M.Mujib Thohir
M.Mujib Thohir
M.Mujib Thohir
2. Proses pengembangan kurikulum secara umum dipengaruhi dari beberapa tokoh dan
pemikiran. Berikan argumen siapa tokoh yang paling mempengaruhi pengembangan
kurikulum PAI, berikan penjelasan secara mendalam! (Jawaban berupa argumen ilmiah
dengan artikel jurnal atau buku dengan menulis jawaban 300-400 kata)
Jawaban:
Salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam pengembangan kurikulum
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah Syed Muhammad Naquib al-Attas. Pemikiran al-Attas
tidak hanya berdampak pada pendidikan Islam secara umum, tetapi juga pada struktur dan
substansi kurikulum PAI di Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya.
Al-Attas mengemukakan pentingnya pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai
moral dan spiritual dalam bukunya "Islam and Secularism" (1978). Ia menekankan bahwa
pendidikan harus berfungsi sebagai alat untuk membangun karakter dan kepribadian individu,
yang selaras dengan ajaran Islam. Dalam konteks PAI, hal ini menjadi landasan penting
dalam merumuskan tujuan dan materi pembelajaran. Konsep pendidikan al-Attas
mengedepankan integrasi antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas, yang sejalan dengan
kebutuhan zaman modern yang sering kali menghadapi masalah moral.
Selain itu, al-Attas juga memperkenalkan istilah "pengetahuan yang benar" (true
knowledge), yang menggambarkan pengetahuan yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi
juga memiliki dimensi etika dan moral. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum PAI
diharapkan tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan agama, tetapi juga pada penguatan
nilai-nilai moral dan akhlak siswa. Menurutnya, pendidikan yang efektif adalah pendidikan
yang mampu membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kesadaran
spiritual yang tinggi.
Dalam jurnal "Educational Philosophy and Theory" oleh Kamaruzzaman (2020),
disebutkan bahwa pemikiran al-Attas mendorong pengembangan kurikulum yang lebih
holistik, yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan agama. Kurikulum PAI yang
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip ini diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk
menghadapi tantangan global sambil tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
Lebih lanjut, al-Attas juga menekankan pentingnya pengajaran bahasa Arab sebagai
bahasa Al-Qur'an dalam kurikulum PAI. Penguasaan bahasa Arab tidak hanya membantu
siswa memahami teks-teks agama, tetapi juga memperkuat identitas dan pemahaman mereka
terhadap nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, pengaruh Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam pengembangan
kurikulum PAI sangat signifikan. Pemikiran dan prinsip-prinsipnya tentang pendidikan yang
terintegrasi, holistik, dan berorientasi nilai memberikan kerangka kerja yang jelas bagi
penyusunan kurikulum PAI yang relevan dan efektif dalam konteks zaman kini. Melalui
penerapan konsep-konsep ini, kurikulum PAI dapat memenuhi tantangan moral dan
intelektual yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.
3. Secara materi kurikulum agama Islam di sekolah dan madrasah sangat berbeda. Bagaimana
pendapatmu dengan hal ini? (Jawaban berupa argumen ilmiah dengan artikel jurnal atau buku
dengan menulis jawaban 200-300 kata)
Jawaban:
Perbedaan materi kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) antara sekolah umum
dan madrasah merupakan isu penting dalam pendidikan Islam. Kurikulum di madrasah
biasanya lebih fokus pada pengajaran agama secara mendalam, seperti ilmu fiqh, tafsir, dan
akidah. Sebaliknya, kurikulum di sekolah umum lebih umum dan terintegrasi dengan mata
pelajaran lain.
Menurut Muhaimin (2017) dalam "Jurnal Pendidikan Islam", perbedaan ini
mencerminkan kebutuhan dan konteks masing-masing lembaga. Madrasah bertujuan
mendalami ajaran Islam dan membentuk generasi yang memahami dan mengamalkan nilai-
nilai agama. Hal ini penting untuk menyiapkan siswa menghadapi ujian akademis dan
tantangan moral dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, sekolah umum, terutama di lingkungan pluralistik, mungkin mengadopsi
pendekatan yang lebih inklusif dalam PAI. Pendekatan ini bertujuan untuk menghormati
keragaman siswa dan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai nilai-nilai agama
tanpa terfokus hanya pada satu tradisi. Menurut Mardani (2021) dalam "International Journal
of Education and Learning", ini dapat memfasilitasi dialog antar agama dan meningkatkan
toleransi di kalangan siswa.
Namun, tantangan muncul ketika siswa di sekolah umum mungkin tidak memiliki
pemahaman mendalam tentang agama mereka. Oleh karena itu, penting untuk menemukan
keseimbangan antara kedalaman pengajaran agama dan persiapan siswa untuk hidup dalam
masyarakat beragam. Dengan demikian, perbedaan kurikulum PAI dapat saling melengkapi
demi menghasilkan generasi yang cerdas dan berpengetahuan agama.