Makalah Sel Sabit Dan Polysetemia
Makalah Sel Sabit Dan Polysetemia
Makalah Sel Sabit Dan Polysetemia
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal dimana batas normal untuk perempuan ≥ 15 tahun 12 g/dl dan laki-laki ≥
15 tahun 13 g/dl. Anemia ditandai dengan mudah lelah, kulit pucat, sering gemetar, 5L
(lelah, letih, lesu, lunglai, lelah), sering pusing dan mata berkunang-kunang, gejala
lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan telapak tangan tampak pucat (Aulia,
2019). Anemia gizi besi pada remaja putri beresiko lebih tinggi karena menyebabkan
seseorang mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena masalah
kesehatan (Anggoro, 2020).
Anemia merupakan masalah kesehatan yang ekstrim di seluruh dunia dengan
prevalensi 37%, yang sebagian besar terjadi pada masyarakat di negara-negara
berkembang seperti Asia Tenggara dan Afrika. Hasil Riskesdas tahun 2018 prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 23,7% dengan proporsi 22,7% di perkotaan dan 25,0% di
pedesaan dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia pada
umur 15- 24 tahun sebesar 32.0 %, serta pada remaja putri dan wanita usia subur 13-
49 tahun masing-masing sebesar 22,7% (Mataram & Antarini, 2020),salah satu
kelainan bentuk sel darah merah yang menunjukkan indikasi penyakit anemia yaitu
bentuk darah sel sabit.
Sedangkan istilah polisitemia biasanya mengarah pada polisitemia vera. Jenis
ini biasanya dipicu oleh keadaan hipoksemia kronis, seperti
pada emfisema dan penyakit jantung bawaan sianotik, yang menyebabkan
peningkatan produksi eritropoietin di ginjal.Polysemita, atau polysitemia dalam
bahasa Inggris, adalah sebuah kondisi medis yang ditandai oleh peningkatan abnormal
jumlah sel darah merah dalam tubuh, berserta peningkatan konsentrasi hemoglobin
perifer. Ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental dan meningkatkan risiko
pembentukan gumpalan darah.Diagnosis polisitemia vera dapat ditegakkan
menggunakan kriteria diagnosis neoplasma myeloproliferatif WHO. Diagnosis
polisitemia vera dapat ditegakkan jika memenuhi 3 kriteria mayor, atau 2 kriteria
mayor ditambah 1 kriteria minor. Kriteria WHO ini digunakan hanya bila penyebab
sekunder telah dieksklusikan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Definis Penyakit Anemia Sel Sabit dan polysetemia ?
2. Apa penyebab utama dari anemia sel sabit dan polysetemia ?
3. Bagaimana Gejala Penyakit Anemia Sel Sabit,polysemia dan bagaimana
mekanisme patofisiologinya?
4. Jelaskan dampak anemia sel sabit dan dampak polysetemia ?
5. Bagaimanakah Patofisiologi Penyakit Anemia Sel Sabit,polysetemia dan
bagaimana mekanisme patofisiloginya ?
6. Bagaimanakah Pemeriksaan laboratorium Medis Penyakit Anemia Sel Sabit?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Penyakit Anemia Sel Sabit dan polysetemia
2. Mengetahui penyebab utama dari anemia sel sabit dan polysetemia
3. Mengetahui Gejala Penyakit Anemia Sel Sabit dan polysetemia
4. Mengetahui dampak anemia sel sabit dan dampak polysetemia
5. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Anemia Sel Sabit,polysemia dan bagaimana
mekanisme patofisiologinya
6. Mengetahui Pemeriksaan laboratorium Penyakit Anemia Sel Sabit
BAB II
PEMBAHASAN
Penyebab Utama:
Mutasi Genetik
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi autosomal resesif pada gen yang
mengkode hemoglobin. Mutasi ini terjadi pada kodon ke-6 dari gen rantai beta,
di mana asam glutamat (glutamic acid) digantikan oleh valin (valine) akibat
penggantian basa dari tiamin menjadi adenine. Hal ini menghasilkan hemoglobin
S (HbS), yang memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda dari hemoglobin
normal (HbA).
Jenis Mutasinya yaitu adalah Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi
titik yang menggantikan satu basa dalam urutan DNA. Secara spesifik, pada
kodon ke-6 dari gen rantai beta hemoglobin, asam glutamat (glutamic acid)
digantikan oleh valin (valine) akibat penggantian tiamin (adenine) dengan
adenine. Hal ini menghasilkan varian hemoglobin yang dikenal
sebagai hemoglobin S (HbS).
Pewarisan Genetik
Kondisi ini diwariskan dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa satu salinan gen yang bermutasi. Jika kedua orang tua adalah
pembawa (carrier) sifat ini, ada kemungkinan 25% anak mereka akan lahir
dengan anemia sel sabit.
b. Proses Pewarisan
o Kedua Orang Tua sebagai Pembawa: Jika kedua orang tua adalah
pembawa trait anemia sel sabit, ada kemungkinan 25% anak mereka akan
lahir dengan anemia sel sabit, 50% akan menjadi pembawa trait, dan 25%
akan tidak terpengaruh sama sekali.
Peluang Genetik: Peluang seorang anak untuk terkena anemia sel sabit
jika kedua orang tua adalah carrier adalah sebagai berikut:
25% kemungkinan memiliki anemia sel sabit (HbSS)
50% kemungkinan menjadi pembawa (HbAS)
25% kemungkinan tidak terpengaruh (HbAA)
o Polysetemia
Timbul sejak usia 4 bulan dan umumnya terlihat pada usia 6 bulan.
Munculnya rasa nyeri akibat krisis sel sabit, sebagai gejala lain. Rasa nyeri
timbul karena sel darah merah yang berbentuk sabit menempel pada
pembuluh darah dan menghambat aliran darah, saat melalui pembuluh
darah kecil di dada, perut, sendi, maupun tulang.
Rentan terserang penyakit infeksi mulai dari yang ringan hingga yang berat,
akibat dari kerusakan organ limpa yang bertugas melawan infeksi.
Banyak penderita polisitemia vera tidak memiliki tanda atau gejala yang
nyata. Beberapa orang mungkin mengalami gejala samar seperti sakit kepala,
pusing, kelelahan, dan penglihatan kabur. Gejala polycythemia vera yang lebih
spesifik meliputi: Gatal, terutama setelah mandi air hangat atau berendam.
Sel darah merah berbentuk sabit dapat menempel pada dinding pembuluh
darah dan menyebabkan penyumbatan. Hal ini dapat memperlambat atau
menghentikan aliran darah, sehingga oksigen tidak dapat mencapai jaringan di
sekitarnya. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan serangan nyeri hebat yang tiba-
tiba, yang disebut krisis nyeri.
Kerusakan organ
Anemia sel sabit dapat menghambat aliran darah yang membawa oksigen dan
nutrisi ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan fungsi organ tubuh menurun
bahkan rusak.
Kebutaan
Penyakit kuning
Hati tidak mampu memproses peningkatan jumlah sel darah mati, yang
menyebabkan penumpukan bilirubin.
Nekrosis limpa
Impotensi
Sel sabit dapat menyumbat pembuluh darah di penis, sehingga menyebabkan
ereksi yang berlangsung lama dan menyakitkan. Anemia sel sabit adalah kelainan
darah yang diwariskan. Pada anemia sel sabit, sel darah merah berbentuk bulan sabit
dan hanya bertahan 10 hingga 20 hari.
Pembekuan darah
Stroke
Serangan jantung
Penyumbatan pembuluh darah
Penyakit tukak lambung
Mielofibrosis, jenis kanker sumsum tulang
Leukemia akut, yaitu kanker sel darah putih
Pembesaran limpa
Batu ginjal
Anemia Hemolitik
Sel-sel darah merah berbentuk sabit memiliki umur yang lebih pendek
dibandingkan dengan sel normal (hanya sekitar 10-20 hari dibandingkan
dengan 120 hari untuk sel normal). Ini menyebabkan anemia hemolitik, di
mana jumlah sel darah merah berkurang secara signifikan, sehingga
mengurangi kapasitas darah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Kerusakan Organ
Abnormalitas ini dapat menyebabkan kerusakan organ akibat mikroinfark
yang terjadi secara berulang. Organ-organ seperti limpa sering mengalami
infark berulang hingga akhirnya mengalami fibrosi dan menyusut dalam
proses yang dikenal sebagai autosplenektomi. Penurunan fungsi limpa
berhubungan dengan risiko infeksi yang lebih tinggi pada penderita anemia
sel sabit.
Manifestasi Klinis
Anemia hemolitik
Krisis nyeri akibat vasooklusi
Komplikasi jangka panjang seperti hipertensi pulmonal dan gagal
ginjal
Secara keseluruhan, patofisiologi anemia sel sabit melibatkan interaksi
kompleks antara mutasi genetik, perubahan morfologi sel darah merah,
peningkatan viskositas darah, serta dampak klinis yang luas akibat
penyumbatan pembuluh darah dan kerusakan organ.
Sel sabit
Mekanisme Patofisiologi:
Pembentukan Sel Darah Merah.Sel darah merah normal berbentuk bulat
dan fleksibel, memungkinkan mereka mengalir dengan mudah melalui
pembuluh darah. Namun, ketika hemoglobin S terdeoksigenasi, ia
cenderung membentuk untaian panjang yang menyebabkan sel darah merah
menjadi berbentuk sabit atau C. Sel-sel ini menjadi kaku dan lengket,
sehingga sulit bergerak melalui pembuluh darah kecil.
2. Elektroforesis Hemoglobin
4. Skrining DNA
Tes Genetik: Skrining DNA pada villus chorionic atau cairan amnion
selama kehamilan dapat mendeteksi mutasi genetik yang menyebabkan
anemia sel sabit. Metode ini sangat efektif untuk skrining prenatal.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari makalah ini kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
a) Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease/sickle cell anemia) adalah suatu penyakit
keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan
anemia hemolitik kronik. Polysemita, atau polysitemia dalam bahasa Inggris, adalah
sebuah kondisi medis yang ditandai oleh peningkatan abnormal jumlah sel darah
merah dalam tubuh, berserta peningkatan konsentrasi hemoglobin perifer. Ini dapat
menyebabkan darah menjadi lebih kental dan meningkatkan risiko pembentukan
gumpalan darah
b) Penyebab terjadinya anemia selsabit di sebabkan dari mutasi gen dan pewarisan
genetic.lalu penyebab terjadinya polisetemia memiliki terbagi menjadi dua yaitu
polisetemia sekunder yang di sebabkan hipoksia kronik, Tumor yang Memproduksi
Eritropoietin dan obat-obattan, pada polisetemia sekunder di akibatkan mutasi genetic
dan kondisi non-heritabel.
c) Gejala anemia sel sabit meliputi : krisis nyeri,pembengkakan,masalah
penglihatan,penyakit kuning,pucat,demam,stroke,kelelahan,denyut jantung cepat dan
sesak nafas,gejala penyakit polisetemia meliputi : sakit kepala, pusing, kelelahan, dan
penglihatan kabur.
d) Patofisiologi anemia sel sabit, atau sickle cell anemia, melibatkan perubahan
struktural pada hemoglobin yang berdampak pada morfologi dan fungsi sel darah
merah.mekanisme nya Pembentukan Sel Darah Merah.Sel darah merah normal
berbentuk bulat dan fleksibel, memungkinkan mereka mengalir dengan mudah
melalui pembuluh darah. Namun, ketika hemoglobin S terdeoksigenasi, ia cenderung
membentuk untaian panjang yang menyebabkan sel darah merah menjadi berbentuk
sabit atau C. Sel-sel ini menjadi kaku dan lengket, sehingga sulit bergerak melalui
pembuluh darah kecil. Patofisiologi polisitemia dapat dibedakan menurut etiologi dan
kadar eritropoietin. Pada polisitemia vera (primer), kadar eritropoietin rendah.
Sedangkan pada polisitemia sekunder, kadar eritropoietin tinggi.
e) Jenis-jenis pemeriksaan laoratorium untuk mendiagnosis anemia sel sabit dan
polisetemia meliputi : Tes darah lengkap (CBC), Kromatografi cair kinerja tinggi
(HPLC), Elektroforesis kapiler (CE), Pemfokusan isoelektrik (IEF), Pengambilan
sampel vilus korionik (CVS) dan Pengambilan sampel sel cairan amnion
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/499935316/makalah-anemia-sel-sabit
https://id.scribd.com/document/501846453/makalah-polisitemia
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.alomedika.com%2Fpenyakit
%2Fhematologi%2Fanemia-sel-sabit
%2Fdiagnosis&psig=AOvVaw3YPQRRy57p99pGprVsL9oC&ust=1731305787237000
&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CAYQrpoMahcKEwjg4t7kjtGJAxU
AAAAAHQAAAAAQBA
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.siloamhospitals.com
%2Finformasi-siloam%2Fartikel%2Fapa-itu-anemia-sel-
sabit&psig=AOvVaw3YPQRRy57p99pGprVsL9oC&ust=1731305787237000&source
=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CAYQrpoMahcKEwjg4t7kjtGJAxUAAAAA
HQAAAAAQBw
MAKALAH
DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK V
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul ANEMIA SELSABIT DAN POLYSETEMIA DAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM dari mata kuliah SITOLOGI DARAH DAN
HEMATOLOGI INFORMASI dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pengampuh yaitu ibu Waode
gustiani,SST.,MS.i dan bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa membantu praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
COVER..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. KESIMPULAN ......................................................................................................