian alat pelajaran/peraga/praktikum kategori kompleks
dan/atau sederhana;
4) Penyusunan standar, pedoman, soal atau sejenisnya pada tingkat nasional
maupun provinsi.

12
Ibid., hlm. 17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, baik di
dalam maupun di luar sekolah. Di sekolah, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar,
tetapi juga sebagai demonstrator, motivator, mediator, fasilitator, evaluator, dan pengelola
kelas. Peran-peran ini untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mendukung
perkembangan siswa secara optimal. Di luar sekolah, guru berfungsi sebagai anggota
keluarga dan masyarakat, yang harus menjadi teladan dan agen perubahan. Keterlibatan guru
dalam kehidupan sosial sangat penting untuk membentuk generasi muda yang berkualitas
dan beretika.

Pengembangan kompetensi tenaga pendidik secara berkelanjutan juga menjadi fokus utama,
meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Melalui upaya ini, guru
dapat meningkatkan profesionalisme dan berkontribusi positif terhadap kemajuan
pendidikan di Indonesia. Pengembangan diri meliputi kegiatan loka karya, seminar dan
kegiatan kolektif lainnya, publikasi ilmiah salah satunya meliputi yaitu karya tulis,
sedangkan karya inovatif meliputi pembuatan alat Pelajaran atau modul ajar
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aqib, Zainal. 2013. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru. Bandung :


Yrama Widya.

Kemendiknas Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kerja


Kependidikan. 2010. Pembinaan Dan Pengembangan Profesi Guru Buku 1
Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Jakarta :
Kemendiknas.

Kunandar. 2014. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Rusaman. 2012. Model-Model Pembelanjaran Mengembangkan Profesionalisme Guru


Edisi Kedua. Depok : PT Rajagrafido Persada.
Sudirman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2000.

Surya, H. Mohamad. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Peraturan Pemerintah Republik Indoensia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

Anda mungkin juga menyukai