0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan111 halaman

Ubt13 03 2024 091744

Diunggah oleh

Aisyah Rasyid
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan111 halaman

Ubt13 03 2024 091744

Diunggah oleh

Aisyah Rasyid
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 111

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIK


SELULITIS DI RUANGAN PERAWATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TARAKAN

Oleh:

AYUNING DWI MAHISWARA


NPM: 14.701020.039

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2016 / 2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.S DENGAN SELULITIS
DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

DISUSUN DALAM RANGKA UJIAN AKHIR PROGRAM JURUSAN


KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017

OLEH :
AYUNING DWI MAHISWARA
NPM : 14701020039

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2016 / 2017
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

Rahmat dan KaruniaNya penulis mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. S dengan “Selulitis” di Ruang

perawatan anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan”.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan program pendidikan Jurusan Keperawatan di Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Dalam penyusunan laporan tugas akhir

ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1) Prof. Dr. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.

2) dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD selaku Direktur Rumah Sakit Umum

Daerah Tarakan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengaplikasikan ilmu saya.

3) Sulidah, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan, sebagai pembimbing 1 dan penguji 2 yang telah

memberikan masukan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Memberikan motivasi selama

penulis mengikuti perkuliahan di DIII Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.


iv

4) Yuni Retnowati, SST,M.Keb selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan, yang telah memberikan masukan, bimbingan

dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini.

5) Alfianur, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Pjs Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan

6) Dewy Hariyanti Parman, S.Kep, Ns., M.Kep., Sp.KMB, selaku Pjs Sekretaris

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan

7) Donny Tri Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku penguji 1 yang telah

memberikan masukan, bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

8) Winarsih Agustina, S.Kep., Ns, selaku penguji 3 dan pembimbing 2 yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi dan membantu menyelesaikan

penulisan Laporan Tugas Akhir.

9) Putri Ayu Utami, S.Kep., Ns, selaku dosen Universitas Borneo Tarakan yang

telah memberikan bimbingan, masukan serta dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

10) Hasni, S.Kep. Ns, selaku Kepala Ruangan dan penguji ujian praktek yang

telah banyak membantu selama penyelenggaraan Ujian Akhir Program di

Ruang Anak Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

11) Bapak/ibu dosen dan staff Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan.


v

12) Keluarga klien An.S yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam

memberikan informasi yang penulis butuhkan.

13) Ibunda Hj. Sri Murti S.Pd, Ayahanda IPTU H. Supangat S.H dan saudara-

saudara ku yang saya hormati yang dengan penuh kesabaran dalam

memberikan dukungan baik moril maupun materi yang tak ternilai harganya

kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan hingga akhirnya dapat

menyelesaikan program pendidikan ini. Terima kasih banyak atas semuanya.

14) Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan yang telah memberikan bantuan, semangat,

dorongan serta kerjasamanya dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir masih belum

sempurna dan masih banyak membutuhkan perbaikan, oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada

umumnya dan khususnya bagi perawat dalam usaha meningkatkan pelayanan

kesehatan sesuai dengan standar profesi keperawatan.

Tarakan, 24 Juli 2016

Ayuning Dwi Mahiswara


vi

ABSTRAK
Asuhan keperawatan pada An. S dengan Diagnosa
Medis “Selulitis” di ruang perawatan anak
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

Ayuning Dwi Mahiswara, Sulidah, Winarsih Agustina

Selulitis merupakan permasalahan kesehatan yang banyak dianggap remeh oleh


berbagai negara secara global. Sekitar 14,2 juta orang di Negara Amerika Serikat
mengidap penyakit ini. Angka kejadian di Indonesia sebanyak 318.332 orang.
Metode penulisan deskriptif yaitu studi kasus melalui teknik pengumpulan data,
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dokumentasi dan studi perpustakaan guna
memperoleh gambaran nyata tentang penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan Selulitis, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada penderita Selulitis secara langsung melalui pendekatan proses
keperawatan kemudian pada studi kasus asuhan keperawatan pada An. S dengan
Selulitis yang dirawat diruang perawatan anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
didapatkan lima masalah diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
proses inflamasi, ketidakefektifan thermoregulasi berhubungan dengan proses
perjalanan penyakit, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular atau nyeri, defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kurang
pengetahuan (keluarga) tentang penyakit dan penanganan penyakit Selulitis.
Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan dan kriteria hasil yang telah disusun
berdasarkan prioritas masalah maka hasil evaluasi yang telah di capai ada satu
diagnosa yang belum teratasi dan empat diagnosa yang teratasi.

Kata Kunci: Proses Keperawatan, Selulitis, Nyeri akut.


vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan umum ............................................................................. 4

1.3 Tujuan khusus ............................................................................. 4

1.4 Metode Penulisan........................................................................ 4

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 5

BAB II : LANDASAN TEORI


2.1 Konsep Dasar Selulitis ................................................................ 7

2.1.1 Pengertian .......................................................................... 7

2.1.2 Anatomi fisiologi ............................................................... 8


viii

2.1.3 Etiologi .............................................................................. 10

2.1.4 Patofisiologi....................................................................... 10

2.1.5 Manifestasi klinis .............................................................. 11

2.1.6 Pemeriksaan penunjang ..................................................... 11

2.1.7 Komplikasi ........................................................................ 11

2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................12

2.1.9 Pencegahan .......................................................................12

2.10 Tumbuh Kembang ............................................................. 12

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.......................................... 13

2.2.1 Pengkajian ......................................................................... 13

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................... 19

2.2.3 Perencanaan ....................................................................... 21

2.2.4 Implementasi ..................................................................... 26

2.2.5 Evaluasi ............................................................................. 28

BAB III : LAPORAN KASUS


3.1 Pengkajian ................................................................................... 32

3.1.1 Biodata .............................................................................. 32

3.1.2 Keluhan utama .................................................................. 33

3.1.3 Riwayat kesehatan ............................................................ 33

3.1.4 Aktivitas sehari-hari .......................................................... 38

3.1.5 Pemeriksaan fisik .............................................................. 40

3.1.6 Tes diagnostik ................................................................... 43

3.1.7 Data fokus ......................................................................... 44


ix

3.1.8 Penyimpangan KDM ........................................................ 46

3.1.9 Analisa data ...................................................................... 47

3.2 Diagnosa keperawatan ................................................................ 50

3.3 Rencana keperawatan ................................................................. 50

3.4 Implementasi ............................................................................... 53

3.5 Evaluasi ....................................................................................... 59

BAB IV : PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ................................................................................... 61

4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 62

4.3 Perencanaan ................................................................................ 65

4.4 Implementasi ............................................................................... 68

4.5 Evaluasi ....................................................................................... 70

BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 72

5.2. Saran............................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Penyimpangan KDM Selulitis ....................................................... 18

Bagan 3.1 Genogram Keluarga An.s............................................................... 35

Bagan 3.2 Penyimpangan KDM Keluarga An.S ............................................. 46


xii

DAFTAR LAMPIRAN

1) SAP

2) Leaflet

3) Lembar balik

4) Lembar konsul
xii

DAFTAR SINGKATAN

A : Assessment.

An : Anak.

BAB : Buang Air Besar.

BAK : Buang Air Kecil.

BCG : Bacille Calmette Guerin

b/d : Berhubungan dengan.

Cc : Centimeter Cubic

Cm : Centi meter.

Depkes : Departemen Kesehatan.

DPT : Diphteria, Pertusis, Tetanus.

HCT : Hematokrit.

HGB : Hemoglobin.

IGD : Instalasi Gawat Darurat.

IMT : Indeks Massa Tubuh.

IVFD : Intravena Vennes Fluid Drip.

IV : Intra Vena.

Kg : Kilogram.

LTA : Laporan Tugas Akhir.

MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin.

MCHC : Mean Cell Hemoglobin Concentration.

MCV : Mean Corpusculor Volume.

mg : Mili Gram.

mmHg : Milimeter Merkuri (Hydrargyrum).

Ny : Nyonya.
xiv

O : Objektif.

P : Planning.

PLT : Platelet.

RBC : Red Blood Cell.

RI : Republik Indonesia.

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah.

S : Subjektif.

SAP : Satuan Acara Penyuluhan.

SD : Sekolah Dasar

SMART : Spesifik, Measurable, Achievable,Reasonable,Time.

SOAP : Subjectif, Objectif, Assesment, Planning.

SOAPIER : Subjectif, Objectif, Assesment, Planning, Intervensi, Revision.

TB : Tinggi Badan.

Tn : Tuan.

TPM : Tetes Per Menit.

TT : Tetanus Tocsoid.

WBC : White Blood Cell.

WHO : World Health Organization.


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Word Health Organization (WHO) batasan kesehatan ialah

keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan

penyakit atau kelemahan. Sedangkan dalam Piagam Ottawa dikatakan bahwa

kesehatan merupakan sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan

hidup. Kesehatan ialah konsep positif yang menekankan pada sumber daya

pribadi, sosial dan kemampuan fisik (Sudarsana, 2015).

Pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan mempunyai peran

penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia

Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut

diselenggarakan barbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan

terpadu, dan salah satu upaya untuk mencapai pembangunan kesehatan adalah

persiapan dalam kesiapan tenaga kesehatan dan salah satunya yaitu tenaga

keperawatan (Depkes RI, 2015).

Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan

individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan

menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi. Definisi modern mengenai

keperawatan didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan suatu seni yang

memfokuskan pada mempromosikan kualitas hidup yang didefinisikan oleh


2

orang atau keluarga, melalui seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai

asuhan pada kematian (Padila, 2012).

Keperawatan anak merupakan bagian dari disiplin ilmu keperawatan yang

terdiri atas dua bidang ilmu keperawatan yaitu keperawatan anak dan

keperawatan maternitas. Ilmu keperawatan anak merupakan dasar dalam

menghantarkan peserta didik agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang

aman dan efektif bagi anak (infant, toddler, prasekolah, sekolah, dan remaja)

sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan, baik sehat maupun sakit,

baik langsung maupun tidak langsung, baik dirumah, masyarakat dan rumah sakit

dengan menerapkan berbagai teori, konsep dan prinsip keperawatan anak

(Ngastiyah, 2012).

Salah satu masalah kesehatan yang banyak di alami oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia adalah masalah kesehatan yang menyerang sistem

perlindungan tubuh paling luar, yaitu kulit. Penyakit kulit bisa di sebabkan oleh

banyak faktor. Di antaranya faktor lingkungan dan kebiasaan hidup sehari-hari.

Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit.

Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber

munculnya berbagai macam penyakit, selain itu juga mempunyai nilai estetika.

Penyakit kulit juga dapat di sebabkan oleh jamur, virus, bakteri, kuman, parasit

hewan, dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang di sebabkan oleh bakteri

adalah Selulitis (Axton, 2013).

Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas ke arah

samping dan dalam. Penyebab dari Selulitis adalah streptococcus B-hemolitikus

dan stafilokokus yang sering terjadi pada anak-anak dan orang tua. Daerah tropis
3

dan beriklim panas biasanya faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya

penyakit dan kondisi lingkungan yang banyak debu dan kotoran serta kebersihan

yang kurang lebih mudah terjadi (Padila, 2012).

Pravelensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah

studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus

per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan

usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat

kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak

kulit yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-2005 dan

pada tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus. Beberapa Negara di Asia yang terbesar

Cina sebanyak 3.247.199 orang dan India sebanyak 2.662.676 orang yang

menderita selulitis menentukan angka kejadian di Indonesia sebanyak 318.332

orang (Fahriah, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dan hasil pengkajian pada tanggal 05 Juli 2017,

penulis tertarik dengan kasus Selulitis karena memang kebanyakan orang di Dunia

bahkan Indonesia banyak meremehkan terhadap masalah kesehatan yang

menyerang sistem Integumen, salah satu gejalanya adalah terjadi pembengkakan

karena terjadi proses inflamasi dan bila tidak di tangani dengan benar dapat

menyebabkan kerusakan pada kulit dan terjadi infeksi terus menerus sehingga

dapat menyebabkan amputasi pada daerah yang terkena infeksi. Maka penulis

mengambil kasus Selulitis pada An.S sebagai bahan penyusunan Laporan Tugas

Akhir (LTA) dalam menempuh Ujian Akhir Program Diploma III Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan.


4

1.2 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah

memperoleh gambaran nyata mengenai pelaksanaan dan pendokumentasian

Asuhan Keperawatan pada An.“S” dengan “selulitis” diruang perawatan Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

1.3 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus Penulisan Laporan Tugas Akhir Ini adalah untuk:

1) Melaksanakan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai

dengan evaluasi keperawatan An.“S” dengan gangguan sistem Integumen

“selulitis” di ruang perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

2) Mempelajari kesenjangan yang ada antara teori dan penerapan asuhan

keperawatan pada klien An.“S” dengan gangguan sistem Integumen

“selulitis” di ruang perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

3) Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung dalam melaksanakan

proses keperawatan pada klien An.“S” dengan gangguan sistem Integumen

“selulitis” di ruang perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

4) Melaksanakan pemecahan masalah utama pada klien An.“S” dengan

gangguan sistem Integumen “selulitis” di ruang perawatan Anak Rumah

Sakit Umum Daerah Tarakan.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini adalah metode

deskriptif yaitu memberi gambaran keadaan yang sedang berlangsung dan aktual

pada kasus tertentu dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang


5

meliputi langkah–langkah pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Adapun teknik pengumpulan data-data dengan cara mengumpulkan

informasi, cara yang digunakan adalah :

1) Wawancara, untuk memperoleh data, penulis melakukan wawancara

dengan keluarga klien dan orang tua serta pihak lain yang dapat

memberikan keterangan seperti perawat dan dokter yang merawat klien.

2) Observasi, penulis mengadakan pengamatan dan pengawasan serta

perawatan langsung pada pasien dengan diagnosa medis “Selulitis” diruang

perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan untuk mengetahui

perjalanan penyakit, perkembangan serta penatalaksanaanya. Tehnik ini

dilakukan dengan cara mengamati keadaan umum, perilaku, serta

melakukan pemeriksaan fisik secara komprehensif.

3) Pemeriksaan fisik, dalam pemeriksaan fisik penulis menggunakan tehnik

dan proses yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

4) Studi dokumentasi, dengan mengkaji catatan medis yang ada dan

mendokumentasikan tindakan keperawatan serta waktu pelaksanaan

tindakan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran secara singkat dan menyeluruh dari isi

penulisan Laporan Tugas Akhir ini, maka sistematika penulisan terbagi dalam

lima bab yaitu; Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari, Latar Belakang, Tujuan

Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan dan Sitematika Penulisan. Bab

II Landasan Teori, yang terdiri dari Konsep Dasar Medis meliputi; Pengertian,
6

Anatomi Fisiologi, Etiologi, Manifestasi Klinik, Pemeriksaan Penunjang,

Komplikasi, Penatalaksanaan, Pencegahan, Sementara Konsep Dasar

Keperawatan meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana

Keperawatan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Tindakan. Bab III Merupakan

Tinjauan Kasus, dimana penulis akan menyajikan suatu kasus dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi Pengkajian,

Diagnosa Keperawatan, Rencana Keperawatan dan Evaluasi. Bab IV

Pembahasan, menguraikan tentang asuhan keperawatan secara teori dengan

asuhan keperawatan secara nyata yang telah diberikan pada klien yang meliputi

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Asuhan Keperawatan,

Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Akhir. Bab V Penutup yang terdiri dari

Kesimpulan dan Saran.


7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Selulitis

2.1.1 Pengertian

Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan subkutan.

Tempat yang paling sering terkena adalah ekstermitas, tetapi selulitis juga dapat

terjadi di kepala, kulit kepala, dan leher. Organisme penyebab selulitis adalah

Staphyolococcus aureus, Streptococus grup A, dan Streptococcus pneumonia.

Infeksi infasif di sebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B yang sekarang

jarang di jumpai karena imunisasi pada masa anak. Pada masa anak yang masih

kecil sering kali di laporkan adanya riwayat trauma atau infeksi saluran

pernapasan atas atau sinusitis. Tempat infeksi di tandai dengan pembengkakan

dengan batas tidak tegas di sertai nyeri tekan dan hangat. Infeksi dapat meluas ke

jaringan yang lebih dalam atau menyebar secara sistemik (Cecily, 2009).

Selulitis adalah infeksi yang di sebabkan oleh bakteri streptococus atau

stapilococus atau bakteri lainnya pada lapisan dalam kulit, dermis dan jaringan

subkutan. Infeksi ini sangat umum terjadi, sebagian besar kasus selulitis mudah

untuk sembuh jika di rawat lebih awal, semakin lama mendapat perawatan,

semakin kecil kerusakan pada kulit (Padila, 2012).

Selulitis merupakan inflamasi kulit (dermis) dan jaringan ikat yang berada

di bawahnya disebabkan oleh infeksi. Selulitis biasanya terjadi pada wajah atau

ekstermitas karena robekan pada kulit atau karena trauma. Anak sering memiliki

riwayat impetigo, folikulitis, otitis media baru-baru ini, atau sinusitis. Infeksi
8

dapat terjadi pada atau dekat luka yang terbuka, gigitan hewan, area infusi

intravena atau bahkan di area yang memiliki riwayat trauma baru-baru ini tidak

jelas. Selulitis juga dapat di sebabkan oleh abses (Axton, 2013).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Selulitis adalah infeksi

akut yang disebabkan oleh streptococus atau stapilococus atau bakteri lainnya

pada lapisan dalam kulit, dermis dan jaringan subkutan.

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1. Anatomi fisiologi kulit

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan

selaput lender yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk, kulit yang

di dalamnya terdapat ujung saraf peraba mempunyai banyak fungsi, antara lain

membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh dan

mempunyai sedikit kemampuan ekskretori, sekretori, dan absorbs (Pearce, 2015).

1) Fungsi kulit :

Terdapat beberapa fungsi vital kulit menurut Pearce (2015), yaitu :

(1) Perlindungan. Kulit melindungi tubuh dari mikroorganisme. Penarikan

atau kehilangan cairan, dan dari zat iritan kimia maupun mekanik.
9

Pigmen melanin yang terdapat pada kulit memberikan perlindungan

selanjutnya terhadap sinar ultra violet matahari

(2) Pengaturan suhu tubuh. Pembuluh darah dan kelenjar keringat dalam

kulit berfungsi untuk mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.

(3) Ekskresi. Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+, di ekskresikan

melalui kelnajr-kelenjar pada kulit.

(4) Metabolisme. Dengan bantuan radiasi sinar matahari atau sinar ultra

violet, proses sintesis vitamin D yang penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tulang, dimulai dari sebuah molekul precursor

(dehodrokolestrol-7) yang di temukan di kulit

2) Lapisan kulit

Kulit memiliki beberapa lapisan, dua lapisan yang berbeda dan lapisan

ketiga yaitu :

(1) Epidermis, merupakan bagian terluar kulit,bagian ini tersusun dari

jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi;

jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah;dan sel-selnya sangat rapat.

Bagian epidermis yang paling tebal di temukan pada telapak tangan dan

telapak kaki.

(2) Dermis, lapisan ini di pisahkan oleh lapisan epidermis dengan adanya

membran dasar atau lamina. Membran ini tersusun dari dua lapisan

jaringan ikat.

(3) Subkutan atau Hipodermis, mengikat kulit secara longgar dengan organ-

organ yang terdapat di bawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel


10

lemak yang beragam. Bergantung pada areatubuh dan nutrisi individu,

serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf.

2.1.3 Etiologi

Invasi bakteri dan jamur, (Padila, 2012) :

1) Di sebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus

2) Pada bayi yang terkena penyakit ini di sebabkan oleh Streptococcus grup B

3) Infeksi dari jamur, Aeromonas hydrophila

4) S. Pneumoniae ( Pneumococcus)

Penyebab lain :

1) Luka di kulit

2) Gigitan serangga

3) Riwayat penyakit pembuluh darah perifer

4) Diabetes mellitus

5) Obesitas

6) Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid

2.1.4 Patofisiologi

Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan subkutan.

Tempat yang paling sering terkena adalah ekstermitas, tetapi selulitis juga dapat

terjadi di kepala, kulit kepala, dan leher. Organisme penyebab selulitis adalah

Staphyolococcus aureus, Streptococus grup A, dan Streptococcus pneumonia.

Infeksi infasif di sebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B yang sekarang

jarang di jumpai karena imunisasi pada masa anak. Pada masa anak yang masih

kecil sering kali di laporkan adanya riwayat trauma atau infeksi saluran

pernapasan atas atau sinusitis. Tempat infeksi di tandai dengan pembengkakan


11

dengan batas tidak tegas di sertai nyeri tekan dan hangat. Infeksi dapat meluas ke

jaringan yang lebih dalam atau menyebar secara sistemik (Cecily, 2009).

Selulitis terjadi saat organisme bacterial merusak asam hialuronat, agen

pengikat dan protektif, yang di kenal sebagai substansi semen jaringan. Dalam

kondisi ini, organisme bakterial memproduksi hialuronidase (enzim yang

melakukan hidolisis asam hialuronat), yang meningatkan permeabilitas jaringan

ikat dan merusak Barier jaringan sehingga memungkinkan invasi oleh bakteri dan

penyebaran bakteri (Axton, 2013).

2.1.5 Manifestasi Klinik

Gejala awal Selulitis di awal dapat berupa :

Kemerahan pada daerah yang terkena Selulitis, merasakan nyeri tekan, kulit

yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, adanya lepuhan kecil berisi cairan

(vesikel), adanya lepuhan besar berisi cairan (bula), ada pula pus, kebanyakan

pasien Selulitis juga merasakan demam karena proses inflamasi yang terjadi, dan

juga menggigil, malaise, sakit kepala, tekanan darah pasien rendah, juga bisa

timbul abses (Padila, 2012).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu berupa pemeriksaan

darah yang akan didapatkan hasil leukositosis, membiarkan sekret fistel dan uji

resistensinya, kultur darah dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telang

memang di duga, BUN level dan juga creatinin level (Padila, 2012).

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi Selulitis yang dapat terjadi pada pasien : Komplikasi

dapat berupa gangguan sistemik salah satunya yaitu septicemia, osteomyelitis juga
12

dapat terjadi, artritis septik, meningitis, hilangnya ketajaman pengelihatan, hingga

potensi abses otak .

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penyakit Selulitis menurut Cecily, 2009 : Anak-anak

dengan Selulitis dapat di obati dengan antibiotik oral sebagai pasien rawat jalan

jika gejalanya terlokalisasi tanpa demam. Bila ada gejala sistemik, anak itu harus

di rawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena (IV). Kompres

hangat diberikan di daerah yang terkena Selulitis. Lokasi ini di tinggikan dan di

imobilisasi bila mungkin. Asetaminofen di berikan seperlunya untuk mengatasi

demam dan nyeri. Selama 24 jam sampai 36 jam pertama setelah pemberian

antibiotik, umunya Selulitis akan tampak membaik. Pemberian antibiotik dapat di

ganti dari IV menjadi oral bila gejala kemerahan, hangat, dan pembengkakan telah

berkurang secara nyata. Total lamanya pemberian antibiotik kira-kira 10 sampai

14 hari. Insisi dan drainase dapat di lakukan jika daerah itu menjadi supuratif.

2.1.9 Pencegahan

Hindari kerusakan kulit saat kerja dan berolahraga dengan menggunakan

perlengkapan yang lengkap dan tepat. Bersihkan setiap luka di kulit. Jaga

kesehatan tubuh dan mengendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat lebih

mudah melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak dan menyebabkan

infeksi (Susanto, 2013).

2.1.10 Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungannya, yang bisa bersifat

sementara maupun permanen serta dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas


13

tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang untuk klien An.S dalam psikososial

berada pada tahap sekolah yaitu usia : 6-18/20 tahun (Soetjiningsih, 2013).

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik klinik keperawatan yang diberikan kepada klien berupa pelayanan

keperawatan dan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam

melakukan proses keperawatan digunakan metode sistematis untuk mengkaji

respon manusia terhadap masalah kesehatan dan memberikan solusi yang tepat.

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual

dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,

analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.

1) Pengumpulan Data

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada

pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus

akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain:

(1) Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,

pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta

warna kulit.
14

(2) Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan

pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri

dan mual.

Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :

(1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

(2) Pola koping sebelumnya dan sekarang

(3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang

(4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

(5) Resiko untuk masalah potensial

(6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2) Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan

berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

3) Perumusan Masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah

kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan

asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan

lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis

keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan

berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan

apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan Segera

mencakup waktu misalnya pada pasien Selulitis yang sampai mengalami

kerusakan integritas kulit maka tindakan harus segera dilakukan untuk

mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga
15

dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu :

Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,

persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

Menurut Susanto (2013) pengkajian pada kasus Selulitis dapat berupa

pertanyaan :

1) Pengkajian

Riwayat kesehatan :

(1) kapan anda pertama kalinya mengetahui masalah kulit ini ?

(2) apakah masalah tersebut pernah terjadi sebelumnya ?

(3) Apakah ada gejala lain ?

(4) Di mana tempat yang pertama kali terkena ?

(5) Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul pertama

kalinya ?

(6) Di mana dan berapa cepat penyebarannya ?

(7) Apakah terdapat rasa gatal, terbakar, kesemutan, atau seperti ada yang

merayap ?

(8) Apakah masalah tersebut menjadi bertambah parah pada waktu atau

musim tertentu ?

(9) Apakah ada di antara keluarga anda yang mengalami masalah kulit

atau ruam ?

(10) Obat-obatan apa yang sedang anda gunakan ?

(11) Obat oles, (krim, salep, lotion) apakah yang anda pakai untuk

mengobati lesi tersebut (termasuk obat-obatan yang dapat di beli

bebas di took obat) ?


16

(12) Produk kosmetik perawatan kulit apa yang anda gunakan ?

(13) Apa pekerjaan anda ?

(14) Apakah pada lingkungan di sekitar anda terdapat faktor-faktor

(tanaman, hewan, zat-zat kimia, infeksi) ?

(15) Apakah ada sesuatu yang ketika mengenai kulit anda menyebabkan

terjadinya lesi atau ruam ?

2) Pemeriksaan kulit

Pemeriksaan pada siku, kulit, kepala, celah gluteus, jari-jari tangan, jari-jari

kaki, punggung kuku, tungkai atas dan bawah.

Pemeriksaan ini mencakup :

(1) Warna : pucat, eritema, ikterus, cokelat muda.

(2) Suhu

(3) Kelembaban/kekeringan

(4) Tekstur kulit : kasar atau halus

(5) Lesi : primer ( bercak, plak, tumor, bulla, bintul, pustula, kista); (sisik,

kerak, parut, keloid); dan vaskuler (ptekie, ekimosis)

(6) Kondisi rambut : warna, tekstur, distribusi, kerontokan rambut

(7) Kondisi kuku : konfigurasi, warna, konsistensi, (clubbing, paronikia)

(8) Turgor kulit : adanya edema atau tidak

3) Pemeriksaan diagnostik

Hasil pemeriksaan yang dapat menunjang pada penegakkan diagnosa

Selulitis, yaitu :

(1) Pemeriksaan darah akan di dapatkan leukositosis

(2) Biarkan sekret fistel dan uji resistensi


17

(3) Kultur darah, dilaksanakan, bila infeksi tergeneralisasi telah di duga

(4) BUN level : anak 5-20 mg / dl

(5) Creatinin level : anak-anak, 0,3-0,7 mg / dl, remaja 0,5-1,0 mg / dl

4) Penegak diagnosa

Dapat berupa hasil laboratorium darah lengkap maupun yang dapat

menegakkan diagnosa, yaitu :

(1) WBC ( < 5000/mm3)

(2) PLT (< 150.000/mm3)


18

5) Penyimpangan KDM

Bakteri pathogen (streptokokus grup A, stapilokokus aureus )

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik


Peningkatan metabolisme tubuh

Ketidakefektifan thermoregulasi
Terjadi peradangan akut (inflamasi)

kerusakan integritas kulit


Edema kemerahan kurang terpajan informasi
(selulitis) tentang seputar penyakit dan
penanganan penyakit
Eritema lokal pada kulit Peningkatan permeabilitas jaringan

Nyeri tekan (akut) kurang pengetahuan

Dolor

penurunan kekuatan otot Defisit perawatan diri

Hambatan mobilitas fisik

Bagan 2.2 Penyimpangan KDM Selulitis


19

2.2.2 Diangnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat akan melakukan akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah menurut Carperito dalam

(Padila, 2012).

Menurut Smeltzer (2010) manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai

pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan karena menggambarkan status

masalah kesehatan serta penyebab adanya masalah tersebut, membedakan

diagnosa keperawatan dan diagnosa medis serta menyamakan kesatuan bahasa

antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

Jenis-jenis diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2008) dibedakan

menjadi 5 kategori :

1) Aktual. Menjelaskan masalah yang sudah terjadi saat ini dan harus sesuai

dengan data-data klinik yang diperoleh.

2) Resiko. Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika dilakukan

intervensi keperawatan.

3) Potensial. Data tambahan diperlukan untuk memastikan masalah keperawatan

yang potensial.

4) Sejahtera. Diagnosis keperawatan sejahtera (wellness) merupakan keputusan

klinik tentang status kesehatan klien, keluarga, dan atau masyarakat dalam

transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
20

5) Sindrom. Diagnosis yang terdiri atas beberapa diagnosis keperawatan aktual

dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu

kejadian/situasi tertentu.

Tujuan diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2008) yaitu :

1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.

2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologi).

3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah

Beberapa diagnosa pada kasus Selulitis terdiri dari:

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada menurut Padila (2012) dan

diagnosis Selulitis yaitu :

1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan

2) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada menurut Kusuma dalam

Nanda NIC NOC (2015) dan diagnosis Selulitis yaitu :

1) Ketidakefektifan thermoregulasi berhubungan dengan proses penyakit

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri tekan

3) Defisit perawatan diri berhubungan nyeri

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada menurut Axton (2013)

diagnosis Selulitis yaitu :

1) Kerusakan integritas kuit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

jaringan ikat
21

2.2.3 Perencanaan

Menurut Intansari Nurjannah (2010), yang disebut dengan perencanaan

adalah di sini tidak selalu bisa dituliskan dalam rencana keperawatan, rencana

yang dimiliki oleh perawat dapat berupa rencana perawat secara mental untuk

mencapai hasil atau mungkin rutinitas standar (misalnya mengukur tanda-tanda

vital setiap 4 jam) yang memenuhi kebutuhan pasien tertentu, ini biasanya

dilakukan pada pasien-pasien di unit postoperative.

Menurut Nursalam (2008) rencana asuhan keperawatan yang akan disusun

harus mempunyai beberapa komponen yaitu :

1) Menentukan prioritas masalah

Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang

aktual atau potensial yang memerlukan suatu intervensi. Dalam menentukan

perencanaan perlu disusun suatu sistem untuk menentukan diagnosis yang

akan pertama kali diintervensi.

2) Menyusun kriteria hasil

Tujuan klien dan tujuan keperawatan merupakan standar atau ukuran yang

digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau keterampilan perawat.

Adapun kriteria hasil harus ditujukan kepada keadaan klien, pedoman

penyusunan kriteria hasil berdasarkan SMART (Nursalam, 2008) yaitu :

(1) Spesific (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)

(2) Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang

prilaku klien : dapat dilihat, d idengar, diraba, dirasakan, dan dibau),

(3) Achievable (Tujuan harus dapat dicapai),

(4) Reasonable (Tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah),


22

(5) Time (Tujuan harus mempunyai batasan waktu yang jelas).

3) Rencana intervensi

Rencana intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervinsi yang

disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil.

4) Dokumentasi

Rencana asuhan keperawatan adalah suatu proses informasi, penerimaan,

pengiriman, dan evaluasi pusat rencana yang dilaksanakan oleh seorang

perawat professional.

Intervensi keperawatan pada pasien Selulitis menurut Kusuma dalam Nanda

NIC NOC (2015) adalah:

1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri tekan

Tujuan:

(1) Mobilitas fisik dapat terpenuhi

Hasil yang di harapkan :

(1) Klien melaporkan sudah mampu beraktivitas tanpa merasa nyeri

(2) Klien mampu beraktivitas secara mandiri

Intervensi:

(1) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi

Rasional: Evaluasi dan menentukan intervensi selanjutnya dengan tepat

dalam mengatasi masalah.

(2) Damping dan bantu pasien saat mobilisasi

Rasional: melatihklien secara perlahan dan mengurangi resiko jatuh

(3) Anjurkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika di

perlukan
23

Rasional : penyembuhan dan perawatan secara perlahan untuk memenuhi

mobilitas mandiri

(4) Lakukan gerakan aktif pada daerah Selulitis

Rasional : Melatih proses mobilitas fisik secara mandiri

2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri

Tujuan:

(1) perawatan diri mampu terpenuhi

Hasil yang di harapkan :

(1) Klien tidak terlihat kusam

(2) Klien tidak tercium bau tak sedap

(3) Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri

Intervensi:

(1) Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan

Rasional : mempermudah dalam memberikan tindakan perawatan diri

pada pasien

(2) Mendorong orang tua atau keluarga berpartisipasi dalam perawatan diri

pasien

Rasional : pengontrolan dalam perawatan diri

(3) Fasilitasi pasien perawatan diri

Rasional : membantu pemenuhan perawatan diri pasien

(4) Berikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan cara

perawatan diri

Rasional: Membantu proses pemenuhan perawatan diri


24

Intervensi keperawatan pada pasien Selulitis menurut Padila (2012) adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan

Tujuan :

(1) Nyeri akut berkurang

Hasil yang di harapkan

(1) Klien melaporkan nyeri tidak menyebar ke daerah sekitar bengkak

(2) Klien melaporkan nyeri berkurang

(3) Skala nyeri 3-4

Intervensi :

(1) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Rasional : mempermudah dalam pelaksanaan intervensi

(2) Tingkatkan istirahat

Rasional : mengurangi aktivitas yang berlebihan

(3) Ukur tanda-tanda vital

Rasional : pemantauan nyeri mengantisipasi agar pembengkakan

terkontrol

(4) Ajarkan tentang tehnik non farmakologi

Rasional : mengurangi rangsangan nyeri

2) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit

Tujuan :

(1) Kurang pengetahuan teratasi

Hasil yang di harapkan

(1) Keluarga klien dan klien dapat memahami mengenai penyakit klien dan

perawatannya.
25

(2) Keluarga klien dank lien tidak terlihat bingung

Intervensi :

(1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dan klien

Rasional : penentuan intervensi yang dapat di lakukan

(2) Berikan penyuluhan mengenai seputar penyakit klien.

Rasional : pengertian yang jelas dan benar dapat membantu lancarnya

hasil intervensi

(3) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

Rasional : pengertian yang jelas dan benar dapat membantu lancarnya

hasil intervensi

(4) Berikan media materi yang bisa dibaca dan diingat ketika dirumah

Rasional : membantu mengingat bila sekiranya keluarga dan klien lupa

Intervensi keperawatan pada pasien Selulitis menurut Axton (2013) adalah:

1) Kerusakan integritas kuit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

jaringan ikat

Tujuan :

(1) Kerusakan integritas kulit berkurang

Hasil yang diharapkan :

(1) Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi

(2) Kulit bersih, kering dan area sekitar bebas edema

Intervensi :

(1) Kaji kerusakan, kedalaman, warna, cairan

Rasional : kontrol adanya infeksi lebih lanjut

(2) Pertahankan istirahat di tempat tidur


26

Rasional : mengurangi resiko pembengkakan lebih parah

(3) Pertahankan tehnik aseptik

Rasional : kontrol infeksi

(4) Pantau suhu setiap 4 jam

Rasional : pemantaun tanda infeksi, pencegahan hipotermi

2.2.4 Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

perawat. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan

tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktifitas perawat yang

didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan

petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah

tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas

kesehatan lain (Tarwoto dan Wartona, 2010).

Menurut Padila (2013) ada tiga pelaksanaan Selulitis yaitu :

1) Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (1) Nyeri akut yaitu:

mengukur tanda-tanda vital seperti pernapasan, suhu, dan nadi. Mengajarkan

tehnik non farmakologi kepada klien sampai klien mampu melakukannya dan

mengerti caranya. kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik untuk

mengurangi peradangan(inflamasi) pada daerah yang terkena Selulitis agar

nyeri tekan yang di rasakan berkurang dan tingkatkan istirahat agar inflamasi

tidak menyebar dengan cepat ke daerah sekitar Selulitis.

2) Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (2) Hambatan mobilitas

fisik yaitu: mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi, mendampingi dan

bantu pasien saat melakukan mobilisasi atau aktivitas dan juga mengajarkan
27

pasien bagaimana cara mengubah posisi dengan nyaman dan juga beri

bantuan bila pasien sekiranya tidak mampu untuk mandiri. Melakukan

gerakan aktif pada daerah selulitis.

3) Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (3) Defisit perawatan diri

yaitu: menentukan jumlah dan jenis bantuan yang sekiranya dibutuhkan klien,

mendorong orang tua atau keluarga berpartisipasi dalam kebiasaan perawatan

klien supaya bila pulang ke rumah keluarga mampu merawat pasien dengan

baik dan benar. Memfasilitasi pasien untuk mandi, sikat gigi dan mengganti

pakaian, dan memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat

mengasumsikan perawatan diri secara mandiri.

4) Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (4) kurang pengetahuan

yaitu: mengkaji tingkat pengetahuan keluarga dan pasien, memberikan

penyuluhan mengenai seputar penyakit pasien lalu memberikan gambaran

proses penyakit, dengan cara yang tepat dan bisa di mengerti keluarga dan

pasien. Memberikan juga bahan materi misalkan leaflet yang bisa dibaca

dirumah dengan keluarga pasien yang lainnya.

5) Implementasi yang sering dilakukan pada diagnosa (5) ketidakefektifan

thermoregulasi yaitu: Memonitor suhu dan bila klien demam bisa di lakukan

kompres hangat agar menurunkan demam pasien. Berikan kondisi lingkungan

yang nyaman agar klien bisa beristirahat dan juga kolaborasi pemberian

antipiretik untuk mengontrol proses infeksi dan inflamasi pada bagian yang

terkena Selulitis.
28

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan

antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon

perilaku klien yang tampil. Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/

perbuatan dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh

mana tujuan tercapai. Evaluasi keperawatan: membandingkan efek / hasil suatu

tindakan keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat

(Cecily, 2009).

1) Tujuan dari evaluasi antara lain:

(1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien

(2) Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan

keperawatan yang telah diberikan.

(3) Untuk menilai penatalaksanaan asuhan keperawatan.

(4) Mendapatkan umpan balik

(5) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanaan keperawatan.

2) Type pernyataan evaluasi

Type pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan

sumatif. Evaluai formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses

asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah akhir (Dermawan

Deden, 2012).

(1) Pernyataan evaluasi formatif


29

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada

saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan dan tulis pada catatan

perawat

Contoh: membantu pasien duduk semi fowler, pasien dapat duduk selama

30 menit tanpa pusing.

(2) Pernyataan evaluasi sumatif

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan

sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.

3) Bentuk evaluasi

Evaluasi telah diklasifikasikan berdasarkan apa yang dinilai dan kapan,

terdapat 3 type evaluasi yang menjelaskan apa yang perlu dievaluasi: struktur,

proses dan hasil. Setiap tipe memiliki fokus dan kriteria yang berbeda dan

sebagaimana didefinisikan berikut ini (Dermawan Deden, 2012).

(1) Evaluasi struktur

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan

sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan

secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian

pelayanan.

(2) Evaluasi proses

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa

tekanan, dan sesuai wewenang, area yang menjadi perhatian pada

evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat


30

wawancara dan pemberian fisik, validasi dari perumusan diagnosa

keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

(3) Evaluasi hasil

Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi klien. Respon perilaku

klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat

pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

4) Format evaluasi

Catatan perkembangan berisi diagnosa keperawatan keperawatan spesifik

mencakup implementasi tindakan, reaksi klien dan adanya data tambahan

yang terkait dengan diagnosa keperawatan tertentu. Status masalah dan

kriteria hasil serta rekomendasi untuk melanjutkan atau modifikasi rencana

asli juga dicatat dalam evaluasi.

Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap

pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAPIER atau

SOAP (Dermawan Deden, 2012) :

S : Subyektif : Hasil pemeriksaan terakhir yang telah dikeluhkan oleh

pasien biasanya data ini berhubungan dengan kriteria

hasil

O : Obyektif : Hasil pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh

perawat biasaanya data ini juga berhubungan

dengan kriteria hasil

A : Analisa : Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah

kebutuhan pasien telah terpenuhi atau tidak

P : Rencana asuhan : Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan


31

dilakukan terhadap pasien

I : intervensi : Tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang ada

E : Evaluasi : Terhadap tindakan keperawatan

R : Revisi : Merubah apa yang masih salah dalam pengaturan atau

kalimat sekalipun

5) Penilaian keberhasilan

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan (Dermawan Deden, 2012) :

(1) Masalah teratasi: Jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan

dan kriteria hasil yang telah ditetapkan

(2) Masalah sebagaian teratasi: Jika klien menunjukan perubahan sebagian

dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

(3) Masalah tidak teratasi: Jika klien tidak menunjukan perubahan dan

kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan

baru.
32

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini, akan diuraikan suatu proses Pelaksanaan dari asuhan

keperawatan ini dilakukan tahap demi tahap yang diawali dengan pengkajian,

perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi

sesuai dengan tahapan-tahapan dalam proses keperawatan. Adapun kasus yang

akan disajikan adalah pada klien An. A dengan Selulitis di ruang perawatan anak

RSUD Tarakan, yang masuk ke rumah sakit sejak tanggal 05 Juli 2017 sampai 07

Juli 2017. Data yang diperoleh adalah berdasarkan pengamatan langsung,

anamnesa klien dan keluarga, informasi dari dokter dan perawat yang bertugas

serta catatan medis dan catatan perawat.

3.1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 05 Juli 2017 pada klien An.S dengan

Selulitis yang dirawat di ruang perawatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah

Tarakan, diperoleh data-data sebagai berikut :

3.1.1 Biodata

1) Identitas klien

Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 05 Juli 2017 adalah klien

berinisial An. S, umur 13 tahun, beragama islam, Status pendidikan klien

masih bersekolah disekolah dasar kelas 05, klien tinggal bersama Ibu dan

8 saudara kandung yang lainnya, alamat gunung lingkas, tanggal masuk

rumah sakit : 04/07/2017 dengan diagnosa medis Sellulitis femur dextra.


33

2) Penanggung jawab

(1) Ayah klien bernama Tn. A berumur 45 tahun, pendidikan terakhir SD,

pekerjaan swasta, beragama Islam, suku bugis namun tinggal di derawan.

(2) Ibu klien bernama Ny. M berumur 38 tahun, pendidikan terakhir SD

tidak lulus, pekerjaan ibu rumah tangga, beragama islam, suku bugis dan

tinggal serumah dengan klien.

3.1.2 Keluhan utama

Saat masuk (04 Juli 2017) : Klien mengatakan dengan keluhan demam 390c

disertai nyeri didaerah paha kanan.

Saat mengkaji (05 Juli 2017) : Klien mengatakan nyeri dibagian paha kanan.

3.1.3 Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan dua minggu lalu kakinya terbentur saat sedang

mendorong perahu saat bermain dengan temannya (dua hari sebelum

lebaran) lalu oleh ibu klien dibawa ke tukang urut namun hanya diberi

minyak, lalu seminggu kemudian dibawa ke mantri di daerah gunung

lingkas dan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit untuk difoto rontgen

dan hasilnya dokter mengatakan kaki klien tidak ada masalah dan boleh

pulang. Beberapa hari kemudian klien dibawa urut karena klien masih

mengeluh sakit didaerah paha kanan dan jalan masih pincang, namun hasil

dari diurut itu klien mengatakan badannya semakin sakit, lalu beberapa hari

lagi dibawa ke tukang urut namun tidak di urut hanya diberi minyak dan saat

malamnya klien demam dan menggigil dengan suhu 390c disertai nyeri

dibagian paha kanan dan langsung dibawa ke IGD jam 20.30 dan diantar
34

keruang rawat inap jam 24.00 malam. Saat dilakukan pengkajian pada

tanggal 05 Juli 2017, klien mengatakan nyeri dibagian paha kanan, klien

mengatakan nyeri seperti tertimpa benda berat, klien mengatakan nyeri

menyebar disekitar daerah paha kanan, klien mengatakan bila diistirahatkan

nyerinya berkurang dan bertambah bila beraktivitas dengan skala Humpty

Dumpty didapatkan skala 8 ( resiko rendah).

3) Riwayat kesehatan lalu

(1) Prenatal care

Ibu klien mengatakan saat ini tidak hamil, anaknya ini anak ke dua dari 8

bersaudara serta tidak pernah mengalami abortus. Ibu klien mengatakan

selalu memeriksakan kandungan nya sebanyak 8 kali. Ibu klien

mengatakan keluhan selama hamil yaitu ibu klien sering sakit kepala. Ibu

klien mengatakan kenaikan berat badan selama hamil yaitu 18 kg. Ibu

klien mengatakan imunisasi TT lengkap.

(2) Natal

Ibu klien mengatakan melahirkan dirumah dengan memanggil jasa bidan

dan melahirkannya dengan normal/spontan. Penolong pada saat persalinan

yaitu bidan. Pada saat melahirkan ibu mengalami robekan perineum.

(3) Post natal

Ibu klien mengatakan berat badan bayi waktu lahir adalah 3600 gram, ibu

klien mengatakan lupa berapa tinggi badan An. S saat lahir. Ibu klien

mengatakan tidak mengalami masalah dalam menyusui.

(4) Riwayat berhubungan dengan cacat bawaan/ alergi


35

Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki cacat bawaan, ataupun alergi

pada obat atau makanan

(5) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Ibu klien mengatakan klien pernah sakit diare saat umur 6 bulan dan

dirawat dirumah sakit ruang perawatan anak RSUD Tarakan selama 2-3

hari.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit

kencing manis, hipertensi, asma, atau alergi apapun.

5) Genogram keluarga

X ? ? ?

45thn ? ?
? ? ? ?
38th ? ?
n

13th ? ? ?
? ? ? ?
n

Bagan 3.1 Genogram keluarga An.S


36

Keterangan :

Klien anak ke 2 dari 8 bersaudara, klien tinggal serumah dengan ibu,dan saudara-

saudara kandungnya, ayah klien tidak tinggal serumah dengan ibu, klien dan

saudara-saudaranya. Kakek klien dari bapak telah meninggal dan tidak diketahui

penyebabnya.

Keterangan bagan:

Laki-laki

Perempuan

Serumah -------

Klien

Tidak diketahui ?

Meninggal X

6) Riwayat imunisasi

Tabel 3.1 Pemberian Imunisasi pada An.S


Jenis
No Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian
Imunisasi
1. Tidak ada reaksi hanya
BCG Baru Lahir menangis

2. 3 kali, 2 bulan, 3 Sempat demam 1 hari


DPT (I,II,III)
bulan, 4 bulan
4 kali, 1 bulan, 2 Tidak ada reaksi hanya
3. Polio
bulan, 3 bulan, 4 menangis
(I,II,III,IV)
bulan
4. Sempat demam
Campak 1 kali, 9 bulan

4 kali, 2 bulan, 3 Tidak ada reaksi


5. Hepatitis-B
bulan, 4 bulan, 9
bulan
37

7) Riwayat tumbuh kembang

Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki keterlambatan dalam tumbuh

kembang klien, klien berusia 13 tahun yang berada ditahap tumbuh kembang

masa sekolah dan imunisasi lengkap.

8) Riwayat psikososisal ekonomi


Ibu klien mengatakan anaknya di ajarkan sopan santun dan etika yang baik di

rumah. Ibu klien mendidik anaknya bersama ayah klien, ibu klien

mengatakan lingkungan tempat tinggal klien aman dan tidak ada yang

mengancam di lingkungan tempat tinggal klien. Ibu klien mengatakan

hubungan antar keluarga harmonis. Pengasuh anak saat ini yaitu orang tua

klien.

9) Riwayat spiritual
Ibu klien mengatakan keluarganya beragama Islam. Ibu klien mengatakan

dalam keluarga rajin beribadah.

3.1.4 Aktivitas sehari-hari

1) Nutrisi
Saat dirumah : Klien mengatakan saat dirumah kebiasaan klien makan nasi

tiga kali sehari 1 porsi dihabiskan dengan jenis makanan nasi, lauk, dan

sayuran namun memang klien biasa memakan mie instan. Biasanya klien

makan pagi jam 07.00, siang jam 12.00, malam jam 17.30. Klien mengatakan

saat dirumah klien bisa meminum air putih sebanyak 7-8 gelas sedang dalam

satu hari (2500 cc).

Saat dirumah sakit : Saat ini klien makan 1 porsi tidak dihabiskan hanya 6-7

sendok makan, jenis nasi tinggi kalori tinggi protein, waktu makan pagi klien
38

jam 07.10, siang jam 12.10, sore jam 18.30. Klien minum sejak semalam

sampai pagi ini 5-6 gelas (1500 cc) jenis air putih. Klien tidak mengalami

kesulitan menelan dan mengunyah. Mual dan muntah tidak ada.

2) Eliminasi (BAB/BAK)
Saat dirumah : Klien mengatakan saat dirumah Kebiasaan klien BAB 1x

sehari setiap pagi, konsistensi lunak, warna kuning. BAK lancar 4-5x

sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak.

Saat dirumah sakit : Saat ini klien belum BAB (sejak kemarin tgl

04/07/17). BAK lancar 2-3x sejak tadi malam, bau khas amoniak, volume

urin 250 ml dari semalam. Klien tidak mengalami kesulitan BAK, namun

bila BAK hanya bisa ditempat tidur dan harus dibantu karena nyeri pada

daerah paha kanan yang dirasakan saat beraktivitas atau saat di gerakkan.

3) Istirahat tidur
Saat dirumah : Klien mengatakan kebiasaan klien tidur malam 6-8 jam mulai

jam 21.00 dan bangun jam 05.30, dan tidur siang hanya 2-3 jam mulai jam

14.00 dan bangun jam 16.00, jadwal tidur klien tidak terjadwal dan klien

tidak memiliki masalah gangguan tidur.

Saat dirumah sakit : Saat ini klien tidur 6 jam mulai jam 12.30 dan bangun

jam 06.30 . Klien tidak mengalami masalah pada tidur. Hal-hal yang

mempermudah klien tidur yaitu suasana lingkungan yang tenang, nyaman

dan hal –hal yang mempermudah klien terbangun bila suasana lingkungan

yang ribut dan gaduh.


39

4) Personal hygiene
Saat dirumah : Klien mengatakan saat di rumah kebiasaan klien mandi 2x

sehari, gosok gigi sehabis makan 2x sehari dan cuci rambut 2x seminggu.

Saat dirumah sakit : Saat ini klien belum mandi, belum sikat gigi maupun

mencuci rambut, klien tercium bau tidak sedap.

5) Aktivitas / Mobilitas fisik


Saat dirumah : Bila pagi sampai siang klien pergi ke sekolah, pulang sekolah

klien langsung makan dan menonton televisi, saat sore klien keluar bermain

dengan teman disekitar lingkungannya.

Saat dirumah sakit : Klien mengatakan saat dirumah sakit, klien hanya

beraktivitas ditempat tidur karena nyeri yang dirasakan ketika bergerak atau

beraktivitas.

3.1.5 Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum
Klien saat dikaji terlihat lemah, kesadaraan compos mentis, aktivitas pasif.

Tanda vital : tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 100 x/mnt, pernapasan 20

x/mnt, suhu badan 37,4 c, berat badan 25 kg, tinggi badan 125 cm,

perhitungan IMT 16,02

2) Kepala dan Rambut


Bentuk kepala lonjong, kulit kepala bersih, tidak ditemukan massa,lesi,

maupun nyeri tekan. Distribusi rambut merata, tidak rontok, dan tidak berbau.

Warna rambut hitam , warna kulit sawo matang, struktur wajah simetris kiri

dan kanan.
40

3) Mata
Lengkap, simetris kiri dan kanan, tidak di temukan oedema dan pitosis pada

palpebra. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, Pupil isokor, kornea

dan iris tidak ditemukan adanya peradangan . Visus mata 6/6, palpasi bola

mata teraba lunak dan tidak di temukannya peningkatan tekanan intra

okuler.

4) Hidung
Tulang hidung ditengah tidak teraba devisiasi dan posisi septum nasi

ditengah. Lubang hidung simetris, tidak ditemukan adanya polip, dan tidak

ditemukan pernapasan cuping hidung.

5) Telinga
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan , lubang telinga tidak ditemukan

serumen maupun benda asing. Pendengaran klien baik

6) Mulut dan faring


Pada saat pengkajian tanggal 05 bulan Juli 2017 didapatkan hasil untuk

pemeriksaan mulut dan faring ialah : Mulut bersih, mukosa bibir lembab,

tidak ditemukan adanya ulkus dan stomatitis. Pada gigi terdapat caries gigi

seri bagian atas , warna gigi kuning, tidak ditemukan pembengkakan pada

gusi. Warna lidah tidak hiperemi dan ditemukan bau nafas namun tidak

ditemukan peradangan pada orofaring.

Pada saat pengkajian tanggal 07 bulan Juli 2017 didapatkan hasil untuk

pemeriksaan mulut dan faring ialah Bibir telihat pucat, mukosa bibir pecah-

pecah. Tidak ditemukan adanya ulkus dan stomatitis. Pada gigi terdapat caries

gigi seri bagian atas , warna gigi kuning, tidak ditemukan pembengkakan

pada gusi.
41

7) Leher
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , denyut nadi karotis teraba jelas,

tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis. tidak ditemukan suara parau

dan serak. Pada kelenjar lymfe tidak ada pembesaran dan nyeri tekan.

8) Pemeriksaan thorax/dada
Bentuk dada normal, diameter anterior dan posterior ½ dari sisi ke sisi,

pernapasan reguler, frekuensi pernapasan 20 x/mnt, getaran suara dada kanan

dan kiri sama, suara nafas vesikuler, tidak ditemukan suara nafas tambahan

seperti wheezing dan ronchi, dan tidak ditemukan tanda-tanda kesulitan

bernafas, tidak ada ditemukan nyeri tekan.

9) Pemeriksaan abdomen
Bentuk abdomen datar, permukaan kulit halus dan lembut. Tidak ditemukan

benjolan atau masa, tidak terlihat bayangan pembuluh darah abdomen, bising

usus terdengar dengan frekuensi 15 x/mnt, tidak ditemukan nyeri tekan pada

seluruh area perut, tidak terdapat tanda-tanda asites, tidak ada pembesaran

hati dan lien, dan tidak ditemukan nyeri tekan. Suara abdomen tympani pada

kuadran kiri atas

10) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya


Tidak dilakukan pengkajian

11) Pemeriksaan muskuloskeletal


Otot tidak mengalami atrofi ataupun hipertrofi, ditemukan oedema extermitas

daerah paha kanan, kekuatan otot ektermitas atas kanan 5, ekstermitas atas

kiri 5, ekstermitas bawah kiri 5, ekstermitas bawah kanan skala 4 (gerakan

normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan) terdapat

pembengkakan dan kulit berwarna kemerahan, kulit teraba hangat pada

daerah paha kanan, tidak ditemukan kelainan pada ekstermitas dan kuku.
42

12) Pemeriksaan Integumen


Pada saat pengkajian tanggal 05 bulan Juli 2017 didapatkan hasil untuk

pemeriksaan Integumen ialah : Berwarna sawo matang, tidak ada lesi namun

didaerah paha kanan kulitnya klien memerah dan bengkak, kulit teraba

hangat.

Pada saat pengkajian tanggal 07 bulan Juli 2017 didapatkan hasil untuk

pemeriksaan Integuman ialah : Kulit teraba hangat dan pada daerah paha

kanan masih berwarna kemerahan dan bengkaknya berkurang.

3.1.6 Test diagnostik

Tabel 3.2 Hasil laboratorium pemeriksaan darah tanggal 4 juli 2017


Jenis
pemeriksaan Hasil Normal

WBC 38,9 x 103/UL 4 – 10 ribu/ mm3


RBC 4.11 x 103/UL Lk : 4,5 – 6,0 jt, pr : 4,0 – 5,5 jt
HGB 11,6/dL Anak 11-14 g/dl
HCT 32,7,7 Lk : 40 -48, pr : 37 – 43
MCV -79.6 pL 82 – 92 FL
MCH 28.2Pg 27 – 31 Pg
MCHC 35.5g/dL 32 – 37
PLT +555 x 103/uL 150-450 x 103/ mm3

Laboratorium pada tanggal 06 Juli 2017


Tabel 3.3 Hasil laboratorium pemeriksaan darah tanggal 6 juli 2017
Jenis
pemeriksaan Hasil Normal

WBC 39,8 x 103/UL 4 – 10 ribu/ mm3


RBC 3.77 x 103/UL Lk : 4,5 – 6,0 jt, pr : 4,0 – 5,5 jt
HGB 10,6/dL Anak 11-14 g/dl
HCT 30,3% Lk : 40 -48, pr : 37 – 43
MCV -80.4 pL 82 – 92 FL
MCH 28.1Pg 27 – 31 Pg
MCHC 35.0g/dL 32 – 37
PLT +508 x 103/uL 151-450 x 103/ mm3
43

1) Rontgen :

Hasil pembacaan rontgen 06 juli 2017,

Tak tampak kelainan pada femur dextra

Tak tampak fraktur pada femur dextra

2) Terapi saat ini :

Tanggal 05 Juli 2017 klien An. S di berikan,

Obat oral :
(1) Paracetamol syrup 3x1

sebagai antipiretik untuk menurunkan demam klien.


Obat injeksi :
(1) IVFD DN ½ pada lengan sebelah kanan 18tts/mnt

sebagai pemenuhan cairan klien selama di rawat.

(2) Meropenem 750 mg/8 jam

sebagai antibiotik untuk mengontrol proses infeksi klien.

(3) Thorasik dan kethorolac 25 mg

sebagai analgesik untuk mengurangi rangsangan nyeri yang di alami


klien.

Dilakukan secara intravena

3.1.7 Data fokus


Data subyektif

Data yang di dapatkan pada tanggal 05 bulan Juli tahun 2017 adalah :

1) Klien mengeluh nyeri didaerah paha kanan

2) Klien mengatakan nyeri bertambah ketika beraktivitas dan berkurang ketika

istirahat

3) Klien mengatakan nyeri menyebar ke sekitar paha kanan


44

4) Klien mengatakan nyeri seperti tertimpa benda berat

5) Klien mengatakan tidak mampu untuk berjalan karena nyeri didaerah paha

kanan

6) Klien mengatakan selama di rumah sakit hanya berbaring di tempat tidur

7) Klien mengatakan saat dirumah sakit belum pernah mandi, sikat

gigi,mengganti baju maupun memotong kuku.

8) Ibu klien mengatakan klien sudah 3 kali dibawa ke tukang urut

9) Ibu klien mengatakan bahwa dirinya sekolah SD namun tidak

menyelesaikannya

10) Ibu klien mengatakan suaminya hanya lulusan SD

11) Ibu klien ketika ditanya mengenai penyakit anaknya, ibu klien tidak mengerti

dan tidak tau jelas

Data yang di dapat dari klien An. S pada tanggal 07 Juli 2017 yaitu, :

1) Klien mengatakan badannya terasa panas

Data obyektif
Data yang di dapat dari klien An. S pada tangal 05 Juli 2017 yaitu,

1) Skala Humpty Dumpty 8 ( resiko rendah )

2) Terdapat kulit kemerahan dan bengkak pada paha sebelah kanan

3) WBC 38.9x103/wl

4) PLT 555x103/wl

5) Meropenem 750 mg/ 8 jam

6) Thorapik 25 mg

7) IVFD DN 1/2 18tpm

8) Klien terlihat lemah


45

9) Klien terlihat hanya berbaring ditempat tidur

10) Pada daerah paha kanan terdapat pembengkakan akibat proses inflamasi

11) Tonus otot ekstermitas atas kanan 5, ekstermitas atas kiri 5, ekstermitas

bawah kiri 5, ekstermitas bawah kanan 4

12) Klien terlihat kusam

13) Klien tercium bau tidak sedap

14) Ibu klien dan klien terlihat bingung

15) Ibu klien tidak mampu menjawa pertanyaan seputar penyakit anaknya

Pada Tanggal 07 Juli 2017 didapatkan data :

1) Suhu . 39,60c

2) Nadi 110x/m

3) Pernapasan 24x/m

4) Kulit teraba hangat


46

2.1.8 Penyimpangan KDM

Bakteri pathogen (streptokokus grup A, stapilokokus aureus )

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Peningkatan metabolisme tubuh

Ketidakefektifan thermoregulasi
Terjadi peradangan akut (inflamasi)

Edema kemerahan Kurang terpajan informasi


(selulitis) tentang seputar penyakit dan
penanganan penyakit

Nyeri tekan (akut) Kurang pengetahuan

Dolor

Penurunan kekuatan otot Defisit perawatan diri

Hambatan
mobilitas fisik
Bagan 3.2 Penyimpangan KDM An.S

3.1.9 Analisa data

Pengelompokkan data I
Rabu, 05 Juli 2014

1) Data subjektif.

(1) Klien mengeluh nyeri bertambah dibagian paha kanan

(2) Klien mengatakan nyeri bertambah ketika beraktivitas dan berkurang


47

(3) Klien mengatakan nyeri menyebar ke sekitar paha kanan

(4) Klien mengatakan nyeri seperti tertimpa benda berat

2) Data objektif

(1) Skala humty dumpty 8 (resiko rendah)

(2) Terdapat kulit kemerahan dan bengkak pada paha sebelah kanan

(3) WBC 38.8x103/wl

(4) PLT 555x103/wl

(5) Meropenem 750 mg/8 jam

(6) Thorasik, kethorolac 25 mg

(7) IVFD DN 1/2 18tpm

3) Masalah : Nyeri akut

4) Penyebab : proses inflamasi

Pengelompokkan data II
Rabu, 05 Juli 2017

1) Data subjektif

(1) Klien mengatakan tidak mampu untuk berjalan karena nyeri didaerah

paha kanan.

(2) Klien mengatakan selama dirumah sakit hanya berbaring ditempat tidur

2) Data objektif

(1) Klien terlihat lemah

(2) Klien terlihat hanya berbaring ditempat tidur

(3) Pada daerah paha kanan terdapat pembengkakan akibat proses inflamasi

(4) Tonus otot ekstermitas atas kanan 5, tonus otot ekstermitas atas kiri 5,

tonus otot ekstermitas bawah kiri 5, tonus otot ekstermitas bawah kanan

4
48

3) Masalah : Hambatan mobilitas fisik

4) Penyebab : gangguan neuromoskular, nyeri

Pengelompokkan data III


Rabu, 05 Juli 2017

1) Data subjektif :

(1) Klien mengatakan saat dirumah sakit belum pernah mandi, sikat gigi,

mengganti baju maupun memotong kuku.

2) Data objektif :

(1) Klien terlihat kusam

(2) Klien tercium bau tidak sedap

3) Masalah : Defisit perawatan diri

4) Penyebab : Nyeri

Penggelompokkan data IV
Rabu, 05 Juli 2017

1) Data subjektif :

(1) Ibu klien mengatakan klien sudah 3 kali dibawa ke tukang urut

(2) Ibu klien mengatakan bahwa dirinya sekolah SD namun tidak

menyelesaikannya

(3) Ibu klien mengatakan suaminya hanya lulusan SD

(4) Ibu klien ketika ditanya mengenai penyakit anaknya, ibu klien tidak

mengerti dan tidak tau jelas

2) Data objektif :

(1) Ibu klien dan klien terlihat bingung

(2) Ibu klien tidak mampu menjawab pertanyaan seputar penyakit anaknya
49

3) Masalah : Kurang pengetahuan

4) Penyebabnya : Kurang terpajan informasi

Penggelompokkan data V
Jumat, 07 Juli 2017

1) Data subjektif :

(1) Klien mengatakan badannya terasa panas

2) Data objektif :

(1) Suhu . 39,60c

(2) Nadi 110x/m

(3) Pernapasan 24x/m

(4) Kulit teraba hangat

3) Masalah : Ketidakefektifan thermoregulasi

4) Penyebab : Proses penyakit

3.2 Diagnosa keperawatan

Pada tanggal 05 Juli 2017 didapatkan 4 diagnosa sesuai dengan hasil

pengkajian yaitu :

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi

2) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, Nyeri

3) Defisit perawatan diri b/d Nyeri

4) Kurang pengetahuan terhadap penyakit dan penanganannya b/d kurang

terpajan informasi

Pada tanggal 07 Juli 2017 di dapatkan data terbaru dan diagnosa baru yaitu,

5) Ketidakefektifan thermoregulasi b/d proses penyakit


50

3.3 Rencana keperawatan

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri

berkurang dengan kriteria hasil :

(1) Klien melaporkan nyeri tidak menyebar ke daerah sekitar bengkak

(2) Klien melaporkan nyeri berkurang

(3) Skala humpty dumpty < 7

Intervensi :

(1) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

(2) Tingkatkan istirahat

(3) Ukur tanda-tanda vital

(4) Ajarkan tentang tehnik non farmakologi

(5) Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri

(6) Ambil darah untuk cek laboratorium

2) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, nyeri

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan mobilitas fisik

dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :

(1) Klien mampu berdiri atau berjalan

(2) Klien tidak terlihat lemah

(3) Berkurangnya pembengkakan pada paha kanan klien


51

(4) Tonus otot ekstermitas atas kiri 5, ekstermitas atas kanan 5, ekstermitas

bawah kiri 5, ekstermitas bawah kanan 5.

Intervensi :

(1) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi

(2) Damping dan bantu pasien saat mobilisasi

(3) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika

diperlukan

(4) Lakukan gerakan aktif pada daerah sellulitis

3) Defisit perawatan diri b/d nyeri

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

perawatan diri klien mampu terpenuhi dengan kriteria hasil ;

(1) Klien tidak terlihat kusam

(2) Klien tidak tercium bau tidak sedap

Intervensi :

(1) Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan

(2) Mendorong orang tua dan keluarga dalam kebiasaan perawatan diri

klien

(3) Fasilitasi klien mandi

(4) Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan

perawatan diri.

4) Kurang pengetahuan terhadap penyakit dan penanganannya b/d kurang

terpajan informasi

Tujuan dan kriteria hasil :


52

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

pengetahuan bertambah mengenai penyakit dengan kriteria hasil :

(1) Keluarga klien dan klien dapat memahami mengenai penyakit klien dan

perawatannya.

(2) Keluarga klien dan klien tidak terlihat bingung

Intervensi :

(1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dan klien

(2) Berikan penyuluhan mengenai seputar penyakit klien.

(3) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

(4) Berikan media materi yang bisa dibaca dan diingat ketika dirumah

Tanggal 07/07/2017

1) Keridakefektifan thermoregulasi b/d proses perjalanan penyakit

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x16 jam diharapkan

thermoregulasi efektif dengan kriteria hasil :

(1) Suhu 36,50c

(2) Bibir lembab dan tidak pucat

(3) Klien dan keluarga klien mengerti dan memahami cara untuk

menurunkan demam

Intervensi :

(1) Monitor suhu setiap dua jam

(2) Lakukan kompres hangat

(3) Kondisikan lingkungan yang nyaman

(4) Kolaborasi pemberian obat antipiretik


53

3.4 Implementasi

Implementasi hari pertama, rabu 05 Juli 2017 :

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi :

(1) Pukul 09.00 : Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

tindakan keperawatan

S: Klien mengatakan nyeri pada paha kanan

Klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktivitas dan berkurang ketika

istirahat

O: Skala Humpty Dumpty > 8 ( resiko rendah )

(2) Pukul 16.13 : Mengambil sample darah

S:

O :39.8x103/wl

(3) Pukul 16.16 : Mengukur tanda-tanda vital

S : Klien mengatakan nyeri nya bertambah

O : Suhu 37,50c, pernapasan 24x/m, nadi 98x/m

(4) Pukul 18.00 : Mengukur tanda-tanda vital

S:

O : Suhu 37,90c, pernapasan 23x/m, nadi 98x/m

(5) Pukul 18.01 : Memberikan analgesik

S:

O : Meropenem 750 mg via intravena, kethorolac 25 mg via intravena

2) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, Nyeri

(1) Pukul 09.15 : Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi


54

S :Klien mengatakan selama dirumah sakit hanya berktivitas ditempat

tidur

O : Klien terlihat lemah

Tonus otot ekstermitas atas kanan 5, ekstermitas atas kiri 5,

ekstermitas bawah kiri 5, ekstermitas bawah kanan 4

(2) Pukul 16.10 : Mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi

S : Klien mengatakan ingin dibantu duduk

O : Klien senang merasa didampingi

klien dibantu dalam mobilisasi karena nyeri yang di rasakan di

daerah paha

(3) Pukul 17.00 : Membantu pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan dari baring ke posisi duduk

S : Ibu klien mengatakan mengerti bagaimana merubah posisi klien

O : Klien mampu mengikuti apa yang diajarkan

Klien mampu duduk namun masih dibantu

3) Defisit perawatan diri b/d Nyeri

(1) Pukul 10.20 : Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan

S : Klien mengatakan bila BAK harus dibantu

Klien mengatakan mandi, ganti baju dan sikat gigi belum bisa

mandiri

O : Klien terlihat belum bisa melakukan perawatan diri secara

mandiri

4) Kurang pengetahuan terhadap penyakit dan penanganannya b/d kurang

terpajan informasi
55

(1) Pukul 10.22 : Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga dan klien

S : ibu klien mengatakan bahwa dirinya belum lulus sekolah dasar dan

suaminya hanya lulus sekolah dasar

O : klien terlihat bingung

(2) Pukul 10.25 : memberikan gambaran mengenai penyakit dan penanganan

penyakit Selulitis.

S : Ibu klien menjawab pertanyaan mengenai pengertian dan penanganan

penyakit Selulitis walaupun hanya beberapa yang disebutkan.

O : Ibu klien mampu menjawab apa yang telah digambarkan mengenai

penyakit dan penanganan Selulitis.

Implementasi hari kedua, kamis 6 juli 2017 :

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi

(1) Pukul 06.01 : Mengajarkan tehnik non farmakologi, RND dan kompres

dengan air hangat pada daerah paha kanan yang terdapat selulitis

S : Klien mengatakan mengerti bagaimana melakukan RND dan cara

kompres menggunakan air hangat yang benar

O : Klien mampu mengikuti apa yang diajarkan

(2) Pukul 10.00 : Memberikan obat analgesik

S : Klien mengatakan nyeri dan panas badannya berkurang

O : Klien diberikan menoperem 750 mg dan kethorolac 25 mg via

intravena

(3) Pukul 17.00 : Memeriksa tanda-tanda vital

S:
56

O : Suhu 36,80c, pernapasan 23x/m, nadi 92x/m

(4) Pukul 19.10 : Meningkatkan istirahat

S : Klien mengatakan ingin istirahat

O : Klien terlihat tertidur

Skala Humpty Dumpty 7 (resiko rendah)

2) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskuler, nyeri

(1) Pukul 18.45 : Mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi

S : Klien mengatakan ingin istirahat

O : Klien terlihat tertidur

(2) Pukul 20.00 : Melakukan gerakan aktif pada daerah paha kanan yang

terdapat selulitis

S : Klien mengatatakan mau menggerakan kakinya

O : Klien berhasil menggerakan paha dan kakinya secara perlahan

3) Defisit perawatan diri b/d nyeri

(1) Pukul 06.15 : Memfasilitasi klien mandi, sikat gigi dan ganti baju

S : Klien mengatakan mau dibantu untuk mandi

O : Klien terlihat bersih dan tidak tercium bau tak sedap

(2) Pukul 06.17 : Mendorong orang tua dan keluarga partisipasi dalam

kebiasaan perawatan diri klien

S : Ibu klien mengatakan akan membantu dalam perawatan diri

O : Keluarga bersedia dalam membantu klien

4) Kurang pengetahuan terhadap penyakit dan penanganannya b/d kurang

terpajan informasi

(1) Pukul 12.00 : Memberikan penyuluhan mengenai seputar penyakit klien


57

S : Klien mengatakan mengerti dengan apa yang disampaikan

O : Klien terlihat mengerti

(2) Pukul 12.03 : Memberikan gambaran proses penyakit dengan cara yang

tepat

S : Ibu klien dan klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan

mengenai seputar penyakit klien

O : Ibu klien dan klien terlihat mengerti

(3) Pukul 12.07 : Memberikan media materi yang bisa dibaca dan diingat

ketika dirumah

S : Klien mengatakan akan sering membacanya dirumah dan

dipraktekkan cara perawatannya

O : Ibu klien dan klien mengambil media materi utnuk disimpan dan

dipraktekkan perawatannya dirumah

Implementasi hari ketiga, jumat 7 juli 2017 :

Jumat , 07 Juli 2017

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi

(1) Pukul 06.00 : Mengukur tanda-tanda vital

S : Klien mengatakan badannya panas

O : Suhu 39,60c, pernapasan 24x/m, nadi 110x/m

Skala humpty dumpty < 7

(2) Pukul 06.03 : melakukan tehnik non farmakologi, kompres dengan air

hangat

S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang

O : klien terlihat rileks


58

2) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, Nyeri

(1) Pukul 07.45 : Mendampingi dan bantu klien mobilisasi

S : Klien mengatakan ingin dibantu duduk untuk buang air kecil

O : Klien mampu duduk secara mandiri

3) Defisit perawatan diri b/d nyeri

(1) Pukul 06.12 : Memfasilitasi klien untuk mandi, ganti baju dan sikat gigi

S : Klien mengatakan akan mandi

O : Klien terlihat bersih dan tak berbau

4) ketidakefektifan thermoregulasi b/d proses perjalanan penyakit

(1) Pukul 06.00 : memonitor suhu pada daerah aksila

S : Klien mengatakan badannya panas

O : Suhu 39,60c

(2) Pukul 06.10 : Melakukan kompres hangat pada daerah dahi

S : Klien mengatakan panas badannya berkurang

O : Suhu 36,40c, akral hangat

(3) Pukul 08.10 : Kolaborasi pemberian antibiotik

S : Klien mengatakan panas badannya sudah turun

O : Paracetamol syrup 3x1, Suhu 36,50c

(4) Pukul 19.00 : Memonitor suhu pada daerah aksila

S:

O : 37,4oc, akral hangat, mukosa bibir tidak pucat

3.5 Evaluasi
Kamis, 06 Juli 2017

1) Kurang pengetahuan terhadap penyakit dan penanganannya b/d kurang

terpajan informasi
59

S : Keluarga Klien menjawab pengertian Selulitis, menyebutkan 3 tanda

gejala, menyebutkan 2 penanganan Selulitis.

O : Klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan

A : Masalah kurang pengetahuan teratasi

P : Intervensi dihentikan

Jumat, 07 Juli 2017

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi

S : Klien mengatkan nyeri berkurang

Klien melaporkan nyeri tidak menyebar

0 : Skala humpty dumpty < 7

A : Masalah nyeri akut b/d proses inflamasi teratasi

P : Intervensi dipertahankan :

(1) Tingkatkan istirahat

(2) Lakukan tehnik non farmakologi

2) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, nyeri

S : Klien mengatakan sudah bisa duduk dan menggerakan bagian yang

terkena sellulitis

O : Klien mampu duduk secara mandiri

Berkurangnya pembengkakan pada paha kanan klien

Klien terlihat lemah

A : Hambatan mobilitas fisik fisik teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan ke ruangan :

(1) Damping dan bantu klien dalam mobilisasi


60

(2) Melakukan dan embantu perubahan posisi klien seprti duduk atau

berdiri

3) Defisit perawatan diri b/d nyeri

S : Klien mengatakan mampu untuk mandi, sikat gigi dan ganti baju namun

tetap dibantu

O : Klien terlihat bersih

Klien tak tercium bau tidak sedap

A : Masalah defisit perawatan teratasi

P : Intervensi dipertahankan :

(1) Bantu dan fasilitasi klien untuk mandi

(2) Berikan bantuan sampai klien sepenuhnya dapat mengasumsikan

perawatan diri.

4) Ketidakefektifan thermoregulasi b/d proses perjalanan penyakit

S : Klien mengatakan tubuhnya sudah tidak panas lagi

Ibu klien mengatakan mengerti bagaimana menurunkan demam klien

yang baik dan benar.

0 : Suhu 36,50 dan bibir tidak pucat lagi

A : Masalah ketidakefektifan thermoregulasi teratasi

P : Intervensi dipertahankan :

(1) Lakukan kompres hangat


61

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai hasil pelaksanaan dan

penerapan dari asuhan keperawatan pada An. S dengan diagnose medis Selulitis di

ruang perawatan anak Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan yaitu pada tanggal 05

Juli 2016 hingga 07 Juli 2016. Pembahasan ini merupakan bagian dari penilaian

untuk membanding kesesuaian dan kesenjangan antara teori dan dan kenyataan

yang di dapatkan di lapangan keperawatan dan penulis menyajikan dalam bentuk

analisa data pada tiap tahap proses keperawatan yang meliputi : pengkajian,

perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

4.1. Pengkajian

Selama proses tahap pengkajian pada klien An. S dan keluarga kooperatif dan

bersifat terbuka untuk setiap hal yang memang memerlukan keterangan dari pihak

klien maupun keluarga, selain daripada itu penulis juga mendapatkan dukungan

dan kerjasama yang baik dengan keluarga klien khususnya ibu klien dan juga

perawat ruangan yang bertugas.

Namun pada tahap pemeriksaan fisik pada anak, penulis mendapatkan sedikit

hambatan pada saat melakukan pengkajian fisik yang mana bersamaan dengan

waktu visit dokter dan juga waktu yg diberikan masih kurang untuk melakukan

pengkajian secara komprehensif.

Menurut Susanto (2013) salah satu keluhan penyakit Selulitis pada anak yaitu

terdapat lesi primer ( bercak, plak, tumor, bulla, bintul, pustula, kista); (sisik,
62

kerak, parut, keloid); akan muncul bila infeksi semakin menyebar sehingga

inflamasi tidak dapat terkontrol, dan vaskuler (ptekie, ekimosis) dapat terjadi juga

bila sebelum di bawa ke rumah sakit peradangan yang terjadi tidak di tangani

segera.

Pada proses pengkajian pada An. S dengan Selulitis yang mana penulis

menemukan data dasar yang terdapat pada teori tetapi tidak di temukan pada

kasus yaitu : adanya lesi primer ( bercak, plak, tumor, bulla, bintul, pustula, kista);

(sisik, kerak, parut, keloid); dan vaskuler (ptekie, ekimosis) tidak di temukan

karena di sesuaikan dengan kondisi klien. Penulis mendapatkan data pada saat

pengkajian klien tidak terlihat memiliki lesi karena tidak terdapat luka yang

didapatkan klien saat dirumah, ataupun luka operasi atau bisa karena peningkatan

permeabilitas dari inflamasi klien yang tidak terkontrol yang dapat mengakibatkan

eritema lokal pada kulit, sehingga dapat terjadi kerusakan jaringan atau muncul

lesi primer maupun sekunder.

Pada pemeriksaan fisik pada An.S dengan Selulitis penulis menemukan

adanya data dasar yang sama dengan pengkajian yaitu : Turgor kulit, adanya

edema yang sudah terjadi. Menurut Susanto (2013) umumnya klien dengan

Selulitis salah satu keluhan yaitu terdapat edema pada daerah tertentu yang

terkena Selulitis, yang dapat terjadi dikarenakan adanya infeksi yang

menyebabkan peradangan dan dapat menyebar ke daerah paha kanan klien.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat akan melakukan akuntabilitas dapat mengidentifikasi


63

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah dan megubah menurut Carperito dalam

(Padila, 2012).

Penulis akan membahas tentang diagnosa keperawatan pada klien dengan

diagnosa medis Selulitis dengan mengaitkan antara konsep diagnosa keperawatan

pada tinjauan teori dan studi kasus yang penulis kelola, setelah dilakukan

pengumpulan data maka langkah selanjutnya adalah merumuskan diagnosa

keperawatan.

Beberapa diagnosa keperawatan menurut Padila (2012), Axton (2013), dan

kusuma dalam Nanda NIC NOC (2015) yang dapat muncul pada kasus Selulitis

yaitu :

1) Kerusakan integritas kulit b/d peningkatan permeabilitas jaringan ikat dan

destruksi barier jaringan sekunder akibat invasi bakteri

2) Nyeri akut b/d proses inflamasi

3) Ketidakefektifan thermoregulasi b/d proses perjalanan penyakit

4) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, nyeri

5) Defisit perawatan diri b/d nyeri

6) Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan penanganannya b/d kurang

terpajan informasi

Terdapat 1 diagnosa keperawatan yang ada pada teori Padila (2012), Axton

(2013), Kusuma (2015) akan tetapi tidak ditemukan pada klien An.S adalah:

Kerusakan integritas kulit yaitu keadaan klien yang mana terjadi perubahan pada

kulit yang salah satunya terdapat lesi primer atau vaskuler yang dapat tejadi bila

terdapat luka atau karena adanya peningkatan permeabilitas jaringan sehingga


64

terjadi eitema lokal pada kulit dan menggangu kesehatan namun tidak di temukan

pada klien An.S karena klien hanya mengeluh adanya pembengkakan (edema)

pada paha kanan karena terjadi infeksi sehingga menyebabkan proses inflamasi,

namun tidak sampai terjadi kerusakan integritas kulit melainkan hanya perubahan

turgor kulit, kemerahan dan pembengkakan pada daerah yang terkena Selulitis

(Susanto, 2013).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien An.S dengan Selulitis, penulis menemukan 5 diagnosa

keperawatan yang juga terdapat pada teori Padila (2012), Axton (2013), Kusuma

(2015) yaitu :

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi

2) Ketidakefektifan thermoregulasi b/d proses perjalanan penyakit

3) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, nyeri

4) Defisit perawatan diri b/d nyeri

5) Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan penanganan penyakit Selulitis

b/d kurang terpajan informasi

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan An.S penulis mendapatkan ada

satu diagnosa yang tidak sesuai dengan diagnosa yang ditegakan oleh Padila

(2012), Axton (2013), dan Kusuma (2015). Pada anak dengan Selulitis seperti

diagnosa kerusakan integritas kulit yang mana pada An.S penulis tidak

mengangkat diagnosa keperawatan ini karena pada saat mengkaji penulis tidak

menemukan data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa ini, hal ini

dikarenakan pada An.S tidak memiliki luka ataupun lesi yang terjadi, melainkan

hanya pembengkakan dan kemerahan pada area yang terkena. Klien juga
65

mengistirahatkan daerah yang terkena Selulitis sehingga infeksi tidak menyebar

dan inflamasi terkontrol, juga dibantu dengan kolaborasi obat yang diberikan.

Diagnosa yang terdapat pada klien yaitu nyeri akut ditemukan data yang

mendukung ditegakkannya diagnosa tersebut, diagnosa tersebut dianggap perlu

karena penulis beranggapan bahwa nyeri akut sangat penting untuk kondisi anak.

Penulis juga menemukan diagnosa ketidakefektifan thermoregulasi pada saat

pengkajian An.S ditemukan data yaitu, terjadi perubahan suhu di atas normal dan

akral teraba hangat sehingga diagnosa tersebut dianggap perlu untuk diangkat

karena penulis menilai bahwa diagnosa ini dapat berpengaruh dengan kondisi

anak. Diagnosa selanjutnya yang didapatkan yaitu hambatan mobilitas fisik pada

saat pengkajian ditemukan data, klien tidak mampu untuk melakukan aktivitas

atau mobilisasi secara mandiri. Kemudian penulis mengambil diagnosa defisit

perawatan diri pada saat pengkajian ditemukan data klien terlihat kusam dan

berbau tidak sedap. Lalu mengangkat diagnosa kurang pengetahuan mengenai

penyakit dan penanganan Selulitis. Diagnosa ini penting, agar keluarga klien

mengetahui kondisi klien An.S dan penanganan yang dapat dilakukan secara tepat

dan benar bila suatu saat penyakit itu dapat terulang kembali.

4.3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini penulis mendapatkan dukungan dan juga referensi

dari berbagai sumber yang sangat membantu penulis dalam membuat rencana

keperawatan pada An.S dengan Selulitis untuk melakukan proses asuhan

keperawatan. Pada tahap perencanan tindakan keperawatan ini, penulis tidak

mengalami hambatan di karenakan orang tua klien turut berpartisipasi dalam


66

merumuskan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya menyelesaikan

permasalahan keperawatan yang dihadapi klien.

Dalam kasus ini penulis menentukan masalah sesuai dengan diagnosa yang

telah di tentukan yaitu nyeri akut yang berhubungan dengan proses inflamasi

dengan adanya proses inflamasi ini terjadi pembengkakan sehingga menekan pada

pembuluh darah dan mengenai saraf yang menghantarkan impuls rangsangan

nyeri yang di rasakan klien. Dampak dari proses inflamasi yang tidak tertangani

yaitu dapat terjadi kerusakan integritas kulit yang dapat ditangani dengan

pemberian kompres hangat yang mana pembuluh darah menjadi vasodilatasi

sehingga infeksi dapat dibawa oleh pembuluh darah sehingga infeksi dapat

diperangi oleh sistem imun tubuh dan tidak berkumpul pada suatu tempat

sehingga menjadi inflamasi pada daerah yang terjadi peradangan menurut

Wurangian (2010), istirahatkan daerah yang terjadi peradangan agar

pembengkakan tidak menyebar ke daerah sekitarnya sehingga menyebabkan nyeri

yang menyebar juga atau melakukan relaksasi nafas dalam yaitu keadaan dimana

seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan

setelah terjadinya gangguan dan berfungsi untuk mengurangi rangsangan nyeri

dengan penurunan ketegangan otot, metabolisme turun dan vasodilatasi pembuluh

darah menurut Patasik (2013) kemudian kolaborasi dengan tim medis untuk

pemberian antibiotik meropenem untuk membantu sistem pertahananan tubuh

melawan infeksi dan mengontrol terjadinya peradangan yang menyebabkan klien

merasakan nyeri.

Diagnosa kedua adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromoskular atau nyeri yang dirasakakan sehingga klien akan susah
67

dan malas untuk melakukan aktivitas karena nyeri yang dirasakan sehingga

menjadi diagnosa kedua karena bila hal ini tidak teratasi klien akan

ketergantungan dan pasti akan malas bergerak sehingga dapat mengakibatkan

komplikasi lebih lanjut lagi.

Diagnosa ketiga adalah defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri

dikarenakan klien saat bergerak merasakan nyeri yang membuat malas untuk

melakukan perawatan diri sehingga tidak terpenuhinya perawatan diri klien.

Diagnosa keempat adalah kurang pengetahuan berhubungan dengan

kurang terpajan informasi yang mana keluarga dan klien sendiri tidak familiar

dengan penyakit Selulitis dan hanya mengetahui bahwa itu hanya bengkak dan

apabila tidak di atasi klien dan keluarga tidak akan mampu untuk mengerti

bagaimana mengatasi atau mengontrol Selulitis yang terjadi pada klien dan salah

dalam penanganan dapat menyebabkan masalah lebih serius.

Pada hari ketiga, yaitu pada tanggal 07 Juli 2017 didapatkan data terbaru dan

muncul diagnosa baru yaitu ketidakefektifan thermoregulasi yang berhubungan

dengan proses perjalanan penyakit yang mana klien mengeluh demam yang

merupakan salah satu tanda adanya infeksi dan bila tidak segera di tangani klien

bisa kejang dan infeksi dapat menyebar, salah satu pencegahan yang dapat di

lakukan yaitu melakukan kompres hangat yang berfungsi untuk vasodilatasi

pembuluh darah sehingga metabolisme tubuh dapat bekerja dengan semestinya

dan salah satu tempat yang disarankan untuk dilakukan kompres hangat yaitu

daerah dahi atau dilipatan paha untuk menurunkan demam dan kolaborasi dengan

tim medis untuk pemberian antipiretik paracetamol untuk membantu proses


68

metabolisme tubuh dengan perangsangan yang dilakukan oleh obat paracetamol

untuk menmperbaiki proses metabolisme klien.

Rencana tindakan keperawatan yang terdapat pada laporan tugas akhir ini

pada dasarnya disesuaikan juga dengan sumber buku perencanaan asuhan

keperawatan pada anak dengan Selulitis yang ada pada sumber kepustakaan Padila

(2012), Axton (2013) dan Kusuma (2015) adapun kesenjangan yang terjadi pada

tahap perencanaan yaitu:

Pada nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi sendiri sudah

dimasukkan intervensi untuk mengurangi nyeri akut namun ada satu intervensi

yang tidak dapat dilakukan secara komprehensif yaitu memberikan analgesic tepat

waktu terutama saat nyeri hebat karena keterbatasan waktu untuk penulis

melakukan untuk intervensi, sehingga intervensi ini tidak dilakukan dan hanya

melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik sesuai dengan

waktu pemberian. Untuk intervensi yang lainnya tetap dilanjutkan oleh keluarga

atau pun perawat yang bertugas karena nyeri akut sendiri tidak akan hilang dalam

3 hari hanya berkurang, bila penyebab nyerinya tidak di hilangkan terlebih

dahulu.

4.4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan bentuk dinamis dari tahap / proses

keperawatan berdasarkan pada intervensi keperawatan yang telah ditentukan

sebelumnya. Pada tahap ini penulis berusaha melaksanakan asuhan keperawatan

sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam melaksanakan tindakan

keperawatan pada An.S penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai


69

dengan tindakan yang berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat

secara profesional.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan

observasi dan pengumpulan data untuk melihat perkembangan selanjutnya,

sebagaimana umumnya asuhan keperawatan pada An.S juga melibatkan peran

aktif keluarga dalam pencapaian tujuan keperawatan, semua tindakan keperawatan

dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun.

Adapun faktor-faktor penunjang yang penulis dapatkan selama praktik adalah

kerjasama dari perawat ruangan anak yang telah membantu dalam pendelegasian

untuk memperhatikan keadaan klien saat penulis tidak bisa menemani klien

sedangkan faktor penghambat dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini selain

waktu yang singkat dalam melakukan perawatan pada klien selama < 24 jam

sehingga penulis mendelegasikan perawatan selanjutnya pada perawat ruangan.

Terdapat beberapa kesenjangan antara pelaksanaan dan hasil yang dilakukan

dalam 2x24 jam. Pelaksanaan untuk diagnosa nyeri yaitu seperti mengajarkan

tehnik non farmakologi yaitu kompres hangat, dalam pelaksanaannya klien di beri

kompres hangat untuk mengurangi daerah pembengkakan pada paha kanan namun

setelah dilakukan nyeri masih terasa sehingga dilakukannya kolaborasi dengan

tim medis untuk mengurang nyeri dengan meropenem dan nyeri yang dirasakan

klien berkurang setelah beberapa jam, untuk kompres hangat tetap dilakukan

walau tidak menurunkan nyeri secara signifikan. Lalu untuk diagnosa hambatan

mobilitas fisik salah satunya dilakukan implementasi membantu melakukan

gerakan aktif pada daerah paha kanan klien, namun implementasi ini harus tetap

dibantu dan klien walau sudah dilakukan tetap saja terkadang masih tidak mau
70

menggerakan paha kanannya dengan beralasan nyeri yang dirasakan sehingga

mobilitas fisik belum dapat terpenuhi secara mandiri.

4.5. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

dalam mengevaluasi respon klien terhadap perawatan yang di berikan untuk

memastikan bahwa tujuan dan kriteria hasil telah tercapai. Hal-hal yang

dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, masalah klien yang

teratasi seluruhnya teratasi, teratasi sebagian dan yang belum teratasi.

Evaluasi yang dilakukan penulis selama 1x24 jam yaitu pada kamis 06 Juli

2017, penulis menemukan satu diagnosa keperawatan yang teratasi pada tahap

evaluasi ini. Satu diagnosa keperawatan yang teratasi tersebut adalah:

1) Kurang pengetahuan b/d kurang terpajan informasi teratasi pada hari kedua

dengan indikator ibu klien menjawab beberapa pertanyaan walaupun harus

dipancing terlebih dahulu karena sedikit lupa, ibu klien mampu mengulang

kembali beberapa materi yang telah disampaikan dan yang sudah di jelaskan

dari pengertian Selulitis, penyebab Selulitis, tanda dan gejala Selulitis,

penanganan dari Selulitis.

Evaluasi yang dilakukan penulis selama 2x24 jam yaitu pada jumat 07 Juli

2017, penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan yang teratasi pada tahap

evaluasi ini. Tiga diagnosa keperawatan yang teratasi tersebut adalah:

1) Nyeri akut b/d proses inflamasi teratasi pada hari ketiga dengan indikator nyeri

yang di rasakan klien berkurang dan penulis mengukur skala humpty dumpty

klien < 7, ibu klien mengatakan bahwa sudah mengerti beberapa cara
71

mengurangi nyeri seperti memberikan kompres hangat, istirahatkan daerah

yang nyeri, dan bisa melakukan relaksasi nafas dalam.

2) Defisit perawatan diri b/d Nyeri teratasi pada hari kedua dengan indikator klien

terlihat bersih dan segar setalah dilakukan perawatan diri oleh penulis dan

dibantu keluarga klien.

3) Ketidakefektifan thermoregulasi b/d proses perjalanan penyakit teratasi pada

hari ketiga dengan indikator demam klien menurun hingga 36,50c dan keluarga

klien mampu mengerti bagaimana cara yang benar untuk menurunkan demam

klien yaitu salah satunya dengan berikan kompres hangat dan obat yang telah

di resepkan dokter.

Penulis menemukan satu diagnosa keperawatan yang belum teratasi pada tahap

evaluasi ini. Satu diagnosa keperawatan yang belum teratasi tersebut adalah:

1) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromoskular, Nyeri. Diagnosa ini

belum teratasi Karena klien belum bisa berjalan secara mandiri dan bila duduk

masih perlu dibantu oleh keluarga sehingga penulis menyimpulkan bahwa

diagnosa ini belum bisa teratasi dan intervensi tetap dilanjutkan, yaitu :

(1) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi

(2) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika

diperlkan

(3) Lakukan gerakan aktif pada daerah sellulitis


72

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah mengurai penerapan keperawatan pada An.S dengan gangguan sistem

integumen “Selulitis” di ruangan perawatan anak Rumah Sakit Umum Daerah

Tarakan dan kemudian melakukan pembahasan mengenai mesalah kesehatan yang

di alami oleh klien tersebut, maka penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1) Dalam melaksanakan proses keperawatan penulis berusaha semaksimal

mungkin untuk dapat menerapkan ilmu dan teori yang didapatkan selama

proses perkuliahan yang diawali dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

2) Selama proses asuhan keperawatan berlangsung diperoleh beberapa

kesenjangan yang menunjukkan adanya perbandingan antara landasan teori

dengan praktik asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada An.S dengan

Selulitis. Diagnosa keperawatan Selulitis ada enam diagnosa yang dapat

ditemukan namun pada kasus hanya terdapat lima diagnosa yang sama yaitu

nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan neuromoskular atau nyeri, defisit perawatan

diri berhubungan dengan nyeri, dan Kurang pengetahuan berhubungan

dengan kurang terpajan informasi, lalu pada hari ketiga di dapatkan data dan

diagnosa baru yang muncul yaitu, ketidakefektifan thermoregulasi

berhubungan dengan proses penyakit.


73

3) Dalam proses asuhan keperawatan secara efektif dan efesien terdapat

beberapa faktor pendukung diantaranya kreativitas dan kemampuan

beradaptasi penulis dalam menangani perubahan dan beberapa kejadian

yang tidak diharapkan, sikap klien dan keluarga yang kooperatif dan terbuka

untuk setiap tindakan yang memotivasi dan memberikan masukan pada

penulis. Adapun faktor penghambat yang penulis alami yaitu waktu, penulis

tidak bisa melakukan asuhan keperawatan selama 24 jam sehingga observasi

kepada klien penulis mendelegasikannya kepada perawat ruangan.

4) Pemecahan masalah yang dihadapi An.S dengan Selulitis dilakukan

berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan sesuai

dengan landasan teori dan beberapa modifikasi oleh penulis karena adanya

penyesuaian terhadap situasi dan kondisi yang berbeda. Serta disesuaikan

dengan kondisi klien saat itu juga.

5.2. Saran

1) Untuk klien dan keluarga

Dengan adanya bimbingan dan pengarahan yang dilakukan oleh perawat

ruangan dan penulis selama proses pemberian asuhan keperawatan,

diharapkan keluarga untuk dapat memotivasi klien dalam proses

penyembuhan sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat terwujudkan.

2) Untuk Mahasiswa

Untuk melakukan proses keperawatan, hendaknya mahasiswa meningkatkan

asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan dengan Selulitis

sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dan dapat meningkatkan

kualitas dan kuantitas pelayanan keperawatan profesional dikemudian hari.


74

3) Untuk Institusi

Supaya terus meningkatkan dan memperbaiki kualitas dan kuantitas pada

mahasiswa dalam pembekalan, pengetahuan dan keterampilan terutama

dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien khususnya pada asuhan

keperawatan Selulitis.

4) Untuk Rumah Sakit

Untuk melakukan asuhan keperawatan hendaknya sebagai bahan tolak ukur

bagi tenaga kesehatan profesional dalam memberikan asuhan keperawatan

dan mengambil langkah kebijakan dalam rangka upaya peningkatan mutu,

kualitas dan kuantitas pelayanan keperawatan khususnya pada asuhan

keperawatan klien dengan Selulitis.


90

DAFTAR PUSTAKA

Axton, Sharon.2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Depkes. 2015. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. Diakses


tanggal 13 Juli 2017. Dari http://www.depkes.go.id/resources/rekerkesnas-
2015/MENKES

Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan. Penerbit Gosyen publishing

Kusuma , Nurarif. 2015. NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Penerbit Mediaction

Meylinda, Wursangian. 2010. Pengaruh kompres hangat terhadap penurunan


nyeri. Diakses pada tanggal 21 Juli 2017. Dari M Wurangian, H. Bidjuni, V
Kallo – JURNAL KEPERAWATAN, 2010 – ejournal.unsrat.ac.id

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Cetakan ke 2. Jakarta :


Penerbit Salemba Medika

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Patasik, Chandra. 2013. Efektifitas Tehnik Relaksasi Nafas Dalam dan Guide
Imagery Terhadap Penurunan Nyeri. Diakses pada tanggal 22 juli 2017.
Dari CK Patasik, J Tangka, J Rottie – JURNAL KEPERAWATAN, 2013 –
ejournal.unsrat.ac.id

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika

Pearce, Evelyn C. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama
91

Sudarsana. 2015. Soldier’s Health Level of Nineth Military Area Command /


Udayana : Multidimensional Approac. Diakses pada tanggal 15 juli 2017.
Dari IW Sudarsana - Jurnal Manajemen dan Bisnis, 2015 –
journal.undiknas.ac.id

Soetjiningsih, Ranuh. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Susanto, Made. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tarwoto, Wartono. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Edisi 4. Penerbit Salemba Medika
LAMPIRAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
Jalan Amal Lama Nomor 1 Tarakan
Telp. 0551-5507023 Fax. 0551-2028655, 2052558
Laman : www.borneo.ac.id

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : Selulitis
Hari / tanggal : kamis / 06 juli 2017
Waktu : 14.30 – selesai
Tempat : Ruang 204
Sasaran : Klien An. S dan Keluarga

A. Latar Belakang
Selulitis merupakan peradangan pada jaringan ikat yang mendasari kulit, yang
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh flora
kulit normal atau oleh bakteri eksogen, dan sering terjadi di mana kulit telah
rusak, retakan pada kulit, luka, melepuh, luka bakar, digigit serangga, luka
bedah, atau situs penyisipan. Andalan terapi, adalah pengobatan dengan
antibiotik yang sesuai. Kulit pada wajah atau kaki yang lebih rendah adalah
yang paling sering terkena infeksi ini, meskipun inflamasi dapat terjadi pada
setiap bagian tubuh. Gejala mungkin dangkal - hanya mempengaruhi
permukaan kulit - tetapi juga dapat mempengaruhi jaringan di bawahnya kulit,
dan dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan aliran darah. Hal ini tidak
berhubungan dengan selulit, kondisi kosmetik yang menampilkan dimpling
kulit.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah penyuluhan tentang sellulitis diharapkan An. S dapat memahami
tentang penyakit sellulitis dan perawatan sellulitis.
2. Tujuan Khusus :
Pada akhir penyuluhan diharapkan masyarakat mampu :
a. Menyebutkan pengertian sellulitis
b. Menyebutkan penyebab sellulitis
c. Menyebutkan tanda & gejala sellulitis
d. Menjelaskan cara perawatan sellulitis
B. Materi
1. Pengertian sellulitis
2. Penyebab sellulitis
3. Tanda & gejala sellulitis
4. Perawatan sellulitis

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab/diskusi
D. Media
1. Lembar Balik
2. Leaflet
E. Pengorganisasian :
1. Pembawa materi (penyaji) : Ayuning dwi Mahiswara
Ruangan 204

: pembawa materi

F. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi
No. Fase Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta waktu
1. Pra 1. Salam terapeutik 1. Menjawab salam 2
interaksi 2. Perkenalan 2. Memperhatikan
menit
3. Menjelaskan topik & 3. Memperhatikan
tujuan penyuluhan
4. Membuat kontrak waktu 4. Menyepakati
waktu

2. Kerja 5. Menanyakan pada 5. Menjawab 5


peserta tentang apa yang pertanyaan
menit
diketahui tentang
sellulitis 6. Memperhatikan
6. Menyampaikan
reinforcement positif dan 7. Memperhatikan
melakukan justifikasi 8. Memperhatikan
7. Menjelaskan pengertian
sellulitis 9. Memberi
8. Menjelaskan penyebab klarifikasi atau
dan sellulitis bertanya
9. Memberi kesempatan 10. Memperhatikan
peserta menyampaikan
klarifikasi 11. Memberi masukan
10. Melakukan justifikasi
atau menjawab 12. Memperhatikan
pertanyaan bila ada
11. Mendiskusikan tanda & 13. Memperhatikan
gejala penyakit sellulitis
12. Menyampaikan 14. Bertanya
reinforcement positif 15. Memperhatikan
13. Menjelaskan cara
perawatan sellulitis
14. Memberi kesempatan
bertanya
15. Menjawab pertanyaan
bila ada

3. Terminasi 16. Mengevaluasi 16. Menjawab 3


pemahaman masyarakat pertanyaan
menit
dengan memberi
pertanyaan secara lisan 17. Memperhatikan
17. Membuat kesimpulan 18. Memperhatikan
18. Menyampaikan anjuran
dan harapan 19. Menjawab salam
19. Mengucapkan terima
kasih dan salam penutup

G. Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi struktur :
a. Kesesuaian pelaksanaan peran & tugas
b. Ketepatan setting lokasi dengan situasi dan kondisi tempat
c. Jumlah peserta terhadap target sasaran
d. Kesesuaian peserta terhadap target
e. Kelengkapan dan ketepatan media dan alat bantu lainnya
f. Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana
2. Evaluasi proses :
a. Ketepatan waktu (mulai, lamanya dan berakhirnya)
b. Kelancaran acara dan kemampuan mengeliminasi hambatan
c. Sikap tubuh dan penggunaan bahasa oleh pemateri
d. Respon peserta (adakah feedback?)
e. Ketepatan penggunaan metoda dan media
3. Evaluasi Hasil :
a. Peserta mampu menyebutkan pengertian sellulitis dengan benar
menurut bahasanya sendiri.
b. Peserta dapat menyebutkan penyebab sellulitis dengan benar.
c. Peserta mampu mengidentifikasi minimal 2 kondisi yang beresiko
menyebabkan terjangkitnya Diare dengan benar.
d. Peserta mampu menyebutkan minimal 2 tanda dan gejala sellulitis
dengan benar.
e. Peserta mampu menjelaskan cara perawatan sellulitis dengan benar
menurut bahasanya sendiri.
H. Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth. (2010). Kapita selekta kedokteran. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia;Jakarta

Corwin, Elizabeth J., Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta. 2009
Penyakit sellulitis
1. Pengertian
Selulitis merupakan peradangan pada jaringan ikat yang mendasari kulit,
yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh flora kulit normal atau oleh bakteri eksogen, dan sering terjadi di
mana kulit sebelumnya telah rusak, retakan pada kulit, luka, melepuh, luka
bakar, digigit serangga, luka bedah, atau situs penyisipan kateter intravena.
Andalan terapi, adalah pengobatan dengan antibiotik yang sesuai.
Kulit pada wajah atau kaki yang lebih rendah adalah yang paling sering
terkena infeksi ini, meskipun inflamasi dapat terjadi pada setiap bagian
tubuh. Gejala mungkin dangkal - hanya mempengaruhi permukaan kulit -
tetapi juga dapat mempengaruhi jaringan di bawahnya kulit, dan dapat
menyebar ke kelenjar getah bening dan aliran darah.
Hal ini tidak berhubungan dengan selulit, kondisi kosmetik yang
menampilkan dimpling kulit.

2. Penyebab
Selulitis adalah disebabkan oleh jenis bakteri masuk dengan cara istirahat
di kulit. istirahat ini tidak perlu terlihat. Streptokokus grup A dan
Stafilokokus adalah yang paling umum dari bakteri ini, yang merupakan
bagian dari flora normal kulit, tetapi tidak menyebabkan infeksi yang
sebenarnya sampai kulit rusak. Predisposisi kondisi untuk selulitis
termasuk gigitan serangga, gigitan hewan, ruam kulit gatal, operasi baru-
baru ini, athletes foot, kulit kering, eksim, luka bakar dan mendidih,
meskipun ada perdebatan mengenai apakah lesi kaki kecil berkontribusi.

3. Tanda dan Gejala


Awal gejala termasuk demam, sakit kepala, mual. and redness. dan
kemerahan. Ini tanda-tanda kemerahan pada daerah yang terkena dapat
berkembang sebagai hanya dua puluh empat jam atau dapat mengambil
hari untuk berkembang.
Selulitis ditandai dengan kemerahan, pembengkakan, kehangatan, dan rasa
sakit atau kelembutan. dan sering terjadi pada daerah terkena tubuh seperti
tangan, kaki, dan wajah. Gejala lain bisa termasuk demam atau panas
dingin dan sakit kepala. Dalam kasus lanjut, garis-garis merah (kadang-
kadang digambarkan sebagai 'jari') dapat dilihat perjalanan ke daerah yang
terkena. The swelling can spread rapidly. Pembengkakan dapat menyebar
dengan cepat.
Ini memerah ruam kulit atau mungkin sinyal infeksi, lebih lebih serius dari
lapisan dalam kulit. Setelah di bawah kulit, bakteri dapat menyebar dengan
cepat, memasuki kelenjar getah bening dan aliran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.
Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi dapat menyebar ke lapisan dalam
jaringan disebut lapisan fasia. Necrotizing fasciitis, juga disebut oleh
media "bakteri pemakan daging", adalah contoh dari infeksi yang
mendalam-lapisan. It represents an extreme medical emergency. Ia
merupakan darurat medis yang ekstrim. Atau,

 Ruam kemerahan, gatal, dan hangat yang terus menyebar dan


membengkak. Kulit mungkin tampak kencang dan meregang.
 Rasa sakit, lunak, atau nyeri di dekat bagian yang terinfeksi.
 Timbulnya rasa dingin, lelah, dan demam saat infeksi meluas.

4. Perawatan
Antibiotik - biasanya kombinasi antibiotik intravena dan oral yang
diberikan. Bed beristirahat dan elevasi anggota badan yang terkena
dampak juga dianjurkan. Seringkali dokter menyarankan pasien minum
banyak cairan juga.

Untuk perawatan mandiri dirumah dapat melakukan :

 Istirahatkan daerah yang terkena sellulitis


 Kurangi pergerakan dan aktivitas daerah yang terkena sellulitis
 Melakukan kompres hangat
 Berikan antibiotik sesuai indikasi dokter
PENGERTIAN AKPER
BORNE
O

SELLULITIS….

Selulitis merupakan Penyakit


peradangan pada Sellulitis
jaringan ikat yang
mendasari kulit, yang
dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri.
Kondisi ini dapat
disebabkan oleh flo-
ra kulit normal atau
oleh bakteri
eksogen, dan sering
terjadi di mana kulit
sebelumnya telah ru-
sak, retakan pada
kulit, luka, melepuh, Di susun oleh :
luka bakar, digigit
serangga, luka bedah. Ayuning Dwi Mahiswara

14701020039
O
BORNE
AKPER
APA ITU
SELLULITIS????

…..yaitu..
PENYEBAB SELLULITIS N SELLULI-
Selulitis merupakan PERAWATA
peradangan pada TIS
jaringan ikat yang Selulitis adalah
mendasari kulit, disebabkan oleh daerah
Istirahatkan ellulitis
yang dapat disebab- jenis bakteri masuk  s
yangterkena
kan oleh infeksi bakteri. Kon- dengan cara istira- erakan
disi ini dapat disebabkan oleh Kurangi perg daerah

s
flora kulit normal atau oleh
hat di kulit. istira- dan aktivita sellulitis
a
bakteri eksogen, dan sering
hat ini tidak perlu yang terken
ompres
terjadi di mana kulit sebe- terlihat. Strep-  Melakukan k
lumnya telah rusak, retakan tokokus grup A dan hangat
iotik
pada kulit, luka, melepuh, luka Stafilokokus adalah yang Berikan antib i dokter
 s
bakar, digigit serangga, luka paling umum dari bakteri sesuai indika
bedah, ini, yang merupakan bagi-
an dari flora normal kulit,
tetapi tidak menyebabkan
infeksi yang sebenarnya
sampai kulit rusak.

O
BORNE
AKPER
Penyakit sellulitis

Oleh :

Ayuning Dwi Mahiswara

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

1
Pengertian
Selulitis merupakan peradangan pada
jaringan ikat yang mendasari kulit, yang
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh flora
kulit normal atau oleh bakteri eksogen,
dan sering terjadi di mana kulit
sebelumnya telah rusak, retakan pada
kulit, luka, melepuh, luka bakar, digigit
serangga, luka bedah.

2
Penyebab

Selulitis adalah disebabkan oleh


jenis bakteri masuk dengan cara
istirahat di kulit. istirahat ini tidak
perlu terlihat. Streptokokus grup A
dan Stafilokokus adalah yang
paling umum dari bakteri ini, yang
merupakan bagian dari flora normal
kulit, tetapi tidak menyebabkan
infeksi yang sebenarnya sampai
kulit rusak.

3
Tanda Dan Gejala

 Ruam kemerahan, gatal, dan


hangat yang terus menyebar
dan membengkak. Kulit
mungkin tampak kencang dan
meregang.
 Rasa sakit, lunak, atau nyeri di
dekat bagian yang terinfeksi.
 Timbulnya rasa dingin, lelah,
dan demam saat infeksi meluas.

4
Perawatan Sellulitis
 Istirahatkan daerah yang
terkena sellulitis
 Kurangi pergerakan dan
aktivitas daerah yang
terkena sellulitis
 Melakukan kompres hangat
 Berikan antibiotik sesuai
indikasi dokter

5
Sekian
&
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai